Anda di halaman 1dari 32

Resume Materi Perkuliahan Perencanaan Tapak

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Tapak


Semester Ganjil Tahun Akademik 2016/2017

Oleh :
RULLY NURHAZAH 10070314106

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2016 M/1437 H
Definisi tapak/ site merupakan sebidang tanah tertentu , dibatasi oleh unsur
artificial (dinding/bangunan) atau unsur alami yang memiliki keterkaitan yg
komplex dengan daerah sekitarnya.
Perencanaan Tapak / Site Planning adalah Ilmu dan seni (art and science) yang
merekayasa lahan /bidang tertentu dgn batas tertentu dengan suatu ide/konsep.
Kempetensi Dasar
1. Mampu mengetahui permasalahan tapak;
2. Mampu mengetahui potensi tapak;
3. Mampu membuat analisis; analisis tapak, analisis kebutuhan ruang, analisis
daya dukung dan daya tampung, analisis hubungan fungsional;
4. Mampu menyusun konsep perancangan; Zonasi (microlandscape),
infrastruktur (jaringan jalan, jaringan pedestrian, jaringan listrik, jaringan air
bersih, jaringan air kotor, lokasi TPS, lokasi septic tank komunal, tata massa
bangunan (KDB, KLB, Jarak antar bangunan, GSB); Ruang Terbuka (parkir,
daerah konservasi, sempadan); Aktivitas (preservasi dan konservasi);
perencanaan kavling.
5. Mampu melakukan evaluasi konsep perancangan tapak.

Pemahaman Tapak
Kedudukan Perencanaan Tapak

Prasyarat Perencanaan Tapak


1. Memperhatikan susunan ruang dua dan tiga dimensi yang menggambarkan
lokasi dan tempat bangunan
2. Pola Kaveling
3. letak jaringan infrastruktur
4. Lintas kendaraan bermotor
5. Lintas pejalan kaki
6. Ruang terbuka : Pertamanan, Garis sempadan
7. Elemen design lainnya yang berkaitan dengan daerah sekitarnya

Pola Kavling
Syarat membuat kavling
1. Tegak lurus jalan
2. Beraturan
3. Pola kavling memanjang
4. Perhatikan hirarki jalan
Mengapa Tapak harus direncanakan?
1. Minim etika dan proses perancangan yang tidak /kurang professional
2. Dangkal analisis
3. Tidak punya visi dan missi
4. Pelanggaran peraturan pemerintah
5. Pelanggaran kaidah keruangan
6. Tidak berbaisis perencanaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

Dampak Yang Ditimbulkan Jika Tapak Tidak Direncanakan


1. Degradasi fungsional yaitu dampak yang ditimbulkan adalah meubah fungsi
yang berbeda dari rencana yang ada
2. Degradasi lingkungan yaitu dampak yang ditimbulkan berupa kerusakan
lingkungan muncul dampak negative pada keseahatan dan penurunan
kualitas dan kuantitas lingkungan
3. Degradasi visual yaitu penurunan visual atau estetika dari suatu kawasan
atau lingkungan.

Konsekuansi Perencanaan Tapak


1. Konsekuensi ekonomi
2. Konsekuensi engineering
3. Konsekuensi ekologis
4. Konsekuensi psikologi

Proses Perencanaan Tapak

Perancangan tapak merukapakan ruang 2 dimensi dengan peta pola kavling.


Dalam membuat kavling 2 dimensi yang harus diperhatikan adala pola jalan.
Untuk pembuatan kavling yaitu luas wilaah dibagi habis dengan luas kavling atau
dengan mengikuti topografi. Bangunan diberi jarak dengan jalan dan untuk semua
jaringan prasarana diletakan di bawah tanah. Dalam pemilihan pohon, pilih pohon
yang sepanjang tahun hijau dan menghasilkan oksigen yang cukup banyak.
Adapun kaidah keruangan yaitu :
Tabel
Karakteristik Kelas Lereng
Kemiringan (%) Kelas lereng
<2 Datar (flat)
2 –8 Landai (gentle)
8 – 15 Bergelombang (undultig)
15 – 25 Curam (steep)
25 – 40 Sangat curam (very steep)
>40 Terjal (sharp/ clife)

Aturan tata laku manusia


1. Kaidah tata laku manusi (pelanggaran etika profesi dan minim kompetisi)
2. Kaidah keruangan (minim teori)
3. Kaidah sumberdaya
4. Sumberdaya (renewable dan non renewable)
5. Kaidah optimasi (daya dukung dan daya tampung)
6. Kaidah berwawasan lingkungan
7. Suistanaible

Paradigm dalam perencanaan wilayah dan kota


1. Perekonomian dan perubahan iklim global
2. Orientasi pembangunan perencanaan berkelanjutan
3. Globalisasi perkembangan iptek dan infomasi

Hubungan manusia dengan lingkungan

Hubungan manusia dengan alam binaan


 Ruang terbuka landscape terdiri dari:
1. Jalan
2. Antar bangunan
3. Taman
4. Parkir
5. Tepi sunga, danau, waduk
6. Hutan kota
7. Tanah terbengkalai

 Peraturan bangunan terdiri dari KDB, KLB, GSB, Bangunan, Prakir, Jarak
antar bangunan, KAvling DSB

