Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGUKURAN KINERJA
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

DISUSUN OLEH :
Kelompok V

DESI TRIANA MUNTHE (1720050003)


DEWI SUNDARI (1720050004)
KHOIRUDDIN (1720050020)
LAILY RAMADHANI (1720050021)
RIZKA DAULAY (1720050022)

PRORGAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
T.A 2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “Pengukuran kinerja akuntansi sektor publik”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan paper ini berkat bantuan dan
Tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan
karya tulis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca. Terima kasih.

Medan, 10 Maret 2018

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 3
BAB II : KAJIAN TEORI ............................................................................ 4
A. Pengukuran kinerja Akuntansi sektor publik ............................... 4
1. Pengertian kinerja dan pengukuran kinerja sektor publik ....... 4
2. Tujuan dan manfaat pengukuran kinerja sektor publik ............ 6
3. Arti penting pengukuran kinerja pada instansi pemerintahan . 5
4. Elemen pokok pengukuran kinerja .......................................... 6
5. Informasi yang digunakan untuk pengukur kinerja ................. 7
6. Indikator pengukuran kinerja .................................................. 8
7. Peran indikator kinerja pengukuran kinerja ............................. 9
8. Sistem pengukuran kinerja ....................................................... 10
9. Langkah – langkah pengukuran kinerja sektor publik ............. 11
10. Kendala pengukuran kinerja organisasi sektor publik ............. 12
11. Pelaporan kinerja ...................................................................... 13
BAB III : PENUTUP ..................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................... 14
B. Kritik dan Saran ............................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kinerja satuan organisasi banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini, terutama
sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai
mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan.
Walaupun anggaran rutin dan pembangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah
semakin membengkak, nampaknya masyarakat belum puas atas kualitas jasa
maupun barang yang diberikan. Di samping itu, selama ini pengukuran
keberhasilan maupun kegagalan dari satuan organisasi dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara objektif. Kesulitan ini
disebabkan belum pernah disusun suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat
menginformasikan tingkat keberhasilannya. Kesulitan lain adalah pengukuran
tingkat kinerja satuan organisasi lebih ditekankan kepada kemampuannya dalam
menyerap anggaran.
Dengan kata lain, satuan organisasi akan dinyatakan berhasil apabila
menyerap100% anggaran pemerintah, walaupun hasil maupun dampak yang
dicapai dari pelaksanaan program tersebut masih berada jauh di bawah standar.
Oleh karena itu, sudah mendesak untuk disusun suatu sistem pengukuran kinerja
yang dapat memberikan informasi atas efektivitas dan efisiensi pencapaian kinerja
satuan organisasi. Selama tiga dekade terakhir, belum pernah dikembangkan suatu
standar pengukuran kinerja satuan organisasi/kerja yang dapat memberikan
informasi kepada pimpinan, apakah satuan organisasi tersebut telah melaksanakan
tugasnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, terjadi jurang yang sangat luas antara perencanaan satuan
organisasi dengan pengukuran kinerja atas perencanaan tersebut. Karenanya, perlu
dikembangkan suatu model pengukuran kinerja yang membantu memberikan
informasi apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Hal ini juga
sekaligus mengubah paradigma lama bahwa satuan organisasi yang sukses dinilai
atas keberhasilan penyerapan anggaran dan bukan atas pencapaian tujuan yang
pada akhirnya memuaskan masyarakat banyak. Untuk dapat menjawab pertanyaan
akan tingkat keberhasilan satuan organisasi, maka seluruh aktivitasnya harus
dapat diukur. Pengukuran tersebut tidak semata-mata pada masukan (input) dari
kegiatan tetapi lebih ditekankan kepada keluaran, manfaat dan dampak dari
kegiatan tersebut bagi masyarakat. Dengan kata lain, sistem pengukuran kinerja
yang merupakan elemen pokok dari laporan akuntabilitas satuan organisasi/kerja
akan mengubah paradigma pengukuran keberhasilan. Selama ini, keberhasilan
suatu satuan organisasi lebih ditekankan kepada kemampuannya dalam menyerap
sumber daya (terutama anggaran) sebanyak-banyaknya, walaupun hasilnya sangat
mengecewakan. Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan satuan organisasi akan
lebih dilihat dari kemampuannya, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya
untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menyusun beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian kinerja dan pengukuran kinerja sektor publik ?
2. Apa tujuan dan manfaat pengukuran kinerja sektor publik ?
3. Apa arti penting pengukuran kinerja pada instansi pemerintahan ?
4. Apa saja elemen pokok pengukuran kinerja ?
5. Apa saja informasi yang digunakan untuk pengukur kinerja ?
6. Bagaimana indikator pengukuran kinerja ?
7. Apa saja peran indikator kinerja pengukuran kinerja ?
8. Bagaimana sistem pengukuran kinerja ?
9. Bagaimana langkah – langkah pengukuran kinerja sektor publik ?
10. Apa saja kendala pengukuran kinerja organisasi sektor publik ?
11. Bagaimana pelaporan kinerja ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini dilakukan yaitu :
1. Untuk mengetahui pengetian kinerja dan pengukuran kinerja sektor publik ?
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pengukuran kinerja sektor publik ?
3. Untuk mengetahui arti penting pengukuran kinerja pada instansi
pemerintahan ?
4. Untuk mengetahui elemen pokok pengukuran kinerja ?
5. Untuk mengetahui informasi yang digunakan untuk pengukur kinerja ?
6. Untuk mengetahui bagaimana indikator pengukuran kinerja ?
7. Untuk mengetahui peran indikator kinerja pengukuran kinerja ?
8. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengukuran kinerja ?
9. Untuk mengetahui bagaimana langkah – langkah pengukuran kinerja sektor
publik ?
10. Untuk mengetahui kendala pengukuran kinerja organisasi sektor publik ?
11. Untuk mengetahui bagaimana pelaporan kinerja ?

D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai pengukuran kinerja akuntansi sektor publik. Manfaat lain dari
penulisan paper ini adalah dengan adanya penulisan paper ini diharapkan menjadi
acuan dalam membuat paper yang lebih baik untuk kedepannya.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengukuran Kinerja Akuntansi Sektor Publik


1. Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau
seluruh tindakan aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan
referensi pada sejumlah standar seperti biaya – biaya sebelumnya yang di
proyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggungjawaban dan akuntabilitas
manajemen dan semacamnya. Pengertian pengukuran kinerja sektor publik
menurut Mardiasmo ( 2002) “sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.” Kinerja
tersebut harus diukur dan dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja.
Pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.
Sistem pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment
system.
2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Tujuan pengukuran kinerja sektor publik antara lain :
a. Akan dapat memperbaiki kinerja masa yang akan datang agar lebih baik
dalam mencapai tujuan organisasi sektor publik.
b. Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan,
misalnya mengganti kebijakan dan mempertahankan pimpinan.
c. Mewujudkan tanggungjawab publik.
d. Untuk mengkonsumsikan strategi menjadi lebih baik antara atasan dan
bawahan.
e. Mengalokasikan sumber daya.
f. Untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.
g. Pengukuran kinerja pendorong terciptanya akuntabilitas publik.
Manfaat dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik.
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja manajemen.
b. Memberikan arahan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.
c. Untuk memonitori dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki kinerja.
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara
objektif atas pencapaian yang diatur sesuai dengan system pengukuran
kinerja yang telah disepakati.
e. Sebagai komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi.
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah
terpenuhi.
g. Membantu memahami proses kegiatan instalasi pemerintah.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif

3. Arti Penting Pengukuran Kinerja Pada Sektor Publik


Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dengan dilakukannya
pengukuran kinerja maka kita bisa memastikan apakah pengambilan keputusan
dilakukan secara tepat dan obyektif. Selain itu kita juga bisa memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja
serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja periode berikutnya.
Terjadinya peningkatan atau penurunan produktivitas bisa ditunjukkan dari
kegiatan ini. Informasi yang termasuk dalam pengukuran kinerja antara lain :
a. Efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa
b. Kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada
pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan)
c. Hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan
d. Tindakan dalam mencapai tujuan
Selain itu ruang lingkup pengukuran kinerja sangat luas. Pengukuran kinerja
harus mencakup kebijakan (policy), perencanaan dan penganggaran (planning and
budgeting), kualitas (quality), kehematan (economy), keadilan (equity) dan juga
pertanggungjawaban (accountability).
4. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja
a. Menetapkan Tujuan, Sasaran dan Strategi Organisasi.
Tujuan adalah pernyataan secara umum tentang apa yang ingin dicapai
organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara
eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau
teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan,
sasaran dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi
organisasi. Berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi tersebut selanjutnya dapat
ditentukan indikator dan ukuran kinerja secara tepat.
b. Merumuskan Indikator dan Ukuran Kinerja
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung
yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran
kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan
ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan,
sasaran dan strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan
utama dan indikator kinerja kunci.
Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan preferensi
manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan
nonfinansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus
secara konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan
indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap
sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial
untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan
oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capain kinerja.
c. Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran-Sasaran Organisasi
Jika kita sudah mempunyai indikator dan ukuran kinerja yang jelas, maka
pengukuran kinerja bisa diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian
tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator
dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan
indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif,
penyimpangan negatif, atau penyimpangan.nol Penyimpangan positif berarti
pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampaui indikator dan
ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti pelaksanaan
kegiatan belum berhasil mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.
Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau
sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.
d. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi
mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja
organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian
kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian kemajuan
organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas.
5. Informasi yang digunakan untuk pengukur kinerja
a. Informasi Financial
Penilaian kinerja finansial dilakukan dengan mnganalisis varians antara
kineja aktual dengan yang di anggarkan. Analisis varians secara garis besar :
1. Varians pendapatan (revenue variance)
2. Varians pengeluaran /belanja (expenditure variance)
3. Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
4. Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)
Setelah analisis varians dilanjutkan dengan mengidentifikasi sumber
penyebab terjadinya varians tersebut (apa,siapa/bagaimana,mengapa dan bagian
mana) keterbatasan analisis varians di antaranya adalah kesulitan menetapkan
batasan besarnya varians.
b. Informasi nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses
pengendalian manajemen. Metode balanced scorecard merupakan pengukuan
kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek nonfinansial.
Metode balanced scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena
balanced scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-
finansial,tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial.

6. Indikator Pengukuran Kinerja


Indikator kunci atas kinerja sektor publik adalah hal mendasar dalam
pengukuran kinerja sektor publik. Suatu indikator kunci atas kinerja sektor publik
yang disediakan oleh agen sektor publik harus memperhatikan kriteria sebagai
berikut (Harun, 2009)
a. Relevan yaitu sebuah indikator kunci harus memiliki sebuah hubungan yang
logis dengan keperluan pihak yang membutuhkan. Indikator yang ada harus
memiliki hubungan yang jelas dengan tujuan akhir yang hendak dicapai
oleh suatu agen sektor publik. Untuk menilai keseluruhan kinerja suatu agen
publik maka dibutuhkan indikator kunci yang secara komprehensif
menunjukkan aktivitas kunci dari agen publik tersebut.
b. Kepatutan indikator yang disediakan harus dapat menunjukkan kepada
pemakai apakah suatu agen sektor publik telah melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu yang menjadi kewajibannya dalam usaha mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Indikator ini juga dapat mengungkapkan kinerja relatif
antara suatu agen publik tertentu dengan agen publik sejenis lainnya.
c. Sistematis informasi indikator kinerja harus didokumentasikan secara
sistematis yaitu hubungan antara indikator dengan tujuan agen dengan
adanya penjelasan yang mengungkapkan mengapa suatu indikator kinerja
tertentu menjadi indikasi kunci atas kinerja suatu agen sektor publik.
d. Valid dan terpercaya suatu indikator kunci akan dipercaya jika dapat
dikuantitatifkan. Selain itu indikator tersebut harus tidak bias dan dapat
diverifikasi oleh pihak independen.
7. Peran Indikator Kinerja dalam Pengukuran Kinerja
Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang
telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor
keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci.
Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengidentifikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini mereflesikan preferensi
manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan non
finansial pada kondisi waktu tertentu. Indikator kinerja kunci merupakan
sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik
bersifat finansial maupun non finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja
unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan
memonitor capaian kinerja. Komponen yang digunakan dalam penentuan
indikator kinerja yaitu :
a. Biaya pelayanan
Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit, misalnya biaya per unit
pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut,
biaya persiswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya
unitnya karena output yang dihasilkan tidak dapat dikualifikasi atau tidak ada
keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat
indikator kinerja produksi misalnya berbelanja per kapita.
b. Penggunaan
Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan
dengan permintaa publik (public demand). Indikator ini harus mempertimbangkan
presentasi publik, sedangkan pengukurannya berupa volume absolute atau
presentase tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas, contoh lain yaitu
rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini
digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang
digunakan pada tiap jalur.
c. Kualitas dan standar pelayanan
Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut
pertimbangan yang sifatnya subjektif. Contohnya perubahan jumlah komplain
masyarakat atas pelayanan tertentu.
d. Cakupan pelayanan
Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan
perundang-undangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan
tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
e. Kepuasan
Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.
Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat dapat digunakan
untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun dapat juga digunakan indikator
proksi, misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut
memerlukan kerjasama antar unit kerja.

