Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EKOLOGI LAUT

MARINE BIRDS (BURUNG LAUT)

Oleh :

1. Violita Yusi A. (15030244007)

2. Safirah Nadhila A. (15030244038)

BIOLOGI 2015

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak


dikenal, diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis burung yang tersebar di dunia.Burung
berdarah panas seperti binatang menyusui, tetapi sebenarnya burung lebih berkerabat
dekat dengan reptil, yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu.Semua
jenis burung dianggap berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil burung yang
pertama, yaitu Archaeopteryx (Mackinnon, 1990).
Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan
diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat daripada hewan lain. Beberapa burung
memiliki ukuran besar, sebagian diurnal dan sebagai anggota kelas maka burung
banyak hidup berdampingan dalam lingkungan manusia. Burung memiliki keindahan
bentuk dan warna serta cara perkawinan yang menarik. Beberapa aspek pada burung
seperti pola terbang, makanan dan kegiatan kawin tidak terlalu sulit untuk diamati.
Aspek lain yang menarik adalah tingkah laku burung, suara, siulan dan nyanyian
yang indah yang sangat spesifik bagi tiap-tiap burung. Jumlah species burung sangat
banyak, bahkan yang terbanyak dibandingkan dengan kelas lainnya kecuali kelas
pisces.
Burung merupakan salah satu di antara lima kelas hewan bertulang belakang,
burung berdarah panas dan berkembang biak dengan bertelur, mempunyai bulu.
Tubuhnya tertutup bulu dan memiliki bermacam-macam adaptasi untuk terbang.
Rangka burung sangat kokoh tetapi ringan, kebanyakan dari tulang yang besar
berongga sehingga rangka itu tidak perlu memiliki beban yang tidak berguna. Tulang
tersebut disokong oleh jaringan penopang. Pada tulang dadanya yang berlunas dalam
melekat otot-otot terbang yang kokoh yang menggerakkan sayap ke atas dan ke
bawah (Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna, 1989 dikutip oleh Wibowo, 2005).
Burung dapat hidup di tanah, dan ada pula yang hidup sebagai burung aquatik.
Burung yang hidup di tanah pada umumnya bersifat omnivora, mengambil makanan
di tanah, dan umumnya mempunyai kaki yang kuat untuk mencakar-cakar tanah atau
untuk menyimpan makanan. Lain halnya dengan burung aquatik. Pada umumnya
burung aquatik menggunakan kakinya untuk berenang, atau mempunyai kaki yang
panjang untuk berjalan di air yang memungkinkan mereka untuk mencari makanan di
lingkungan aquatik. Burung aquatik cenderung dikategorikan ke dalam tiga kelompok
sekalipun batasnya tidak terlalu tajam. Pertama, adalah burung laut (marine birds)
yang mencari makan di laut lepas dan kembali ke darat untuk berkembang biak di
pulau karang pantai. Kedua adalah kelompok yang terutama mengandalkan air tawar
sebagai sumber makanan dan cenderung membuat sarang dekat sumber makanannya.
Ketiga adalah kelompok burung pantai yang terdiri dari sub ordo yaitu
Charadiiformes.
Banyak dari kita yang belum mengetahui jenis burung apa saja yang
dikategorikan sebagai burung laut atau marine birds. Hampir sebagian besar dari kita
mengira bahwa burung hidup di tanah atau bahkan sama sekali tidak ada yang tahu
bahwa burung ada yang hidup di laut. Maka dari itu, dalam makalah ini penulis akan
menjelaskan mengenai burung aquatik khususnya burung laut (marine bird) beserta
beberapa contoh dari spesies burung laut tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini diantaranya :
a. Bagaimana keanekaragaman burung laut?
b. Bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh ordo maupun spesies yang
termasuk ke dalam kelompok burung laut ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya ;
a. Untuk mengetahui keanekaragaman burung laut.
b. Memahami karakteristik yang dimiliki oleh ordo maupun spesies yang
termasuk ke dalam kelompok burung laut.
BAB II
ISI

