Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM


DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI MUHAMMADIYAH
SEMARANG

dalam menyelesaikan program Sarjana Keperawata

Oleh :
RISKI RAHMAWATI
G3A017056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
15

BAB I

KONSEP DASAR

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6
minggu. Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mansjoer, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah
masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat
kandungan kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan,
baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat
fisiologis, namun jika tidakdilakukan pendampingan melalui asuhan
kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akanterjadi keadaan
patologis.

2. Tujuan Perawatan post natal


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti
keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi
dan perawatan bayi sehat.
d. Untuk mendapatkan kesehatan emosi.

3. Perubahan Fisiologi Post Natal


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
a. Perubahan Fisik
1) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan
hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi
terjadi karena adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-
otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit
pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta
dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya
peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot
menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter
Berat Keadaan
Involusi TFU Bekas Melekat
Uterus Cervix
Plasenta

Setelah Lembek
plasenta Sepusat 1000 gr 12,5 cm
lahir

Pertengahan
Dapat dilalui
1 minggu pusat 500 gr 7,5 cm
2 jari
symphisis

Dapat
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dimasuki 1
jari

Sebesar
6 minggu hamil 2 50 gr 2,5 cm
minggu

8 minggu Normal 30 gr

b) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan
dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan
juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas.
d) Perubahan pada cerviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui
oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari
saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari
cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat
diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang
normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak
kembali.
2) After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
Disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini
dan bila terlalu mengganggu analgesik.
3) Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina
dalam masa nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak
dari darah menstruasi. Lochea ini berbau anyir dalam keadaan
normal, tetapi tidak busuk.Pengeluaran lochea dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lochea rubra berwarna
merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama
sampai hari ketiga.
a) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca
persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
c) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4
pasca persalinan.
d) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4) Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi
lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang
uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan pasca persalinan.
5) Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
6) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak
dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.

7) System Hormonal
a) Oksitosin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada
hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini
mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk
bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen
dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran
air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok,
makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang
disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem
LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat
merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah
reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting
susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxitocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.Air
susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %,
gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %. Hal yang mempengaruhi
susunan air susu adalah diit, gerak badan. Banyaknya air susu
sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu.
8) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
vital mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat
persalinan 1 – 3 hari post
partum. Suhu > 380 C
Suhu tubuh < 38 0 C Denyut nadi: > 100 X /
Denyut nadi: 60-100 X / menit
menit
Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
Suhu :
a) Saat partus lebih 37,20C
b) Sesudah partus naik 0,50C
c) 12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
d) 60 – 80 x/mnt
e) Segera setelah partus bradikardi
f) Tekanan darah : TD meningkat karena upaya keletihan dan
persalinan, hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam
Vital sign setelah kelahiran anak :
a) Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan
menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari
persalinan.
b) Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon
setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
c) Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output.
Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah
kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
d) Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita
sebelum persalinan.
e) Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua,
ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau
pusingtiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
a) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal
suhu menjadi 380C
b) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin
indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
c) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena
tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari
hipovolemik sekunder dari perdarahan.

4. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan
hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya
dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga
nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post
partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum

5. Pentalaksanaan Sectio caesaria


a. Perawatan awal
1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan
2) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
4) Transfusi jika diperlukan
5) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi,
segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi
perdarahan pasca bedah
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Fungsi gastrointestinal
1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
2) Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
4) Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
e. Perawatan fungsi kandung kemih
1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau
sesudah semalam
2) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter
terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
4) Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100
mg per oral per hari sampai kateter dilepas
5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /
lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

f. Pembalutan dan perawatan luka


1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan
kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC
g. Jika masih terdapat perdarahan
1) Lakukan masase uterus
2) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik
atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
h. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai
pasien bebas demam selama 48 jam:
1) Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
2) Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
3) Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
i. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
2) Supositoria: ketopropen sup 2x/ 24 jam
3) Oral: tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
4) Injeksi: penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
j. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
k. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
1) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan
komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
2) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
3) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan
lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
4) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis
5) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
6) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat
7) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen
8) Pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila
terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang
mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik,
narkotik dan karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting
untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya
hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau
TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam
sekali.
9) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri
dan kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu
adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi
dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
10) Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan
darah, frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah
produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila
dijumpai adanya penyimpangan
11) Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia;
regional atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan
sectio caesaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol
ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan abdomen,
Persetujuan ditandatangani. Pemasangan folley chateter.

6. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC:
a. Infeksi puerperial, kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi:
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi
d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri
e. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Demografi
Identitas atau biodata klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
b. Riwayat kesehatan (terfokus pada kasus)
1) Riwayat kesehatan dahulu: penyakit kronis atau menular dan
menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang : riwayat pada saat sebelun inpartu di
dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan
kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga: adakah penyakit keturunan dalam
keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
c. Data fokus perubahan pola fungsi dan pemeriksaan fisik
1) Perubahan pola fungsi
a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan bab.
e) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien
terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan
ideal diri
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dan nifas.

2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala: bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-
kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada
benjolan
b) Leher: kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
c) Mata: terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kunuing
d) Telinga: biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e) Hidung: adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f) Dada: terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h) Genitalia: pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.
i) Anus: kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus
karena ruptur
j) Ekstermitas: pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-
kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau
karena penyakit jantung atau ginjal.
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
2) Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4) Urinalisis / kultur urine
5) Pemeriksaan elektrolit
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik (luka insisi operasi).
b. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post
operasi berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
e. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang benar

3. Fokus intervensi dan rasional


a. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik (luka insisi operasi).
1) Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang
2) Kriteria hasil:
a) Pain Level
b) Pain control
c) Comfort level:
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
3) Intervensi:
Pain Management:
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration:
a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
g) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
j) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


ibu tentang cara menyusui yang benar.
1) Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan klien
menunjukkan respon breast feeding adekuat
2) Kriteria hasil:
a) klien mengungkapkan puas dengan kebutuhan untuk menyusui
b) klien mampu mendemonstrasikan perawatan payudara
3) Intervensi:
a) Berikan informasi mengenai:
1. Fisiologi menyusui
2. Keuntungan menyusui
3. Perawatan payudara
4. Kebutuhan diit khusus
5. Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui
b) Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien
untuk melakukan secara teratur
c) Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara
menyimpan, cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi
d) Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan
pemberian Asi eksklusif
e) Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan
payudara, infeksi payudara
f) Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien
dalam pemberian ASI
g) Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan
informasi/memberikan pelayanan KIA

c. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post


operasi berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
1) Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
pengetahuan klien meningkat
2) Kriteria hasil:
a) Kowlwdge : disease process
b) Kowledge : health Behavior
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
3) Intervensi:
Teaching : Disease Process
a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
b) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
d) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
f) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
g) Hindari jaminan yang kosong
h) Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
i) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
j) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
k) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
l) Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
m)Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
n) Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin


1) Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan ADLs klien
meningkat
2) Kriteria hasil:
Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
a) Klien terbebas dari bau badan
b) Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs
c) Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
3) Intervensi:
Self care assistane : ADLs
a) Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
b) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
c) Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
d) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
e) Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya.
f) Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
g) Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
h) Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi


1) Tujuan: setelah dilakuakan asuhan keperawatan diharapkan resiko
infeksi terkontrol
2) Kriteria hasil:
a) Immune Status
b) Knowledge : Infection control
c) Risk control
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
3) Intervensi:
Infection Control (Kontrol infeksi)
a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b) Pertahankanteknikisolasi
c) Batasi pengunjung bila perlu
d) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
e) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
f) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
g) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
h) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
i) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
j) Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
k) Tingktkan intake nutrisi
l) Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)
a) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b) Monitor hitung granulosit, WBC
c) Monitor kerentanan terhadap infeksi
d) Batasi pengunjung
e) Saring pengunjung terhadap penyakit menular
f) Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
g) Pertahankan teknik isolasi k/p
h) Berikan perawatan kuliat pada area epidema
i) Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
j) Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
k) Dorong masukkan nutrisi yang cukup
l) Dorong masukan cairan
m)Dorong istirahat
n) Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
o) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
p) Ajarkan cara menghindari infeksi
q) Laporkan kecurigaan infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC


Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: penerbit yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo

Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka

Nurarif Amin Huda, 2013. Aplikasi Asuhan Bedasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC – NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Herdman T Heather, 2015. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-
2017, Edisi 10. Jakarta: EGC
r)

Anda mungkin juga menyukai