Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kesuksesan jalannya kegiata-kegiatan
dalam pelaksanaan program kerja. Evaluasi dilakukan dalam lokakarya mini yang bertujuan untuk pelaporan kinerja dan penilaian koordinasi lintas program maupun lintas sektor, yang dilakukan sekali dalam tiga bulan. Keberhasilan ditandai dengan adanya unit kerja yang berjalan dengan efektif di UKM wilayah kerja Puskesmas Pauh, meningkatnya kesadaran akan penggunaan Alat Pelindung Diri yang dinilai melalui kuisioner dan menurunnya angka kecelakaan kerja, dan meningkatnya taraf kesehatan pekerja, Unit kesehatan kerja yang berjalan efektif dinilai dari terpilihnya kader UKK yang telah mengikuti pelatihan dan seminar UKK serta telah mendapat sertifikat. Peningkatan kesadaran akan penggunaan Alat Pelindung Diri dapat dinilai dengan membagikan kuisioner kepada para pekerja, dan membandingkan hasil yang didapatkan sebelum dan sesudah penyuluhan, semakin tinggi hasil yang didapatkan setelah penyuluhan, semakin tinggi tingkat keberhasilan. Menurunnya angka kecelakaan kerja dinilai dari laporan kader UKK terpilih dengan membandingkan angka kecelakaan kerja sebelum dan 1 bulan sesudah terbentuknya UKK. Meningkatnya taraf kesehatan pekerja dinilai dengan terlaksananya pemeriksaan kesehatan pekerja secara rutin setiap bulannya.
Manajemen Terpadu Balita Sakit
a. Urgensi: 3 (Cukup penting)
Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah sebuah manual yang diterbitkan oleh WHO pada tahun 2011, yang berisi panduan untuk membantu pekerja awam kesehatan masyarakat untuk menilai dan mengobati anak sakit berusia 2 hingga 59 hulan. Manual ini memuat topik mengenai cara mengidentifikasi dan merujuk anak dengan tanda tanda bahaya, seperti untuk penyakit Pneumonia, diare, dan demam. Manual ini juha membahas mengenai aspek terkait saran perawatan mandiri di ruah untuk anak sakit. Saat ini di Puskesmas Pauh belum diterapkan standar pelayanan anak sakit berbasis MTBS, dan belum ada pelatihan khusus petugas kesehatan selain dokter mengenai MTBS.Namun, karena di Puskesmas Pauh sebagian besar pasien anak ditangani segera oleh dokter yang telah paham mengenai MTBS, standar kompetensi dokter, dan edukasi yang diperlukan dalam perawatan anak sakit, hal ini tidak dapat digolongkan kedalam sesuatu yang sangat penting maupun penting.
b. Intervensi: 3 ( Cukup mudah)
Intervensi yang dapat dilakukan cukup mudah. Intervensi dapat berupa pelatihan dan edukasi mengenai penggunaan MTBS dalam melayani pasien anak usia 2 hingga 59 bulan yang berobat ke Puskesmas Pauh. Edukasi dan Pelatihan dapat dilakukan melalui seminar kesehatan yang menargetkan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Namun, untuk melakukan Seminar, diperlukan koordinasi yang baik dengan puskesmas dan tenaga kesehatan setempat demi terjangkaunya semua tenaga kesehatan yang berperan dalam tingkat awal penatalaksanaan anak sakit, diperlukan juga Narasumber yang kompeten di bidangnya dan pendataan secara rinci mengenai tenaga kesehatan yang sudah pernah dan belum pernah mendapatkan pelatihan MTBS. Karena hal tersebut, hal ini tidak bisa dikategorikan dalam hal yang sangat mudah atau mudah.
c. Biaya: 3 (Cukup Murah)
Biaya untuk intervensi cukup murah, karena alat dan fasilitas yang diperlukan sederhana. Untuk seminar diperlukan seminar kit, sertifikat pelatihan, narasumber yang kompeten, snack, sarana dan prasarana presentasi seperti mikrofon, sound system, proyektor, dan laptop yang sudah tersedia di Puskesmas. Meskipun sarana dan prasarana presentasi telah tersedia di Puskesmas, dan dapat digunakan tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan, untuk seminar diperlukan promosi dalam bentuk poster dan leaflet, serta pencetakan undangan resmi untuk narasumber, dan diperlukan biaya untuk banner, snack, pembuatan sertifikat, dan tunjangan narasumber. Oleh sebab itu, biaya untuk kegiatan ini tidak bisa digolongkan ke dalam sangat murah atau murah.
d. Mutu: 3 (Sedang)
Sekalipun intervensi telah berjalan dengan optimal, kemungkinan
perbaikan mutu yang dicapai tidaklah begitu baik. Hal ini dikarenakan keberhasilan intervensi sangat tergantung pada keinginan dan kesadaran petugas kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan sehari-hari, dan juga sulit untuk melakukan pemantauan apakah MTBS diterapkan atau tidak pasca seminar dilaksanakan.