Anda di halaman 1dari 13

Analgetik Antipiretik Nonnarkotik

Analgetika non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat,
sehingga sering disebut analgetika ringan, juga untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas
badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik. Analgetika non narkotika
bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat. Obat golongan ini mengadakan potensial
dengan obat-obat penekan system saraf pusat.

Mekanisme kerja

1. Analgesik.

Analgetika non narkotik menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara langsung
dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin,
seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator
rasa sakit, seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen
dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.

2. Antipiretik

Analgetika non narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas,
pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi pembuluh darah
perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat.

Pengaruh obat pada suhu badan normal relatif kecil. Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja
obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat control suhu di hipotalamus.

3. Antiradang

Keradangan timbul karena pengaktifan fosfolipase A2, enzim yang menyebabkan pelepasanasam
arakidonat, yang kemudian diubah menjadi prostaglandin oleh prostaglandin sintetase. Analgetika
non narkotik menimbulkan efek antiradang melalui beberapa kemungkinan, antara lain adalah
menghambat biosintesis dan pengeluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan
enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala keradangan. Mekanisme yang lain adalah
menghambat enzim-enzim yang terlibat pada biosintesis mukopolisakarida dan
glikoprotein,meningkatkan pergantian jaringan kolagen dengan memperbaiki jaringan
benghubung dan mencegah pengeluaran enzim-enzim lisosom melalui stabilisasi membrand yang
terkena radang. Analgetika non narkotik efektif untuk mengurangi keradangan tetapi tidak dapat
mencegah kerusakan jaringan pada penderita arthritis.

Berdasarkan struktur kimianya analgetika non narkotik dibagi menjadi dua kelompok yaitu
analgetik-antipiretika dan obat antiradang bukan steroid (Non Steroidal Antiinflamatory Drugs =
NSAID).

1. Analgetik-Antipiretika
Obat golongan ini digunakan untuk pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan gejala
penyakit, tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebab penyakit.

Berdasarkan struktur kimianya obat analgetik-antipiretika dibagi menjadi dua kelompok yaitu
turunan aniline dan para-aminofenol, dan turunan 5-pirazolon.

2. Obat Antiradang Bukan Steroid

Berdasarkan struktur kimianya obat antiradang bukan steroid dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu
turunan salisilat, turunan 5-pirazolidindion, turunan asam N-arilantranilat, turunan asam arilasetat,
turunan heteroarilasetat, turunan oksidam dan turunan lain-lain.

OBAT-OBATAN ANALGETIK
a. Obat-obatan golongan non narkotik
1. Asam mefenamat (golongan antranilat)

Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid bekerja dengan cara
menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim
siklooksiginase sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.
 Uraian Kimia
Nama resmi : Acidum Mefenamicum
Sinonim : Benzoic acid, 2-[(2,3-etilfenil) amino], N-(2,3 Xyly) anthranilic
acid, ponstan.
Rumus molekul :C15H15N3NO2
 Farmakodinamika
Asam mefenamat mempunyai sifat analgesik, tetapi efek antiinflamasinya lebih sedikit
dibandingkan dengan aspirin, karena terikat kuat pada protein plasma maka interaksi
terhadap antikoangulan harus diperhatikan.
 Farmakokinetika
Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, 99% obat terikat
oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2 jam setelah pemberian
oral, dan waktu paruh dalam plasma 2-4 jam.
 Efek Samping dan Intoksikasi
Efek samping yang paling sering terjadi (kira-kira terjadi pada 25% dari seluruh pasien)
melibatkan sistem gastrointestinal. Biasanya berupa dispepsia atau ketidaknyamanan
gastrointestinal bagian atas, diare yang mungkin berat dan disertai pembengkakan
perut, serta perdarahan gastrointestinal. Sakit kepala, pusing, mengantuk, tegang dan
gangguan penglihatan juga umum terjadi.
 Interaksi Obat
Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.
 Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering.
 Kontraindikasi
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif
terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal
atau hati dan peradangan saluran cerna.
 Contoh produk dipasaran
Allogon, Datan, Femisic, Maxstan, Pehastan, Ponstan, Tropistan, Asimat, Dogesic,
Lapistan, Mefinal, Poncofen, Solasic
 Dosis
- Untuk nyeri dosis awal 500 mg, dilanjutkan dengan dosis 250 mg, setiap 6 jam jika
di perlukan, penggunaan sebaiknya tidak lebih dari 1 minggu.
- Untuk dismenore penggunaan saat terjadi haid, pnggunaan tidak lebih dari 2 -3 hari.