2.1 Burung Laut


Beberapa jenis Carinatae beradaptasi penuh dengan kehidupan laut, jarang
pergi ke darat kecuali untuk berkembang biak. Ciri khas burung laut termasuk
penguin, berkembang biak secara berkelompok di daerah pantai yang terpencil atau
pulau-pulau kecil di mana mereka dapat membuat sarang dengan tenang , bebas dari
predator. Dalam kelompok ini terdapat ordo yang merupakan burung laut sejati yaitu
Ordo Procellariiformes (Tubinares), ordo yang cenderung secara progresif menjadi
burung air tawar yaitu ordo Pelecaniformes, dan ordo yang terdiri atas penguin yang
sangat divergen yaitu Sphenisciformes.
Burung laut tak dapat menghindar dari penyerapan garam dari air laut yang
bertolak belakang dengan masalah fisiologi untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik. Banyak burung laut mengatasi masalah ini dengan modifikasi kelenjar
lacrimal untuk mengeluarkan kelebihan garam melalui lubang hidung.

2.2 Tubenose Birds (Ordo Procellariiformes)


Procellariiformes terdiri atas burung Albatros, Shearwater, Storm- petrel, dan
Diving-petrel dan semuanya merupakan burung laut sejati. Mempunyai hidung
tabung yang unik yang terletak sepanjang mandibula yang terpisah atau bersatu
membentuk tabung tunggal, karena itulah ordo ini dinamai pula Tubinares yang
berarti hidung tabung (Maynard, 2003)
2.2.1 Morfologi
Procellariiformes berbagai ukuran dari yang sangat besar contohnya
Wandering Albatross, dengan berat 11 kg dan lebar sayap 3,6 meter, burung kecil
seperti Least Badai Petrel, dengan berat 20 g dengan lebar sayap 32cm, dan yang
terkecil dari prion, Fairy prion, dengan lebar sayap 23-28cm. Mereka memiliki paruh
yang tertutup oleh satu atau dua tabung di sepanjang paruh mereka, yang beralur
dengan ujung paruhnya yang berbentuk seperti pengait. Paruhnya tersusun dari
beberapa lempengan. Sayap mereka panjang dan tipis, kaki berselaput, dan kaki
belakang yang belum berkembang atau tidak ada, bulu dewasa mereka didominasi
hitam, putih, dan abu-abu.

Ordo Procellariiformes (tubenoses) memiliki beberapa karakteristik yang


sama, dimulai dengan bagian hidung tubular mereka yang digunakan untuk
penciuman. Kemampuan untuk mencium membantu mereka untuk mencari mangsa
di laut dan juga dapat membantu menemukan sarang mereka di dalam koloninya.
Struktur paruh mereka, yang berisi tujuh sampai sembilan piring dengan fungsi
rangsangan yang berbeda, meskipun di setiap spesies ada perbedaan. Petrel memiliki
piringan yang disebut unguis (rahang atas yang membentuk kait). Beberapa spesies
memiliki sisir seperti rahang bawah, yang terbuat dari pelat tomial, yang berfungsi
untuk memakan plankton. Pengecualian untuk Albatrosses besar dapat membunuh
burung predator besar dengan minyak perut mereka, yang mereka dapati tembakan
dari jarak tertentu. Minyak perut ini, disimpan dalam proventrikulus, adalah residu
pencernaan yang dibuat dalam foregut, dan digunakan terutama untuk penyimpanan
makanan kaya energi selama penerbangan panjang mereka serta digunakan untuk
pertahanan (Double, 2003)

2.2.2 Adaptasi Fisiologi


a. Sayap
Bentuk sayap mereka yang panjang dan tipis memudahkan mereka untuk
mengudara lama di atas lautan. Salah satu contohnya albatross besar (genus
Diomedea) dengan bentangan sayap melebihi 340 cm, dimana merupakan salah satu
burung yang mempunyai bentangan sayap terbesar diantara burung lainnya. Selain
itu, sayapnya berfungsi untuk mempercepat gerakannya saat memangsa ikan yang
ada di dalam laut, dimana sayapnya yang tipis membuat tubuhnya aero dinamis
dengan cepat dapat memangsa ikan yang ada di dalam air.

b. Kaki
Kebanyakan burung tubenoses tidak dapat berjalan baik di daratan. Kaki
burung tubenose tidak memiliki kaki belakang, yang menyebabkan mereka tidak
dapat berjalan baik di daratan. Selain itu, kaki tubenoses bird terdiri dari selaput yang
membuat mereka berenang baik saat memburu mangsa di dalam air.

c. Paruh
Paruh Tubenose mempunyai keunggulan tersendiri dimana mereka dalam
mencium mangsa dengan baik. Lalu bentuk paruh mereka yang di ujungnya
berbentuk seperti pengait memudahkan mereka untuk menangkap dan membununh
mangsa. Secara umum bentuk dari paruh tubenoses seperti burung elang namun paruh
burung tubenoses lebih panjang dan runcing di bagian ujungnya.