8. Sistem Pengukuran Kinerja


Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
financial dan nonfinansial. System pengukuran kinerja komprehensif dirancang
untuk bisa memberikan manfaat jangka panjang.
a. Perancangan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses sistematik yang ditunjukan untuk
menghasilkan tindakan dan keputusan-keputusan mendasar sebagai pedoman dan
panduan organisasi dalam menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan dan
mengapa melakukan aktivitas tertentu.
Perencanaan strategis berkaitan dengan perencaan jangka panjang
organisasi. Pada umumnya perencanaan strategi menghasilkan dan merumuskan
visi, misi, falsafah yang diterjemahkan lebih lanjut dalam kebijakan, tujuan,
sasaran, dan strategi. Visi merupakan gambaran umum tentang masa depan yang
diyakini oleh semua anggota organisasi. Misi merupakan pernyataan terhadap
bidang atau kegiatan terbaik yang mampu dilakukan organisasi. Falsafah
merupakan nilai-nilai etis yang ditanamkan di organisasi dan membentuk budaya
organisasi. Kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan falsafah organisasi.
Kebijakan ini diterapkan dengan mendasarkan pada falsafah yang sudah
diterapkan.
b. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah proses pembuatan keputusan mengenai
program-program yang akan dilaksanakan organisasi dan taksiran jumlah sumber-
sumber yang akan dialokasikan untuk setiap program tersebut. Penyusunan
program meliputi tiga kegiatan utama yaitu Analisis usulan program baru,
Penelaahan program yang sedang berjalan dan Penyusunan sistem koordinasi
program secara terpisah.

9. Langkah-langkah Pengukuran kinerja sektor publik


a. Pengukuran Ekonomi hanya memperhatikan keluaran yang didapat,
sedangkan pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang
dipergunakan.
b. Pengukuran Efisiensi merupakan hal penting dari tiga pokok bahasan Value
for Money. Efisiensi diukur antara output dengan input. Semakin
besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi.
c. Pengukuran Efektivitas merupakan ukuran berhasil atau tidaknya suatu
organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai
tujuanya, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.
Hal terpenting adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa
besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya
boleh melebihi dari yang telah dianggarkan, bisa juga dua kali lebih besar
dari apa yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu
program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Pengukuran Outcome adalah dampak suatu program atau proyek terhadap
masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output
hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas outputdan dampak yang dihasilkan.
10. Kendala Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik
a. Tujuan organisasi bukan memaksimalkan laba.
Kinerja manajemen organisasi swasta yang bertujuan maksimalisasi laba
bisa dinilai berbasarkan rasio-rasio yang biasa didapatkan dari sebuah laporan
keuangan misalnya return on investment, rasio pendapatan terhadap sumber daya
yang digunakan, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas dan rasio
keuangan lainnya. Kinerja organisasi sektor publik tidak bisa dinilai hanya
berdasar rasio-rasio keuangan karena sebenarnya organisasi ini tidak pernah ada
net profit karena memang bukan profit oriented.
b. Sifat output adalah kualitatif, intangible dan indirect.
Pada umumnya output organisasi sector publik tidak berwujud barang atau
produk fisik, tetapi berupa pelayanan. Sifat pelayanan ini cenderung kualitatif,
intangible dan indirect sehingga sulit diukur.
c. Antara input dan output tidak mempunyai hubungan secara langsung
Dalam konsep akuntansi pertanggungjawaban, organisasi sektor publik
merupakan sebuah entitas yang harus diperlakukan sebagai pusat
pertanggungjawaban. Karakteristik input (biaya) yang terjadi sebagian besar tidak
bisa ditelusur atau dibandingkan secara langsung dengan outputnya, sebagaimana
sifat biaya kebijakan. Hal ini menyebabkan sulitnya ditetapkan standar sebagai
tolok ukur produktivitas. Tentu berbeda dengan Departemen Produksi perusahaan
manufaktur swasta yang merupakan pusat biaya teknik dimana pengukuran
produktivitas bisa diukur berdasar standar tertentu karena bisa ditelusur atau
dibandingkan secara langsung antara input dengan outputnya.
d. Tidak beroperasi berdasar market forces sehingga memerlukan instrumen
pengganti mekanisme pasar.
Organisasi sektor publik tidak beroperasi sebagaimana pasar persaingan
sempurna sehingga tidak semua output yang dihasilkan tersedia di pasar secara
bersaing. Oleh karena tidak ada pembanding yang independen maka dalam
mengukur kinerja diperlukan instrumen pengganti mekanisme pasar.
e. Berhubungan dengan kepuasan pelanggan
Organisasi sektor publik menyediakan jasa pelayanan bagi masyarakat yang
sangat heterogen. Mengukur kepuasan masyarakat yang mempunyai kebutuhan
dan harapan yang beraneka ragam tidaklah mudah dilakukan.

