(Physiology Characteristics of Mangosteen (Garcinia Mangostana L.) AT MODIFIED ATMOSPHERE CONDITION)
(Physiology Characteristics of Mangosteen (Garcinia Mangostana L.) AT MODIFIED ATMOSPHERE CONDITION)
1: 35 - 42
ABSTRACT
The entry of water into seed until reached saturation point on the soaking process at room temperature, in
common, may take more than one day. Mean while, longer soaking time can cause microbial contamination
and may influence product quality in term of color, taste, and smell. Soaking in warmer liquid method is a
common method used for shortening the soaking time. The objective of this research was to determine the
effect of soaking temperature on the coefficient of diffusion and on the physical properties of Kidney bean
(Phaseolus vulgaris L.). The research was conducted at 5 different soaking temperatures: 28 oC (control), 35
oC, 40 oC, 45 oC, and 50 oC, with 3 replications for each treatment. The parameters measured were dimensions
of specimen, weight of specimen during soaking. The diffusivity of water were than derived from water
content data. The results showed that the higher the soaking temperature, the faster the change of
dimensions, weight, and water content. The coefficient of water diffusion of kidney bean at soaking
temperatures: 28 oC, 35 oC, 40 oC, 45 oC, and 50 oC, was 12,91 x 10-11 m2/s; 6,42 x 10-11 m2/s; 25,64 x 10-11
m2/s; 60,20 x 10-11 m2/s and 48,24 x 10-11 m2/s, respectively. It showed that the higher temperature, the
faster the water diffusion rate and it follows exponential equation = 0,7272 , with the coefficient of
determination, R2 = 0,643.
Keywords: Kidney bean, soaking temperature, coefficient of water diffusion, physical properties
ABSTRAK
Masuknya air ke dalam biji-bijian hingga mencapai titik jenuh pada proses perendaman dengan suhu
lingkungan membutuhkan waktu lebih dari satu hari. Perendaman yang terlalu lama dapat menimbulkan
kontaminasi mikroba sehingga berpengaruh terhadap kualitas produk, misalnya warna, rasa, dan bau.
Metode perendaman dengan air hangat merupakan metode umum yang digunakan untuk mempersingkat
waktu perendaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu perendaman terhadap
koefisien difusi air dan sifat fisik kacang merah (Phaseolus vulgaris L.). Penelitian ini dirancang pada 5
perlakuan suhu: 28 oC (kontrol), 35 oC, 40 oC, 45 oC, dan 50 oC dengan 3 ulangan untuk masing-masing
perlakuan. Parameter yang diukur adalah perubahan dimensi dan perubahan bobot bahan selama
perendaman. Data perubahan kadar air bahan digunakan untuk mencari koefisien difusi air kacang
merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu perendaman, semakin cepat
peningkatan dimensi, berat, dan kadar airnya hingga akhirnya mencapai titik jenuh. Koefisien difusi air
kacang merah pada perendaman air bersuhu 28 oC, 35 oC, 40 oC, 45 oC, dan 50 oC, berturut-turut adalah
12,91 x 10-11 m2/s; 6,42 x 10-11 m2/s; 25,64 x 10-11 m2/s; 60,20 x 10-11 m2/s dan 48,24 x 10-11 m2/s. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu perendaman, maka semakin cepat laju difusinya
mengikuti persamaan eksponensial = 0,7272 , dengan koefisien determinasi, R2 = 0,643.
Kata Kunci: Kacang merah, perendaman, suhu, koefisien difusi, sifat fisik
35
Pengaruh suhu perendaman terhadap.... (Nanik agustina, Sri waluyo, Warji, dan Tamrin)
Kacang merah atau kacang jogo (kacang Alat yang digunakan dalam penelitian ini
buncis tipe tegak) termasuk famili adalah water bath (Tipe Digiterm 200 merek
Leguminosa genus Phaseolus, dan spesies P selecta), timbangan analitik OHAUS (Triple
Vulgaris (Rachmawan, 2001). Kacang merah beam balance 2610 g 5 lb 2oz), timbangan
merupakan tanaman semak yang tegak dan digital OHAUS (Adventurer cap 2010 g),
ada yang merambat. Tinggi tanaman kacang stopwatch, oven listrik (Venticell),
merah sekitar 3,5 – 4,5 meter, warna biji thermometer, cawan, digital caliper, gelas
bertotol-totol merah tua dan buahnya ukur, dan kertas tisu. Bahan yang digunakan
berbentuk polong memanjang, sedikit lebih dalam pengujian adalah biji kacang merah
panjang dibandingkan buncis. Jumlah biji varietas lokal yang dibeli dari pasar
kacang merah sekitar 2-3 biji dalam satu tradisional di Bandar Lampung.
polongnya (Zebua, 2009).