2. Parasetamol

Penemuan parasetamol sebagai senyawa analgetika dan antipiretik dari adanya kerancuan
asetanilida yang semula digunakan sebagai antipiretik kemudian dikembangkan senyawa-
senyawa yang kurang toksik sebagi antipiretik. Pada mulanya dicobakan senyawa para-
aminofenol yang merupakan komponen hasil oksidasi asetanilida di dalam tubuh,
walaupun demikian toksisitasnya tidak berkurang.
Nama lain parasetamol adalah asetaminofen, sedangkan nama dagang dari parasetamol
adalah Panadol®, Tylenol®, Tempra®, Nipe®, derivat asetanilida ini adalah metabolit dari
fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetika, tetapi pada tahun 1978 telah
ditarik dari peredaran karena efek sampingnya, yaitu nefrotoksisitas dan karsinogen.
Khasiatnya sebagai analgetika dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada
umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi
(pengobatanSendiri) Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa
mempengaruhi sistem saraf pusat atau menghilangkan kesadaran. Juga tidak menimbulkan
ketagihan (adiktif). Obat anti nyeri parasetamol juga digunakan pada gangguan demam,
infeksi virus atau kuman, salesma, pilek dan rematik atau encok walaupun jarang (Tjay dan
Rahardja, 2002).
 Mekanisme kerja
Paracetamol bekerja mengurangi produksi prostaglandin yang terlibat dalam proses
nyeri dan edema dengan menghambat enzim cyclooxygenase (COX).
 Efek samping
Efek samping sering terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan darah.
Penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis diatas
6 gram mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversibel. Overdose bisa menimbulkan
antara lain mual, muntah dan anorexia. Hanya parasetamol yang dianggap aman bagi
wanita hamil dan menyusui meskipun dapat mencapai air susu. Efek iritasi, erosi dan
pendarahan lambung tidak terlihat, demikian juga gangguan pernafasan.
 Farmakokinetik
Parasetamol adalah ekstensif dimetabolisme di hati dan dikeluarkan melalui urin
terutama sebagai tidak aktif dan konjugat glukuronat sulfat, Metabolit parasetamol
termasuk dihidroksilasi kecil menengah yang memiliki aktivitas hepatotoksim,
metabolit intermediate didetoksifikasi melalui konjugasi dengan glutation, namun
dapat mengakumulasi berikut overdosis parasetamol (lebih dari 150mg/kg atau total
parasetamol 10g tertelan) dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan hati
ireversibel.
 Farmakodinamika
Parasetamol adalah-aminofenol derivatif p yang menunjukkan aktivitas analgesik dan
antipiretik, tapi tidak memiliki aktivitas anti-inflamasi, Parasetamol adalah pemikiran
untuk menghasilkan analgesia yang melalui penghambatan pusat sintesis
prostaglandin.