2.2.3 Reproduksi
Procellariiformes mempunyai sifat monogami dan membentuk ikatan
pasangan jangka panjang yang terbentuk selama beberapa tahun dan dapat
berlangsung selama hidup mereka. Hanya ada satu telur diletakkan dalam setiap
sarang, dan biasanya hanya satu sarang yang dibuat per tahun, meskipun kebanyakan
albatrosses hanya dapat sarang setiap dua tahun sekali. Kedua induk tubenoses ikut
serta dalam pengeraman dan pemeliharaan anak mereka. Setelah anaknya dewasa,
sang induk akan membiarkannya tumbuh sendiri.

2.2.4 Habitat
Kebanyakan spesies bersarang di daratan, sementara beberapa spesies
bersarang dalam rongga alam dan lubang. Habitat mereka secara umum menjelajahi
lautan, hanya saat melakukan perkembangbiakan saja mereka datang kembali ke
sarang mereka.

2.2.5 Sebaran
Procellariiformes memiliki distribusi yang meluas di seluruh lautan di dunia,
meskipun pada tingkat family dan genus ada yang memilki pola sebaran yang jelas.
Family yang paling banyak tersebar adalah Procellariidae, yang ditemukan di daerah
tropis, beriklim sedang dan kutub dari belahan Utara dan belahan Selatan, meskipun
mayoritas tidak berkembang biak di daerah tropis, dan setengah spesies hidup di
daerah beriklim sedang dan kutub selatan. Storm petrels hampir sama luas sebagai
procellariids, dan terbagi dalam dua subfamili yang berbeda, yang Oceanitinae
memiliki distribusi di belahan bumi selatan dan sebagian besar Hydrobatinae
kebanyakan ditemukan di belahan bumi utara. Mayoritas albatrosses terbatas di
belahan bumi selatan, makan dan bersarang di daerah beriklim dingin dan diving -
petrel terdapat di belahan bumi selatan (Bretagnolle, 1993).

Tabel 1. Contoh Spesies Tubenose Birds


Gambar 1.2 Albatrosses Gambar 1.3 Shearwaters
(Macronectesgiganteus)
(Phoebastriaalbatrus)
(sumber: en.wikipedia.com)
Gambar 1.1 Strom-Petrel (sumber: en.wikipedia.com)
(H. pelagicus) Kingdom : Animalia
(sumber: en.wikipedia.com) Kingdom : Animalia Phylum : Chordata
Phylum : Chordata Class : Aves
Kingdom : Animalia Class : Aves Order : Procellariiformes
Phylum : Chordata Subclass : Neornithes Family : Procellariidae
Class : Aves Infraclass : Neoaves Genus : Macronectes
Order : Procellariiformes Order : Procellariiformes (Richmond, 1905)
Family : Hydrobatidae Family : Diomedeidae
Subfamily : Hydrobatinae (G.R. Gray,1840)
Genus : Hydrobates
Species : H. pelagic (F.
Boie, 1822)

2.3 Pelican Bird (Ordo Pelecaniformes)


Undan atau pelikan adalah sejenis burung air yang memiliki kantung yang
dapat membesar pada bagian bawah paruhnya. Pelikan terdapat pada hampir setiap
penjuru dunia. Beberapa jenis pelikan merupakan burung laut, dan sebagian lainnya
merupakan burung yang \biasa di air laut dan di air tawar. Pelecaniformes jarang
berada di laut . Dua dari tiga sub ordo hanya mempunyai satu famili yang benar-benar
burung laut, yaitu tropic-birds dan frigate-birds. Sub ordo ketiga terdiri atas satu
burung laut sejati yaitu gannets, sedangkan Cormorant dan pelikan mewakili burung
laut dan burung air tawar. Famili keempat yaitu darter hanya ditemukan di perairan
darat. Pelecaniformes memiliki ciri khas yaitu satu-satunya burung yang jari kakinya
berselaput penuh yang mempersatukan jari belakang dengan tiga jari depan.

