12
Dengan demikian, traktor dalam kapasitas besar tersebut tidak berdaya guna
dan tidak tepat sasaran.
4) Sebagai salah satu aset perusahaan, teknologi dapat ditemukan
dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri, atau tidak bernilai guna jika teknologi
yang dimiliki sudah kadaluarsa. Hal ini menunjukan bahwa teknologi bersifat
dinamis dan memiliki siklus hidup yang sama dengan siklus hidup produk.
Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan terhadap suatu teknologi harus
memadai, terutama dalam hal perlindungan paten atau hak cipta.
5) Umumnya teknologi digunakan untuk kesejahteraan masyarakat atau
meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan demikian, teknologi
merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah.
13
2) Dapat merangsang pertumbuhan keterampilan berteknologi masyarakat yang
bersangkutan dengan mudah.
3) Prasarana dan sarana pendukung bagi pengoperasian teknologi itu dapat
disediakan dengan mudah.
4) Dalam penerapannya sangat memperhatikan keseimbangan dan keserasian
dengan lingkungan, serta kemampuan ekonomi masyarakatnya.
Teknologi dengan ciri-ciri tersebut merupakan teknologi tepat guna. Jelas
bahwa diatas itu semua, teknologi tersebut harus dapat menegaskan fungsi-fungsi
kehidupan yang membina kepada membaiknya taraf hidup masyarakat yang
menggunakannya ataupun masyarakat yang diperkenalkan kepada teknologi itu.
14
Area yang Langsung Relevansinya dengan Manajemen Teknologi
Manajemen
Rekayasa/ilmu A Teknologi B Manajemen
pengetahuan
15
Soekartawi (1991) yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu kesatuan
kegiatan usaha yang meliputi salah-satu atau keseluruhan dari mata rantai
produksi, pengolahan, hasil, dan pemasarannya yang ada hubungannya dengan
pertanian secara luas. Termasuk kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Kegiatan subsistem penunjang memiliki peran yang tidak kalah penting
dengan subsistem lainnya dalam pengembangan suatu sistem agribisnis.
Subsistem pendukung dapat berupa lembaga-lembaga pendukung maupun
pelayanan pemerintah daerah untuk mempermudah aktivitas agribisnis yang
dilakukan oleh para pelaku usaha.
16
3) Memiliki dimensi pemerataan karena memiliki keterkaitan ke depan (forward
linkages) dan ke belakang (backward linkages) yang kuat dan digerakan oleh
petani dan pengusaha.
Peranan agroindustri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat
dipacu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja, khususnya dalam berbagai
pelaksanaan proyek padat karya, peningkatan teknologi budidaya proses hilir
agroindustri, serta akumulasi modal melalui ekspor produk aggroindustri yang
telah mempunyai nilai tambah yang besar dalam negeri. (Mangunwidjaya dan
Sailah 2009).
17
1) Lembaga atau Asosiasi Petani
Lembaga petani perlu dibangun dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan kepada petani-petani yang merupakan anggotanya, serta melobi
pemerintah dalam hal kepentingan usahatani. Melalui lembaga pertanian ini
diharapkan dapat tercipta komunikasi antara pemerintah dengan petani sehingga
petani dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya dengan lebih baik.
Lembaga seperti ini hendaknya dibangun atas inisiatif petani, bukan dari
pemerintah.
2) Kebijakan Perdagangan Alsintan
Pengadaan, distribusi, dan penggunaan alat dan mesin pertanian
dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan. Pemerintah perlu menciptakan iklim
perdagangan yang kondusif dengan menaikkan proteksi terhadap impor alsintan,
terutama terhadap negara yang melakukan dumping.
Kebijakan proteksi ini selain dapat mendorong perkembangan industri
alsintan dalam negeri juga dapat memberikan proteksi terhadap petani sebagai
konsumen. Alsintan produksi luar seringkali tidak sesuai untuk digunakan di
Indonesia karena kondisi lahan dan agronomis yang berbeda. Selain itu,
pemerintah juga perlu untuk memeratakan distribusi alsintan di seluruh wilayah
Indonesia. Salah satu caranya yaitu dengan tidak memberikan bantuan alsintan
hanya pada satu jenis alsintan tertentu atau di daerah tertentu saja. Distribusi
alsintan harusnya disesuaikan dengan kebutuhan alsintan di tiap wilayah.
3) Penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak swasta saja tidak
cukup. Pemerintah harus meningkatkan riset dan pengembangan yang dilakukan
melalui lembaga pemerintah yang ada seperti BBP Mektan dan LIPI serta
membina kerjasama antara lembaga riset pemerintah, swasta, universitas dan
asing. Dengan demikian, inovasi teknologi dapat lebih ditingkatkan dan
menguntungkan semua pihak.