 Interaksi
- resin penukar ion, kolesteramin, menurnkan absorbs paracetamol
- antikoagulan :pengunaan paracetamol secara rutin dapat menyebabkan peningkatan
kadar warfarin.
- metoklorpropamid dan domperidon : metoklorpropamid mempercepat absorbs
paracetamol (meningkatkan efek )
 Dosis :
oral :0.5-1 gram tiap 4-6 jam hingga maksimum 4 jam perhari.
Anak 2 bulan : 60 mg pada demam pasca operasi Dibawah usia 3 bulan hanya
dengan nasehat dokter.
3 bulan-1 tahun :60-120 mg perhari dosis-dosis ini boleh diulang tiap 4-6jam bila
diperlukan (maksimum sebanyak 4 dosis dalam waktu 24 jam )
 Contoh produk yang ada dipasaran :
a. parasetamol (generik)
b. afebrin (konimex) tablet 500mg
c. afidol (afiat) tablet 500mg
d. biogesik (medifarma) sirup 150mg/5 ml dan tablet 500 mg
e. bodrex (tempo) tablet 500 mg
f. dumin (dumex) sirup 120mg/5 ml dan tablet 500 mg
g. fasidol (ifars) sirup 150mg/5 ml dan tablet 500 mg
h. itramol (itrasal) sirup 120mg/5 ml
i. Sumagesik Dumin Biogesik

3. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah
serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918
ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia Awal mula penggunaan aspirin
sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh
perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Aspirin
adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat
diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut Piala Dunia FIFA 2006
di Jerman, replika tablet aspirin raksasa dipajang di Berlin sebagai bagian dari pameran
terbuka Deutschland, Land der Ideen ("Jerman, negeri berbagai ide").
 Mekanisme kerja
Penghambatan sintesis prostaglandin di pusat pengatur panas dalam hipotalamus dan
periferdi daerah target. Lebih lanjut, dengan menurunkan sintesis prostaglandin,
salisilat juga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan
kimiawi. Aspirin juga menekan rangsang nyeri pada daerah subkortikal (yaitu, talamus
dan hipotalamus).
 Farmakodinamika
Asetosal merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai analgesic, antipiretik
dan antiinflamasi. Aspirin dosis tinggi terapi bekerja cepat dan efektif sebagai
antipiretik. Dosis toksis ini justru memperlihatkan efek piretik sehingga pada
keracunan berat terjadi demam dan hiperhidrosis. Untuk memperoleh efek inflamasi
yang baik kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-350 µg/ml. kadar ini tercapai
dengan dosis aspirin oral 4gram perhari untuk orang dewasa. Pada penyakit demam
reumatik, aspirin masih belum dapat digantikan oleh ains yang lain dan masih dianggap
sebagai standar dalam studi banding penyakit arthiritis rheumatoid.
 Farmakokinetika
Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk utuh
dilambung. Ttapi sebagian besar diusus halus bagian atas. Kadar tertingi dicapai kira-
kira 2 jam setelah pemberian. Kecepatan absorbsinya tergantung dri kecepatan
disintegrasi dan disolusi obat, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan
lambung. Setelah diabsorbsi salisilat segera menyebar keseluruh jaringan tubuh dan
cairan transellular sehingga ditemukan dalam cairan senovial, cairan spinal, liur dan air
susu. Obat ini dapat menembus sawar darah otak dan sawar urin. Kira-kira 80% sampai
dengan 90% salisilat plasma terikat di albumin. Aspirin diserap dalam bentuk utuh,
dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama dalam hati sehingga hanya kira-kira 30
menit terdapat dalam plasma.
 Efek samping
Reye's syndrome :Iritasi lambung karena bersifat asam.
Efek terhadap Sistem syaraf : Nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi,
agitasi, perubahan mental, koma, paralisis, pusing, limbung, depresi, bingung,amnesia,
sulit tidur.

