NIM : 1606893260
BAB 1
1. Pengertian Bangsa dan Suku Bangsa
Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa,
dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Pengertian konsep suku bangsa menurut
Koentjaraningrat adalah tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat
berwujud sebagai komunitas desa, kota, kelompok kekerabatan, atau kelompok adat lainnya,
menampilkan corak khas tertentu yang terutama dilihat oleh orang luar yang bukan warga
masyarakat yang bersangkutan.
Indonesia dikatakan sebagai masyarakat majemuk karena mengenal tiga sistem yang
digunakan sebagai acuan atau pedoman di dalam kehidupan warga masyarakatnya. Sistem-
sistem itu adalah 1) sistem nasional, 2) sistem suku bangsa, dan 3) sistem tempat-tempat
umum.
Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan perekat atau pemersatu bangsa yang mana
saling terkait satu sama lain sebagai landasan bagi tumbuhnya jati diri bangsa. Di samping
itu, faktor-faktor itu perlu dijaga untuk dapat tetap mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia secara garis besar diawali dengan
timbulnya kesadaran rakyat untuk menjadi bangsa. Bangsa Indonesia yang terbentuk itu
berusaha dengan kuat, berjuang membentuk negara Indonesia merdeka. Setelah merdeka,
seluruh rakyat Indonesia yang berada di dalam negara Indonesia berjuang untuk mengisi
kemerdekaannya dengan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya.
Pancasila adalah dasar dan ideologi negara Indonesia yang disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI. Dengan demikian Pancasila merupakan kaidah-kaidah penuntun
dalam kehidupan sosial, politik, dan hukum. UUD 1945, yang mencantumkan Pancasila
dalam bagian pembukaannya, merupakan hukum dasar yang mengatur prinsip-prinsip dan
mekanisme ketatanegaraan untuk menjamin demokrasi, dan juga memasang rambu-rambu
untuk menjaga keutuhan bangsa.
d. Kebudayaan Nasional
Telaah terhadap jati diri bangsa tidak terlepas dari kondisi bangsa Indonesia yang
berasal dari ikatan-ikatan primordial. Bentuk dari jati diri bangsa Indonesia dapat dikenali
dengan mengacu kepada kebudayaan nasional, mengingat bangsa Indonesia terdiri dari
ikatan-ikatan primordial atau dari berbagai suku bangsa. Dalam perjalanan bangsa Indonesia
selanjutnya, kesadaran akan jati diri bangsa haruslah terus diperjuangkan, mengingat
keberadaan bangsa Indonesia bukanlah di ruang hampa. Dalam pembentukan jati diri bangsa
diperlukan teladan yang baik dari pemimpin-pemimpin bangsa yang tangguh, baik yang
sudah tiada maupun yang sekarang berkuasa atau menduduki jabatan.
5. Nilai Kebangsaan
Nilai kebangsaan yang tertanam dalam sanubari seluruh rakyat Indonesia dalam
naungan NKRI menjadi faktor penting dan menentukan bagi keberlangsungan keberadaan
bangsa dan Negara Republik Indonesia.
a. Arti Nilai Kebangsaan
Nilai Kebangsaan dapat diartikan sebagai suatu kesadaran dari warga negara yang
dianggap penting atau berharga bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu negara yang
mempunyai ciri-ciri tertentu yang menandainya.
Sumber Nilai Kebangsaan Indonesia dapat dilihat dari: 1) aspek sejarahnya; dan 2)
aspek kondisi sosial/masyarakatnya. Dilihat dari aspek sejarahnya, nilai kebangsaan
merupakan nilai-nilai yang ada sebelum dan sesudah Negara Indonesia terbentuk. Setelah
kemerdekaan Indonesia, Nilai Kebangsaan yang ditanamkan berasal dari kesepakatan dan
cita-cita bangsa Indonesia yang dituangkan dalam UUD 1945, berisikan 4 sumber acuan nilai.