Dalam penelitian dan pengembangan yang dilakukan, perlu juga
diciptakan penghubung antara peneliti dengan petani. Penghubung ini selain
bertugas untuk mendemonstrasikan teknologi baru kepada petani dan
meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya teknologi, juga berfungsi sebagai
18
sarana bagi petani untuk menyampaikan mengenai jenis alsintan apa yang
dibutuhkan dan tingkat mekanisasi seperti apa yang diharapkan. Jadi melalui
penghubung ini dapat tercipta feed back bagi penelitian selanjutnya.
4) Kredit
Selama ini kesulitan perolehan kredit selalu menjadi kendala bagi petani
dalam usaha pengembangan usahatani. Menurut Nuswantara (2003). Untuk
mengatasi kendala ini, pemerintah perlu mempersiapkan upaya pembentukan bank
pertanian. Bank pertanian hendaknya terletak di daerah-daerah sentra produksi
pertanian, terutama di pedesaan dan kota-kota kecil yang mudah dijangkau petani.
Melalui bank pertanian diharapkan dapat memberi kemudahan bagi petani dalam
memperoleh kredit, baik itu sebagai modal usaha maupun untuk pembiayaan
aktivitas pertanian.
Kredit yang diberikan jangan dibatasi pada jenis alsintan tertentu karena
ini akan mempengaruhi pilihan petani terhadap alsintan yang akan digunakan.
Petani harus diberikan kebebasan dalam memilih alsintan apa yang diinginkan dan
yang sesuai dengan kebutuhannya.
5) Lembaga pelatihan dan pendidikan
Petani Indonesia pada umumnya berpendidikan rendah. Untuk
mengintroduksi teknologi baru maka diperlukan pelatihan dan pendidikan agar
petani mampu mengoperasikan alsintan dengan baik dan aman. Pelatihan dan
pendidikan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani sehingga dapat mengembangkan diri di subsektor lain
maupun di bidang agroindustri, serta memajukan cara berpikir petani.
6) Fasilitas produksi dan perbaikan lokal
Kondisi lahan di tiap daerah berbeda-beda. Dengan melakukan produksi
lokal maka produksi dapat dilakukan secara spesifik sesuai dengan kondisi lahan
setempat dan mengurangi biaya transportasi ke petani. Selain itu, penyerapan
tenaga kerja di desa juga dapat ditingkatkan.
7) Penyediaan jasa penyewaan mesin
Dengan penyediaan jasa penyewaan mesin, petani kecil yang tidak
sanggup membeli alsintan dapat tertolong. Mereka dapat menggunakan mesin dan
mendapatkan manfaat dari mesin tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk
19
membelinya. Selain itu, petani yang berfungsi sebagai kontraktor dapat
mendapatkan manfaat ganda. Mereka dapat memperoleh keuntungan dari
pemanfaatan mesin maupun dari penyewaan mesin. Usaha jasa penyewaan
alsintan oleh kelompok tani dan KUD kurang menguntungkan karena rendahnya
profesionalisme dan pengelolaan yang kurang baik. Karena itu, kemampuan
manajemen kelompok tani atau KUD perlu ditingkatkan agar mampu
mendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan.
Untuk mendukung perkembangan lembaga-lembaga tersebut di atas, maka
peran pemerintah sangatlah penting. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah baik itu di bidang mekanisasi pertanian, pertanian secara umum,
perdagangan, perindustrian, keuangan, keagrariaan, maupun ketenagakerjaan, dan
pendidikan diharapkan dapat diselaraskan dalam mendukung perkembangan
mekanisasi pertanian di Indonesia.
20
Tabel 5. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Alat Analisis Tahun
1 Wahyudin Perencanaan Strategi UPT Analisis Matrik IFAS dan 2001
UPMB Muara Angke EFAS, Matrik IE, dan
dalam Bidang Pembinaan, Analisis SWOT
Pelayanan Jasa Perawatan
Dan Docking Kapal
Perikanan
2 Supena Kelembagaan Jasa Alat dan Tabulasi Sederhana dan 2002
Friyatno, Mesin Pertanian (Alsintan) interpretation analysis
Handewi P
Rachman, dan
Supriyati
3 Muhammad Formulasi Strategi Usaha Analisis Finansial, Analisis 2003
Aries ZA Pelayanan Jasa Alat dan Lingkungan dan Matriks
Mesin Pertanian: Studi TOWS.
Kasus Di Kabupaten
Sumbawa
4 Feby Fadilah Analisis Strategi Analisis Hierarki Proses 2009
Rahmat Pencapaian Rencana (AHP)
Penerimaan Pajak Bumi,
dan Bangunan Sektor
Agribisnis Perkebunan
Pada Kantor Pelayanan
Pajak Bumi, dan Bangunan
Cibinong
5 Agung Dwi Uji Kinerja Mesin Uji Kinerja Mesin, 2009
Lukito Penghancur Sampah Konsumsi Bahan Bakar,
Organik (Crusher) dan Ukuran Partikel Bahan Hasil
Mesin Penghancur Pupuk Penghancuran dan Loss
Kandang (Manure
Breaker) di UPTD BPT
Mekanisasi Pertanian,
Cianjur, Jawa Barat.
21
kabupaten yaitu Indramayu dan Ngawi pada tahap kedua. Penelitian ini
menganalisis tiga alat mesin pertanian yaitu traktor, pompa dan thresher. Dari
hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan alsintan yang sudah hampir
merata di semua lokasi penelitian adalah traktor, namun ketersediaan sarana
pendukung pengembangan traktor seperti bengkel dan suku cadang masih sangat
terbatas. implikasi dari hal ini adalah perlu didukungnya kebijakan yang kondusif
untuk mengembangkan sarana pendukung traktor tersebut.
Sedangkan pengembangan pompa dan thresher belum merata, hal ini
dipengaruhi oleh sistem pemasaran, sistem hubungan kerja, dan budaya setempat.
Disimpulkan bahwa perlu adanya dorongan dari pihak pemerintah maupun swasta
untuk memecahkan masalah permodalan alsintan berupa bantuan permodalan
pengadaan alsintan ditingkat petani dan pengembangan sistem sewa yang adil
antara pemilik alsintan dan petani.
Pada penelitian Muhammad Aries ZA (2002) dengan judul Formulasi
Strategi Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian: Studi Kasus Di
Kabupaten Sumbawa disimpulkan bahwa terdapat enam pihak yang terlibat
langsung dalam proyek pengadaan alsintan di Kabupaten Sumbawa, yakni
pimpinan proyek, kontraktor, pabrik alsintan, bupati, kepala subdinas bina usaha
pertanian, dan kelompok UPJA.
Pada pelaksanaannya mekanisme pengadaan alsintan terdiri dari lima
tahap, antara lain identifikasi calon penerima alsintan, pelelangan dan pengadaan
Alsintan, pelaksanaan kegiatan magang untuk manajer dan operator, pelatihan dan
pembekalan kelompok UPJA, dan monitoring dan pelaporan. Berdasarkan
penelitian disimpulkan bahwa alternatif strategi yang dapat dilaksanakan adalah
memperluas pelayanan jasa di luar anggota, mengganti pola kerja sama
operasional dengan pola kemitraan lainnya, mengoptimalkan kursus dan pelatihan
bagi manajer dan operator, meningkatkan jumlah alsintan yang dikelola kelompok
UPJA yang telah ada, peningkatkan kualitas pelayanan, dan meningkatkan
pemeliharaan dan perawatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Feby Fadilah Rahmat dengan judul
“Analisis Strategi Pencapaian Rencana Penerimaan Pajak Bumi, dan Bangunan
Sektor Agribisnis Perkebunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi, dan Bangunan
22
Cibinong” bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang menjadi penyusun
rencana penerimaan PBB sektor agribisnis perkebunan, dan merekomendasikan
alternatif strategi yang tepat untuk KPPBB Cibinong. Berdasarkan penelitian
didapatkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sumber, dan validitas
data, pemerintah, dan perilaku wajib pajak. Alternatif pemilihan strategi yang
tepat, dan efektif bagi perusahaan berdasarkan prioritasnya pembentukan basis
data.
Lukito (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Uji Kinerja Mesin
Penghancur Sampah Organik (Crusher) dan Mesin Penghancur Pupuk Kandang
(Manure Breaker) di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian, Cianjur, Jawa Barat”
melaksanakan uji kinerja terhadap alat mesin pertanian yang ada di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Disimpulkan bahwa dibutuhkan modifikasi
untuk mesin penghancur sampah organik. Modifikasi dilakukan pada bagian pisau
dan penutup pisau yang dibuat lebih rapat agar bahan tidak keluar melalui sela-
sela penutup. Sedangkan untuk mesin penghancur kompos dibutuhkan modifikasi
di bagian pisau, karena pada kecepatan putaran mesin tinggi pisau dapat bergeser.
Selain itu, dibutuhkan adanya penutup untuk pisau agar bahan tidak terlempar
jauh dari mesin.
Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian
terdahulu. Penelitian ini dilakukan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
dengan memfokuskan pada strategi pengembangan dari balai. Selama ini banyak
penelitian uji kerja alat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat, namun penelitian tentang strategi pengembangan balai tersebut belum
pernah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan analisis Proses Hirarki Analitik
(PHA) untuk menentukan prioritas strategi pemasaran yang akan diterapkan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
23