Efek lain :Demam, myopathy, epistaxis, kerusakan ginjal, penurunan


fungsi ginjal, meningkatkan kreatinin, hematouria, oligouria, UTI, asidosis, asidosis
metabolit, hiperfosfatemia, hipomag-nesemia, hiponatremia, hipernatremia,
hipokalemia, hiperka-lemia hiperkalsemia, abnormalitis elektrolit. Tumor lisi sindrom
sepsis, infeksi lain, Kerusakan jantung, gangguan pernafasan.
 Interaksi obat
Dengan Obat Lain : Meningkatkan konsentrasi serum alopurinol sehingga
dapat meningkatkan toksisitas allopurinol.
Chlorpropamide :Meningkatkan reaksi hepatorenal, monitor hipoglikemi.
Obat lain : CotrimoxazoleTrombositopenia
Cyclosporin : Meningkatkan konsentrasi cyclosporin dalam darah (penyesuaian dosis)
Dengan Makanan :
Makanan & susu : Menurunkan efek merugikan terhadap saluran cerna.
 Dosis
Dosis :untuk nyeri dan demam
Oral : 4 dd 0,5 1 g p.c., maksimum 4 g sehari anak-anak sampai 1 tahun 10 mg/kg
3-4 kali sehari,1 – 12 tahun 4-6 dd, di atas 12 tahun 4 dd 320-500 mg, maksimum 2
g/hari.
Rektal : dewasa 4 dd 0,5 – 1 g, anak-anak sampai 2 tahun 2 dd 20 mg/kg, di atas 2
tahun 3 dd 20 mg/kg p.c.
 Contoh produk yang ada dipasaran
 - Aptor - Aspilets - Aspimec -AspirinBayer
- Astika - Bodrexin - Cardio Aspirin -Farmasal
- Procardin - Restor - Thrombo Aspilets - Ascardia

4. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya
sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan
menyusui.
 Indikasi
Nyeri & radang pada penyakit artritis (rheumatoid arthritis, juvenile arthritis,
osteoarthritis) & gangguan non sendi (otot kerangka), nyeri ringan sampai berat
termasuk dismenorea, paska bedah, nyeri & demam pada anak-anak
 Mekanisme kerja
Menghambat sintesis prostaglandin dgn menghambat COX-1 & COX-2
 Efek samping
Gangguan saluran cerna : dispepsia, heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi,
anoreksia dll.
Gangguan sistem saraf : sakit kepala, pusing,
Gangguan pendengaran & penglihatan : tinitus, penurunan pendengaran, gangguan
penglihatan sakit kuning, kenaikan SGOT & SGPT.
Lain-lain : retensi cairan, gagal jantung kongestif, tekanan darah
meningkat, hipotensi, aritmia, reaksi hipersenstivitas, mulut kering
 Interaksi obat
Dengan Obat Lain :
 Antikoagulan & antitrombotik :Meningkatkan efek samping perdarahan saluran
cerna.
Aspirin : Meningkatkan efek samping & menurunkan efek
kardioprotektif dari aspirin.
 Litium : Meningkatkan konsentrasi litium dalam plasma &
serum dan dapat menurunkan klirens.
 Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioedema
 Dosis
Artritis :400-800 mg 3-4 kali sehari (maksimun 3.2 g/hari)
Juvenile artritis :30-40 mg/kg berat badan per hari dalam 3-4 dosis terbagi
(maksimum 50 mg/kg berat badan)
Nyeri ringan s/d sedang : 200-400 mg tiap 4-6 jam, bila perlu (max 1,2 g/hari)
 Contoh produk yang ada dipasaran
- Dofen - Dolofen Forte - Farsifen - Febryn - Ostarin - Profen
- Fenris - Helafen - Iprox - Nofena - Anafen - Proris
5. Na-diklofenak
 Indikasi
Nyeri paska bedah, nyeri & radang pada penyakit artritis & gangguan otot kerangka
lainnya, nyeri pada gout akut dan dismenorea.
 Mekanisme kerja
Penghambatan biosintesa prostaglandin, yang telah dibuktikan pada beberapa
percobaan, mempunyai hubungan penting dengan mekanisme kerja kalium diklofenak.
Prostaglandin mempunyai peranan penting sebagai penyebab dari inflamasi, nyeri dan
demam. Pada percobaan-percobaan klinis Kalium Diklofenak juga menunjukkan efek
analgesik yang nyata pada nyeri sedang dan berat. Dengan adanya inflamasi yang
disebabkan oleh trauma atau setelah operasi, kalium diklofenak mengurangi nyeri
spontan dan nyeri pada waktu bergerak serta bengkak dan luka dengan edema. Kalium
diklofenak secara in vitro tidak menekan biosintesa proteoglikan di dalam tulang rawan
pada konsentrasi setara dengan konsentrasi yang dicapai pada manusia.
 Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema, tukak
lambung aktif
 Efek samping
Pencernaan :gangguan pada saluran cerna bagian atas (20% pasien)
tukak lambung, perdarahan saluran cerna.
Saraf :sakit kepala (3-9% pasien), depresi, insomnia, cemas.
Ginjal :(kurang dari 1% pasien) terganggu fungsi ginjal
(azotemia,proteinuria,nefrotik sindrom dll),
Kardiovaskular : retensi cairan, hipertensi, (3-9% pasien),
Pernapasan : asma (kurang dari 1% pasien)
Darah : lekopenia, trombositopenia, hemolitik anemia (kurang dari 1%
pasien)
Hati : hepatitis, sakit kuning (jarang), peningkatan SGOT
Lain-lain : ruam, pruritus, tinnitus, reaksi sensitivitas (1-3% pasien).
 Interaksi
Dengan Obat Lain :
Antikoagulan :Dapat memperparah perdarahan saluran cerna.
Metotreksat :Meningkatkan konsentrasi metotreksat.
Glikosida jantung :Meningkatkan toksisitas glikosida jantung.
Diuretik :Secara bersamaan dengan HCT, meningkatkan kadar kalium dalam
serum, dengan triamterene meningkatkan resiko kerusakan ginjal.
NSAID :Penggunaan bersama aspirin dapat meningkatkan eksresi
diklofenak melalui empedu.
Siklosporin :Meningkatkan efek nefrotoksik siklosporin.
Litium :Meningkatkan konsentrasi plasma litium dan menurunkan klirens
litium.
Antidiabet :Kasus hipoglikemik & hiperglikemi (jarang terjadi)
Kuinolon :Dapat meningkatkan resiko stimulasi sistem saraf pusat
Antasid :Dapat menunda absorpsi diklofenak.
Kortikosteroid :Meningkatkan resiko ulser saluran cerna
 Dosis
Nyeri & dismenore :
Dosis awal : 50 mg, dilanjutkan 50 mg setiap 8 jam jika perlu
Pada pasien dengan gangguan ginjal dan hati tidak perlu penyesuaian dosis, tetapi perlu
pemantauan yang ketat
 Contoh obat yang ada dipasaran
 - Alflam - Atranac - Berifen SR -Cataflam
- Cataflam D - Catanac - Deflamat -Dicloflam
- Diclomec - Diclomec Gel - Exaflam -Fenaren
- Fenavel - Flamenac - Kadiflam -Kaditic
- K Diklofenak - Klotaren - Laflanac -Matsunaflam
- Megatic - Merflam - Nadifen -Neuorofenac
- Nichoflam - Nilaren - Potazen -Prostanac
- Provoltar - Reclofen - Renadinac -Renvol
- Scanaflam - Scanteran - Tirmaclo -Valto
- Volmatik - Voltadex - Voltadex SR -Voltaren
- Voren - X-flam - Xepathritis -Zegren
- Adiflam

6. Naproxen
 Merek dagang
Xenifar
 Indikasi
Nyeri haid, nyeri sendi dan otot
 Dosis
Dewasa: diawali 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6-8 jam. Dosis maksimal adalah 1100
mg per hari. Nyeri sendi akibat penyakit asam urat
Dewasa: Dosis awal adalah 750 mg, dan dilanjutkan dengan 250 mg per 8 jam.
Juvenile idiopathic arthritis
Anak-anak > 5 tahun: 10 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 kali jadwal konsumsi

7. Ketoprofen
 Merek dagang
Altofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges, Rhetoflam, Kaltrofen, Nasaflam, Profika,
Remapro, Profenid
 Indikasi
Nyeri dan peradangan
 Dosis
Dewasa: 25-50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 300 mg per hari.Nyeri dan
peradangan (obat rektal)
Dewasa: 100 mg setiap malam, atau 2 kali sehari. Dosis maksimal bersamaan dengan
obat oral adalah 200 mg per hari.
 Pereda nyeri (obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 2,5% ke bagian yang nyeri, 2-4 kali sehari selama 10
hari.