Sebelum dilakukan perendaman, kacang
Kacang merah kering merupakan sumber merah disortir untuk memperoleh sampel
protein nabati, karbohidrat kompleks, serat, yang seragam, bebas kotoran dan kerusakan.
vitamin B, tiamin, kalsium, fosfor, dan zat Sebanyak 500 g kacang merah diambil untuk
besi. Kacang merah memiliki kandungan setiap perlakuan. Sebelum direndam,
lemak dan natrium yang sangat rendah, sebanyak 10 biji kacang merah diambil
mengandung sedikit lemak jenuh, serta secara acak untuk menentukan kadar air
bebas kolesterol. Khasiat kacang merah awalnya dengan menggunakan metode
tersebut dapat diperoleh secara sempurna gravimetri. Kadar air bahan dihitung dengan
dengan cara pengolahan terlebih dahulu, persamaan:
yaitu dengan perebusan dan perendaman. W −W
Perebusan dan perendaman tersebut perlu M(% ) = x 100 % … … … (1)
W
dilakukan untuk menghilangkan
kemampuan kacang merah memproduksi dan
gas dalam usus yang dapat menyebabkan
perut kembung (Anonim, 2010). M(% ) = x 100 % … … … (2)
36
Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 1: 35 - 42
Tabel 1. Variasi suhu dan waktu perendaman III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan Suhu Waktu Interval
(°C) (menit) waktu 3.1. Pengaruh Suhu Perendaman
pengamatan Terhadap Perubahan Dimensi Kacang
(menit) Merah
PI (kontrol) 28 600 30
P2 35 500 25 Data menunjukkan bahwa perendaman
P3 40 400 20
P4 45 300 15
kacang merah mengakibatkan dimensi
P5 50 200 10 kacang merah (panjang, tinggi, dan lebar)
Setiap interval waktu pengamatan, sebanyak menjadi lebih besar dan akhirnya mencapai
10 biji kacang merah diambil dan diukur dimensi maksimum. Perubahan dimensi
dimensi dan beratnya, setelah itu kacang tersebut dikarenakan masuknya air ke dalam
merah tidak dikembalikan lagi ke dalam air kacang merah melalui proses difusi.
perendaman. Semua perlakuan tersebut Sebagaimana diketahui, kacang-kacangan
dilakukan tiga kali ulangan dan nilai mengandung banyak granula pati yang
reratanya digunakan sebagai data analisis. tersusun dari amilosa (berpilin) dan
Posisi perendaman kacang merah dalam amilopektin (bercabang) (Harper, 1990
water bath dapat dilihat pada Gambar 1. dalam Putra, 2008). Masuknya air ke dalam
kacang merah dapat merusak kristalinitas
E amilosa dan merusak helix sehingga granula
membengkak, sedangkan suhu yang panas
A dapat menyebabkan pembengkakan yang
B tinggi dan proses reaksi yang lebih cepat.
Perubahan dimensi kacang merah selama
C
perendaman pada berbagai suhu dapat
D dilihat pada Gambar 2, 3, dan 4.
35,0
Pertambahan Panjang (%)
Keterangan : 30,0
A : Panel pengatur suhu
25,0
B : Tangki air
C : Heater dengan thermostat 20,0
T= 28 °C
D : Kacang merah 15,0 T= 35 °C
E : Thermometer
10,0 T= 40 °C
T= 45 °C
Gambar 1. Perendaman biji kacang merah di 5,0 T= 50 °C
dalam water bath
0,0
Perubahan kadar air kacang merah dari hasil 0 100 200 300 400 500 600
Waktu Perendaman (menit)
pengamatan selanjutnya digunakan untuk
mendapatkan nilai koefisien pembasahan (k) Gambar 2. Grafik pertambahan panjang
dan kadar air setimbang (Ms) dengan cara kacang merah selama
metode kuadrat terkecil. Setelah perendaman pada suhu yang
mendapatkan nilai koefisien pembasahan berbeda.
dan kadar air setimbang, maka dapat
digunakan untuk menghitung koefisien difusi
(D) dengan menggunakan persamaan (3)
berikut :
k r
D= … … … (3)
4
37
Pengaruh suhu perendaman terhadap.... (Nanik agustina, Sri waluyo, Warji, dan Tamrin)
35,0
30,0
Pertambahan Lebar (%)
25,0
T= 28 °C
20,0
T= 35 °C
15,0
T= 40 °C
10,0 T= 45 °C
5,0 T= 50 °C
0,0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu Perendaman (menit)
40,0
35,0 proses perendaman menunjukkan bahwa
30,0 berat bahan mengalami perubahan selama
25,0 T= 28 °C
perendaman seiring dengan lama waktu
20,0 perendaman yang digunakan. Perubahan
T= 35 °C
15,0 berat kacang merah selama perendaman
T= 40 °C
10,0 terhadap suhu yang digunakan dapat dilihat
T= 45 °C pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan
5,0
T= 50 °C bahwa berat kacang merah berubah dari
0,0
waktu ke waktu. Berat kacang merah untuk
0 100 200 300 400 500 600
semua suhu perendaman pada penelitian ini
Waktu Perendaman (menit) cenderung meningkat. Perubahan berat
kacang merah tersebut terlihat signifikan
Gambar 4. Grafik pertambahan tinggi kacang pada awal pengamatan hingga menit ke 200.
merah selama perendaman pada
suhu yang berbeda.
38
Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 1: 35 - 42
120,0
3.3. Pengaruh Suhu Perendaman
Pertambahan Berat (%)
R2 = 0,643
( x10-11 m²/s)
39
Pengaruh suhu perendaman terhadap.... (Nanik agustina, Sri waluyo, Warji, dan Tamrin)
Tabel 2. Nilai koefisien difusi air di dalam biji Hasil penelitian ini sesuai dengan
kacang merah pada suhu yang berbeda Kashaninejad dkk. (2009) tentang
Suhu
Konstanta
Nilai pemodelan rendaman gandum, dimana
perendaman koefisien tingkat penyerapan air lebih tinggi pada
pembasahan
(oC) difusi suhu yang lebih tinggi. Penerapan suhu yang
(k) (1/s)
(x 10-11 m2/s) lebih tinggi dengan demikian memiliki
28 0,00733 12,91 potensi untuk mempersingkat waktu
35 0,00517 6,42
perendaman yang diperlukan untuk
40 0,01033 25,64
45 0,01583 60,20 mencapai kadar air tertentu.
50 0,01417 48,24
Faktor yang mempengaruhi nilai difusivitas
Tabel 2 menunjukkan peningkatan koefisien diantaranya adalah suhu dan kadar air bahan
difusi air perendaman kacang merah. (Mujumdar, 2004 dalam Marlinda, 2012).
Peningkatan koefisien difusi air yang cukup Semakin tinggi difusivitas air maka semakin
signifikan adalah pada perendaman dengan mudah melewatkan air (masuk/keluar).
suhu 40 oC, yaitu meningkat dari 12,91 x 10- Difusivitas air yang tinggi pada proses
11 m2/s menjadi 25,64 x 10-11 m2/s. Kenaikan perendaman kacang merah mengakibatkan
koefisien difusi air yang lebih besar terjadi kadar air kacang merah akan semakin tinggi,
pada perendaman kacang merah dengan sehingga dapat berpengaruh pada
suhu 45 oC dan 50 oC yaitu dari 12,91 x 10-11 pertambahan berat dan dimensi.
m2/s hingga 60,20 x 10-11 m2/s dan 48,24 x Peningkatan kadar air kacang merah selama
10-11 m2/s. Nilai koefisien difusi kacang perendaman dapat dilihat pada Gambar 7.
merah dalam penelitian ini lebih rendah
Pertambahan Kadar air (%bb)
40
Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 1: 35 - 42
41
Pengaruh suhu perendaman terhadap.... (Nanik agustina, Sri waluyo, Warji, dan Tamrin)
42