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Pelecaniformes

Family : Pelecanidae
Genus : Pelecanus

2.3.1 Anatomi

Pelikan adalah burung yang terkenal dengan paruhnya yang memiliki


kantung. Paruhnya yang meruncing panjangnya bisa lebih dari 30 cm. Paruh sebelah
atas memiliki ujung yang bengkok membentuk kait. Pada paruh bagian bawah sampai
tenggorokan terdapat kantung berupa kulit elastis, yang digunakan untuk menangkap
ikan. Kakinya pendek dan pada jari-jarinya terdapat selaput yang memudahkannya
berenang. Panjang tubuh pelikan mencapai 1,5 m. Bentangan sayapnya antara 1,8 m
sampai 2,7 m tergantung spesiesnya. Pelikan jantan memiliki rupa yang sama dengan
pelikan betina, namun tubuh pelikan jantan sedikit lebih besar dari pelikan betina.

Undan terkecil adalah undan cokelat (Pelecanus occidentalis) dengan massa


hanya 2,75 kg, panjang tubuh 106 cm dan lebar bentangan sayap maksimum 1,83 m.
Pelikan terbesar saat ini adalah undan dalmasia (Pelecanus crispus) dengan massa 15
kg dan panjang 183 cm, dengan lebar bentangan sayap hingga 3,5 m. Undan
Australia memiliki paruh terpanjang diantara burung lainnya.

2.3.2 Habitat

Pelikan hidup di pinggir pantai danau dan sungai di berbagai belahan dunia.
Pelikan terdapat di semua benua kecuali benua Antartika. Ada enam spesies burung
pelikan yang terdapat di benua Amerika.

2.3.3 Makanan dan Perburuan

Sebagai burung air, makanan burung pelikan adalah ikan. Beberapa jenis
pelikan menangkap ikan dengan berenang secara bekerjasama dalam satu kelompok.
Mereka membentuk suatu barisan membentuk formasi huruf “U” untuk mengepung
dan menjebak ikan-ikan ke pinggir air. Mereka menggunakan sayap untuk mengepak-
ngepak permukaan air untuk mengarahkan ikan. Saat ikan-ikan terjebak dan
berkumpul di pinggiran air, mereka menangguknya dengan paruh berkantungnya.
Pelikan kemudian mengarahkan paruhnya ke bawah untuk membuang air dari
kantung tersebut, kemudian menelan ikan yang terperangkap di paruhnya. Cara
berburu masing-masing spesies tidak semuanya sama. Sebgai contoh, pelikan putih
(Pelecanus erythrorhynchos) biasa mencari makan dalam kelompok, dengan
memukul-mukul dan sayap dan kakinya mengejar ikan kecil ke arah tepi air. Pelikan
cokelat (Pelecanus occidentalis) memburu ikan dengan terjun menyelam dari
ketinggian 3-9 m dari atas permukaan air.
2.3.4 Perilaku

Pelikan adalah burung yang hidup berkelompok dan terbang dalam kawanan.
Pelikan dapat terbang dalam jangka waktu lama. Mereka sering terbang membentuk
satu garis panjang. Kadang kadang mereka juga terbang dengan membentuk formasi
huruf “V”. Meskipun lamban di darat, pelikan adalah penerbang yang kuat serta
anggun, dan terkenal karena sarangnya bisa berjarak 100 km dari tempat mereka
mencari ikan. Mereka adalah penangkap ikan yang hebat, dan dapat melakukan
manuver cepat di dalam air karena telapak kaki mereka berselaput. Burung pelikan
juga berkembang biak dalam kelompok yang disebut koloni. Pelikan biasa berada di
lingkungan kelompok pelikan lainnya, bahkan di lingkungan jenis burung air lainnya
seperti cormorant atau flamingo. Setelah makan sekenyang-kenyangnya, pelikan
sering pergi ke tempat yang sunyi, dan di sana ia duduk dengan pose yang
melankolis, kepalanya tenggelam di bahunya, nyaris tidak bergerak sehingga dari
jauh dapat disangka sebagai batu putih.

