Anda di halaman 1dari 17

I.

PETUNJUK UMUM

A. PENDAHULUAN
Dalam dunia pengajaran, dikenal berbagai jenis buku. Jenis-jenis tersebut, di antaranya
buku teks dan buku penunjang. Buku teks, buku paket, atau buku ajar, adalah buku yang
menjabarkan program-program pelajaran dalam kurikulum sekolah. Dengan kedudukannya itu,
buku teks sering pula disebut dengan buku wajib. Buku Cerdas Berbahasa dan Berdastra Indonesia
(CBBI) Peminatan 1 ini termasuk ke dalam buku teks. Adapun buku penunjang peranannya
menampingi atau memperkaya materi yang terdapat dalam buku teks. Dalam pengajaran bahasa
Indonesia, yang termasuk buku penunjang, antara lain, buku tata bahasa, ejaan, kamus, novel-
novel, kumpulan puisi, dan sejenisnya.
Buku teks merupakan media belajar yang bisa melampaui kebersamaan guru dengan para
siswanya. Kehadiran buku teks menguntungkan guru dalam memberikan pelayanan optimal
kepada para siswanya.
1. Kehadiran buku memungkinkan guru untuk lebih banyak berhadapan dengan siswa secara
perorangan atau dengan kelompok-kelompok kecil.
2. Guru dapat memusatkan perhatiannya pada usaha membangkitkan minat siswa ketimbang
penyampaian materi atau aneka latihan belajar.
3. Karena buku memungkinkan siswa untuk mempersiapkan diri sebelumnya, kegiatan pe
belajaran di kelas dapat dimanfaatkan untuk pemantapan pemahaman dan kegiatan praktik
(Sari & Reigeluth, 1982: 56-57).
Buku CBBI Peminatan 1 kami susun dengan berorientasi tujuan-tujuan di atas. Para siswa
dihadarpkan dapat terlayani dengan kehadiran buku ini. Tidak saja dengan materinya yang
mengacu pada kurikulum 2013, buku CBBI Peminatan 1 disertai dengan latihan-latihan berbasis
pendekatan pembelajaran ilmiah dan penialaian autentik.
Terlepas dari kelebihan-kelebihan buku ini, yang perlu diperhatikan adalah
pendayagunaannya agar benar-benar bermanfaat bagi siswa. Untuk itu,
Diperlukan buku petunjuk gurunya agar penggunaannya lebih efektif. Namun yang jelas
bahwa penggunaan buku CBBI Peminatan 1 ini untuk dihapalkan; akan tetapi hendaknya menjadi
teman setia, dapat membantu para siswa dalam memahami dan memecahkan masalah, tidak
hanya dalam kepentingan belajar tetapi juga dalam pendalaman keilmuan kebahasaan dan
kesastraan serta kehidupan mereka sehari-hari.

B. TUJUAN
Dalam setiap pengajarannya, guru harus berorientasi pada tujuan sebagai implementasi
dari kompetensi dasar (KD). Dalam Kurikulum 2013, KD yang harus dikembangan dalam
pembelajaran tercakup ke dalam empat kompetensi inti (KI), yakni kompetensi spiritual, sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Namun, yang menjadi fokus pengembangan tujuan di dalam buku
KBBI-2 i mencakup KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan). Kedua kategori KI tersebut
dipadukan ke dalam satu bab yang sama berdasarkan kesamaan materinya.

1
Dalam Kurikulum 2013 SMA Bahasa Indonesia program Peminatan untuk Kelas X
terdapat delapan KD untuk KI-3 dan delapan KD pula untuk KI-4, yakni sebagai berikut.
KI-3 KI-4
3.1 Menafsirkan informasi dari suatu 4.1 Mengubah informasi dari bentuk tabel dan
tabel dan atau grafik dengan atau grafik ke dalam bentuk uraian secara
membaca intensif. lisan atau tertulis
3.2 Menerangkan informasi teks naratif 4.2 Menyusun teks naratif objektif tentang
objektif tentang riwayat tokoh riwayat tokoh (sastra dan bahasa) dengan
(sastra dan bahasa) dengan memperhatikan hal-hal yang menarik dan
memperhatikan hal-hal yang patut diteladani secara tertulis
menarik dan perlu diteladani
3.3 Menerangkan informasi tentang 4.3 Menggunakan berbagai kategori kata dalam
kategori kata. kalimat secara lisan atau tertulis.
3.4 Menjelaskan proses morfologis 4.4 Memahami proses morfologis (afiksasi,
(afiksasi, pemajemukan, pengulangan, pemajemukan, pengulangan, dan penyerapan)
dan penyerapan) dalam kalimat. dalam kalimat secara lisan maupun tertulis.
3.5 Mengidentifikasi jenis-jenis frasa dan 4.5 Menggunakan jenis-jenis dan konstruksi frasa
konstruksi frasa dalam kalimat . dalam kalimat secara lisan dan tertulis.
3.6 Membedakan jenis-jenis makna 4.6 Menggunakan jenis-jenis makna (konotatif dan
(makna konotatif dan denotatif, denotatif, gramatikal dan leksikal, kias dan
makna gramatikal dan leksikal, makna lugas, referensial dan nonreferensial, umum
kias dan lugas, makna referensial dan dan khusus, perubahan dan pergeseran makna
makna nonreferensial, makna umum kata, serta hubungan makna kata) dalam
dan khusus, perubahan dan kalimat baik secara lisan maupun tertulis
pergeseran makna kata, serta
hubungan makna kata)
3.7 Menafsirkan sastra Melayu Klasik 4.7 Mengungkapkan kembali naskah sastra Melayu
(hikayat) lisan atau tulis Klasik (hikayat) secara lisan atau tulis.
3.8 Menganalisis puisi bertema sosial, 4.8 Menulis puisi bertema sosial, budaya,
budaya, dan kemanusian dengan dankemanusiaandenganmemperhatikanstruktu
memperhatikan struktur fisik rfisik (tipografi, diksi, imaji, kata konkret,
(tipografi, diksi, imaji, kata konkret, bahasa figuratif, verifikasi: rima, ritme, dan
bahasa figuratif, verifikasi: rima, metrum) dan strukturbatinpuisi (tema, feeling,
ritme, dan metrum) dan struktur nada, dan amanat).
batin puisi (tema, feeling, nada, dan
amanat) .
Kedelapan pasangan KD itu dirumuskan kembali ke dalam satu bab yang sama sehingga
memudahkan para siswa dalam mempelajari dan menemukan korelasinya. Lebih-lebih hubungan
antara KI-3 dan KI-4 pada masing-masing pasangan KD tersebut saling berkesinambungan.

C. PENGORGANISASIAN MATERI
CBBI Peminatan 1 ini berpedoman pada kompetensi dasar yang ada dalam Kurikulum
2013, kelas X. Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas bahwa terdapat kedaelapan pasangan
KD (KI-3 dan KI-4), materi dalam buku ini terbagi ke dalam kedelapan bab dengan urutan
sebagaimana yang ditetapkan kurikulum, yakni sebagai berikut:
1. Mendalami Tabel dan Grafik
2. Biografi Tokoh Sastra dan Bahasa
3. Kategorisasi dan Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia

2
4. Pembentukan Kata
5. Frasa dalam Bahasa Indonesia
6. Makna Kata dalam Bahasa Indonesia
7. Mendalami Nilai-nilai Kehiduan dalam Karya Sastra Melayu Klasik
8. Mendalami dan Mengkreasikan Puisi
Dalam pembelajarannya, materi-materi itu dikembangkan dalam ranah keterampilan
berbahasa lisan dan tulisan. Misalnya, untuk materi tentang tabel dan grafik. Siswa diajak untuk
membaca dan menafsirkan dan teks yang mengandung keduan jenis gambar grafis itu. Mereka
melakukan kegiatan bernalar yang kemudian mereka merekontruksinya, secara lisan dan tertulis,
melalui diskusi kelompok dan mempresentasikannya secara lisan. Dengan demikian,
pengembangan materi dalam buku ini memperhatikan pendekatan pembelajaran berbasis genre,
sebagai pendekatan pembelajaran bahasa yang mengembangkan kemampuan kognitif para siswa,
namun tetap memperhatikan pengembangan kemampuan komunikatif mereka. Kemampuan
berbahasa siswa, baik lisan ataupun tertulis tetap dikembangkan secara begantian dan
berkesinambungan. Pada setiap babnya, kedua kemampuan tersebut disampaikan secara terpadu
dalam naungan sebuah tema. Dengan pengorganisasi materi seperti itu, diharapkan pengalaman
belajar yang diperoleh siswa dapat lebih teradu dan aaplikatif untuk kepentingan mereka sehari-
hari.

D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Buku CBBI Peminatan 1 disusun berdasarkan Kurikulum 2013, sebagai kurikulum yang
mengembangkan pendekatan-pendekatan berikut: genre-based, genre pedagogy dan content
language integrated learning (CLIL).

1. Pendekatan Berbasis Genre


Pendekatan berbasis genre menjadikan teks sebagai fokus kajian. Genre merupakan
pengelompokkan dari suatu peristiwa komunikasi. Setiap peristiwa komunikasi memiliki tujuan
komunikatif yang khas yang juga berbeda dalam wujud komunikasinya. Wujud komunikasi ini
ditentukan oleh masyarakat yang menghasilkan genre tersebut (Swales, 2003).
Ada beberapa prinsip yang menjadi dasar pengembangan dari pendekatan ini:
(1) teks terbentuk karena tuntutan kegiatan sosial;
(2) teks memiliki tujuan sosial;
(3) bentuk teks merupakan hasil konvensi;
(4) kebahasaan (tata bahasa) suatu teks bersifat fungsional sesuai tujuan sosial; dan
(5) bahasa teks, seperti kosa kata, tata bahasa, atau ciri lainnya tidak boleh diajarkan terpisah dari
pertimbangan struktur teksnya (Biber & Conrad, 2009).
Adapun yang dimaksud dengan genre dalam hal ini merupakan makna dan tujuan sosialnya.
Sementara itu, tipe atau jenis teks merupakan bentuk fisiknya. Oleh sebab itu pendekatan
berbasis genre juga terkadang disebut berbasis teks.
Dalam CBBI Peminatan 1, pembahasannya tidak semata-mayta terfokus pada jenis teks
tertentu, melainkan pada pembahasan pada aspek-aspek kebahahasaanya; dalam rangka
memberpakaya jenis-jenis teks yang ada pada buku wajib. Aspek-aspek kebahasaan yang
dimaksud mencakup masalah kategorisasi kata, pembentukan kata, frasa, dan makna kata. Selain
itu, dipabahas materi pengayan lainnya yang berkaitan dengan teks kesastraan, yakni tentang
biografi, puisi, dan sastra Melayu klasik.

2. Pendekatan CLIL

3
Pendekatan CLIL (content language integrated learning) disebut pula pembelajaran
terintegrasi isi bahasa. Pendekatyan ini mencakup empat unsur yang saling berintegrasi, yakni
content, communication, cognition, culture (community/citizenship) Coyle (2006, 2007).
a. Content itu berkaitan dengan topik atau tema yang menjadi wadah pembahasannya. Misalnya
tentang nasionalisme, kebudayaam lingkungan.
b. Communication berkaitan dengan cara di dalam mempelajari topik itu, misalnya dengan
mendengarkan, meembaca, membicarakan, atau menuliskannya.
c. Cognition berkaitan dengan keterampilan berpikir yang dikembangkan di dalam mendalami
topik, misalnya dengan mengidentifikasi, menganalisis, menceritakannaya kembali,
mengonturksi.
d. Culture berkaitan dengan lingkungan, kondisi, atau hal lainnya yang berkaitan dengan topic.
Misalnya, tentang topik budaya dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat yang tumbuh dan
berkembang di lingkungan para siswa.

3. Pedagogi Genre
Pendekatan pedagogi genre didasarkan pada siklus belajar-mengajar “belajar melalui
bimbingan dan interaksi” yang mengutamakan teknik pemodelan teks dan membangun teks
secara terbimbing bersama (joint construction) sebelum membuat teks secara mandiri. Bimbingan
dan interaksi menjadi penting dalam kegiatan belajar di kelas.
Dalam pedagogi genre, makna
perancah (scaffolding) menempel pada
proses belajar mengajar. Teori Belajar
Sosial Vygotsky menekankan “kolaborasi
interaktif antara guru dan siswa, guru
mengambil peran otoritatif untuk
menaikkan jenjang performansi potensial
siswa”.
Pembelajaran mandiri bukanlah
berarti siswa belajar secara mandiri tanpa
bantuan (guru, teman sejawat). Dukungan
dapat dimaknai sebagai suatu situasi anak
mencapai keberhasilan suatu tugas di
bawah bimbingan. Dukungan yang secara
bertahap dihilangkan saat siswa mampu
melaksanakan tugas secara mandiri.
Proses utama belajar mengajar pedagogi genre dikenal sebagai siklus belajar mengajar yang
terdiri atas empat tahap, yakni
a. penyiapan konteks dan membangun
pembelajaran;
b. pemodelan dan dekonstruksi;
c. konstruksi terbimbing; dan
d. konstruksi mandiri.
Oleh karena itu, penyajian CBBI
Peminatan 1 pada setiap abnya selalu diawali
dengan paparan tentang relevansi dan fungsi
materi yang akan dibahas dengan konteks
kepentingan para siswa, baik di dalam
kegiatanpembelajaran maupun kehidupan
sehari-harinya.
Tahap berikutnya, disajikan model

4
materi atau teks yang akan mereka pelajari. Misalnya, Bab tentang Biografi disajikan terelbih
dahulu tentang teks biografi itu sendiri sebelum siswa mempelajairnya secara lebih jauh.
Pada setiap babnya, juga selalu disertai dengan kegiatan terbimbing dan mandiri, terkait
dengan materi-materi yang telah dipelajari siswa. Kegiatan-kegiatan itu berupa kegiatan yang
terkait dengan penggalian aspek pegetahuan maupun keterampilan: kebahasaan dan kesastraan.
Pembelajaran bahasa mencakup pembelajaran pengetahuan tentang bahasa Indonesia dan
keterampilan menggunakaannya yang efektif. Para siswa belajar tentang cara bahasa Indonesia
memungkinkan mereka untuk menggunakannya dalam kegiatan berkomunikasi secara efektif;
membangun interkasi dengan sesamanya; mengungkapkan dan mempertukarkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, perasaan, dan pendapat dalam berbagai konteks berbahasa.
Pembelajaran sastra, seperti tentang sastra Melayu klasik dan puisi bertujuan
mengembangkan wawasan, daya apresiasi, dan kereasi para siswa. Jenis-jenis karya sastra itu
dipaharpkan dasat memperkaya wawasan para siswak, memperluas pengalaman kejiwaan, dan
mengembangkan kompetensi imajinatifnya. Para siswa dapat mengapresiasi karya-karya sastra itu
dan menciptakan ataupun mengkreasikannya secara lebih baik.

4. Pendekatan Ilmiah
Pengembangan materi dan kegiatan pembelajaran dalam buku ini berpedoman pada
langkah-langkah sebagaimana yang berlaku dalam pendekatan ilmiah (saintifik appoach), yakni
dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Mengkomunikasikan

Mengasosiasikan,
mencipta

Menalar

Menanya

Mengamati

Langkah-langkah Pengembangan Pendekatan Ilmiah

a. Mengamati
Langkah ini bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman yang nyata berkaitan dengan
materi yang akan dipelajarinya di samping agar siswa memperoleh
atas kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Dengan langkah in,i siswa dapat

5
lebih bergairah untuk memulai pembelajaran sebab mereka dihadapkan pada berbagai peristiwa
kebahasaan nyata dan beragam. Mungkin pula hal tersebut menjadi suatu persoalan yang mereka
hadapi sehari-hari. Hanya saja kegiatam pengamatan tersebut biasanya memerlukan waktu
persiapan yang lama dan matang; juga memerlukan biaya dan tenaga relatif banyak.
Jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran itu sendiri.
Langkah pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Dengan
demikian, proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan langkah pengamatan,
siswa bisa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara fenomena kebahasaan di sekitar
mereka dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh gurunya di dalam kelas.
Secara umum langkah kegiatan pengamatan yang dimaksud dapat ditempuh dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan jenis teks yang akan diobservasi.
2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan KD yang sedang dikembangkan.
3) Menentukan secara jelas langkah langkah observasi yang akan dilakukan untuk mengumpulkan
data yang diinginkan, misalnya dengan membaca atau menonton tayangan.
4) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.
Selama proses pengamatan terhadap materi atau cuplikan teks yang akan dipelajarinya,
siswa dapat melakoninya denngan dua cara, yakni sebagai berikut.
1) Observasi berstruktur, aspek-aspek yang harus diobservasi siswa telah ditentukan secara
sistematis oleh guru, misalnya pada struktur dan kaidahnya.
2) Observasi tidak berstruktur, aspek-aspek yang harus diobservasi siswa tidak
ditentukan secara baku. Dalam hal ini siswa membuat catatan tentang hal-hal yang mereka
anggap menarik dari teks yang diobservasinya.

b. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Cara ini dapat dilakukan dengan mendorong para
siswa untuk terbiasa mengajukan sejumlah persoalan yang relevan dengan materi yang akan
mereka pelajari. Pertanyaan-pertanyaan siswa nantinya dijadikan sebagai dasar bagi langkah
pembelajaran selanjutnya.

c. Menalar
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta‐ kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kaitan dengan
pengembangan buku ini, penalaran mencakup dua cara, yakni penalaran induktif dan penalaran
deduktif.
1) Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
berbagai fenomena kebahasaan yang bersifat khsusus untuk hal‐hal yang bersifat umum.
Dengan demikian, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus‐kasus
kebahasaan yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat
umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau
pengalaman empirik.
2) Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan‐
pernyataan atau fenomena kebahasaan yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat
khusus.

d. Mengasosiasikan

6
Kegiatan bernalar yang dilakukan siswa, baik itu yang dilakukan dengan menemukan fakta-
fakta ataupun informasi-informasi kebahasaan dari sejumlah peristiwa berbahasa (induktif)
maupun dengan membaca berbagai teori (deduktif), diakhiri dengan mengkreasikan, menciptakan
karya-karya baru, ataupun penyimpulan-penyimpulan. Dari kegiatan membaca biografi, misalnya.
Siswa menggali informasi-informasi darit eks itu (bernalar); kemudian mereka diharapka dapat
mengasosiasikannya ke dalam bentuk kegiatan penyusunan teks itu.

e. Mengkomunikasikan
Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi yang
dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

E. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


CBBI Peminatan 1 telah kami susun dengan selengkap-lengkapnya. Sebagai buku teks,
CBBI Peminatan 1 kami anggap memadai untuk dijadikan sebagai sumber belajar bagi para siswa.
Materi-materi yang ada di dalamnya sudah komprehsif, meliputi seluruh kompetensi dasar yang
dituntut dalam kurikulum.
Meskipun demikian, seperti yang telah kami kemukakan pada bagian pendahuluan, bahwa
sumber belajar tidak hanya berupa bukuteks; akan tetapi meliputi pula buku-buku penunjang.
Selain itu, agar penyampaiannya lebih optimal, CBBI Peminatan 1 perlu dilengkapi dengan
sejumlah media. Sumber penunjang dan alat pelajaran yang diperlukan dalam penggunaan CBI
Peminatan 1, adalah sebagai berikut.
KI-3 KI-4 Media/Sumber
3.1 Menafsirkan informasi dari 4.1 Mengubah informasi dari bentuk a. tabelTabel/grafik
dan
suatu tabel dan atau grafik atau grafik ke dalam bentuk uraianb. secara
Teks yang
dengan membaca intensif. lisan atau tertulis. mengandung
tabel/grafik
3.2 Menerangkan informasi teks a. Tayangan
4.2 Menyusun teks naratif objektif tentang
naratif objektif tentang riwayat tokoh (sastra dan bahasa) dengantokoh
riwayat tokoh (sastra dan memperhatikan hal-hal yang menarik dan biografi
b. Buku
bahasa) dengan patut diteladani secara tertulis.
memperhatikan hal-hal yang
menarik dan perlu diteladani.
3.3 Menerangkan informasi 4.3 Menggunakan berbagai kategori a. Bagan kategori
tentang kategori kata. kata dalam kalimat secara lisan kata
atau tertulis. b. b. Buku
tentang kelas
kata
3.4 Menjelaskan proses morfologis 4.4 Memahami proses morfologis a. Bagan tentang
(afiksasi, pemajemukan, (afiksasi, pemajemukan, proses
pengulangan, dan penyerapan) pengulangan, dan penyerapan) morfologis
dalam kalimat. dalam kalimat secara lisan b. Buku tata
maupun tertulis. bahasa
3.5 Mengidentifikasi jenis-jenis 4.5 Menggunakan jenis-jenis dan a. Bagan tentang
frasa dan konstruksi frasa konstruksi frasa dalam kalimat jenis-jenis frasa
dalam kalimat . secara lisan dan tertulis. dan

7
kontruksinya.
b. Buku tata
bahasa
3.6 Membedakan jenis-jenis makna 4.6 Menggunakan jenis-jenis makna a. Bahan tentang
(makna konotatif dan (konotatif dan denotatif, jenis-jenis
denotatif, makna gramatikal gramatikal dan leksikal, kias makna
dan leksikal, makna kias dan dan lugas, referensial dan b. Buku semantik
lugas, makna referensial dan nonreferensial, umum dan
makna nonreferensial, makna khusus, perubahan dan
umum dan khusus, perubahan pergeseran makna kata, serta
dan pergeseran makna kata, hubungan makna kata) dalam
serta hubungan makna kata) kalimat baik secara lisan
maupun tertulis

3.7 Menafsirkan sastra Melayu 4.7 Mengungkapkan kembali a. Tayangan


Klasik (hikayat) lisan atau tulis naskah sastra Melayu Klasik berlatar cerita
(hikayat) secara lisan atau tulis. klasik.
b. Hikayat-hikayat
3.8 Menganalisis puisi bertema 4.8 Menulis puisi bertema sosial, a. Tayangan/mod
sosial, budaya, dan kemanusian budaya, el pembacaan
dengan memperhatikan dankemanusiaandenganmempe puisi
struktur fisik (tipografi, diksi, rhatikanstrukturfisik (tipografi, b. Antologi puisi
imaji, kata konkret, bahasa diksi, imaji, kata konkret,
figuratif, verifikasi: rima, ritme, bahasa figuratif, verifikasi: rima,
dan metrum) dan struktur ritme, dan metrum) dan
batin puisi (tema, feeling, nada, strukturbatinpuisi (tema,
dan amanat) . feeling, nada, dan amanat).

Jenis-jenis alat dan sumber belajar yang dikemukakan di atas hanyalah sebuah alternatif
yang dapat digunakan guru. Dalam pelaksanaannya, alat dan sumber belajar tersebut dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Guru dapat mengembangkan sendiri dengan syarat atau
kriteria sebagai berikut:
a. sesuai dengan taraf perkembangan anak,
b. memiliki arti bagi siswa, misalnya bacaan tentang permainan dan hal-hal dari dunia anak-anak,
c. sesuai dengan perkembangan ilmu terakhir,
d. memiliki korelasi dengan mata pelajaran yang lain, serta
e. memenuhi tujuan pendidikan dan nilai-nilai kebangsaan.
Pengembangan bahan pengajaran tersebut harus memenuhi urutan sebagai berikut:
a. dari lingkungan anak sendiri (rumah, sekolah, dan lain-lain) meluas ke lingkugan yang lebih
jauh,
b. dari bahan yang mudah kepada yang sukar,
c. dari kongkrit kepada abstrak.

8
F. WAKTU BELAJAR
CBBI Peminatan 1 didesain untuk satu tahun pelajaran atau dua semester Lazimnya
minggu efektif dalam satu semester berkisar antara 16 – 18 minggu. Untuk semester ganjil
biasanya 18 minggu efektif, sedangkan untuk semester genap sebanyak 16 minggu efektif. Dengan
perhitungan, dalam satu minggu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia diberi jatah waktu 4 jam
pelajaran, jumlah jam pelajaran untuk semester ganjil sebanyak 72 jam pelajaran dan semester
genap berjumlah 64 jam pelajaran.
CBBI Peminatan 1 terdiri atas 7 bab dengan perincian 4 bab untuk semester pertama dan
3 bab untuk semester kedua. Alokasi waktu untuk setiap bab tidak harus sama. Pembagian itu
hendaknya mempertimbangkan:
1. jumlah sub untuk setiap bab,
2. keluasan atau kedalaman materi,
3. tingkat kesulitannya.
Alokasi waktu untuk setiap bab perlu dihitung di dalamnya waktu untuk ulangan harian
dan tugas-tugas proyek di kelas. Namun, belum termasuk watu untuk melaksanakan tes sumatif.
Kalau dari sekian waktu yang dialokasikan itu terdapat kelebihan, kelebihan waktu tersebut
sebaiknya digunakan untuk pengayaan atau pendalaman terhadap materi-materi yang dianggap
penting. Sebaliknya, apabila terjadi kekurangan waktu, dapat ditempuh dengan pemadatan
beberapa materi.
Dari efektivitas penggunaannya, kami menyarankan agar alokasi waktu yang ada itu lebih
banyak digunakan untuk kegiatan praktik daripada penyampaian teori, yakni dengan rasio
perbandingan 70 : 30. Dengan demikian, setelah mempelajari buku CBBI Peminatan 1 ini para
siswa bisa terampil berbahasa dan bukannya menjadi seorang ahli bahasa sebagaimana yang
selama ini banyak dikritik orang.

G. PENILAIAN

1. Pengertian dan Jenis-jenis Penilaian


Penilaian (assesment) merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Dalam kaitannya dengan kepentingan pembelajaran,
penilaian merupakan salah satu standar yang yang bertujuan untuk menjamin: perencanaan
penilaian siswa sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip
penilaian; pelaksanaan penilaian secara profesional, terbuka, edukatif,efektif, efisien, dan sesuai
dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif,
akuntabel, dan informatif.
Kegiatan penilaian dapat dilakukan sebelum, selama, dan sesudah proses pembelaran.
Kegiatan evaluasi mengandung dua tujuan utama, yaitu:
1. untuk mengetahui tingkat penguasaan atau pencapaian tujuan (indikator) pelajaran yang telah
dirumuskan;
2. untuk menentukan tingak lanjut berikutnya (follow up) yang mungkin diberikan atas tingkat
pencaian tujuan pelajaran oleh siswa.

9
Oleh karena itu, perumusan instrumen penilaian harus mengacu kepada indikator
ataupun tujuan pelajaran yang dirumuskan, baik itu teknik dan bentuk instrumen, maupun butir-
butir penilaiannya.
Pada kurikulum 2013, penilaian mencakup penilaian otentik, penilaian diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
a. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.
b. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif
untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai
keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau
kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik.
e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk menilai
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
h. Ujian tingkat kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran
yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi
Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
i. Ujian mutu tingkat kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat
kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
j. Ujian nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi
tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian standar nasional
pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
k. Ujian sekolah/madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar
kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

2. Penilaian Autentik
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses

10
dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output)
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu
menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect)
dari pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach)
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian autentik
cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Karenanya, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di
SMA.
Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang memberikan
kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas: membaca dan meringkasnya, eksperimen,
mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media, membuat karangan, dan diskusi kelas.
Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya penilaian
portofolio dan penilaian projek.
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program
perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian
autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi
standar penilaian pendidikan.

3. Prinsip dan Pendekatan Penilaian


Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas
penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
c. menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
d. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporannya.
e. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diakses oleh semua pihak.
f. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah
maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
g. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK).PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal
(KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya
dukung, dan karakteristik peserta didik.

11
4. Karakteristik Penilaian pada Kurikulum 2013
Adapun karakterstik penilaian pada kurikulum 2013 dan kami upayakan untuk
dikembangkan di dalam CBBI Peminatan 1 adalah sebagai berikut.
a. Belajar Tuntas
Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta
didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.Asumsi yang
digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang
dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk
materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.
b. Otentik
Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus
mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan
kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih
menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
c. Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil
belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam
bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).
d. Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan
terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan masing-masing.
e. Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja,
projek, pengamatan, dan penilaian diri.

5. Pengembangan Intrumen Penilaian


Secara umum instrumen/instrumen penilaian dalam CBBI Peminatan 1 dikelompokkan
menjadi dua, yaitu teknik tes dan teknik nontes.

a. Pengembangan Instrumen Penilaian


Instrumen penilaian yang akan dipergunakan harus dikembangkan dapat diambil dari CBBI
Peminatan 1. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam mengembangkan instrumen
penilaian adalah berikut ini.
1) Kompetensi yang Dinilai
Hal pertama yang harus dilakukan dalam pengembangan instrumen penilaian adalah
pengalaman atau kemampuan yang akan dinilai. Secara umum kompetensi tersebut telah ada
dalam KD.
2) Penentuan Tujuan Penilaian
Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan penilaian
secara keseluruhan, seperti untuk penilaian harian, tengah semester, akhir semester,

12
kenaikan kelas, atau penilaian akhir dari satuan pendidikan. Rumusan tujuan diambil dari
indikator-indikator pencapaian.
3) Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan pembelajaran
dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan kisi-kisi dapat
menyatu dengan silabus atau RPP.
4) Perumusan Indikator Pencapaian
Indikator-indikator pencapaian diterjemahkan oleh guru berdasarkan KD mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan memperhatikan beberapa hal berikut: (a) rumusan indikator
menggunakan kata kerja operasional; (b) setiap KD dapat diturunkan menjadi beberapa
indikator, (c) indikator yang dikembangkan haruslah memberikan makna bagi kehidupan
siswa sehari-hari, (d) setiap indikator dapat dibuat menjadi lebih dari satu butir soal.
5) Penyusunan Instrumen
a) Penyusunan tes tertulis
Dalam menyusun tes tertulis, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, meliputi:
(1) memperhatikan persyaratan penyusunan tes tertulis, baik dari aspek
materi/isi/konsep, konstruksi, maupun bahasa;
(2) mengacu pada indikator pencapaian;
(3) memilih bentuk butir yang sesuai dengan indikator, misalnya bentuk isian, uraian,
pilihan ganda atau lainnya; serta
(4) membuat kunci jawaban dan/atau pedoman penskoran.
b) Penyusunan pedoman observasi
Dalam menyusun pedoman obserasi, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
(1) mengacu pada indikator pencapaian;
(2) mengidentifikasi perilaku atau langkah kegiatan yang diobservasi;
(3) menentukan model skala yang dipakai, yakni skala penilaian (rating scale) atau daftar
cek (check list);
(4) serta membuat rubrik/pedoman penskoran sesuai jenis teks.
c) Penyusunan penugasan (tugas rumah/proyek)
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam penilaian proyek, yaitu kemampuan
pengelolaan, relevansi, dan keaslian. Langkah-langkah penyusunan penilaian proyek
adalah: (1) mengacu pada indikator pencapaian, (2) mengacu pada jenis tugas yang
dikerjakan, (3) membuat rubrik/pedoman penskoran sesuai jenis teks.
Khusus untuk kompetensi menulis, penilaian mencakup proses dan produk yang
tercakup dalam penilaian portofolio. Dokumen portofolio berisi: (a) draf final (produk)
berbobot 40%; (b) bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%; (c) bukti catatan tentang
apa yang akan ditulis dan sumber penulisan berbobot 10%; dan (d) catatan reflektif
berbobot 25%.

Pengembangan Penilaian Mapel Bahasa Indonesia Berbasis Genre

13
b. Pelaksanaan Penilaian
Penilaian untuk mengetahui keberhasilan kompetensi pengetahuan (misalnya tentang
struktur teks dan kebahasaan) digunakan tes tulis dan tes lisan. Kompetensi keterampilan diukur
keberhasilannya dengan tes kinerja, penugasan (lisan, tulis, proyek, atau multimodal) dan/atau
portofolio. Pelaksanaan penilaian sikap dilakukan dengan lembar pengamatan, lembar penilaian
diri, lembar penilaian antarteman, dan jurnal.

c. Pengolahan dan Penafsiran Hasil Penilaian


Pengolahan Hasi Penilaian. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru harus diolah terlebih
dahulu sebelum diputuskan. Pengolahan ini dilakukan melalui penskoran dan konversi skor.
Penafsiran Hasil Penelitian. Ada dua cara menafsirkan hasil penilaian berdasarkan skor
hasil pengolahan, yakni penilaian dengan acuan patokan dan penilaian dengan acuan norma.

e. Pemanfaaatan Penilaian Bahasa Indonesia


Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu pembelajaran. Artinya, penilaian
harus selalu dilakukan oleh guru sebagai bagian dari profesi nya. Tanpa penilaian, pembelajaran
tidak pernah tuntas. Penilaian dapat dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, pada saat
berlangsungnya pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran.
Bagi guru yang profesional, penilaian merupakan tugasnya sebagai seorang yang memiliki
keahlian khusus. Fungsinya sebagai dasar berpijak didalam menentukan keberhasilan atau
kekurangan dirinya sebagai seorang yang profesional. Berdasarkan hasil penilaian inilah, guru akan
selalu kreatif untuk mencari berbagai strategi baru didalam tindakan mengajarnya. Oleh karena
itu, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang berangkat dari hasil penilaiannya
sebelumnya, sebagai pengalaman awal siswa, bukan dari apa yang seharusnya dipelajari siswa.

14
7. Menyusun Pertanyaan
yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

a. Pengertian
Keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order of thinking skill, HOTS) merupakan
kemampuan yang menjadi bagian dari tuntutan Kurikulum 2013. Keterampilan yang dimaksud
terkait dengan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif.
Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan
para siswa untuk mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Pertanyaan yang
berbasis HOTS bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir siswa pada level analisis, sintetis,
evaluasi, dan bahkan sampai pada kemampuan mencipta dan mengkreasikan. Hal ini, antara lain,
terlihat dari kata-kata kerja operasionalnya dalam rumusan KD, ksususnya pada Kurikulum 2013
yang menuntut pengembangan keterampilan-keterampilan seperti itu. Kemampuan-kemampuan
yang diaksud, antara lain, tampak pada kata-kata kerja operasional seperi berikut: mengidentifikasi,
menelaah, menceritakan, menyajikan. Untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa
tersebut dapat distimulus dengan sejumlah pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir
tingkat tinggi.

15
b. Tipe-tipe Pertanyaan Berpikir Tingkat Tinggi

Pertanyaan yang menuntut berpikir tingkat tinggi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni (1)
yang pertanyaan pemecahan masalah, (2) pertanyaan pembuat keputusan, (3) pertanyaan berpikir
kritis, dan (4) berpikir kreatif. Sumber lain bahwa pertanyaan-pertanyaan yang menuntut
kemampuan berpikir kritis dapat mengikuti perjenjangan dari taksonomi Bloom, yang dapat
digambarkan dalam skema berikut.

Untuk jenjang aplikasi, misalnya, kemampuan siswa dalam menerapkan struktur teks ekspalansi
dapat distimulus dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut.

16
1) Dapatkah struktur teks ekspalanasi itu diterapkan pada dalam penulisan karangan yang
bertema proses terjadinya hujan?
2) Bagaimana cara menyusun teks eksplanasi pada tulisan tentang pergantian siang dan malam?
Demikian pula kemampuan berpikir analitis siswa tentang teks fabel dapat diuji dengan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1) Bagaimana struktur teks biografi yang berjudul “Ali Audah”?
2) Apa yang membedakan kaidah kebahasaan pada teks puisi A dengan teks puisi B?
Soal ataupun pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dinyatakan dalam bentuk penilaian uraian
ataupun pilihan ganda. Pertanyaan-pertanyaan itu merujuk pada sebuah cuplikan teks, sebagai
dasar untuk menjadi bahan aplikasi, analisis, sistesis, evaluasi, bahkan kreasinya.
Pertanyaan-pertanyaan itu pun dapat pula berkaitan dengan ranah keterampilan. Dalam
hal ini respons siswa berupa sejumlah kegiatan yang berupa menuangkan atau mengungkapkan
kembali teks, baik lisan ataupun tulisan. Mungkin pula hal itu berbentuk tindakan, seperti
pementasan drama ataupun musikalisasi puisi. Sebagaimana yang Bapak/bu maklumi bahwa bentuk
tagihan dalam ranah keterampilan dapat berupa praktik, produk, portofolio, ataupun proyek.
Berikut contoh pengembangannya!
Ranah Contoh
Menerapkan 1. Contohkanlah sebuah teks puisi berkaitan dengan tema lingkungan hidup.
2. Susunlah puisi tersebut dengan langkah-langkah seperti yang telah kita
pelajari sebelumnya!
3. Sajikanlah hasil kegiatanmu itu dengan susunan sebagai berikut.
Mengevaluasi 1. Perhatikanlah cuplikan teks berikut.
2. Tunjukkan kesalahan-kesalahan penggunaan kata di dalam teks tersebut!
Mengkreasikan 1. Ubahlah tabel berikut ke dalam bentuk artikel singkat!
2. Sajikanlah teks itu dengan memperhatikan struktur baku dan ketepatan
kaidah kebahasaannya.

17

Anda mungkin juga menyukai