Anda di halaman 1dari 15
BABIL KAJIAN TEORI Dalam membangun komunikasi tentunya membutuhkan bahasa yang kemundian berwujud simbol/lambang karena dengan bahasa sebagai simbol dapat menciptakan atau membangun relasi sosial, Andrea L, Ricg dan Dennis M.Ogawa (dalam Samovar dan Porter, 1976:25) mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, antar etnis dan ras, antara kelas sosial. Berdasarkan uraian di atas, maka pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang: bahasa sebagai simbol dalam komunikasi antar budaya, serta faktor- faktor yang mempengaruhi komunikasi antar budaya. Bagian terkahir akan dijelaskan kerangka pikir penelitian untuk ketiga konsep tersebut, 2.1, Bahasa Sebagai Simbol Membangun Komunikasi Mengapa bahasa sebagai simbol atau lambang itu penting. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dengan sesamanya, Untuk keperluan berinteraksi, tentunya manusia membutuhkan simbol atau lambang yang kemudiaan dikenal dengan bahasayang, selanjutnya digunakan sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok. Dalam membedakan beragam bahasa menurut pemakai dan pemakaiannya dapat ditentukan oleh berbagai aspek luar bahasa, seperti kelas sosial, jenis kelamin, etnitas dan umur. Adanya perbedaan dialek dan aksen (tekanan suara pada kata) dalam satu lingkungan atau komunitas merupakan bukti keragaman budaya itu keberadaannya dipengaruhi berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek geografi yang mempengaruhi terjadinya variasi atau keberagaman bahasa berdasarkan perbedaan daerah pemakainya atau penutuya. Keberagaman bahasa seperti ini adalah keberagaman yang terjadi karena faktor kedaerahan yang sering disebut dialek regional. Selain faktor kedaerahan, perbedaan dalam sebuah bahasa dapat juga terjadi karena faktor lain, seperti latar belakang pendidikan pemakainya (pengguna), pekerjaannya, atau karena faktor derajat keresmian situasinya, Keberagaman bahasa dari jenis yang kedua sering disebut dialek sosial atau sosiolek (Suhardi dan Sembiring, 2009:49). Seorang pelaku sosial yang memiliki otoritas, ketika ia berbicara didalam situasi dan kondisi yang sesuai dengan wewenangnya, maka ia memanifestasikan otoritasnya, Melalui ujarannyaia menggunakan satu bentuk kekuasaan atau otoritas sosial dan otoritas itu tidak bisa ditemukan hanya dengan membongkar kalimat-kalimatnya secara linguistik. Mencoba memahami secara linguistik saja kekuatan dari pertanyaan-pertanyaan linguistik berarti melupakan otoritas yang terjadi di “luar”, walaupun otoritas-otoritas itulah yang dimanifestasikan dan yang disimbolkan oleh bahasa, Otoritas-otoritas itu melekat didalam diri penutur bahasa, yang menurut Bourdieu merupakan “kapital simbolik dan kekuasaan simbolik” yang dimiliki oleh pelaku sosial, dengan demikian, bahasa erat kaitannya dengan kekuasaan simbolik, maka pendekatan sosoilinguistik untuk mengkaji penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penting dan bermakna (Rusdiarti, 2003), Sosiolinguistik adalah satu kajian interdispliner linguistik yang. menyangkutkan bahasa sebagai objek kajiannya dengan tatanan sosial masyarakat, karena sifat bahasa itu unik dan bervariasi, maka tiap daerah mempunyai bahasa tersendiri dan beraneka ragam, Di dalam lingkungan sosial, tiap individu maupun kelompok masyarakat mempunyai ciri tersendiri dalam menyampaikan bahasa tersebut. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan isi pikiran dan untuk berinteraksi antar individu dan kelompok sosial. Sosiolinguistik adalah disiplin ilmu gabungan antara ilmu sosiologi dan linguistic. Sosio adalah masyarakat, dan linguistic adalah ilmu tentang bahasa. Dalam kamus linguistic, sosiolinguistik adalah cabang_ linguistic yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial (Ohoiwutun, 1997:3), Ada juga yang menjelaskan, sosiolinguistik adalah “the field that studies the relation between language and society, between the use of language and the sosial structures in which the users of language live (Spolsky, 2010;3), Dengan kata lain sosiolinguistik adalah bidang yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan masyarakat, antara pengunaan bahasa dengan struktur sosial di mana pengguna bahasa itu tinggal. Suatu bahasa dipakai oleh masyarakat penutumya untuk keperluan komunikasi sesuai keadaan atau keperluan yang mereka hadapi. Peristiwa komunikasi menurut Suhardi dan Sembiring (2009:49) meliputi tiga hal, yakni medan (field), suasana (tenor), dan cara (mode), 10 Medan (field) Merupakan istilah yang mengacu kepada hal atau topik, yaitu tentang bahasa itu dipakai. Ketika ujaran dihubungkan dengan kegiatan tertentu yang sedang berlangsung, maka bidangnya adalah kegiatan itu sendiri. Kata-kata seperti dribble, passing, heading, throw in, free kick, goal kick, corner kick, red card, yellow card, atau faoulakan sering dipakai oleh penuturnya dibidang olah raga, Suasana (tenor) Mengacu pada hubungan peran peserta tuturan atau pembicaraan, yakni hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur atau pembicaraan, yakni hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang ada dalam pembicaran tersebut.Suasana menekankan bagaimana pemilihan bahasa dipengaruhi oleh hubungan sosial antara peserta tutur, yaitu antara penutur dan mitra tutur atau antara penulis dan pembaca, Kata-kata seperti tidak, membuat, dan dimarahi lebih sering dipakai dalam situasi resmi dari pada ngga bikin dan diomelin yang sering dipakai dalam situasi tak resmi. Keberagaman tersebut tercipta karena adanya aspek kesantunan, ukuran formal dan tidaknya suatu ujarandan status partisipan yang terlihat didalam percakapan. Suasana dapat juga tercerminkan dalam penggunaan cara menyapa (address term). Menyapa orang lain dengan kata bapak, dan ibu, misalnya, berbeda konteks dengan pengunaan kataom dan tante. Selain itu, suasanapun mempengaruhi pemilihan ragam bahasa kedalam pembagian gaya (stylistics) berbahasa, u seperti ragam intim (intimate), santai (casual), konsultatif (consultative), resmi (formal), dan beku (frozen) (Suhardi dan Sembiring, 2009:49), 3. Cara (Mode) Cara mengacu kepada peran yang dimainkan bahasa dalam komunikasi, termasuk didalamnya adalah peran yang terkait dengan jalur (channel) yang digunakan ketika berkomunikasi, Jalur yang dimaksud adalah apakahpesan disampaikan dengan bahasa tulis, lisan untuk dituliskan, dan tulis untuk dilisanakan. Contoh kecil mungkin kita sering melihat di pinggir jalan terdapat tulisan ‘mengatasi masalah tanpa masalah’, Tulisan tersebut disampaikan dari bentuk tisan yang dituliskan sebagai jargon suatu instansi yang bertujuan untuk mangajak ‘konsumen’ supaya tertarik pada instansi itu. Bentuk bahasa dari tulisan tersebut adalah bahasa persuasive. Dengan demikian, kepentingan penggunaan bahasa yang terkait dengan medan (field), suasana (tenor), dan cara (mode) tentunya akan mempengaruhi bagaimana komunikasi antarbudaya tersebut akan dibangun. Dalam konteks seperti ini, maka amatan terhadap penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari- hari antara mahasiswa yang berbeda etnis menjadi penting untuk dilakukan demi menjawab masalah penelitian ini. 2.2, Komunikasi Antarbudaya Keragaman suku bangsa menjadi ciri mendasar dari yang namanya Indonesia. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa suku-bangsa kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan 12 kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa. Selain itu juga ada pendapat lain yang berusaha mendefinisikan mengenai apa itu suku bangsa. 1. Koentjaraningrat (1993), suku bangsa merupakan kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang ‘mempersatuan semua anggotanya serta_memiliki sistem kepemimpinan senditri. 2, Theodorson dan Theodorson yang dikutip oleh Zulyani Hidayah (1999), kelompok etnik adalah suatu kelompok sosial yang memiliki tradisi kebudayaan dan rasa identitas yang sama sebagai bagian dari kelompok masyarakat yang lebih besar. 3, Abner Cohen yang dikutip oleh Zulyani Hidayah (1997), kelompok etnik adalah suatu kesatuan orang-orang yang secara bersama-sama menjalani pola- pola tingkah laku normatif, ataukebudayaan, dan yang membentuk suatu bagian dari populasi yang lebih besar, saling berinteraksi dalam kerangka suatu sistem sosial bersama, seperti negara, 4, Dikutip dari id. wikipedia orgkelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama, Identitas sukupun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. 13 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku bangsa dipahami sebagai kesatuan hidup manusia yangmemiliki kebudayaan dan tradisi yang unik, membuat mereka memiliki identitas Khusus danberbeda dengan kelompok Jainnya, dan suku bangsa merupakan bagian dari populasi yang lebih besar yang disebut dengan bangsa. Mendasarkan pada pemasalahan tentang pengertian suku bangsa, satu persoalan yang kemudiaan menjadi perhatian berkaitan dengan bagaimanakah membangun komunikasi atas dasar perbedaan suku bangsa yang kemudiaan di kenal dengan komunikasi antar budaya, Dengan kata lain, komunikasi antar budaya tak dapat diletakan hanya dari pengertian kebudayaan (budaya), dan Komunikasi itu sendiri, Oleh karenanya studi tentang komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap Komunikasin; atau dengan kata lainn komunikasi antarbudaya adalah menambah kata budaya ke dalam pertanyaan “ komunikasi antar dua orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan” (Liliweri, 2003:8-9). Studi tentang komunikasi dan kebudayaan sebenamnya terpusat pada variasi langkah dan caramanusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial.Pelintasan komunikasi itu mengunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam konteks interaksi, Pertanyaan yang kemudiaan diajukan adalah bagaimana menjajaki makna pola-pola dan tindakan, dan bagaimana makna dan pola-pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi 14 antarmanusia (Liliweri 2007). Samovar dan Porter (1976:4-25) mengemukakan tiga hal mendasar tentang komunikasi antar budaya: 1 Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antar orang-orang yang berbeda kebudayaan, Misalnya antara suku bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial; Komunikasi antarbudaya meliputi terjadi diantara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang budayanya berbeda; dan Komunikasi antar budaya adalah suatu proses komunikasi simbolik, interpretative, transaksional, dan kontekstualyang dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki perbedaan derajat kepentingan dalam memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang hendak disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang diperlukan, Dengan demikian, komunikasi tidak dipandang sekedar sebagai sebuah kegiatan yang menghubungkan manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus. dipandang sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan yang terus menerus diperbaharuiJadi pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif dan transaksional dan dinamis. Wahlstrom (1992) mengemukakan bahwa komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik (two way communication) namun masih berada pada tahap rendah, Sebaliknya, apabila terdapat kesaling pemahaman, kesaling 15 pengertian terhadap pesan yang disampaikan maka komunikasi tersebeut telah memasuki tahap transaksional, Oleh karenanya, baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang bersifat dinamis,karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembanga dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu, Hal ini terjadi karena proses komunikasi yang dilakukan merupakan komunikasi antarbudaya maka kebudayaan merupakan dinamisator atau “penghidup” bagi proses komunikasi itu sendiri. Mengacu pada penjelasan di atas, komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda, bisa berbeda secara ras, etnis, atau sosio-ekonomi atau gabungan dari semua perbedaan ini untuk mencerminkan cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi (Tubbs and Moss, 2001), Namun demikian pertanyaannya tentang bagaimana komunikasi antar budaya tersebut terjadi dengan menggunakan simbol dan lambang budaya masing-masing belum banyak yang memberikan pemahaman dengan baik. Oleh karenanya penelitian ini ingin menjawab permasalahan dengan melakukan studi komunikasi antarabudaya yang dilakukan antara mahasiswa etnis Papua yang menggunakan bahasa gaul-nya dengan mahasiswa etnis Jawa. 2.3, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya Dewasa ini, komunikasi antarbudaya semakin penting dan semakin vital dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, Namun bagaimana komunikasi 16 antar budaya tersebut dapat berjalan sangat tergantung dari berbagai factor seperti yang diungkapkan Devito (1997:475) dengan mengacu pada pemikiran Dodd(1991); Gudikunst dan Kim (1994); serta Samovardan Porter dk (1985), Menurut Devito (1997:475) ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya, diantaranya: 1. Mobilitas Saat ini mobilitas masyarakat diseluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Orang-orang sering kali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru berikut peluang-peluang ekonomis. Mobilitas ini kemudiaan menjadi pengalaman sehari-hari kita secara realistis telah menciptakan dan membuat kita semakin memabahami budaya lain dalam proses komunikasi antarbudaya, 2, Ekonomi Dewasa ini, kebanyakan negara didunia secara ekonomis tergantung pada negara lain, Misalnya, pada waktu yang lalu kehidupan ekonomi Amerika banyak terkait dengan negara-negara Eropa yang kultumya banyak mirip atau sama, Tetapi sekarang ini, pandangan Amerika (khususnya di bidang peralatan teknologi) yang berorientasi ke Asia Timur, yaitu Jepang, Korea, dan Taiwan yang kultumya sangat berbeda dengan Amerika. Dengan kata Jain, kehidupan ekonomi Amerika bergantung pada kemampuan bangsa ini untuk berkomunikasi antarbudaya secara efektif dengan kultur-kultur yang berbeda itu, Hal yang sama berlaku pula untuk bangsa-bangsa lain didunia termasuk Indonesia, 17 3. Teknologi Komunikasi Meningkatnya perkembangan teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang ada kalanya asing masuk ke dalam budaya kita, Melalui film- film import pada tanyangan televisi ataupun bioskop, internet, dan sebagainya, kita dapat mengenal adat kebiasaan dan riwayat bangasa- bangsa lain, Singkatnya, kemajuan teknologi komunikasi telah membuat komunikasi antarbudaya praktis tak terhindarkan, 4, Pola Imigrasi Hampir di setiap kota di dunia, kita dapat menjumpai orang-orang dari beragam bangsa, Pada lingkup domestik, kita bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan orang-orang yang sangat berbeda Kultur dengan kita. Pengalaman schari-hari kita secara realistis telah menciptakan dan membuat kita menjadi semakin memahami berbagai budaya yang kemudiaan diterapkan dalam proses komunikasi yang dilakukan sehari- hari, 5, Kesejahteraan Sekarang ini capaian kesejahteraan sangat tergantung pada kesejahteraan politik Kultur atau negara lain, Kekacauan politik di belahan dunia ini, berdampak atau mempengaruhi keamanankita, Komunikasi antarbudaya saat ini terasa lebih penting dibandingkan masa-masa sebelumnya Meskipun komunikasiantarbudaya ini merupakan aktifitas yang rutin kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataan menunjukan bahwa proses komunikasi antarbudaya tidak selamanya mudah, Pada saat-saat tertentu, 18 kita menyadari bahwa perbedaan latar belakang sosial budaya telah menjadi faktor yang potensial menghambat keberhasilan komunikasi, Di saat anda berbicara dengan orang Jain, kadang-kadang diikuti oleh pertanyaan ‘mengapa masyarakat ini rasanya susah?”, Mengapa masyarakat ini tidak merespon gagasan saya?”. Sementara itu, pada kesempatan berbeda kita merasakan bahwa_ proses komunikasi yang kita bangun berjalan lancar, schingga di samping kita dapat meraih tujuan, juga dapat menjalin hubungan harmonis dengan mereka. Liliweri (2001;2003), mengemukakan bahwa keberhasilan komunikasi antarbudaya, ditentukan oleh faktor-faktor yang dapat diklarifikasikan kedalam dua kategori, yaitu: berpusat pada personal (person-contered perspectiv) dan berpusat pada situasi (situasitional-contered perspectiy). 1, Faktor Personal Faktor personal timbul dari dalam iri individu terutama dalam menanggapi proses komunikasi sosial budaya, Tanggapan yang dimaksud sangat tergantung pada berbagai keadaan yang ada pada diri individu, yang secara garis besar dibedakan kedalam tiga kategori: a, Faktor Psikologis Manusia adalah makhluk yang mempunyai daya psikologis; pengetahuan, kehendak, sikap dan sebagainya, Kita dapat mengklarifikasikan kedalam tiga komponen, yaitu; kognitif, afcktif, dan konatif. b. Faktor sosial budaya Latar belakang sosial budaya mengajarkan tentang berbagai kesepakatan nilai-nilai sosial budaya kepada masyarakat pengikutnya. 19 Dalam pikiran setiap orang ada nilai_ yang diacu untuk mempersepsikan penafsirkan makna atas simbol dan pesan komunikasi, ¢. Faktor Biologis Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan. Ta Iapar kalo tidak makan sehari, ia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduksinya, dan ia akan melarikan diri kalau merasa dirinya terancam. 2, Faktor Situasional Faktor situasional berkaitan langsung dengan situasi dan kondisi dimana individu-individu yang berbeda latar budaya berada, dan bagaimana setiap individu mengekspresikan diri dalam ruang dan waktu ketika bertemu dengan orang lain, Dengan demikian, maka faktor situasional ini berkaitan dangan: lingkungan, suasanan diri atau perilaku diri, termasuk struktur sosial dimana individu tersebut berada, Kegiatan komunikasi sosial budaya sudah menjadi bagian besar kegiatan kita sehari-hari, mulai antar teman/pribadi, kelompok organisasi atau massa, Kalau lebih teliti lagi banyak kegagalan dari komunikasi yang kita Jakukan, Sering kali dalam melakukan proses komunikasi tersebut terjadi distorsi_ yang disebabkan tidak ada saling kesepahaman, Faktor yang mempengaruhi terhadap sistem pemahaman dan pemaknaan atas lambang dan pesan, bisa datang dari dalam diri (faktor personal), maupun dari luar, yakni dari situasi atau lingkungan, Faktor situasi ini adalah; (a) faktor 20 ekologis; (b) faktor temporal; (c) suasana perilaku; dan (d) faktor sosial, mencangkup sistem peran, struktur sosial dan karakterisik sosial individu, 2.4, Kerangka Pikir Penelitian Berdarkan uraian di atas, maka kerangka piker penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Mahasiswa Mahasiswa jk» Etnis/Suku Jawa ‘Etnis/Suku Papua Faktor Ls} Bahasa ambang + Komunikasi Antar Budaya Faktor Yang, Mempengeruhi © Personal + Situasional Proses Terjadinya Komunikasi Antarbudaya ‘Mahasiswa Papua dan Jawa Di UKSW Dari kerangka pikir penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa pertemuan dua budaya yang berbeda itu di akibatkan oleh faktor-faktor penggunaan bahasa yang mengakibatkan mahasiswa etnis Jawa dapat melakukan komunikasi dengan baik dengan mahasiswa etnis Papua, Komunikasi seperti ini kemudian dikonsepkan sebagai komunikasi antarbudaya. 2 Seberapa jauh komunikasi antarbdua berlangsung sangat dipengaruhi oleh faktor personal atau individu dan faktor situasional atau faktror lingkungan, Apabila kedua faktor ini mendukung, maka komunikasi antarbudaya dapat berlangsung dengan baik. 2

Anda mungkin juga menyukai