2.3.5 Reproduksi

Pelikan bersarang dalam koloni besar, dekat air atau di pohon, bergantung
spesies dan habitatnya. Saat masa berbiak, pelikan jantan dan betina menggunakan
kantung di paruhnya untuk mengumpulkan dan mengangkut material sarang berupa
ranting, rumput dan bulu-bulu. Pelikan betina bertelur dua sampai empat butir telur
yang berwarna putih kebiruan. Pelikan jantan dan betina secara bergantian
mengerami telur mereka. Telur akan menetas dalam jangka waktu sekitar satu bulan.
Telur menetas selisih satu hari, dan anak pelikan yang baru menetas sering
menyerang saudaranya yang lebih muda supaya mendapatkan lebih banyak makanan.
Anak pelikan tidak disuapi dari kantung. Induknya akan membuka mulutnya lebar-
lebar sehingga anaknya dapat mencapai kerongkongan induknya untuk mengambil
makanan yang disediakan. Anak pelikan akan segera dewasa dalam tiga tahun
(Olvista, 2012)

Tabel 2. Gambar Beberapa Spesies Burung Pelikan


Gambar 1. Pelikan Cokelat Gambar 2. Spot-billed pelican
(Pelecanius occidentalis) (Pelecanus philippensis)

Gambar 3. Pink-baked pelican


(Pelecanus rufescens) Gambar 4. Peruvian Pelikan (Pelecanus
thagus)

Gambar 5. Great White Pelican Gambar 6. Dalmatian Pelican (Pelecanus


(Pelecanus onocrotalus) crispus)

Gambar 7. American White Pelican Gambar 8. Australian Pelican (Pelecanus


(Pelecanus erythrorhynchos) conspcillatus)

2.4 Pinguins (Ordo Sphenisciformes)

Kasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Sphenisciformes

Family : Spheniscidae

Penguin adalah burung akuatik yang termasuk dalam kategori burung yang
tidak dapat terbang serta secara umum hidup di belahan Bumi Selatan. Terdapat 18
spesies penguin yang terdapat diseluruh dunia. Walaupun secara umum hidup di
belahan bumi selatan, namun penguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau
Antartika saja. Terdapat tiga spesies penguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu
contohnya adalah penguin yang hidup di Kepulauan Galapagos (Penguin Galapagos)
yang biasanya menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan. Umumnya
penguin memakan krill (sejenis udang), ikan, cumi-cumi dan hewan air lainnya yang
tertangkap ketika berenang di laut dengan paruhnya. Penguin dapat meminum air laut
karena kelenjar supraorbital pada tubuhnya menyaring kelebihan garam laut dari
aliran darah. Garam ini lalu dikeluarkan dalam bentuk cairan lewat saluran
pernapasan penguin. Tubuh penguin sangat sesuai untuk berenang dan hidup di air.
Sayapnya merupakan pendayung dan tidak mampu untuk terbang. Di daratan penguin
menggunakan ekor dan sayapnya untuk menjaga keseimbangan ketika berjalan.

Setiap penguin memiliki warna putih di sebelah dalam tubuhnya dan warna
gelap (biasanya hitam) di sebelah luar tubuh. Hal ini berguna untuk kamuflase.
Hewan pemangsa seperti singa laut dari dalam air akan sulit untuk melihat penguin
karena perutnya yang berwarna putih bercampur dengan pantulan permukaan air laut.
Sedangkan permukaan gelap pada punggungnya juga menyamarkan penguin dari
pandangan hewan pemangsa di atas air. Penguin mampu berenang dengan kecepatan
6 hingga 12 km/jam bahkan pernah tercatat hingga 27km/jam. Penguin yang
berukuran kecil biasanya menyelam selama satu hingga dua menit dari permukaan air
untuk menangkap makanan. Penguin yang berukuran lebih besar, yaitu penguin
emperor bisa menyelam lebih dalam hingga 565 meter selama 20 menit.

Untuk menghemat energi, kadang-kadang penguin berjalan dengan kaki


pendeknya atau meluncur di salju dengan perutnya. Penguin memiliki pendengaran
yang amat baik. Jika berada di daratan, penguin amat mengandalkan pendengarannya.
Mata penguin beradaptasi untuk penglihatan bawah air dalam mencari makanan dan
menghindar dari pemangsa. Kemampuan daya penciuman penguin hingga saat ini
masih belum banyak diketahui dan membutuhkan penelitian lebih lanjut. Untuk
melihat jenis kelamin penguin sangat sulit, karena penguin tidak memiliki kelamin
eksternal. Akibatnya untuk membedakan jenis kelamin penguin, manusia harus
memakai teknik pemeriksaan kromosom/DNA (Brands,2008)