11. Pelaporan Kinerja


Informasi tentang kinerja menjadi informasi penting yang dibutuhkan
disetiap fase perjalanan organisasi sektor publik dalam mencapai visi dan misinya.
Dalm aspek perencanaan, informasi tentang kinerja memberiakn gambaran
penting dan fundamental tentang kondisi saat ini yang menjadi basis perencanaan.
Sebuah program pemberantasan buta huruf misalnya membutuhkan data
pencapaian tingkat buta huruf yang ada. Tanpa informasi itu, pemerintah akan
mengalami keracunan dalam menetapkan target keberhasilan dan menghitung
jumlah sumber daya yang dibutuhkan.
Informasi tentang kinerja juga dibutuhkan pada saat pelaksanaan kegiatan.
Seperti layaknya indikator dan rambu saat berkendara, informasi kinerja berguna
bagi organisasi untuk mengetahui posisi dan keberadaannya sehingga dapat
mengatur strategi dan terobosan yang diperlukan.
Informasi tentang kinerja dalam bentuk laporan pertanggungjawaban
menjadi informasi yang paling krusial untuk kepentingan evaluasi. Tanpa laporan
kinerja dalam proses pertanggungjawaban, siklus penganggaran berbasis kinerja
menjadi tidak lengkap. Anggaran kinerja merencanakan uang dan kinerja. Karena
itu, penggunaan uang dan pencapaian kinerja yang bersangkutan harus
dipertanggungjawabkan pada akhir periode penganggaran. Proses audit pun
seharusnya menjadi satu kesatuan antara audit laporan keuangan dan audit kinerja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat
ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan alat
pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan
menetapkan reward and punishment systems.
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi
pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan
saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output dan outcome secara
bersama-sama. Bahkan, untuk beberapa hal perlu ditambahkan pengukuran
distribusi dan cakupan layanan ( equity & service coverage ). Permasalahan yang
sering dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja adalah
sulitnya mengukur output, karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa
output yang berwujud, akan tetapi lebih banyak intangible output.

B. Kritik Dan Saran


Adapun saran yang penulis berikan kepada pembaca diantaranya :
1. Pembaca dapat lebih memahami dan memaknai pentingnya belajar
akuntansi sektor publik.
2. Bagi generasi muda khususnya mahasiswa pelajarilah ilmu akuntansi
sebagai bekal kita dalam menjalani kehidupan yang akan datang.
3. Dalam menulis paper atau menjalankan materi pengukuran kinerja
akuntansi sektor publik boleh ditanya kepada dosen yang lebih mengerti.

Demikianlah paper mengenai pengukuran kinerja akuntansi sektor publik


yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap kepada pembaca agar dapat
memberikan kritikan maupun masukan yang positif demi penyempurnaan paper
ini dan memberikan faedah bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:


Erlangga.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai