1. FILTRASI GLOMERULAR
Cairan yang memasuki ruang kapsular disebut dengan filrat glomerular. Merupakan hasil dari
filtrasi 20% darah yang ada disirkulasi. Rata-rata harian dari volume filtrat glomerulus adalah
150L pada wanita dan 180L pada pria. Lebih dari 99% filtrat glomerular diserap kembali ke
aliran darah, jadi hanya sekitar 1-2L yang disekresikan menjadi urin.
MEMBRAN FILTRASI
Bersama-sama kapiler glomerular dan podosit (yang mengelilingi kapiler) membentuk suatu
barrier yang disebut membran filtrasi. Membran ini memfiltrasi air dan zat terlarut berukuran
kecil dan mencegah filtrasi dari sebagian besar protein plasma, sel darah dan trombosit.
Membran filtrasi terdiri dari:
1. Glomerular endothelial cells: memiliki celah 0.07-0.1um yang akan memasukan semua
zat terlarut dalam darah ke ruang glomerular namun mencegah keluarnya sel darah dan
trombsit dari kapiler.
2. Basal lamina: terletak diantara kapiler dan podosit, terdiri dari kolagen dan proteoglikan.
Memiliki muatan negatif sehingga akan mencegah keluarnya protein kecil yang
bermuatan negatif dari kapiler.
3. Podosit: podosit memiliki pelebaran yang membentuk jari yang disebut pedikel yang
mengelilingi kapiler. Pelebaran tersebut memiliki celah antar pedikel yang disebut celah
filtrasi. Celah ini berperan dalam memfiltrasi zat terlarut yang lebih kecil dari 0.006-
0.007 um seperti air, glukosa, vitamin, asam amino, protein plasma yang sangat kecil,
amoniak, urea dan ion.
TEKANAN FILTRASI BERSIH (NET FILTRATION PRESSURE)
Filtrasi glomerular ditentukan dari tiga tekanan utama yaitu:
1. GBHP (Glomerular blood hydrostatic pressure) merupakan tekanan darah pada kapiler
glomerular, umumnya berkisar 55 mmHg. Tekanan ini mendorong filtrasi dengan
menekan air dan zat terlarut dalam plasma darah ke membran filtrasi.
2. CHP (Capsular hydrostatic pressure) merupakan tekanan yang berasal dari ruang kapsular
yang melawan filtrasi, berkisar 15 mmHg.
3. Blood colloid osmotic pressure (BCOP) tekanan yang ditimbulkan karena adanya protein
darah dalam kapiler. Tekanan in9 juga mencegah filtrasi. Nilai BCOP rata-rata adalah 30
mmHg.
Net filtration pressure (NFP) = GBHP – CHP – BCOP
= 55 mmHg – 15 mmHg – 30 mmHg
= 10 mmHg.
GROMERULAR FILTRATION RATE (GFR)
Merupakan jumlah dari filtrat yang dibentuk kedua ginjal per menit. Pada orang dewasa rata-rata
GFR adalah 125 ml/min untuk pria dan 105 ml/min untuk wanita. Ginjal perlu menjaga GFR
tetap stabil, oleh karena itu ginjal memiliki autoregulasi yang mengatur GFR, yaitu:
Renal autoregulation
Myogenic Peningkatan peregangan otot Otot polos berkontraksi dengan Menurun
mechanism polos di arteriol aferen demikian lumen arteriol aferen
sehingga meningkatkan menyempit
tekanan darah
Tubuloglomer Pertukaran cepat dari Na+ Menurunkan pelepasan nitrit Menurun
ular feedback dan Cl- ke makula densa oxide (NO) oleh juxtaglomerular
sehingga meningkatkan apparatus menyebabkan
tekanan darah kontriksi arteriol aferen
Neural regulation
Neural Peningkatan aktivitas saraf Kontriksi arteriol aferen melalui Menurun
regulation simpatetik renal aktivasi alfa-1 receptors dan
peningkatan pelepasan renin
Hormone regulation
Angiotensin II Penurunan volume darah Kontriksi arteriol aferen dan Menurun
atau tekanan darah eferen
menstimulasi produksi
angiotensin II
Atrial Peregangan dari atrium Relaksasi sel mesangial di Meningkat
Natriuretic jantung menstimulasi sekresi glomerulus meningkatkan luas
Peptide ANP permukaan kapiler yang tersedia
(ANP) untuk filtrasi
Dari 125 ml/mnt cairan yang terfiltrasi, biasanya 124 ml/mnt direabsorpsi. Dengan melihat
besarnya filtrasi glomerulus maka besar reabsorpsi tubulus adalah luar biasa: Tubulus biasanya
mereabsorpsi 99% dari H2O yang terfiltrasi (47 gal/hari), 100% gula yang terfiltrasi (2,5 lb/hari)
dan 99,5% garam yang terfiltrasi (0,36 lb/hari).
RUTE REABSORBSI
Filtrat glomerulus yang akan direabsorbsi memilki 2 rute untuk masuk ke kapiler peritubular:
1. Melalui batas/celah antar sel tubulus
2. Melaui sel tubulus
Cairan yang masuk ke kapiler melalu celah anatr sel tubular secara pasif disebut dengan
paraceallular reabsorption. Cara ini terhitung sekitar 50% melakukan reabsorpsi dari ion dan air.
Sedangkan cairan yang direabsorbsi melalui sel tubulus disebut transcellular reabsorption,
melalui membran apikal yang berada pada lumen kemudian diteruskan ke sitosol dan akgirnya
masuk ke tempat cairan intersitial melewati membran basolateral.
Reabsorbsi Natrium: terjadi di tubulus proksimal melalui kanal ion kareana adanya
gradien elektrokimia di membran apikal dan melalui transport aktif pompa Na+ - K+
ATPase di membran basolateral.
Reabsorpsi Glukosa: terjadi ditubulus proksimal melalui: transport aktif sekunder dengan
simporter natrium, yaitu: ko-transporter Na+ - glukosa di membran apikal dan difusi
terfasilitasi dengan pompa Na+ - K+ ATPase di membran basolateral.
Reabsorpsi Urea: terjadi di tubulus proksimal dengan cara difusi pasif karena gradien
konsentrasi urea yang disebabkan oleh reabsorbsi natrium dan zat terlarut lain.
Reabsorpsi Air dan Ion: terjadi di tubulus proksimal. Banyaknya zat terlarut yang diserap
kembali meningkatkan terjadinya osmosis air. Zat terlarut yang diserap akan
meningkatkan osmolaritas, pertama di sel tubulus, kemudian di cairan intersitial dan
akhirnya pada darah intravaskular. Air berpindah dengan cepat melalui rute paracellular
dan transcellular sebagian lagi melalui akuaporin.
REGULASI REABSORPSI
Ada beberapa hormon yang mempengaruhi reabsorpsi dari Na+, K+, Cl-, Ca2+, dan air. Hormon
tersebut adalah angiotensin II, aldosteron, ADH, ANP dan parathormon (PTH).
3. SEKRESI TUBULUS
sekresi tubulus merupakan suatu proses perpindahan zat dari kapiler peritubulus ke lumen
tubulus yang melibatkan traspor transepitel. Dengan sekresi tubulus , tubulus ginjal dapat secara
selektif menambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam cairan tubulus sehingga dapat
diekskresikan melalui urin.
Sistem sekresi terpenting adalah
1. Sekresi H+ yang berperan dalam regulasi keseimbangan asam-basa
2. menjaga konsentrasi K- plasma pada kadar yang sesuai untukmempertahankan
eksitabilitas membran sel otot dan saraf
3. ion organik, yang melaksanakan eliminasi lebih efisien senyawa organik asing dari tubuh
I. Sekresi H+
sangat penting dalam mengatur keseimbangan asam-basa di tubuh. Ion hidrogen yang
disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin. Ion hidrogen dapat
disekresikan oleh tubulus proksimal,distal, atau koligentes, dengan tingkat sekresi H+ yang
bergantung pada keasaman cairan rubuh. Ketika cairan tubuh terlalu
asam maka sekresi H+meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H. di cairan
tubuh terlalu rendah
II. Sekresi Kalium
4. EKSKRESI URIN
Dari 125 ml/mnt filtrat yang terbentuk di glomerulus, normalnya hanya 1 ml/mnt yang tersisa di
tubulus untuk diekskresikan di urin. Hanya zat sisa dan kelebihan elektrolit yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh yang terringgal, larut dalam H2O dalam volume tertentu untuk
dieliminasi melalui urin.