 Vitalitas (lingkungan berkualitas ) terdiri dari


1. Aman
2. Nyaman
3. Sehat
4. Nilai ekonomi/ profit

 Kualitas cultural
1. Trasnformasi budaya harmonis
2. Bersusila

 Konservasi dan preservasi


1. Penghematan
2. Pelestarian
3. Pemeliharaan
4. Penigkatan nilai fisik budaya, sosial dan ekonomi
 Manajemen
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan
4. Pengendalian
5. Pemanfataan
Analisis tapak
Dalam analisis tapak maka dibutuhkan data untuk menunjang dilakukannya
analisis. Adapun data itu meliputi:
a. Data Primer
Pengamatan dan mengoleksi fakta langsung di lapangan (peta tematik ,foto,
film, sketsa, pengukuran, interview, test Laboratorium , pemetaan langsung di
lapangan dengan peta berskala 1 : 2000 atau 1 : 3000 dsb)

b. Data Sekunder
Koleksi berbagai data dan informasi /hasil pengolahan fakta. Literatur, peraturan
pemerintah, dokumen rencana, standard dsb

Tujuan analisis tapak yaitu :


1. Mendapatkan penyesuaian basic requirement
2. Mengetahui constraint/problem
3. Potentialities
4. Limitasi fisik
5. Hal-hal yang perlu diatasi

Analisis tapak terbagi menjadi 2 yaitu :


a. Analisis kuantitatif meliputi:
1. Prediksi Penduduk;
2. Analisis Daya Dukung Lahan;
3. Analisis Daya Tampung Ruang;
4. Prediksi Kebutuhan Ruang  Perumahan, RTH (30%), Fasilitas Sosial,
Fasilitas Umum, Infrastruktur & Utilitas
5. Penentuan KDB dan KLB.
b. Analisis kualitatif
1. Participatory planning
2. Needs and want

Adapun kebutuhan data untuk analisis tapak yaitu:


DATA (SUMBER ANALISA)

FAKTOR FAKTOR FAKTOR


ALAMI KULTURAL ESTETIKA

 GEOLOGI.  PENGGUNAAN  KEISTIMEWAAN


TANAH ALAMI.
 FISIOGRAFI
 PERHUBUNGAN  POLA SPATIAL
 TOPOGRAFI
 DENSITAS,  VISTAS
 HYDROLOGI ZONING DAN
PENGKAPLINGAN  VISUAL BARIER
 WETLAND
 SOSIO EKONOMI
 SOIL
 ANALISA PASAR
 VEGETASI
 DEMOGRAFI
 WILDLIFE
 UTILITAS
 IKLIM
 BANGUNAN
EKSISTING

 HISTORIS

 AUDIT
LINGKUNGAN

Analisis Topografi
Analisis bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu tapak
merupakan sumber daya yang sangat mempengaruhi lokasi. Pemahaman lengkap
terhadap struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan rute
lintasan tetapi juga menyatakan susunan keruangan dari tapak dan kestabilan
pondasi.

Tingkat Kesesuian
Kemiringan
Klasifikasi Pengembangan
Lahan
Tapak
1 - 8% Datar Sangat baik
9 – 15% Landai Baik
15 - 25% Agak curam Terbatas
26 – 40% Curam Sangat terbatas
> 40% Sangat curam Mutlak konservasi

Analisis Jenis Tanah


Pemahaman terhadap kondisi tanah, yang tergantung pada (1) bahan
induk, (2) topografi, (3) iklim, (4) gaya biotik, dan (5) waktu, akan memberi
gambaran terhadap kemampuan tapak bagi konstruksi. Pemahaman yang
ekstensif terhadap kondisi tanah pada sebuah tapak akan membantu untuk
menentukan kesesuaian tapak dalam menunjang bangunan.
Analisis Klimatologi
Kondisi klimatologi yang perlu diteliti dalam rancang tapak adalah curah hujan dan
pola aliran angin.
• Curah hujan mempengaruhi kesesuaian lokasi terhadap jenis peruntukan
tapak.
• Pola aliran angin mempengaruhi sikap bangunan terhadap pola aliran
angin.

Analisis Kondisi Vegetasi


Sumber daya estetika sangat berperan dalam penentuan tapak.
Sumberdaya ini ditentukan oleh keragaman bentuk permukaan tanah, pola
vegetasi dan air permukaan. Demikian pula definisi keruangan, vista
pemandangan maupun citra yang timbul dari ciri tersebut.

Analisis Penggunaan Lahan


Analisis tata guna lahan dilakukan dengan menggunakan hasil survey blok
peruntukan lahan teperinci setiap kavling bangunan. Telaah terbentuk cluter-
cluster pola penggunaan lahan menurut hubungan fungsional fungsi dominan
maupun peruntukam yang telah diarahkan menurut rencana tata ruang. Berikut
adalah ketentuan-ketentuan analisis hunungan fungsional pemanfaatan ruang
untuk setiap penggunaan lahan menunjukkan boleh tidaknya sebuah kegiatan
dikembangkan dalam sebuah klasifikasi penggunaan lahan.

Prinsip design meliputi:


1. Fungsional
2. Efisien / ekonomis
3. Efektifitas
4. Normatif
5. Standar
6. Estetis
7. Safety
8. Comfortable

Constraints :
1. Keterbatasan lahan
2. Peraturan perudangan yang berlaku
3. Standar kebutuhan
4. Biaya

Grading diperlukan karena:


1. Pembangunan tapak sering perlu penyesuaian muka lahan
2. Grading sangat berpengaruh pada biaya, penempatan/pemasangan utilitas
& tampilan akhir proyek.

Tujuan konsep grading yaitu:


1. Menyesuaikan lahan untuk kebutuhan suatu penempatan kegiatan
fungsional
2. Pembinaan, pengarahan, pelestarian sistem drainase lingkungan (positive
drainage system) yang dimaksud positive drainase yaitu:
- Mengalirkan limpasan air hujan menjauhi bangunan atau kegiatan
- Mengarahkan limpsan air hujan keluar dari tapak
Keterangan : a. drainase permukaan; b. drainase bawah tanah tertutup; c.
drainase bawah tanah tertutup dengan tempat penampungan pada tapak; d,
drainase tertutup dan drainase terbuka

Akibat pembuatan lahan yang salah yatu :


1. Tak mencapai positive drainage system
2. Tak mencapai kemiringan tanah yang sesuai
3. Pemborosan biaya konstruksi
4. Dislokasi struktur geologi (sliding/longsor)
5. Gangguan terhadap keseimbangan ekologi

Pembentukan lahan
1. Pengenalan Lahan ( site anaysis)
a. Daerah Kosong ??
b. Daerah Yang telah berkembang ??/ Built Up ( daerah permukiman (a),
usaha /kegiatan (b) atau kombinasi (a) dan (b).

2. Pengenalan Penempatan
a. Manusia yang akan ditempatkan
b. Kuantitas daya tampung
c. Elemen fungsional yang akan ditempatkan sesuai obyek perencanaan
d. Modul bangunan & kebutuhan ruang

3. Pembentukan Lahan
a. Pengukuran
b. Analisa tanah (soil condition & soil mechanics)
c. Grading (penggubahan lahan :striping (pencukuran) cut & fill-
adjustment (penyesuaian)
4. Penyediaan prasarana (Utility)
a. Jaringan jalan
b. Jaringan drainase
c. Jaringan air minum
d. sanitasi lingkungan
e. Jaringan listrik

Grading (penggubahan lahan) :


• Striping (Pencukuran)
• Cut & Fill
• Adjustment (Penyesuaian)

Prinsip Analisis dan Perancangan Lahan/Tapak


1. Penggunaan tanah
2. Site plan
3. Massa bangunan
4. Sistem sirkulasi di dalam / di luar bangunan
5. Lansekap/taman
6. Sistem utilitas
7. Sistem pengembangan site

Unsur Rekayasa Lahan


1. Tanah
2. Vegetasi
3. Hidrologi
4. Iklim
5. Topografi
6. Estetika
7. Ciri Histori
8. Tata guna Lahan
9. Rintangan fisiografi

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas


Islam Bandung
Faktor – Faktor yang Berpengaruh
a. Orientasi terhadap Matahari
- Arah yang di sarankan
- Pengendalian arah sinar matahari
- Daerah bukaan sinar matahari
- Pengaruh sinar matahari terhadap bangunan dan manusia

b. Orientasi Angin
- Arah yang di sarankan
- Pengendalian arah angin
- Daerah bukaan arah angin
- Pengaruh angin terhadap bangunan dan manusia

c. Topografi (Kontur)
- Cut (kupasan)
- Fill (Urugan)
- Cut and Fill (Kupasan dan urugan)
d. Kebisingan
- Bukaan terhadap kebisingan pesawat terbang
- Bukaan terhadap kebisingan lalu lintas
- Bukaan terhadap kebisingan jalur kereta api
- Pengendalian kebisingan
e. Struktur Pola Ruang
Pengelompokan massa bangunan terdiri dari :
- Kelompok Publik
- Kelompok Semi Publik
- Kelompok Service
f. Keamanan Tapak
- Menciptakan daerah territorial
- Menentukan zona transisi
- Penempatan Kemudahan
- Menciptakan kemudahan pengawasan
g. Lansekap/ vegetasi
Fungsi vegetasi khususnya vegetasi antara lain :
- Pengendali Angin
- Pengendali Kebisingan
- Pengendali Udara
- Pengendali Erosi
- Pembatas (Privasi)
- Pengarah
- Tempat habitat makhluk hidup
- dll
h. Utilitas air kotor
- Sistem drainase permukaan.
- Sistem drainase bawah-tanah tertutup.
- Sistem drainase bawah-tanah tertutup dengan tempat penampungan pada
tapak.
- Sistem kombinasi drainase tertutup untuk daerah yang diperkerasan dan
terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras.

Sistem Sirkulasi
Sirkulasi adalah prasarana penghubung vital yang menghubungkan
berbagai kegiatan dan penggunaan dalam sebuah tapak. Sirkulasi dapat juga
digambarkan sebagai satu-satunya cara seseorang untuk bisa mengalami
sepenuhnya tapak dalam tiga dimensi. Pengalaman berbeda-beda saat
menelusuri sebuah tapak, dapat diciptakan melalui perubahan-perubahan dalam
sistem sirkulasinya.

Sistem pejalan kaki


 Sistem pejalan kaki dicirikan oleh kelonggaran (looseness) dan fleksibilitas dari
gerakan, berkecepatan rendah, menggunakan skala manusia, dan relatif kecil
jalan-jalannya.
 Dibandingkan sistem sirkulasi lainnya, sistem sirkulasi pejalan kaki
memberikan kebebasan paling banyak dalam perancangan.
 Harus ada kendali yang cukup dalam perancangan sistem sirkulasi pejalan
kaki.
 Terlalu sedikit kendali akan menyebabkan munculnya jalan-jalan pintas yang
merusak penampilan tapak, sementara terlalu banyak kekakuan akan
menyebabkan pejalan kaki merasa terhambat.

Sistem Sepeda
 Sepeda memiliki kecepatan yang lebih cepat dari pejalan kaki, namun relatif
lebih lambat dari kendaraan bermotor.
 Selain itu, karakter sepeda yang menggunakan tenaga kinetik manusia,
memiliki jarak tempuh yang lebih terbatas dari kendaraan bermotor.
 Oleh karena itu, pada beberapa negara sistem sepeda ini dibedakan dengan
sistem pejalan kaki maupun sistem kendaraan bermotor.
 Namun, khusus di Indonesia, sistem sepeda belum mendapat pengakuan
untuk diperhatikan secara serius dalam perancangan sistem sirkulasi.

Sistem kendaraan bermotor


 Sistem kendaraan bermotor adalah sistem yang paling rumit dibanding sistem
sirkulasi lainnya. Selain itu, sistem kendaraan bermotor memerlukan
infrastruktur penunjang yang tidak sedikit.
 Sistem ini dicirikan oleh variasi kecepatan dan ukuran kendaraan yang
menentukan besar ruang yang akan dilalui dan ruang untuk penyimpanan
(parkir).
 Karena ukuran yang signifikan, persyaratan teknis yang tidak sederhana, dan
biaya yang tidak sedikit yang diperlukan untuk membangun sistem ini, maka
seringkali perancangan sistem kendaraan bermotor menetukan susunan
elemen tapak lainnya.

Sistem SIrkulasi Barang


 Sistem sirkulasi barang umumnya menumpang pada sistem sirkulasi lainnya.
Namun, pada perancangan tapak dengan fungsi tertentu sistem sirkulasi
barang menjadi sangat penting untuk diperhatikan.
 Contoh sitem sirkulasi barang secara horizontal dan vertikal adalah lift barang,
conveyor belt, jalur troli, dan lain-lain

Prinsip perancangan sirkulasi


a. KUALITAS
1. Suatu sistem sirkulasi akan ramai digunakan orang jika sistem tersebut
terbukti aman, fungsional, efisien, dan menunjukkan arah tujuan dengan
jelas.
2. Oleh karena itu suatu sistem sirkulasi setidaknya harus memenuhi standar
dan dirancang dengan banyak petimbangan yang matang.
3. Hal-hal yang dipertimbangkan adalah: tempat asal dan tujuan yang
dihubungkan, sistem-sistem di sekitarnya, topografi, iklim, waktu tempuh,
kepadatan pengguna, infrastruktur pendukung, dan detail perancangan
sistem sirkulasi tersebut.

b. ESTETIKA
1. Sebuah jalan dapat dibuat lebih menarik dan tidak monoton dengan
pengaturan rute, pengaturan pencapaian bangunan, serta pengaturan
pemandangan dan vista.
2. Selain itu, sebagai bagian dari ruang eksterior, sistem sirkulasi juga
seharusnya dirancang dengan prinsip-prinsip estetika.
3. Misalnya warna, keseimbangan, bentuk, garis, tekstur, irama, bergabung
untuk membentuk keindahan pada sistem sirkulasi yang dirancang.

c. KECEPATAN
1. Suatu sistem sirkulasi harus dirancang untuk beroperasi dengan kecepatan
yang efisien, terutama pada jalan yang ramai dipergunakan.
2. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam hal ini adalah letak tikungan-
tikungan, percabangan, kecuraman, tipe perkerasan yang dipakai, serta
lokasi titik-titik pusat yang dilalui jalur tersebut.
a) Pengendalian titik – titik pencapaian:
 Semakin banyak terdapat persimpangan dan semakin berdekatan
letaknya satu sama lain akan mengkibatkan resiko kecelakaan
semakin tinggi.
 Oleh karena itu harus diberikan detail yang menyebabkan kecepatan
pengguna kendaraan bergerak lebih lambat dengan sendirinya.
 Detail-detail ini dapat berupa pengalih perhatian dalam bentuk fisik,
ataupun simbol-simbol yang efektif.
b) Pengendalian kecepatan
Mengembangkan teknologi Traffic Calming saat memasuki kawasan.
Traffic Calming merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk
keselamatan jalan dengan tujuan agar pengendara dapat mengurangi
kecepatan kendaraannya. Dengan sistem ini, maka pengendara diharuskan
untuk memperlambat laju kendaraan, sehingga mampu mengurangi risiko
kecelakaan. Jika dibandingkan sistem lain, traffic calming lebih efektif dan
ekonomis, serta dapat diterapkan disemua jenis jalan di Indonesia termasuk
jalan bebas hambatan.

d. BATAS-NATAS ANTAR RUANG


1. Antara sistem sirkulasi yang satu dengan sistem sirkulasi lainnya harus
terdapat batas-batas yang jelas untuk menghindari kekacauan lalu lintas
dan resiko kecelakaan.
2. Misalnya, antar sistem sirkulasi pejalan kaki dan sistem sirkulasi kendaraan
bermotor, diberi batas pemisah berupa perbedaan ketinggian permukaan,
perbedaan material, dan pembatas fisik berupa jalur pepohonan.

e. PEMISAHAN WAKTU
Pemisahan waktu bisa terlihat pada daerah persimpangan jalan. Misalnya
untuk pada satu jalur kendaraan diberhentikan untuk memberi kesempatan
pada pejalan kaki. Sementara itu pada jalur lainnya kendaraan dapat melaju.

f. AKSESIBILITAS
Pada perancangan sistem sirkulasi, diperlukan penambahan detail untuk
menentukan siapa yang dapat mengakses sistem sirkulasi tersebut. Misalnya,
agar jalan-jalan dapat dilalui oleh orang usia lanjut dan lemah, serta orang-
orang berkebutuhan khusus, atau orang-orang yang menggunakan kursi roda,
diperlukan detail ramp, pemilihan material tertentu, jenis railing dan lain hal
sebagainya.

g. MENGARAHKAN GERAKAN
Suatu sistem sirkulasi dapat dirancang sebagai suatu rute langsung, atau rute
tidak langsung. Masing-masing rute perlu penguatan dalam detail sehingga
dapat ditafsirkan penggunanya dengan mudah. Salah satunya dengan
mengarahkan pergerakan pada rute tersebut.
1. Pencapaian bangunan;
2. Perkuatan Visual melalui Vista
3. Pemandangan

h. PERALIHAN-PERALIHAN RUANG
Cara lain untuk menjadikan suatu lorong sirkulasi lebih menarik adalah dengan
memberikan peralihan-peralihan ruang. Peralihan tersebut dapat berupa
perbedaan material, ruang yang semakin melebar, ruang menyempit, cahaya
semakin terang, perbedaan suasana dan sebagainya.

i. PERKUATAN NEGATIF DALAM GERAKAN


Kebalikan dari kekuatan vista sebagai pendorong gerakan, ada hal-hal yang
justru menghalangi jalan lintasan ke tempat-tempat atau rute-rute tertentu,
namun tetap merupakan pengarah gerakan. Misalnya persimpangan T, cul-de-
sac, dan tanda dilarang masuk.

j. PERKUATAN INDRAWI
1. Indra manusia yang menanggapi ruang tidak hanya mata saja, namun juga
indra-indra lainnya. Hidung, telinga, peraba, semuanya berpengaruh dalam
mengarahkan pergerakan seseorang.
2. Seseorang akan cenderung berjalan ke atah toko roti, misalnya, dibanding
ke jalur yang menuju pabrik besi.
3. Seseorang akan berjalan ke arah suara musik merdu, dari pada ke arah
bisingnya proyek pengeboran. Seseorang akan cenderung berjalan ke arah
datangnya udara sejuk daripada mendekati datangnya udara panas.

Konsep Pengembangan
Pengertian Konsep
KONSEP adalah :
1. Suatu kerangka embrionik yang berisi solusi hasil analisis permasalahan yang
kompleks.
2. Suatu gagasan awal yang digeneralisasikan.
3. Suatu pengembangan yang harus diperluas dan dikembangkan dalam
rancangan terperinci
4. Suatu gambaran mental yang berasal dari suatu situasi proyek
5. Sekumpulan taktik dasar/strategi unutk melanjutkan perancangan.
6. Gagasan perancang yang pertama mengenai morphologi bangunan
7. Alat untuk mengubah pernyataan non fisik menjadi produk bangunan fisik.

Menyusun Konsep
Imaage Organisasi
1. Organisasi
2. Thema Inti
3. Permasalahan penting

Contoh :
1.Konsep struktur dan pusat lingkungan
2.Konsep pengelompokan dan tata wilayah fungsi tapak/zoning.
Sertakan bila ada keistimewaan /potensi, konservasi, preservasi
•Konsep pengelompokkan masing fungsi itu sendiri terhadap konteks
•Konsep keterkaitan masing-masing fungsi.

Cara Menyusun Konsep


1. Filosofi, Teori yang berkembang, konsep-konsep yang telah ada, Pola
tradisional, Historis,
2. Functional Requirements persyaratan fungsional (Masa ruang dengan
kegiatan masyarakat).
3. Pleasurable Requirements persyaratan kesantaian
a. Kenyamanan lingkungan
b. Kemampatan ruang dan massa untuk ksejahteraan mental
 Landscaping
 pertamanan
 hiburan
4. Ecological requirements persyaratan melestarikan lingkungan hidup
a. Pelestarian lingkungan alam (flora, fauna, air)
b. Penyerasian struktur buatan dengan lingkungan alam

Konsep neighborhood unit


Neighborhood Unit dianggap sebagai bentuk permukiman paling ideal.
semua rencana dilandasi prinsip human first and life priority basis. Artinya,
pemukiman tersebut dikembangkan sedemikian rupa untuk menampung kegiatan
hidup sehari-hari, dalam suasana yang nyaman, manusiawi, serta mementingkan
hubungan komunitas antar sesama warganya. Neighborhood Unit adalah ruang
kota bersuasana “kampung halaman” yang dibuat untuk mengembalikan social
community yang sehat dalam kehidupan urban.
Model Neighborhood unit
Sumber: Blog Post Promoter

Bentuk fisik Neighborhood Unit bervariasi. Satuan luasnya sekitar 100


hektar. Daya tampungnya diproyeksikan untuk 6.000 sampai 10.000 penduduk.
Dalam skala yang lebih luas, satuan tadi boleh dibayangkan seperti sel-sel
pemukiman yang tersebar di sekeliling kota. Masing-masing unit dipisahkan oleh
infrastruktur kota maupun batas alam yang cukup jelas seperti rel kereta api, jalan
raya, sungai, saluran irigasi, ladang, hutan kota, dan sebagainya
Bentuk perumahannya didominasi oleh rumah tunggal (detached house),
jaringan jalan dengan hierarki dan standar kualitas tertentu. Yang pasti, wilayah ini
tidak ingin diganggu oleh through traffic. Dengan demikian anak-anak tidak perlu
memotong jalan raya bila hendak bermain atau pergi ke sekolah. Selanjutnya ada
fasilitas pendidikan, khususnya tingkat Sekolah Dasar, yang prinsipnya harus
mampu menampung “seluruh” murid di wilayah tersebut. Lokasi SD ditempatkan
sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai pusat wilayah sekaligus community
center bagi warganya.
Neighborhood Unit by Clarence Arthur Perry
sumber: http://www.planning.org/pas/at60/img/141figure01.jpg

Teori Neighborhood Unit Clarence Arthur Perry, muncul pertama kalinya


pada tahun 1929. Gagasan tersebut, walaupun sudah tua tetapi tidak pernah
menjadi kuno. Dunia pun seolah sepakat bahwa itulah model pemukiman yang
paling ideal. Apalagi sejak Perang Dunia II usai, dibarengi dengan adanya
newtown movement, lahirlah kota-kota baru yang mengacu pada konsep
Neighborhood Unit tadi dengan berbagai variant dan modifikasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan lokalnya. Mulai dari Harlow di Inggris sampai Park Forest di
Amerika. Dari Tapiola di Finlandia sampai Senri New Town di Jepang.

Konsep Green City


Kriteria konsep Green City
Berikut ini merupakan kriteria dari konsep green city sebagai berikut:
1. Pembangunan kota harus sesuai peraturan UU yang berlaku, seperti UU
24/2007: Penanggulangan Bencana (Kota hijau harus menjadi kota waspada
bencana), UU 26/2007: Penataan Ruang, UU 32/2009: Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dll.
2. Konsep Zero Waste (Pengolahan sampah terpadu, tidak ada yang terbuang).
Konsep Zero Run-off (Semua air harus bisa diresapkan kembali ke dalam
tanah, konsep ekodrainase).
3. Infrastruktur Hijau (tersedia jalur pejalan kaki dan jalur sepeda). Transportasi
Hijau (penggunaan transportasi massal, ramah lingkungan berbahan bakar
terbarukan, mendorong penggunaan transportasi bukan kendaraan bermotor –
berjalan kaki, bersepeda, delman/dokar/andong, becak.
4. Ruang Terbuka Hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20%, RTH Privat
10%)
5. Bangunan Hijau
6. Partisispasi Masyarakat (Komunitas Hijau)

Kota Taman
Sumber: Http://Www.Ville-Stains.Fr/En/Index3.Php
Prinsip Garden City
Terminologi Garden City adalah dasar-dasar estetik Howard dalam
melakukan reformasi sosial. Howard mendalami isu sosial, menerapkan pemikiran
praktisnya dengan memadukan bermacam elemen konsep dan proyek, menyaring
teori dan filosofi sampai menjadi masterplan. Perpaduan antara reformasi sosial
kota kumuh dan integrasi alami.
Ia menjelaskan konsepnya dengan detail, dengan diagram serta argumen
ekonomi agar cocok dengan situs kota. Karya tersebut bertajuk Tomorrow: A
Peaceful Path to Real Reform, dirilis tahun 1898 dan dicetak ulang tahun 1902
sebagai Garden Cities of Tomorrow. Buku ini menawarkan visi kota yang bebas
dari area kumuh dengan memadukan kelebihan kota dan desa. Kota menawarkan
bermacam kesempatan, hiburan dan upah tinggi sedangkan desa memiliki pesona
keindahan, udara segar dan sewa hunian yang rendah.
Garden City sendiri merupakan bagian dari pembangunan yang lebih besar,
yang mengusulkan kota-kota taman sekitar pusat kota. Semua terhubung dan
berbagi pelayanan/ fasilitas hiburan. Gagasan ini menuntut pembentukan kota-
kota suburban baru, yang direncanakan dalam ukuran terbatas, dikelilingi sabuk
hijau berupa tanah pertanian. Kota-kota ini akan tumbuh secara mandiri, dikelola
dan dibiayai warga kota yang punya kepentingan ekonomi di sana.
Draft Howard memerlukan tanah seluas 6.000 acre ( 1 acre = 4540 m2 )
dengan 1.000 acre dibangun untuk 30.000 penduduk ( kepadatan 30 orang/ acre )
dan tambahan 2.000 orang di sekitar 5.000 acre tanah pertanian. Kota ini juga
memiliki boulevard melingkar selebar l20 feet ( 36,6 meter ), ditanami pepohonan,
yang membagi kota dalam enam sektor.
Konsep Rencana
1. Hubungan Fungsional
2. Konsepsualisasi
3. Adjustment
 hasil site analysis
 obyectives /tujuan
Misal:
Lingkungan yang sustainable
1. Perhatikan ekosistem yang stabil
2. Berbasis partisipsi masyarakat (needs &wants)
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 Alternatif konsepsi
 Keterbatasan : pembentukan dan penyesuaian lahan (grading, stripping, cut
& fill)
4. Perencanaan Detail (land using)

Organisasi Hubungan Fungsional


Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari
sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengeIiIingi sebuah ruang pusat yang
luas dan dominan. Dengan cara melihat hubungan solid dan void secara
bersamaan dapat diidentifikasi pola dan tekstur kawasan.
Kriteria :
1. Functional adequacy
2. Image of quality
3. Aksesibilitas
4. Optimum communications
5. Health and comfort
Adjustment atau penyesuaian :
1.Hasil site Analysis

2.Objective ; Tujuan

3.Alternatif Konsepsi

4.Keterbatasan

5.Pembentukan dan penyesuaian lahan (Grading- stripping – cut –fill)

Perenacanaan Detail Persyaratan tertentu


a)Land Using/ zonasi 1. Modul dan ukuran
Contoh :
b)Subdivision/ kapling Besar 500 – 1000 m2
Sedang < 500 – 200 m2
Kecil < 200 - 60

Persyaratan Perencanaan Detail Meliputi :


1. Modul dan ukuran
2. kaveling tegak lurus jalan
3. kaveling memanjang kedalam
4. Bentuk seberaturan mungkin
5. Integrasi dengan sistim utilitas (jar. Jalan, drainase, air minum, sanitasi dan
listrik)
6. 6.Perhatikan sistim klimatik (angin, sinar matahari, kelembaban, kebisingan)
7. Micro grading
8. Proporsi dengan ukuran jalan
Konsep Pembagian Lahan

Konsep Konvensional Tingkat kepadatan rumah sama seperti pada konsep


cluster namun batasan kapling yang jelas dan bentuk kapling yang relatif sama
tersebar secara merata pada keseluruhan lahan.

Konsep Cluster Rumah dibangun secara berkelompok (cluster) untuk


mendapatkan kepadatan yang tinggi pada suatu area, sehingga lahan lainnya
dapat dimanfaatkan untuk ruang terbuka.

Konsep PUD (Planned Unit Development) Suatu pengembangan multi fungsi


yang fleksibel tanpa ada pembagian yang kaku untuk setiap zona kegiatan, dalam
suatu unit lahan dapat dikombinasikan semua kegiatan seperti perumahan dengan
berbagai tipe,perkantotan, pertokoan, rekreasi dan ruang terbuka.
Filosofi kota
- Garden city : kota hijau (Ebenezer howord)
 Kota idela : aman, nyaman, sehat, indah
- Neighborhood unit
 Clarence stein : harus mempunyai pusat yang jelas, jumlah penduduk min
5000 dll
 Clarence perry setiap 3 x 5000 penduduk perlu dibangun sekolah
 New urbanism
- Cities in 21 : Olmsted konsep struktur ruang
 Garden city 1896
 Neighbourhood unit
 Defensible space
 Mixed use
 New urbanism
 Cities 21
 Perencanaan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan
 Peencanaan kota
 Base development

Posisi Kota
1. Satelit center

Illustration correct principle of city growth- open country ever near at hand
and rapid communication between off-
Gambar
2. Garden city

1. Kota dibentuk oleh landasan sosail dan ekonomi


2. Panduan kombinasi keuntungan cara hiduo di kota dalam lingkungan
perdesaan
3. Antara pusat kota dan permukiman terletak grand avenue yang terdiri
dari taman
4. Dalam taman terletak berbagai sekolah (untuk pengalaman menghayati
ruang)
5. Fungsi taman : pernafasan kota dan promenade
6. Zona industri di pinggir kota yang dilintasi oleh jaringan kereta api dan
jalur hijau sebagai pembatas
7. Populasi 32.000 jiwa, luas area terbangun 100 acres, luas ruang terbuka
5000 aces

Kota memiliki fungsi ekologi yaitu untuk menjaga keseimbangan alam contohnya
taman bambu dapat memberi manfaat untuk penyeraoan air, ekonomis dan
pariwisata.

KDB (Koefisien Dasar Bangunan): perbandingan anata luas bangunan di bagi area
((luas lantai x luas bangunan / luas area ) x 100 % )

3. Garden city center

4. Clarence perry1926 (neighborhood unit)

- Radius 800 m atau ½ mill


- Kota punya pusat dan batas yang jelas
- Jalur kendaraan bermotor tak menembus perumahan, sebagai batas
lingkungan
- Pola jalan : cul de sac , curva yang menciptakan keamanan,
ketenangan, atmosfer perumahan
- Populasi 5000 jiwa
- SD dan Taman sebagai pengikat lingkungan berlokasi sentral
- Unit lingkungan dilayani oleh pertokoan, perpustakaan dan pusat
lingkungan.
5. Clarence stein 1942 (neighborhood unit)

- Radius pelajan kaki 1 mill atau 1600 m (pelayanan SD)


- 2 buah lingkungan di ikat oleh sebuah SMA
- Pelayanan : toko kecil . warung , taman
- Jala berbentuk cul de sac

6. N.L Engelhandt
- 1700 kelaurga
 Pusat lingkungan : SD, toko kecil, taman bermain anak
 Radius minimum promenade ½ mil
- 3400 keluarga
 1 SMA
 Satu pusat rekreasi
 Radius minimum prpmenade 1 mill
- 6400 keluarga
 1 SMA
 Satu pusat pertokoan
 Satu pusat rekreasi
 Taman

Peremajaan kota
a. Pengertian
- Peremajaan kota sebagai suatu proses yaitu upaya pembangunan kembali
suatu wilayah atau beberapa bagian wilayah kota atau suatay kawasan
fungsional kota dalam usaha meningkatkan kualitasnya, kegunaan dan
kemanfaatanya, meningkatkan kapasitas dan vitalitas serta kemampuna
baik itu dilakukan oleh pemerintah mauoun swasta sebagai pembangun.
- Peremajaan kota sebagai suatu fungsi yaitu upaya pembebasan lahan,
pembukaan kebai, sehabilitasu atau oembangunan kembali kawasan
fungsional kota yang telah lapu dan mengalami degradasi fisik mauoun
fungsional menjasi suatu fungsi perkotaan tertentu.
- Peremajaan kota sebagai suatu program dan pembangunan kota yaitu
upaya terkoordinasi yang mengkait ke berbagai instansi sektoralkota di
dalam usaha mengarahkan program pembukaan kembali kawasan tertentu,
pembangunan kembali dan sehabilitasu suatu wilayah yang telah
berdegradasi, merelokasi atau pemukiman kembali sebagai penduduk ke
kawasan lain alam kota, relokasi industri atau kegiatan komersil dari suatu
kawasan ke kawasan lain di dalam kota serta program pencegahan
kemungkinan meluasnya kawasan kumu yang tidak terkendali dalam kota.
b. Esensi dan tujuna peremajaan kota
Peremanjaan kota dikenal juga denga urban redevelopment dan urban
renewal. Peremajaan kota merupaka bagian integral dari sutu rencana
pembangunan kota. Secara fungsional perbaika kota hendaknya harus sesuai
dengan kebijaksanaan pembangunan kota secara keseluruhan.

c. Tipologi peremajaan kota


1. Konservasi ( Alami)
Upaya untuk menjaga, memelihara dan melestarikan suatu bagian wilayah
kota agar aman terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam, perusakan
lingkungan binaan dan lingkungan alami, seperti perlindungan terhadap
bencana alam, pelestarian sungai, pemandangan alam, dll
2. Preservasi (Buatan / Binaan )
Merupakan suatu upaya untuk mempertahankan, melestarikan dan
memelihara berbagai struktur dan lingkungan alami dan binaan kota yang
memiliki nilai sejarah, nilai sosial budaya, dan seni, nilai lingkungan, dan nilai
arsitektur tinggi.

3. Rehabilitasi (Memperbaiki keadaan yang sudah mulai degradasi)


Suatu usaha untuk mengembalikan fungsi dan/atau struktur dan/atau
lingkungan fisik karena mengalami perusakan, degradasi fisik atau degradasi
kualitas serta degradasi kapassitas (daya tampung)
4. Rekonstruksi (Memperbaiki Konstruksi )
Merupakan suatu upaya untuk mengembalikan suatu struktur atau lingkungan
alami atau binaan kepada wujud semula atau mendekati wujud asal.
5. Renovasi (Pembaharuan (Make Up)
Merupakan suatu usaha pengubahan dan/atau penyesuaian sebahagian atau
beberapa bagian dari suatu lingkungan atau struktur untuk meningkatkan
kapasitas dalam fungsi yang tetap atau dalam fungsi yang baru.

6. Gentrifikasi (Perubahan Fungsi )


Peningkatakan vitalitas bagian wilayah atau kawasan fungsional kota untuk
meningkatkan nilai ekonominya tanpa menimbulkan perubahan struktur fisik
.Peremajaan sebagai kompensasi bagi suatu bagian wilayah atau kawasan
kota yang diremajakan

7. Reklamasi (Menambah Ruang)


Pemanfaatan dan peningkatan kegunaan serta nilai ekonomis suatu wilayah
yang tidak/belum bermanfaat, misalnya lahan bekas pertambangan, wilayah
rawa, lahan berkualitas rendah. Pembukaan wilayah baru di dalam kota yang
semula telah mengalami degradasi fisik sehingga secara sosial-ekonomis tidak
mempunyai nilai.
8. Redevelopment (Pembangunan Kembali )
Redevelopment atau pembangunan kembali, adalah upaya penataan kembali
suatu kawasan kota dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana
dan prasarana pada sebagian atau seluruh kawasan tersebut yang telah
dinyatakan tidak dapat dipertahankan lagi kehadirannya. Biasanya, dalam
kegiatan ini terjadi perubahan secara struktural terhadap peruntukan lahan,
profil sosial ekonomi, serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang
mengatur intensitas pembangunan baru.
9. Resettlement (Pemindahan Penduduk)
Resettlement adalah proses pemindahan penduduk dari lokasi pemukiman
yang sudah tidak sesuai dengan peruntukannya ke lokasi baru yang sudah
disiapkan sesuai dengan rencana permukiman kota.

Dalam peremajaan kota perlu memperhatikan;


1. Kualitas udara
2. Kualitas air
3. Kualitas tanah
4. Jalur hijau
5. RTH
6. Mengoptimalkan fungsi kawasan dan memanfaatkanya

Kendala yang dialami untuk melakukan peremajaan kota


1. Memiliki tendensi (kecendrungan) menurunnya penghasilan
2. Belum memiliki perencanaan, program, strategi serta pendekatan peremajaan
kota yang terintegrasi secara baik
3. Rendahnya SDM yang dicirikan oleh belum hidupnya iklim demokrasi yang
murni

Tipolohi Bangunan
Site desain standar
1. Karakter fisik tapak
2. Karakter tanah dan pola penggunaan tanah yang berbatasan dengannya
3. Kualitas visual yang unk
4. Pola jalan
5. Skala dan desai bangunannya yang dekat yang perlu dipertimbangkan dalam
preservasi dan konservasi
6. Pada pola site dengan skala besar (luas), pemandangan alam (natural feature)
mempunyai peran penting dalam pembangunan site tersebut.

Kualitas visual dibagi menjadi 3 yaitu:


1. Pembentukan lahan / grading
2. Perencanaan landscaping -> vegetasi
3. Signage

Anda mungkin juga menyukai