Karakter suatu bangsa tergantung pada nilai-nilai lokal yang hidup pada
masyarakatnya. Nilai-nilai kebangsaan yang hidup dan berkembang itu menjadi bagian dalam
pembentukan karakter bangsa yang kuat. Karakter yang berkaitan dengan status seseorang
sebagai warga negara, menyadarinya sebagai bagian dari suatu negara dan terus menjaga
keberlangsungan keberadaan negaranya itu.
BAB 2
1. Hakikat Negara
Pengertian negara berdasarkan bentuk geografi antara lain negara daratan, yaitu
negara yang tidak memiliki akses ke laut, dengan kata lain akses ke laut harus melalui satu
atau dua negara tetangga. Negara yang berbatasan dengan laut meliputi negara pantai, negara
pulau, dan negara kepulauan.
1.2. Negara Berdasarkan Institusi
1.2.1. Rakyat
1.2.2. Wilayah
Pengakuan kedaulatan dari negara lain sifatnya hanya menerangkan saja tentang
adanya negara (deklaratif). Pengakuan kedaulatan dibedakan dengan status de facto,
berdasarkan fakta yang ada dan de jure, berdasarkan hukum.
1.2.5. Konstitusi
Tujuan negara sebaiknya tersurat, paling tidak tersirat dalam konstitusi. Rumusan
tujuan nasional dalam konstitusi merupakan pedoman untuk mencapai tujuan nasional dalam
bernegara. Sedangkan tujuan nasional pada dasarnya sejalan dengan tujuan hidup manusia
pada umumnya.
2.1. Geopolitik
Manusia mulai mempelajari sifat-sifat khusus laut, apalagi setelah seorang perwira
angkatan laut Amerika Serikat Alfred T. Mahan banyak menulis perlunya memiliki kekuatan
nyata dari matra laut. Mereka juga menyadari bahwa laut tidak dapat dibagi-bagi. Muncul
konsep-konsep: 1) rezim hukum tradisional; dan 2) rezim hukum internasional.
2.2.2. Wawasan Benua
2.3. Geostrategi
Ada empat ciri khas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ditinjau dari segi
bentuk dan letak geografis. Ciri khas pertama, wilayah NKRI merupakan entitas berada di
posisi silang antara Lautan India di sebelah Barat dengan Lautan Pasifik di sebelah Timur.
Ciri khas kedua merupakan negara kepulauan terbesar, seluas 1.904.569 km2 dengan jumlah
17.504 pulau. Ciri khas ketiga bahwa Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara
yang di bawah lintasan Geo Stationary Orbit (GSO). Ciri khas keempat dilintasi 3 dari 7 selat
teramai/tersibuk di dunia.
3.2. Negara Indonesia Ditinjau dari Segi Institusi
3.2.1. Penduduk
Penduduk/rakyat Indonesia terdiri dari berbagai etnik, agama dan golongan kaula
Belanda maupun orang asing. Orang asing dibedakan antara turunan Eropa⸻Jepang
digolongkan sebagai orang Eropa⸻dan Timur asing, yaitu Cina, Arab, India.
3.2.2. Wilayah
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditentukan oleh BPUPKI adalah
wilayah Eks Hindia Belanda.
Pemerintah Indonesia ada sejak 18 Agustus 1945, yaitu hasil sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik
Indonesia. Negara kedua adalah India setelah merdeka dari Inggris pada 15 Agustus 1947.
Vatikan sebagai negara Tahta Suci mengakui eksistensi bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang merdeka pada tanggal 6 Juli 1947.
3.2.5. Konstitusi
Tujuan nasional suatu negara sebenarnya merupakan jabaran dari tujuan hidup
manusia terutama setelah membentuk bangsa. Oleh karena itu, tujuan negara dimasukkan ke
dalam konstitusi negara. Isi Tujuan Nasional dapat ditulis singkat sebagai berikut: 1)
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 2) untuk
memajukan kesejahteraan umum; 3) mencerdaskan kehidupan bangsa; 4) dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Indonesia bukan
suatu negara federasi, di mana ada negara dalam negara, melainkan negara kesatuan yang
kekuasaan utamanya berada di tangan Pemerintah Pusat.
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi dan setiap
provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang masing-masing mempunyai pemerintah daerah.
Urusan pemerintahan yang tidak diturunkan kewenangannya kepada daerah meliputi politik
luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, dan agama. Urusan
pemerintahan provinsi bersifat pilihan sesuai dengan kondisi dan kekhasan provinsi. Untuk
mendukung jalannya pemerintahan di daerah diperlukan dana, tetapi tidak semua daerah
mampu mendanai sendiri jalannya roda pemerintahan. Falsafah yang harus diperhatikan oleh
seorang pimpinan daerah otonom adalah bahwa “Pemerintah Daerah ada karena ada rakyat
yang harus dilayani dan bahwa rakyat adalah pemberi legitimasi”. Pimpinan daerah, politisi,
maupun para pejabat di tingkat pusat, hendaknya menyadari dan mendalami makna falsafah
otonomi daerah sehingga wilayah yang terpencil tidak rusak dan terisolasi dari akses nyata
maupun maya pada era globalisasi. Secara politis pengaruh efektif dari pemerintah tidak lagi
mencakup seluruh wilayah kedaulatan tetapi dikurangi luas wilayah sampai dengan batas
beranda depan yang sudah dipengaruhi kekuasaan asing dari seberang perbatasan. Meskipun
urusan luar negeri menjadi urusan pemerintah pusat, pemerintah daerah harus ikut
mewaspadai manuver negara lain yang berkepentingan atas wilayah kita.
3.4. Geostrategi Indonesia
BAB 3
1. Sejarah, Tumbuh dari Ibu Pertiwi
Dikarenakan ikatan-ikatan primordial seperti etnis dan agama tidak dapat dikenakan
pada Indonesia, dibutuhkan ikatan lain yang dianggap umum sekaligus berbeda dengan
bangsa lain. Akhirnya, para pendiri bangsa khususnya Soekarno mencetuskan bahwa nilailah
yang dapat menimbulkan rasa kesatuan itu. Berdasar hal itu, nilai yang sama harus diadakan
sebagai konsekuensi logis persekutuan dari banyak masyarakat.
Sejak masa awal kemerdekaan, perubahan bentuk negara dan konflik politik tetap
memosisikan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, mulai dari perubahan
bentuk negara, dan pergantian bentuk pemerintahan. Pancasila juga telah bertahan dan terus
tumbuh dari lingkungan dunia yang berubah.
4. Menjadi Mitos
Memasuki era Reformasi, Pancasila seakan kembali pada pemiliknya, yakni rakyat
Indonesia. Pancasila mulai dilihat kembali sebagai buah pikir yang baik bagi bangsa
Indonesia.
Menjadi Indonesia adalah suatu yang khas. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
Indonesia yang bukan merupakan bagian dari perpanjangan sejarah sebuah kelompok etnis
atau satu golongan agama tertentu. Nilai Pancasila sering dikaitkan dengan identitas nasional.
Penelitian menunjukkan adanya pola hubungan yang positif antara identitas nasional dan nilai
Pancasila.
7. Kesamaan Nilai
Nilai pertama dari Pancasila adalah ketuhanan. Nilai kedua pada Pancasila pada
prinsipnya mengakui persamaan hak dan kewajiban, sayang pada sesama, menjalin hubungan
dengan bangsa lain berdasar sikap saling menghormati. Dalam kehidupan sehari-hari nilai ini
dapat mewujud dalam keberanian untuk menyatakan sesuatu hal yang benar di tengah situasi
yang kurang selaras. Nilai ketiga Pancasila berupaya untuk mengutamakan kepentingan
bangsa, cinta tanah air dan bangsa dan mengembangkan rasa persatuan bagi bangsa. Nilai
keempat dari Pancasila mengetengahkan tema demokrasi. Upaya untuk mengejawantahkan
nilai kelima Pancasila salah satunya berupa gotong-royong, sebuah aktivitas bantuan kepada
pihak lain yang meminta secara santun untuk menyelesaikan satu tugas agar tercapai tujuan
bersama.
10. Wujud Perilaku Sehari-hari: Mengapa Nilai Pancasila sebagai Fondasi Bertingkah Laku?
Sebagai warga dunia, masyarakat Indonesia juga ikut dalam dinamika dunia.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia mengupayakan kehidupan beragama yang
toleran.
13. Gaya Hidup
14. Kesenjangan
Kesenjangan antara nilai dalam Pancasila dengan perilaku dan kenyataan membawa
dampak bagi sebagian individu. Bagi sebagian orang, hal itu memacu untuk semakin
mewujudkan Pancasila, sebagian lain mungkin tidak peduli. Ada sebagian yang
mengupayakan perlawanan fisik dan ideologis terhadap Pancasila. Salah satu bentuknya
adalah bentuk perlawanan tidak membayar pajak padahal pajak merupakan salah satu cara
untuk mengurangi kesenjangan kesejahteraan.
15. Terorisme
Bentuk tantangan lain yang muncul di dalam negeri adalah aksi terorisme. Salah
satunya adalah munculnya terorisme dengan latar agama tertentu.
BAB IV
1. Apa yang Dimaksud dengan Kewarganegaraan?
Yang ditetapkan sebagai bangsa Indonesia adalah bangsa Indonesia asli atau bangsa
lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara. Menurut UUD 1945 warga negara
memiliki status legal yang sama, dengan segala hak dan kewajiban yang melekat di
dalamnya.
Untuk mencapai tujuan negara Indonesia, sebagaimana yang tertuang dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945, UUD telah menetapkan prinsip-prinsip dasar yang menjadi
pedoman berbangsa dan bernegara bagi pemerintahan maupun rakyat. Prinsip-prinsip itu
meliputi sila-sila Pancasila, prinsip negara kesatuan yang berbentuk republik, prinsip
kedaulatan rakyat, dan prinsip negara hukum.
Secara umum, hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu
terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Ada beberapa jenis hak yang kita kenal, yaitu a)
hak legal dan moral, b) hak khusus dan umum, c) hak positif dan negatif, d) hak individual
dan sosial (Bertens, 2000: 179-187)
Dari perspektif sejarah, kesadaran atas HAM dalam diri manusia dan pada bangsa-
bangsa dapat dikelompokkan ke dalam tiga generasi (Budiardjo, 2008: 212). Generasi
pertama lahir di negara-negara Barat, yaitu generasi yang melahirkan kesadaran akan hak-hak
sipil dan politik. Generasi kedua merupakan generasi dengan kesadaran akan hak ekonomi,
sosial, dan budaya, yang diperjuangkan oleh negara-negara sosialis pada masa Perang Dingin
(tahun 1945—1970-an). Pemikiran tentang HAM pada generasi kedua ini didukung oleh
banyak pemikir Barat serta negara-negara yang baru merdeka di Asia-Afrika. Generasi ketiga
ialah generasi yang memiliki kesadaran untuk memperjuangkan hak atas perdamaian dan hak
atas pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga.
(1) Keamanan
Perlindungan dan jaminan pemerintah atas keamanan ini diperlukan oleh setiap orang
karena ancaman terhadap penduduk bisa datang dari luar yaitu serangan bangsa lain, dan
secara internal berupa tindakan kriminal. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang juga
dijamin keamanannya terhadap tindakan negara yang tidak adil, misalnya tindakan
penangkapan tanpa alasan yang mencukupi.
(2) Kesetaraan
Seluruh warga negara tanpa memandang suku, agama, budaya, aliran politik, profesi
dan status sosial-ekonomi diperlakukan setara. Kesetaraan ini menempatkan setiap warga
negara mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan, kepastian yang adil, dan perlakuan yang
sama di hadapan hukum.
Pasal 73 dan 74 UU Nomor 39 Tahun 1999, dan Pasal 28 UUD 1945 tentang HAM
telah mengatur batasan-batasan tentang hak dan kebebasan warga negara. Hal itu dilakukan
untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan
orang lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.
Kewajiban warga negara menuntutnya melakukan sesuatu dan jika dia tidak
melakukannya maka dia dapat dikenai denda atau, dalam kasus tertentu, bahkan dapat
dipenjara. Beberapa kewajiban yang harus dijalankan setiap warga negara, antara lain ialah 1)
menjunjung/mematuhi hukum dan pemerintahan, 2) membela negara, 3) membayar pajak, 4)
mengikuti pendidikan dasar (wajib sekolah), dan 5) menghormati hak asasi orang lain.
Kewajiban negara secara implisit termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 yakni pada
alinea keempat yang berisi tujuan negara yang harus dilaksanakan setiap pemerintahan.
Negara harus membuat kebijakan-kebijakan untuk dapat memenuhi hak-hak warga negara,
yaitu hak atas kehidupan, hak beragama, hak mengemukakan pendapat, hak untuk mendapat
pekerjaan yang layak, pendidikan, dan seterusnya. Pemenuhan kewajiban negara tentu
memiliki konsekuensi bagi warga negara—yang pada gilirannya menjadi hak negara.
6. Evaluasi Kritis terhadap Hubungan Timbal-balik antara Negara dan Warga Negara
Adapun pemenuhan hak-hak politik ternyata tidak diimbangi dengan pemenuhan hak
warga negara di bidang sosial-ekonomi dan budaya. Dapat dikatakan bahwa masalah
keamanan, kesetaraan, dan kebebasan tetap menjadi masalah penting dalam hidup berbangsa
dan bernegara. Melalui hubungan kerja sama atau hubungan timbal-balik antara negara dan
warga negaralah penyelenggaraan negara dapat terarah pada cita-cita bersama sebagaimana
tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
BAB V
1. Hubungan Antarbangsa
Kebijakan politik bebas aktif dilakukan untuk menghadapi kenyataan adanya dua blok
negara pemenang Perang Dunia II. Pada abad 20, Indonesia bersama India, Pakistan, Sri
Lanka dan Myanmar berupaya agar negara baru tidak terseret ke dalam salah satu kubu dari
Blok Barat dan Blok Timur, dengan maksud agar dapat meredakan ketegangan dunia.
Gerakan Nonblok berperan penting dalam meredam konflik atau perang dingin.
Konflik fisik masih terjadi baik dalam rangka perebutan wilayah secara fisik maupun
melalui maya, yaitu melalui pengaruh budaya, ekonomi dan sebagainya, yang berawal dari
perebutan sumber daya alam. Kecenderungan politik sebenarnya menjadi penyebab awal
kebangkitan demokrasi, terutama di negara-negara blok Timur dan di negara-negara sedang
berkembang. Kecenderungan ekonomi terjadi karena pergeseran pusat perekonomian dunia
ke arah kawasan negara-negara Pasifik. Kecenderungan sosial budaya juga diakibatkan oleh
kemajuan teknologi telekomunikasi dengan makin berkembangnya teknik informatika.
Kecenderungan bentuk pertahanan keamanan dipengaruhi oleh runtuhnya blok Timur yang
merupakan isyarat perubahan pada visi, misi, strategi, dan konsep politik nasional.
Indonesia pada awal era ini juga dilanda bencana nasional, yang berawal dari krisis
ekonomi dan moneter dan kemudian berkembang menjadi krisis budaya yang menyentuh
segenap sendi kehidupan bangsa. Masyarakat kita berpikir dan bertindak cepat atas dasar
intuisi tanpa memperhitungkan akibat perilakunya. Salah satu akibatnya adalah budaya ke-
kerasan menjadi menonjol. Penggunaan kekerasan yang menonjol ini juga merupakan salah
satu cerminan dari kebangkitan demokrasi (Wright, 1942: 4—7). Untuk menghadapi
globalisasi, kerja sama bilateral saja tidak cukup sehingga harus dikembangkan kerja sama
regional dan internasional. Kerja sama regional merupakan strategi untuk menghadapi negara
yang lebih kuat sehingga negara-negara anggota mempunyai posisi tawar yang lebih kuat
pada era perdagangan global.