2.4.1 Penguin Kaisar (Aptenodytes patagonicus)

Termasuk jenis yang terbesar di antara famili penguin, yaitu dengan tinggi
badan mencapai lebih dari 1 meter dan bobot lebih dari 35 kg. Sama seperti jenis
penguin lainnya, penguin kaisar juga memiliki kaki yang berjaring dan bulu tebal di
seluruh tubuhnya yang kedap air, dan merupakan spesies burung yang tidak dapat
terbang. Namun ciri yang paling terlihat untuk membedakan penguin kaisar dengan
jenis penguin lain adalah garis kuning samar pada bagian lehernya.

Makanan utama penguin kaisar adalah ikan, udang, dan cumi-cumi. Anatomi
sayap yang pendek memungkinkan penguin jenis ini untuk berenang hingga sejauh
15 km dan menyelam sampai pada kedalaman 900 kaki selama 18 menit. Oleh karena
itu, ikan yang dimakannya lebih besar daripada yang dimakan oleh penguin-penguin
dengan ukuran tubuh lebih kecil.

2.4.2 Penguin Raja (Aptenodytes forsteri)

Perbedaan antara penguin raja dengan penguin kaisar adalah pada garis
kuning yang terdapat pada leher penguin raja lebih mencolok dan membentuk
lengkungan tegas yang lebih telihat dibandingkan dengan penguin kaisar.

2.4.3 Penguin Gentoo (Pygoscelis papua)


Gentoo adalah spesies penguin terbesar nomer tiga setelah king penguin dan
Magellan penguin dengan tinggi antara 51 cm – 90 cm dan berat antara 4,9 kg -8,5
kg. Penguin gentoo umumnya dapat memiliki dua ekor anak yang diberi makan
induknya dengan memuntahkan ikan atau krill yang langsung disuapkan ke paruh
anak-anaknya. Karena sang induk sering kebingungan yang mana anak yang sudah
diberi makan dengan kenyang dan mana yang belum, si induk mempunyai cara unik
yaitu si induk akan berlari yang kemudian akan diikuti oleh anak-anaknya. Si induk
akan tahu anak yang belum kenyang yaitu anak yang mengejarnya paling depan.

2.4.4 Penguin Adelie (Pygoscelis adeliae)

Penguin Adelie dapat ditemukan di sepanjang pantai Benua Antartika. Secara


fisik penguin ini dapat dikenali dengan melihat paruhya yang pendek dan agak
tumpul, kepala dan badan bagian belakangnya dipenuhi warna hitam, perut berwarna
putih, dan lingkaran putih disekitar mata dengan tinggi maksimal adalah 75 cm. Saat
musim berkembang biak tiba, penguin jantan dan betina akan mengerami dua butir
telur yang mereka hasilkan secara bergantian selama sekitar satu bulan. Saat telur
menetas, kedua pasangan penguin tersebut akan tetap merawat anaknya hingga usia
22 hari.

2.4.5 Penguin Chinstrap (Pygoscelis Antarctica)


Penguin Chinstrap lebih menghindari es di laut jika dibandingkan dengan
penguin Adelie yang sangat bergantung pada es di laut.

2.4.6 Penguin Rockhopper (Eudyptes chrysocome)

Jenis penguin ini termasuk unik dan lain daripada yang lainnya. Keunikannya
dapat dilihat dari kepalanya yang memiliki jambul berwarna kekuningan yang
memanjang dari pangkal paruh hingga kebagian belakang kepalanya. Keunikan
lainnya adalah habitat asli penguin ini berupa kawasan yang dipenuhi tebing berbatu-
batu yang terdapat di pulau-pulau kecil disekitar Benua Antartika dan Samudra
Hindia serta Atlantik bagian selatan. Berdasarkan lokasi persebaran dan karakteristik
fisiknya, penguin pelompat batu dibagi menjadi dua subspecies yaitu, spesies utara
(Eudyptes chrysocome chrysocome) dan spesies selatan (Eudyptes chrysocome
moseleyi). Selebihnya penguin ini memiliki pola hidup yang tidak berbeda dengan
spesies penguin lainnya. Jenis betina mengeluarkan dua butir telur sekali
bereproduksi, namun umumnya hanya satu yang bisa bertahan hidup. Sejak telur
pertama kali dikeluarkan hingga menetas dan tumbuh hingga ukuran tertentu, jantan
dan betina melakukan pengeraman dan perawatan anakan secara bergantian.

2.4.7 Penguin Mata Kuning (Megadyptes antipodes)

Pinguin mata kuning (Megadyptes antipodes) adalah penguin endemik


Selandia Baru. Seperti kebanyakan penguin lainnya, penguin ini merupakan
piscivora. Spesies ini berkembang biak di sekitar South Island di Selandia Baru,
begitu juga pulau-pulau Stewart, Auckland, dan Campbell. Penguin mata kuning
adalah spesies penguin paling langka, populasinya diperkirakan sekitar 4.000 burung.
Spesies ini hanya dapat ditemukan di sepanjang pantai tenggara Selandia Baru dan
pulau-pulau terdekatnya.

2.4.8 Penguin Magellanic (Spheniscus magellanicus)

Penguin Magellanic hanya dapat ditemukan di ujung selatan Benua Amerika.


Nama “Magellan” diberikan karena salah satu habitat alaminya adalah pulau-pulau
kecil di Selat Magellan, selat di ujung Amerika Selatan. Secara fisik, penguin
Magellan dapat dikenali dengan melihat paruhnya yang besar dan adanya garis putih
besar dibagian kepala serta lehernya serta garis hitam dibagian atas dadanya
(Warham, 1996)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Burung laut (marine birds) merupakan burung yang mencari makan di laut
lepas dan kembali ke darat untuk berkembang biak di pulau karang pantai. Ciri khas
burung laut termasuk penguin, berkembang biak secara berkelompok di daerah pantai
yang terpencil atau pulau-pulau kecil di mana mereka dapat membuat sarang dengan
tenang , bebas dari predator. Dalam kelompok ini terdapat ordo yang merupakan
burung laut sejati yaitu Ordo Procellariiformes (Tubinares), ordo yang cenderung
secara progresif menjadi burung air tawar yaitu ordo Pelecaniformes, dan ordo yang
terdiri atas penguin yang sangat divergen yaitu Sphenisciformes.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini alangkah lebih baik mencari literature yang
lebih baik agar proses penyusunan menjadi lebih mudah dan dapat memperjelas
makalah ini serta pembagian burung-burung secara ekologis lebih mendetail.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. http://wol.jw.org/en/wol/d/r25/lp-in/1200003425. Diakses pada

tanggal 12 Desember 2017 pukul 12:45 WIB

Anonim. 2007. http://www.newzealand.com. Diakses pada tanggal 12 Desember


2017

pukul 13:00 WIB

Bretagnolle, Vincent (1993). "Adaptive significance of seabird coloration: The case


of Procellariiforms". The American Naturalist 142 (1): 141–173. doi:
10.1086/285532. JSTOR 2462637.PMID 19425973.

Brands, Sheila. 2008. "SystemaNaturae 2000 / Classification – Family Diomedeidae".


Project: The Taxonomicon. Archived from the original on 16 June 2009.
Retrieved 17 February 2009

Double, D.C. (2003). "Procellariiformes".In Hutchins, Michael.Grzimek's Animal


Life Encyclopedia. 8 Birds I Tinamous and Ratites to Hoatzins (2 ed.).
Farmington Hills, MI: Gale Group. pp. 107–110. ISBN 0-7876-5784-0

Mac Kinnon, J., Philipps, K., dan Van Balen, B. 2010. Seri Panduan Lapangan
Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. LIPI. Bogor.

Maynard, B. J. (2003). "Shearwaters, petrels, and fulmars (procellariidae)".In


Hutchins, Michael.Grzimek's Animal Life Encyclopedia. 8 Birds I Tinamous
and Ratites to Hoatzins (2 ed.). Gale Group. pp. 123–127. ISBN 0-7876-
5784-0.

Olvista. 2012. http://olvista.com/fauna/burung-pelikan-si-paruh-berkantung/. Diakses


pada tanggal 12 Desember 2017 pukul 12:30 WIB
Warham, J. (1996). The Behaviour, Population, Biology and Physiology of the
Petrels. London: Academic Press, ISBN 0-12-735415-8

Wibowo, R. B. 2005. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Mangrove Desa Pulau

Pahawang Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Lampung Selatan. (Skripsi).

Jurusan Manajemen Hutan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak

dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai