Anda di halaman 1dari 17

PROMOSI KESEHATAN

Pendekatan dalam Promosi Kesehatan Strategi Global


(Advokasi)

Oleh:
Kelompok 1

Nama Anggota : 1. Adellia Harum I.S.


2. Deah Apriliani
3. Eki Noprianti
4. Laras Damayanti
5. Nadya Novita Sari
6. Jumat Marizka Rahmah
7. Sari Nurjanah
8. Sittah Risman Della
9. Umy Fadhillah
10. Yuni Elisa
Tingkat : II Reguler A
Dosen Pembimbing : Ibu Aprilina, SST., M.Keb

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN


KESEHATAN PALEMBANG
PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan
Inayah-Nya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas sampai sekarang
ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang
telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “Pendekatan dalam Promosi Kesehatan Strategi Global (Advokasi)”
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
membimbing kami dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang senantiasa
kami banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang
dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
kami mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat
kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Advokasi ............................................................................ 3
2.2 Tujuan Advokasi.................................................................................. 3
2.3 Kegiatan-kegiatan Advokasi................................................................ 5
2.4 Argumentasi untuk Advokasi .............................................................. 6
2.5 Komunikasi dalam Advokasi............................................................... 7
2.6 Indikator Hasil Advokasi ..................................................................... 8
2.7 Pendekatan Advokasi .......................................................................... 10
2.8 Strategi Advokasi ................................................................................ 11
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 14

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna
penanaman pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk
hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan biasanya melalui
pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu
kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari
sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan
penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap
program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit
menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan,
upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya
sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata,
akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat.
Istilah advokasi mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat
pertama kali oleh WHO (1984), sebagai salah satu strategi global promosi
kesehatan. WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatan secara efektif, menggunakan 3 strategi pokok, yakni advokasi,
dukungan social, dan pemberdayaan masyarakat.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilam suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran atau target
advokasi adalah para pemimpin suatu organisasi atau institusi kerja, baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta, serta organisasi kemasyarakatan. Di
sektor kesehatan, dalam konteks pembangunan nasional, sasaran advokasi

4
adalah pimpinan eksekutif, termasuk presiden dan para pemimpin sektor lain
yang terkait dengan kesehatan dan lembaga legislatif.
Di negara-negara berkembang khususnya, strategi advokasi sangat
diperlukan karena masalah kesehatan di negara-negara ini belum memperoleh
perhatian secara proporsional dari sektor-sektor lain di luar kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta. Padahal masalah kesehatan ditimbulkan oleh
dampak pembangunan sektor lain. Untuk meningkatkan perhatian dan komitmen
pembuat keputusan dari sektor-sektor ini diperlukan advokasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2. Apa tujuan advokasi?
3. Apa saja kegiatan-kegiatan dalam advokasi?
4. Apa saja argumentasi dalam advokasi?
5. Bagaimana komunikasi dalam advokasi?
6. Apa saja indikator advokasi?
7. Bagaimana pendekatan advokasi?
8. Bagaimana strategi dalam advokasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari advokasi.
2. Untuk mengetahui tujuan advokasi.
3. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan advokasi.
4. Untuk mengetahui argumentasi dalam advokasi.
5. Untuk mengetahui komunikasi dalam advokasi.
6. Untuk mengetahui indikator advokasi.
7. Untuk mengetahui pendekatan dalam advokasi.
8. Untuk mengetahui strategi dalam advokasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi


Strategi global promosi kesehatan diperkenalkan oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 1984, di mana ada tiga strategi pokok untuk
mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan yaitu Advokasi, Dukungan
Sosial (Social Support), dan Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment).
Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu
dan sosial untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program
atau kegiatan.

2.2 Tujuan Advokasi


a. Komitmen Politik
Komitmen para pembuat keputusan di sektor manapun sangat
diperlukan terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan
permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh
kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab itu, pembangunan di
sektor kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik pada saat
ini. Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara manapun
ditentukan oleh proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada waktu
yang lampau. Seberapa jauh komitmen politik para eksekutif dan legislatif
terhadap masalah kesehatan masyarakat, ditentukan oleh pemahaman mereka
terhadap masalah-masalah kesehatan.
Demikian juga mereka mengalokasikan anggaran pembangunan
nasional bagi pembangunan sektor kesehatan, juga tergantung pada cara
pandang dan kepedulian mereka terhadap kesehatan dalam konteks
pembangunan nasional. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan komitmen para
eksekutif dan legislatif terhadap kesehatan diperlukan advokasi. Komitmen
politik ini dapat diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan, baik lisan
maupun tulisan, dari pejabat eksekutif dan legislatif, mengenai dukungan atau
persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.

6
b. Dukungan Kebijakan
Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dikeluarkannya kebijakan
yang konkret dari para pembuat kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, setelah
adanya komitmen politik dari para eksekutif maka perlu ditindaklanjuti
dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program
yang telah memperoleh komitmen politik tersebut. Dukungan kebijakan ini
dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah atau peraturan daerah,
surat keputusan pimpinan institusi, surat edaran, dan sebagainya.
c. Dukungan Masyarakat
Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh
masyarakat. Program kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan
dari sasaran utama program tersebut. Oleh sebab itu, apabila suatu program
kesehatan telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka
selanjutnya perlu mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh
dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini, maka dibutuhkan tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan advokasi.
d. Dukungan Sistem
Agar suatu program berjalan baik, maka perlu adanya sistem,
mekanisme, atau prosedur kerja yang jelas yang mendukungnya. Oleh sebab
itu, sistem kerja atau organisasi kerja yang melibatkan kesehatan perlu
dikembangkan.
Semua sektor pembangunan yang mempunyai dampak terhadap
kesehatan, harus memasukkan atau mempunyai unit atau sistem yang
menangani masalah kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini secara
internal menangani masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh
karyawannya, secara eksternal mengatasi dampak institusi tersebut terhadap
kesehatan masyarakat.
Dalam mengembangkan organisasi atau sistem kerja, suatu institusi
terutama yang mempunyai dampaik terhadap kesehatan harus
mempertimbangkan adanya unit kesehatan tersebut. Terwujudnya unit
kesehatan di dalam suatu organisasi kerja di industri-industri atau institusi

7
kerja tersebut memerlukan pendekatan advokasi oleh sektor kesehatan di
semua tingkat.

2.3 Kegiatan-Kegiatan Advokasi


a) Lobi Politik
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat
untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan
yang akan dilaksanakan. Tahap pertama yaitu, petugas kesehatan
menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah
kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian
disampaikan alternatif terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi
masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkan data yang
akurat tentang masalah kesehatan tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.
b) Seminar atau Presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program
dan lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di
wilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik serta
rencana program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut dibahas
bersama-sama, yang akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan
dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
c) Media
Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan
menggunakan media, khususnya media massa. Melalui media cetak atau
media elektronik, permasalahan kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan,
artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat, dan sebagainya.
d) Perkumpulan
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah juga
merupakan bentuk advokasi.

8
2.4 Argumentasi untuk Advokasi
Secara sederhana advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan para
penentu kebijakan atau para pembuat keputusan sehingga mereka memberi
dukungan, baik kebijakan, fasilitias maupun dana terhadap program yang
ditawarkan. Berhasil atau tidak advokasi dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya
argumentasi.
Beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi dalam advokasi.
a. Meyakinkan
Program yang ditawarkan atau ajukan itu harus meyakinkan para penentu
kebijakan atau pembuat keputusan. Agar program tersebut dapat meyakinkan
harus didukung dengan data, dan sumber yang dapat dipercaya.
b. Layak
Program yang diajukan tersebut, baik secara teknik, politik, maupun
ekonomi, dimungkinkan atau layak. Layak secara teknik berarti program
tersebut dapat dilaksanakan, petugas mempunyai kemampuan yang cukup,
sarana dan prasarana pendukung tersedia. Layak secara politik berartu
program tersebut tidak akan membawa dampak politik pada masyarakat.
Sedangkan layak ekonomi artinya didukung oleh dana yang cukup, dan
apabila program tersebut adalah program pelayanan, masyarakat mampu
membayarnya.
c. Relevan
Program yang diajukan harus mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan masalah yang
dirasakan masyarakat.
d. Penting
Program yang diajukan tersebut harus mempunyai urgensi yang tinggi dan
harus segera dilaksanakan. Oleh karena itu. Program alternatif yang diajukan
adalah yang paling baik dan di antara alternatif-alternatif yang lain.
e. Prioritas tinggi
Program yang diajukan harus mempunyai prioritas yang tinggi sehingga
dibutuhkan analisis yang cermat.

9
2.5 Komunikasi dalam Advokasi
Keberhasilan dalam advokasi sangat ditentukan oleh efektivitas komunikasi para
petugas kesehatan dan para pembuat kebijakan . untuk menghasilkan
komunikasi yang efektif diperlukan prakondisi, yaitu :
a. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap positif
pada seseorang yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau
berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu
- Daya tarik
Daya tarik sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku orang terhadap orang
lain.
- Percaya diri
Merupakan suatu perasaan bahwa seseorang mempunyai kemampuan atau
menguasai ilmu atau pengalaman di bidangnya.
- Kemampuan
Hal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang melakukan tugas-
tugasnya, ia akan lebih percaya diri.
- Familiar
Petugas kesehatan yang sering muncul atau hadir dalam event tertentu
akan lebih familiar. Oleh sebab itu, apabila akan melakukan lobbying
dalam rangka advokasi akan mudah diterima daripada pejabat yang jarang
muncul di pertemuan-pertemuan tersebut.
- Kedekatan
Menjalin hubungan baik dengan para pejabat sebagai faktor penting untuk
melakukan advokasi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
dilakukan dengan orang-orang yang dekat dengan kita.
b. Perhatian
Berdasarkan teori psikologis, ada dua faktor yang mempengaruhi
perhatian seseorang, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor
internal terdiri dari faktor biologis, dan faktor sosio-psikologis. Oleh sebab

10
itu, dalam melakukan advokasi dengan para pejabat kita harus melaluinya
dengan hal-hal yang berkaitan dengan minat, kebiasaan, atau kebutuhan
mereka.
c. Intensitas Komunikasi
Pesan atau informasi yang akan disampaikan melalui proses
komunikasi advokasi adalah program-program kesehatan yang akan
dimintakan komitmen atau dukungannya dari pembuat kebijakan. Dalam
komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang menarik perhatian
komunikan. Hal-hal yang menarik perhatian biasanya adalah sesuatu yang
mempunyai sifat menonjol atau memiliki intensitas tinggi.
d. Visualisasi
Informasi atau pesan yang menarik perlu divisualisasikan dalam
media, khususnya media interpersonal. Media interpersonal yang paling
efektif dalam rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet,
slide atau video cassette. Pesan tersebut didasari fakta-fakta yang
diilustrasikan melalui grafik, tabel, gambar dan atau foto.

2.6 Indikator Hasil Advokasi


Advokasi sebagai suatu kegiatan, sudah tentu mempunyai masukan
(input) – proses – keluaran (output). Oleh sebab itu apabila kita akan menilai
keberhasilan advokasi, maka kita harus memperhatikan tiga hal tersebut.
a. Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang yang akan
melakukan advokasi dan bahan-bahan yakni data atau informasi yang
membantu atau mendukung argument dalam advokasi. Indikator untuk
mengevaluasi advokasi, yaitu :
- Berapa kali petugas kesehatan, terutama para pejabat, telah mengikuti
pelatihan tentang komunikasi, advokasi, dll.
- Sebagai institusi, dinas kesehatan baik tingkat provinsi maupun kabupaten,
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi para petugas kesehatan dengan
kemampuan advokasi melalui pelatihan-pelatihan.
- Hasil-hasil studi, atau laporan yang menghasilkan data, diolah menjadi
informasi dan di analisis menjadi evidence. Evidence ini yang kemudian

11
akan dikemas dalam media khusus dan digunakan sebagai alat bantu untuk
memperkuat argumentasi kita kepada para penentu kebijakan.

b. Proses
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu
evaluasi proses advokasi harus sesuai dengan kegiatan advokasi. Indikator
proses advokasi :
- Berapa kali melakukan lobying dalam rangka memperoleh dukungan dan
komitmen kebijakan terhadap program kesehatan.
- Berapa kali menghadiri pertemuan yang membahas masalah dan program-
program yang membangun termasuk program kesehatan di daerahnya.
- Berapa kali seminar atau lokakarya tentang masalah dan program-program
kesehatan diadakan, dan mengundang sector pembangunan yang terkait.
- Berapa kali pejabat kesehatan menghadiri seminar atau lokakarya yang
diadakan oleh sector lain.
- Seberapa sering media local termasuk media elektronik membahas atau
mengeluarkan artikel tentang kesehatan atau pembangunan yang terkait
dengan masalah kesehatan.

c. Output
Keluaran atau output advokasi sector kesehatan, dapat diklasifikasikan
dalam dua bentuk, yakni output dalam bentuk perangkat lunak dan output
dalam bentuk perangkat keras.
Indikator output dalam perangkat lunak adalah peraturan-peraturan
atau undang-undang sebagai bentuk kebijakan atau perwujudan dari
komitmen terhadap program kesehatan, misalnya :
- Undang-undang
- Peraturan permerintah
- Keputusan presiden
- Keputusan menteri
- Peraturan daerah
- Surat keputusan gubernur, bupati, atau camat.

12
Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain:
- Meningkatnya dana atau anggaran untuk pembangunan kesehatan.
- Tersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya.
- Dibangunnya atau tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, misalnya
air bersih, jamban keluarga, jamban umum, tempat sampah, dan
sebagainya.
- Dilengkapi peralatan kesehatan, seperti laboratorium, peralatan
pemeriksaan fisik, dan sebagainya.

2.7 Pendekatan Advokasi


Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
a. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibatdalam penyusunan hukum,
peraturan maupun pemimpin poilitik, yaitu mereka yang menetapkan
kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang
terkait dengan masalah sosial termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh
karena itu, sangat penting melibatkan mereka semaksimum mungkin dalam
isu yang akan diadvokasikan.
b. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi publik. Media
juga sangat kuat dalam mempengaruhi presepsi publik atas isu atau masalah
tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan media
massa sangat penting dalam proses advokasi.
c. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan
yang brekelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain
yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu,
kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujun umum
yang sama atau hampir sama. Namum membangun pengembangan kemitraan
tidak mudah, memerlukan aktual, perencanaan yang matang serta
memerlukan penilaian kebutuhan serta minat dari calon mitra.

13
d. Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan individu
yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan
kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi
individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.
e. Membangun kapasitas
Membangun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemampuan untuk
mengembangkan dan mengelolah program yang komprehensif dan
membangun kritical massa pendukukung yang memiliki keterampilan
advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok
profesi serta kelompok lain.

2.8 Strategi Advokasi


Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarakat dapat kita bagi dalam tiga
strategi yaitu sebagai berikut:
a. Strategi mikro
Yaitu penghubung sosial masyarakat atau penghubung klien dengan sumber-
sumber di lingkungan sekitar. Adapun teknik yang dapat dilakukan adalah
menjalin relasi kerjasama dengan profesi-profesi kunci, membangun kontak-
kontak antara klien dengan lembaga-lembaga pelayanan sosial, mempelajari
kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta proses pemanfaatan sumber daya
yang ada di dalam masyarakat.
b. Strategi mezzo
Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi
kelompok-kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah
sosial yang dihadapi secara bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi
solusi-solusi secara potensial, monitoring dan mengevaluasi rencana aksi.
Teknik yang dapat dilakukan, antara lain, bersikap netral, tidak memihak, dan
pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama yang dibuat dapat berjalan
serta mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran informasi
secara terbuka di antara pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat
kerjasama yang timbul, menggali kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh

14
pihak terlibat konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani
berbagai hambatan komunikasi.
c. Strategi makro
Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis
sosial, maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi
sosial bersama masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah
meningkatkan kesadaran publik terhadap masalah sosial, ketidak-adilan,
memobilisasi sumber daya masyarakat untuk merubah kondisi-kondisi yang
buruk dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi agar terjadi perubahan di
bidang hukum, termasuk melakukan class action.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu
dan sosial untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program
atau kegiatan.
Dalam advokasi diperlukan pendekatan dan strategi advokasi. Berikut adalah
pendekatan dalam advokasi, yaitu :
a. Melibatkan para pemimpin
b. Bekerja dengan media massa
c. Membangun kemitraan
d. Memobilisasi massa
e. Membangun kapasitas
Sedangkan strategi yang digunakan dapat berupa, strategi mikro, strategi mezzo
dan strategi makro.

16
Daftar Pustaka

Notoatmojo Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.

Dewi, lia. 2010 .Promosi Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Novita, nesi. 2011.Promosi Kesehatan dalam pelayanan kebidanan.Jakarta: Salemba


Medika

17

Anda mungkin juga menyukai