Karena bahan yang diekskresikan dikeluarkan atau bersihan' dari plasma maka istilah bersihan
plasma merujuk kepada volume plasma yang dibersihkan dari suatu bahan setiap menit oleh
aktivitas ginjal. Bersihan plasma menyatakan efektivitas ginjal dalam mengeluarkan berbagai
bahan dari lingkungan interstisial. Ginjal dapat mengekskresiken urin dengan volume dan
konsentrasi bervariasi untuk menahan atau mengeluarkan H2O, masing-masing bergantung pada
apakah tubuh mengalami kekurangan atau kelebihan H2O. Ginjal dapat menghasilkan urin yang
berkisar dari 0,3 ml/mnt pada 1200 mosm/liter hingga 25 ml/menit pada 100 mosm/liter dengan
mereabsorpsi H2O dalam jumlah bervariasi dari bagian distal nefron.
Reabsorpsi bervariasi ini dimungkinkan oleh gradien osmotik vertikal di cairan interstisium
medula, yang terbentuk oleh ansa Henle panjang nefron jukstamedula melalui
multiplikasi(countercurrent) aliran balik dan dipertahankan oleh vasa rekta nefron.
Gradien osmotik vertikal yang terpajan oleh cairan tubulus hipertonik (100 mosm/liter) sewaktu
mengalir melewati bagian distal nefron, menciptakan gaya dorong pasif untuk reabsorpsi
progresif H2O dari cairan tubulus, tetapi jumlah sebenarnya dari reabsropsi H2O bergantung
pada jumlah vasopresin (hormon antidiuretik) yang disekresikan.
Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan koligentes terhadap H2O. tubulus-
tubulus ini impermeabei terhadap H2O jika tidak terdapat vasopresin. Sekresi vasopresin
meningkat sebagai respons terhadap defisit H2O, sehingga reabsorpsi H2O meningkat. Sekresi
vasopresin dihambat sebagai respons terhadap Keiebihan H2O sehingga reabsorpsi H2O
berkurang. Dengan cara ini, penyesuaian reabsorpsi H2O yang dikendalikan oleh vasopresin
membantu tubuh mengoreksi setiap ketidakseimbangan cairan.
Pars desendens
sangat permeabel terhadap H2O dan tidak secara aktif mengeluarkan Na. (bagian yang tidak
mereabsorbsi Na)
Pars asendens
secara aktif memindahkan NaCl keluar dari lumen tubulus untuk masuk ke dalam cairan
interstisium sekitar dan impermeabel terhadap H2O sehingga garam meninggalkan cairan
tubulus ranpa diikuti secara osmotik
oleh H2O.
paling kuat pada pengaturan Na dan penambah tekanan darah arteri. Renin mengaktifkan
angiotensinogen, suatu protein plasma yang diproduksi di hati menjadi angiotensin l.
Angiotensin I diubah menjadi angiotensin ll oleh angiotensin-converting enzyme (ACE) yang
diproduksi di paru. Angiotensin ll merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan hormon
aldosteron, yang merangsang reabsorpsi Na oleh ginjal. Rentesi Na. yang terjadi menimbulkan
efek osmotik yang menahan lebih banyak H2O di CES. Bersama-sama, konservasi Na dan H2O
membantu mengoreksi rangsangan semula yang mengaktifkan sistem hormon ini. Angiotensin
juga memiliki efek lain yang membantu mengoreksi rangsangan semula, misalnya dengan
mendorong vasokonstriksi arteriol.
Miksi, atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih,diatur oleh dua mekanisme: refleks
berkemih dan kontrol volunter. Setelah proses panjang di nefron ginjal, urin yang telah selesai
masuk ke vesikaurinaria karena adanya dorongan dari otot-otot detrusor ureter. Kandung kemih
pada orang dewasa dapat menampung 250 sampai 400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya
mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi
ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang
membawa impuis ke medula spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron merangsang saraf
parasimpatisis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus.
Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Selama
kontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfingter internus. Secara bersamaan, sfingter
eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kedua sfingter terbuka dan urin
terdorong melalui uretra.
Pengisian kandung kemih berkaitam dengan keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya
kandung kemih muncui sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan
bahwa miksi akan segera terjadi.sehingga pengosongan kandung kemih dapat berlangsungsesuai
keinginan. Jika waktu refleks miksi dirasa kurangsesuai untuk berkemih, maka dengan sengaja
dapat mencegah pengosongan kandung kemihDenganncangkan sfingter eksternus dan diafragma
pelvis.