Angklung Buhun adalah bahasa sunda yang artinya “Angklung Tua” atau “Angklung Kuno” Bagi masyarakat Baduy, kesenian Angklung Buhun ini merupakan salah satu kesenian yang dianggap sakral dan memiliki nilai khusus didalamnya. Kesenian Angklung Buhun ini biasanya hanya ditampilkan pada acara tertentu saja, terutama pada saat penanaman padi yang biasanya dilaksanakan pada bulan Juni. Menurut sejarahnya, Angklung Buhun ini adalah alat musik tradisional dari Suku Baduy. Kenapa Angklung Buhun dimainkan pada saat menanam padi ?
Karena dengan adanya upacara Ngaseuk
(upacara adat penanaman padi) yang diiringi dengan pertunjukan angklung ini diarapkan agar proses penanaman padi hingga panen dapat berjalan lancar dan diberi berkah dengan hasil melimpah dan mereka percaya bahwa Nyi Pohaci Sanghyang Asri, alias sang Dewi Padi hadir dan mendengarkan angklung yang mereka mainkan. Pemain Angklung Buhun
Pemain Angklung Buhun ini diharuskan laki-laki yang
merupakan para seniman Buhun. Untuk jumlahnya disesuaikan dengan jumlah angklung tersebut. Biasanya terdiri dari 9 pemain angklung dan 3 pemain bedug. Dalam pertunjukan, biasanya mereka menggunakan busana khas Suku Baduy , yaitu baju lengan panjang dang celana pendek berwarna hitam. Selain itu, juga terdapat ikat kepala dari kain yang memiliki warna sedikit berbeda dari warna bajunya. Lagu yang dinyanyikan Lagu yang biasa dinyanyikan dalam kegiatan upacara adat ini antara lain Lutung Kasarung Yandu Bibi Ceuk Arileu Oray Orayan Dengdang Yarigandang CARA MELESTARIKAN ANGKLUNG BUHUN 1. Menggelar pameran budaya 2. Memperkenalkan Angklung Buhun ke masyarakat luar 3. Memodifikasi tanpa menghilangkan unsur budaya 4. Membuka / mengadakan latihan bersama.