8. Etodolac
 Merek dagang
Lonene
 Indikasi
Pereda nyeri
 Dosis
Dewasa: 200-400mg, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1000 mg per hari.
Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
Dewasa: 600-1000 mg per hari dengan pembagian dosis sesuai respon tubuh

9. Diclofenac
 Merek dagang
Diclofenac potassium, X-flam, Neo rheumacyl anti inflamation, Erphafalm, Exaflam,
Diklovit, Cataflam, Mezac 50, Aclonac, Gratheos, Klotaren, Potaflam 50, Flamar,
Voltadex, Kadiflam, Raost, Dicloflam, Flazen, Neuralgin rhema, Neurofenac,
Nichoflam, Zelona, Laflanac, Voltados 50, Volten, Galtaren, Fenavel, Fenaren,
Kaflam, Voren, Renadinac, Voltaren, Genflam 50, Divoltar, Miracloven, Imoren,
Megatic, Scanaflam, Scantaren 50, Flamigra, Samcofenac 50, Natrium diklofenak,
Aclonac, Xepathritis, Eflagen, Potazen, Matsunaflam 50, Kemoren 50, Nilaren,
Difelin, Scantaren gel Prostanac 50, Nadifen, Merflam, Inflam 50, Voltaflam, Anuva,
Atranac, Bufaflam, Proklaf, Deflamat, Flamenac, Kaditic 50, Valto forte, Elithris 50,
Catanac, Yariflam, Voltasic, Zegren 50, Voren
 Dosis
Migrain
Dewasa: 50 mg saat terjadi serangan, dan 50 mg setelah 2 jam. Jika diperlukan,
dosis dapat diulang setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 200 mg per hari.Nyeri
sendi dan nyeri haid
Dewasa: 75-150 mg per hari, dengan dosis yang dibagi sesuai kondisi pasien. Dosis
maksimal adalah 150 mg per hari.
Nyeri sendi dan nyeri haid (obat rektal)
Dewasa: 100 mg sekali sehari.
Actinic keratosis (obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 3% pada kulit, 2-3 kali sehari selama 60-90 hari.
Osteoarthritis (obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% pada daerah yang nyeri, 4 kali sehari. Dosis
maksimal adalah 32 g per hari.
Nyeri dan peradangan (obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% di daerah yang nyeri, 3-4 kali sehari.
Peradangan pasca operasi mata (obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 4 kali sehari, setelah 24 jam pasca
operasi, selama 28 hari.
Nyeri dan peradangan pasca operasi mata juling (obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 1-4 kali sehari pada minggu
pertama, 3 kali sehari pada minggu kedua, 2 kali sehari pada minggu ketiga, dan
bila masih diperlukan pada minggu keempat.
Nyeri dan peradangan pasca operasi kornea radial keratotomy (obat tetes
mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes sebelum operasi dan 1 tetes
langsung setelah operasi. Lanjutkan dengan penggunaan 1 tetes, 4 kali sehari,
selama 2 hari.
Nyeri pasca trauma (obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes 4 kali sehari, selama 2 hari.
Pengobatan peradangan pasca argon laser trabeculoplasty (obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum
prosedur, dan 1 tetes empat kali sehari selama 7 hari setelahnya.
Persiapan intra-operative miosis (obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum
operasi.
Nyeri pasca tindakan photorefractive keratectomy (obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 2 kali 1 tetes selama 1 jam sebelum
tindakan dan 2 kali 1 tetes setiap 5 menit setelah tindakan. Lanjutkan dengan
meneteskan setiap 2-5 jam selama 24 jam pasca tindakan

10. Piroxicam
 Merek dagang
Ovtelis, Novaxicam, Piroxicam, Feldene, Selmatic, Fleroxi, Xicalom, Faxiden,
Artimatic 20, Rheficam, Denicam, Scandene, Tropidene, Roxidene 20, Licofel,
Lexicam, Counterpain PXM, Lanareuma, Wiros, Kifadene, Pirofel, Omeretik,
Triadene 20, Maxicam, Miradene, Infeld, Rosic, Benoxicam 20, Feldco, Grazeo 10,
Grazeo 20, Samrox 20, Rexil, Yasiden, Campain, Rodene 20
 Indikasi
Ankylosing spondylitis, Osteoarthritis, Rheumatoid arthritis
 Dosis
Dewasa: 20 mg sekali sehari, atau dibagi jika diperlukan.Nyeri dan peradangan
(obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel 0,5% pada area yang terasa nyeri, 3-4 kali sehari.

11. Nabumetone
 Merek dagang
Goflex
 Indikasi
Nyeri dan peradangan
 Dosis
Dewasa: 1000 mg setiap malam, dengan dosis tambahan 500-1000 mg yang dapat
diberikan pada pagi hari jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 2000 mg per hari,
dibagi dalam 1-2 kali konsumsi. Pasien dengan berat badan dibawah 50 kg dan
lansia disarankan mengonsumsi maksimal 1000 mg per hari

12. Meloxicam
 Merek dagang
Meloxicam, Cameloc, Flamoxi, Genxicam, Melogra, Artrilox, Hufaxicam, Nulox
forte, Oxcam, Melet, Relox, Flasicox 15, Melocid, Ostelox, Loxil, Melicam,
Hexcam, Nucoxi 7.5, Loximei, Denilox, Arimed, Futamel, Mecox, Mexpharm,
Movi-cox, Moxam, X-cam, Rhemacox, Mixlocon, Mobiflex, Mevilox, Meloxin,
Moxam, Artocox, Movix
 Dosis
 Osteoarthritis
Dewasa: 7,5 mg sekali sehari, dengan dosis maksimal 15 mg per hari.Rheumatoid
arthritis, ankylosing spondylitis
Dewasa: 15 mg sekali sehari
Lansia: 7,5 mg sehari, untuk jangka panjang.
 Juvenile rheumatoid arthritis
 Anak 2 tahun ke atas: 0,125 mg/kgBB sekali sehari, dengan dosis maksimal 7,5
mg per hari.

13. Ketorolac
 Merek dagang
Ketorolac, Torasic, Redupain, Metopain, Toramine, Trolac, Ketoflam, Rindopain,
Erphapain, Scelto, Ketosic, Etofion, Lactopain, Lactor, Quapain, Ketopain,
Ketrobat 30, K-pain, Matolac, Xevolac, Dolac, Rativol, Teranol, Latorec, Lactorec
30, Ropain, Farpain, Rolac, Erphain, Acular, Remopain, Lantipain, Latrol,
Ketrobat, Torgesic, Quapain, Rindopain, Topidol
 Indikasi
Nyeri pasca operasi
 Dosis
Dewasa: 20 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10mg setiap 4-6 jam.
Dosis maksimal adalah 40 mg per hari, selama 5 hari.
Lansia: 10 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10 mg setiap 4-6 jam.
Dosis maksimal adalah 40 mg per hari.Gatal akibat konjungtivitis alergi (obat
tetes mata)
 Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5% pada mata yang mengalami peradangan, 4 kali
sehari.
 Pasca operasi katarak (obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5%, 4 kali sehari selama 24 jam pasca operasi,
dapat diteruskan hingga 1-2 minggu setelahnya

Anda mungkin juga menyukai