Anda di halaman 1dari 10

MODIFIKASI SECARA HEAT MOISTURE TREATMENT PADA PATI

UBI JALAR UNGU UNTUK PANGAN FUNGSIONAL


Yolivia Tanak
yoliviatanak@yahoo.co.id
(Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
Food diversification efforts by leveraging local food, such as purple sweet potato (Ipomoea
batatas Blackie) needs to be improved because of the potential to be used as a functional food
ingredient. Purple Sweet Potato Starch Modification function to change the functional properties
contained in starch to increase the added value as functional food ingredients. This study uses a
modification Heat Moisture Treatment (HMT) on purple sweet potato starch with the treatment
temperature and heating times. The study design used completely randomized design (CRD)
arranged as factorial with two factors, namely by heating starch at high temperatures (70 oC, 85oC
and 100°C) and prolonged heating (3 hours, 5 hours and 7 hours). Data were analyzed using
analysis of variance (ANOVA) followed by a further test HSD (α = 0.05). The results showed that
the treatment temperature and longer heating HMT give real effect to the Oil Holding Capacity,
moisture content, FT-IR, starch content, fiber content and antioxidant activity, but to the Water
Holding Capacity and digestibility no significant effect. Judging from the functional value best
treatment is prolonged heating temperature of 85ºC with 3 hours resulted in digestibility of 8.50%,
temperature 70°C with a 3 hour long heating produces antioxidant activity of 18.79%, and
prolonged heating temperature of 100ºC with 5 hours produce high levels of fiber 1,39%.
Keywords: Heat Moisture Treatment, Modification, Purple Sweet Potato Starch, Fungsional Food.

Upaya diversifikasi pangan dengan Ada beberapa jenis ubi jalar, jenis yang paling
memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi umum adalah ubi jalar putih, merah, ungu,
jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu kuning atau orange. Ubi jalar ungu (Ipomoea
alternatif untuk menyediakan zat gizi dan batatas Blackie) memiliki kelebihan fungsi
mengurangi ketergantungan terhadap beras dan fisiologis yaitu kandungan antioksidan yang
terigu karena merupakan sumber karbohidrat tinggi, antikanker, antibakteri, perlindungan
dan juga mempunyai fungsi fisiologis bagi terhadap kerusakan hati, penyakit jantung dan
tubuh (Shannora dan Hamdan, 2012). stroke. Ubi jalar ungu bisa menjadi anti kanker
Dalam pengembangan program karena didalamnya ada zat aktif yang dinamakan
diversifikasi pangan untuk mendukung selenium dan iodin yang aktivitasnya dua puluh
pelestarian swasembada pangan, ubi jalar kali lebih tinggi dari jenis ubi yang lainnya.
merupakan salah satu komoditas pangan yang (Damardjati dan Widowati, 1994).
mempunyai keunggulan sebagai penunjang Kumalaningsih (2006), ubi jalar ungu
program tersebut. Memanfaatkan bahan pangan (Ipomoea batatas Blackie) mengandung pigmen
lokal, seperti ubi jalar yang sangat kompetitif antosianin yang lebih tinggi daripada ubi jalar
dibandingkan dengan bahan pangan lainnya. Ubi jenis lain. Kandungan nutrisi ubi jalar ungu
jalar sebagai sumber pangan fungsional dan lebih tinggi bila dibandingkan ubi jalar varietas
sumber karbohidrat, memiliki peluang sebagai lain, terutama kandungan lisin, Cu, Mg, K, ZN
substitusi bahan pangan utama karena efisien rata-rata 20%. Pemanfaatan ubi jalar ungu
dalam menghasilkan energi, vitamin, dan menjadi produk antara berupa pati kering
mineral, sehingga bila diterapkan mempunyai mengingat kandungan utama dan terbesar dari
peran penting dalam upaya penganekaragaman umbi ini adalah pati yang diolah lebih lanjut
pangan dan dapat mengurangi konsumsi beras. sebagai bahan makanan sering kali menemui

39
40 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 39-48 ISSN: 2089-8630

kendala berupa hilangnya atau rusaknya nilai diperoleh dianalisa dengan menggunakan
gizi dan kandungan antosianidin yang analisis sidik ragam (ANOVA), jika terdapat
merupakan pigmen pembentuk warna dalam ubi perbedaan dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda
jalar ungu menurun/pudar. Oleh karena itu, Nyata Jujur) dengan selang kepercayaan 5%.
perlu dilakukan modifikasi fisik terhadap pati Jenis data yang digunakan adalah data
ubi jalar secara Heat Moisture Treatment primer yang bersumber dari hasil penghitungan
(HMT) dengan menggunakan variasi temperatur variabel pengamatan langsung penelitian yang
dan lama pemanasan. terdiri atas data analisis fisik (Water Holding
Purwani et al., (2006), perlakuan HMT Capacity dan Oil Holding Capacity), analisis
membuat pati menjadi lebih stabil pada saat kimia (Kadar Air, FT-IR, dan Kadar Pati), dan
pemasakan, akibatnya kualitas tanak yang analisis fungsional (Daya Cerna, Kadar Serat,
dihasilkan menjadi lebih baik. HMT merupakan dan Aktivitas Antioksidan).
salah satu modifikasi pati secara fisik dengan
menggunakan kombinasi kelembaban dan Bahan dan Alat
temperatur tanpa mengubah penampakan Bahan yang digunakan dalam penelitian
granulanya. Temperatur yang dipakai pada ini adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
proses ini adalah temperatur gelatinisasi dengan Blackie) yang berasal dari Parigi, HCl, Na2CO3,
kandungan air terbatas antara 18% hingga 27%. aquades, buffer KCl pH 1, buffer Asetat pH 4,5,
Efek yang dihasilkan antara lain yaitu etanol, alkohol, NaOH, H2SO4, Kalium Bromida
peningkatan suhu gelatinisasi, pola difraksi sinar (KBr), glukosa anhidrat, reagen nelson, reagen
X, serta peningkatan volume dan daya larut serta arsenomolibdat, Pb-asetat.
diikuti perubahan fungsionalnya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
Ketertarikan terhadap produk pangan meliputi: timbangan analitik “Denver Instrument
natural yang bebas aditif kimia membuat metode M-310”, pisau stainless steel, sendok, baskom,
Heat Moisture Treatment (HMT) perlu dikaji electricgrater, kain saring, cabinet dryer
dengan lebih baik. Keuntungan modifikasi pati (pengering kabinet), parut, ayakan 80 mesh,
menggunakan HMT yaitu bahan menjadi lebih refrigerator,kertas saring Whatman No. 41,
awet, meningkatkan ketahanan terhadap panas, kantong plastik (¼ kg), cawan petri, beaker
dapat mempertahankan sifat fungsional pati glass, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, pipet
terkait dengan kandungan antioksidan, ukur, bola hisap, corong, spatula, pengaduk,
menurunkan swelling power, menurunkan tabung reaksi, erlenmeyer, kertas saring halus,
solubilitas, dan menghasilkan stabilitas tekstur termometer, kompor listrik, penyaring vakum,
yang kokoh sehingga karakteristik fisikokimia oven kering, desikator, viscometer, colour
pati mejadi lebih optimal dan dapat digunakan reader “Minolta CR-100”, spektrofotometer
sebagai bahan baku untuk bermacam-macam “Spectro 20 D Plus”, vortex “LW Scientific
produk olahan pangan (Syamsir et al., 2012). Inc”, kuvet, sentrifuse “Universal Model: PLC-
012E”, tube sentrifuse, pH meter “Ezodo” dan
METODE Hand-Held Refractometer.

Lokasi dan Desain Penelitian Tahapan Penelitian


Penelitian bertempat di Laboratorium Pelaksanaan Penelitian dilakukan dalam 2 (dua)
Agro Industri Fakultas Pertanian UNTAD. tahap, yaitu :
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial
dengan dua faktor yaitu temperatur (70oC, 85oC,
dan 100oC) dan lama pemanasan (3 jam, 5 jam,
dan 7 Jam) dengan 2 (dua) kali pengulangan
sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Data yang
Yolivia Tanak,. Modifikasi Secara Heat Moisture Treatment pada Pati Ubi Jalar Ungu untuk Pangan ………………41

1. Ekstraksi Pati Ubi Jalar Ungu 3


Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas Blackie) 2.5
2

WHC (g/g)
dikupas kulitnya kemudian dilakukan 1.5
pencucian dengan air mengalir. Selanjutnya 1
0.5 Lama Pemanasan (Jam)
diparut/digiling lalu ditambahkan air 0
3 5 7
kemudian disaring dan diendapkan
Temperatur
(dipisahkan air dan endapan) untuk proses 70°C
2.66 2.2 2.19
ekstraksi. Endapan dikeringkan pada
Temperatur
temperatur 40oC selama 2 – 3 jam, kemudian 85°C
2.15 2 1.99
dihaluskan dengan menggunakan alat
Temperatur
penepung Hummer Mili dan diayak 2.22 2.16 2.15
100°C
menggunakan ayakan 80 mesh sehingga
didapatkan pati ubi jalar ungu. Gambar 1. Grafik WHC (g/g) Pati Ubi Jalar
1. Modifikasi secara HMT pada Pati Ungu Modifikasi.
(Kuswandari et al., 2013). Berdasarkan analisis sidik ragam (Tabel
Pati ubi jalar ungu dianalisis kadar airnya Lampiran 1b) menunjukkan bahwa temperatur
terlebih dahulu. Proses modifikasi pati ubi dan lama pemanasan pati ubi jalar ungu
jalar ungu dengan teknik HMT adalah termodifikasi tidak berpengaruh nyata terhadap
sebagai berikut : Menimbang 100 gram pati Water Holding Capacity (WHC) sehingga tidak
ubi jalar ungu diatur kadar airnya sampai dilakukan uji lanjut.
28% dengan cara menyemprotkan aquadest Dilihat dari grafik rata-rata WHC pati ubi
dan aduk hingga merata. Selanjutnya pati jalar ungu yang dimodifikasi (Gambar 1)
diletakkan dalam loyang tertutup dan menunjukkan bahwa WHC pati ubi jalar ungu
didiamkan dalam refrigerator selama satu mengalami penurunan akibat perlakuan
malam (24 jam) untuk penyeragaman kadar temperatur dan lama pemanasan, walaupun pada
air. Setelah satu malam, pati dimasukkan temperatur 85ºC menghasilkan WHC yang lebih
dalam oven pada suhu 70oC, 85oC, dan 100oC rendah dibandingkan dengan temperatur 100ºC.
selama 3 jam, 5 jam, dan 7 jam sambil diaduk Penurunan WHC dengan hasil yang berbeda ini
setiap 2 jam untuk menyeragamkan distribusi disebabkan karena terjadinya retrogradasi yang
panas, kemudian didinginkan dan merupakan perubahan struktur pada area
dikeringkan dalam oven pada temperatur berkristal (crystaline) dan area tak beraturan
50oC selama 4 jam. Selanjutnya dilakukan (amorphus) pada granula pati mengakibatkan
analisis berdasarkan variabel pengamatan. area amosphus pati mengembang, kemudian
menekan keluar area berkristal sehingga terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN kerusakan dan pelelehan area berkristal granula
pati.
1. Analisis Fisik Penurunan WHC pati ubi jalar ungu yang
a. Analisis Water Holding Capacity dimodikasi secara keseluruhan disebabkan
(Larrauri et al., 1996). karena lama pemanasan dan suhu yang tinggi
sehingga terjadi degradasi yang diakibatkan oleh
ikatan hidrogen pati terputus pada saat
pemanasan dalam waktu relatif lama. Menurut
Herawati (2009) bahwa pada saat modifikasi
HMT ikatan hidrogen pada pati terputus atau
hilang pada saat pemanasan HMT berlangsung
dalam waktu yang relatif lama. Dengan
demikian, semakin sedikit jumlah gugus
42 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 39-48 ISSN: 2089-8630

hidroksil dari molekul pati semakin rendah permukaan granula pati. Protein ini dapat
kemampuan granula menyerap air. membentuk kompleks dengan pati, dimana
kompleks pati-protein ini dapat memberikan
b. Analisis Oil Holding Capacity (Larrauri tempat bagi terikatnya minyak.
et al., 1996).
2. Analisis Kimia
4 a. Analisis Kadar Air (AOAC, 1990)
3.5
OHC (g/g)

3
2.5 14
2 12

Kadar Air (%)


1.5
1 10
0.5 8
0 6
3Lama Pemanasan
5 (Jam)
7 4
Temperatur 2 Lama Pemanasan (Jam)
2.9 2.79 3.41 0
70°C 3 5 7
Temperatur Temperatur
2.5 2.39 2.5 9.23 9.13 8.93
85°C 70°C
Temperatur Temperatur
2.85 2.95 2.78 11.74 12.1 10.75
100°C 85°C
Gambar 2. Grafik OHC (g/g) Pati Ubi Jalar Temperatur
9.47 9.53 9.53
Ungu Modifikasi. 100°C

Gambar 3. Grafik Kadar Air (%) Pati Ubi Jalar


Berdasarkan analisis sidik ragam Ungu Modifikasi.
menunjukkan bahwa temperatur berpengaruh
sangat nyata sedangkan lama pemanasan tidak Berdasarkan analisis sidik ragam
berpengaruh nyata terhadap OHC pati ubi jalar menunjukkan bahwa temperatur berpengaruh
ungu termodifikasi. sangat nyata sedangkan lama pemanasan tidak
Dilihat dari grafik rata-rata OHC pati ubi berpengaruh nyata terhadap kadar air pati ubi
jalar ungu yang dimodifikasi (Gambar 2) jalar ungu termodifikasi.
menunjukkan bahwa OHC pati ubi jalar ungu Dilihat dari grafik rata-rata kadar air pati
mengalami penurunan akibat perlakuan HMT. ubi jalar ungu yang dimodifikasi (Gambar 3)
Nilai rata-rata menunjukkan perlakuan menunjukkan bahwa kadar air pati ubi jalar
temperatur 70ºC merupakan perlakuan terbaik ungu meningkat dengan semakin tingginya
terhadap kemampuan menahan minyak atau temperatur dan lama pemanasan. Semakin tinggi
OHC. Perlakuan HMT menyebabkan granula temperatur dan semakin lama pemanasan
pati menjadi pecah sehingga granula meregang membuat granula pati membuka sehingga terjadi
dan memudahkan minyak masuk ke dalam imbibisi air ke dalam granula. Pembukaan pada
granula yang terikat kuat oleh ikatan hidrogen. granula juga mengakibatkan semakin mudahnya
Penurunan nilai rata-rata OHC pati ubi jalar air menguap saat pengeringan. Namum kadar air
ungu termodifikasi diduga karena semakin pada temperatur 85oC justru lebih tinggi
tinggi temperatur menyebabkan laju dibanding temperatur 100oC. Hal ini disebabkan
pemotongan rantai lurus dari amilopektin dan pada proses HMT, terjadi pengikatan kadar air
pembentukan ikatan amilosa menyebabkan oleh granula pati yang membuka akibat panas
struktur lebih kompak, sehingga berkurangnya tinggi. Proses HMT menyebabkan berubahnya
daerah yang mudah dimasuki minyak. penyusun granula pati sehingga air yang masuk
Hasil penelitian Alsuhendra dan Ridawati pada granula pati bisa diikat, sehingga proses
(2008), menunjukkan bahwa daya serap minyak pengeringan air tidak banyak menguap. Menurut
dipengaruhi oleh adanya protein pada Meyer (2003), meningkatnya suhu pemanasan,
Yolivia Tanak,. Modifikasi Secara Heat Moisture Treatment pada Pati Ubi Jalar Ungu untuk Pangan ………………43

molekul-molekul air masuk ke dalam granula


pati dan terperangkap pada susunan molekul-
molekul amilosa dan amilopektin.
Proses pemanasan pati dan keberadaan air
saat HMT berlangsung mengakibatkan air
mengimbibisi molekul pati. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya ikatan antara amilosa
dan amilopektin melalui ikatan hidrogen
sehingga terjadi pengaturan kembali ikatan
amilosa dan amilopektin dan membentuk suatu
daerah kristalin (beraturan) yang besar
menghasilkan bentuk granula pati yang lebih
stabil dan teratur (Hoover dan Manuel, 1996). Gambar 5. Spektra FT-IR Pati Ubi Jalar Ungu
Modifikasi.
b. Analisis FT-IR (Pushpamalar et al.,
2006) Berdasarkan hasil pengamatan yang
ditunjukkan pada Spektra FT-IR (Gambar 4 dan
Karakteristik fisik dan kimia pati ubi jalar
ungu dapat diketahui dengan menggunakan Gambar 5), dapat dilihat pengikatan gugus
fungsi pada setiap perlakuan konsentrasi
spektrometri Fourier Transmition Infrared (FT-
IR) pada kisaran resolusi panjang gelombang memiliki gugus fungsi yang bervariasi dapat
500-4000 cm-1. Dari hasil spektrum FT-IR ditunjukkan pada panjang gelombang spektra
dapat diketahui gugus-gugus fungsi yang FT-IR. Perbedaan panjang gelombang spektra
terdapat di dalam suatu senyawa. Adapun FT-IR terdapat pada area stretching dengan
gugus –OH yakni pada pati ubi jalar ungu alami
Spektra FT-IR Pati Ubi Jalar Ungu Kontrol dan
Pati Ubi Jalar Ungu Modifikasi ditunjukkan (kontrol) mencapai 3425,58 cm-1 dan pati ubi
pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut ini. jalar ungu modifikasi mencapai 3387 cm-1.
Perbedaan spektra FT-IR dari pati ubi jalar ungu
alami (kontrol) dibandingkan dengan pati ubi
jalar modifikasi terlihat pada kecuraman gugus –
OH yang ditampilkan oleh pati ubi jalar
modifikasi lebih tajam ke bawah yang
mengindikasikan gugus –OH lebih banyak pada
pati ubi jalar ungu modifikasi. Gugus –OH pada
pati ubi jalar ungu modifikasi lebih banyak
karena telah terikat oleh komponen metil dan
hidroksipropil, sedangkan pada pati ubi jalar
ungu alami (kontrol) gugus –OH masih utuh
atau penuh belum ada yang terikat dengan
komponen lainnya.
Sitohy et al. (2000), kecenderungan
Gambar 4. Spektra FT-IR Pati Ubi Jalar Ungu
molekul pati untuk merenggang antara
Kontrol.
positevely charged grup modifikasi pada
molekul pati disebabkan karena tersubtitusinya
gugus hidroksipropil pada molekul pati,
menurunkan kekuatan ikatan intermolekuler.
44 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 39-48 ISSN: 2089-8630

c. Analisis Kadar Pati (AOAC, 1990) dan amilopektin-amilopektin selama proses


60 HMT.
50 Modifikasi Heat Moisture Treatment dapat
Kadar Pati (%)

40 merubah karakteristik pati karena selama proses


30 modifikasi terbentuk kristal baru atau terjadi
20
10
proses rekristalisasi dan penyempurnaan struktur
0 Lama Pemanasan (Jam) kristalin pada granula pati (Olayinka et al.,
3 5 7 2008).
Temperatur
52.72 54.62 55.14
70°C 3. Analisis Fungsional
Temperatur a. Daya Cerna Pati (Muchtadi et al., 1992)
46.87 48.57 42.21
85°C Daya cerna pati dijadikan parameter awal
Temperatur karena pati modifikasi dengan daya cerna lebih
37.38 38.5 38.83
100°C rendah kemungkinan memiliki kandungan RS
yang lebih besar. Daya cerna pati merupakan
Gambar 6. Grafik Kadar Pati (%) Ubi Jalar
Ungu Modifikasi kemampuan suatu enzim pemecah pati untuk
menghidrolisis pati menjadi unit-unit yang lebih
Berdasarkan analisis sidik ragam (Tabel kecil (Tjokroadikoesoemo, 1986). Grafik daya
Lampiran 4b) menunjukkan bahwa temperatur cerna pati ubi jalar ungu modifikasi dapat dilihat
dan lama pemanasan berpengaruh sangat nyata pada Gambar 7.
terhadap kadar pati ubi jalar ungu.
Daya Cerna (%)

Dilihat dari grafik rata-rata kadar pati ubi 11


10
jalar ungu yang dimodifikasi (Gambar 6) 9
diketahui kadar pati ubi jalar ungu semakin 8
7 Lama Pemanasan (Jam)
menurun dengan semakin meningkatnya 3 5 7
temperatur dan lama pemanasan. Hal ini Temperatur
9 10 9
disebabkan karena terjadi pembukaan granula 70°C
pati dan terjadi pemutusan ikatan hidrogen Temperatur
8.5 9 10
antara amilosa-amilosa, amilosa-amilopektin 85°C
dan amilopektin-amilopektin. Ikatan antara Temperatur
10 10 10
molekul tersebut digantikan dengan ikatan 100°C
hidrogen dengan air. Amilosa yang terlepas tadi Gambar 7. Grafik Daya Cerna (%) Pati Ubi
keluar ke luar granula. Akibatnya kadar pati Jalar Ungu Modifikasi.
menurun.
Kadar pati ubi jalar ungu termodifikasi Berdasarkan analisis sidik ragam
menunjukkan kecenderungan menurun pada memperlihatkan bahwa temperatur dan lama
lama pemanasan 3 jam (temperatur 85oC dan pemanasan pati ubi jalar ungu tidak berpengaruh
100oC), 5 jam (temperatur 100oC), dan 7 jam nyata terhadap daya cerna pati ubi jalar ungu
(temperatur 85oC dan 100oC), namun sehingga tidak dilakukan uji lanjut.
mengalami kenaikan pada lama pemanasan 3 Dilihat dari grafik rata-rata daya cerna
jam (temperatur 70oC), 5 jam (temperatur 70oC (Gambar 7) diketahui bahwa HMT
dan 85oC), dan 7 jam (temperatur 70oC). Hal ini menyebabkan penurunan daya cerna pati.
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dicapai Menurut Shin et al. (2004), penurunan daya
oleh Olayinka et al. (2008) bahwa penurunan cerna pati melalui mekanisme penyusunan ulang
kelarutan diduga karena teurainya doublehelic molekul-molekul pati antara amilosa-amilosa,
dalam susunan kristalin dalam granula serta amilosa-amilopektin, amilopektin-amilopektin
meningkatnya interaksi rantai amilosa-amilosa
Yolivia Tanak,. Modifikasi Secara Heat Moisture Treatment pada Pati Ubi Jalar Ungu untuk Pangan ………………45

berakibat pada penguatan ikatan pada pati dan Dilihat dari grafik rata-rata daya cerna pati
membuat pati lebih sulit dicerna. ubi jalar ungu yang dimodifikasi (Gambar 8)
Dapat dilihat pada Gambar 7, pati ubi jalar menunjukkan bahwa pemanasan pada
ungu yang dimodifikasi pada temperatur 85ºC temperatur 100ºC dengan lama pemanasan 5 jam
dengan lama pemanasan 3 jam menghasilkan merupakan perlakuan terbaik dengan
daya cerna yang lebih rendah. Pati yang meningkatnya kadar serat pati ubi jalar ungu.
memiliki daya cerna rendah diartikan sebagai Peningkatan kadar serat pati ubi jalar ungu
pati tahan cerna atau Resistant Starch (RS). disebabkan karena pati resisten (RS) yang
Menurut Sajilata et al. (2006) RS dikategorikan dihasilkan dari proses modifikasi juga termasuk
sebagai bagian dari serat pangan karena serat pangan. Menurut Sajilata et al. (2006)
hidrolisis RS oleh enzim pencernaan umumnya menyatakan bahwa RS terukur sebagai serat
membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga tidak larut tetapi memilik fungsi fisiologis
proses produksi glukosa menjadi lebih lambat, seperti serat larut. Serat pangan larut bersifat
sehingga RS memiliki efek fisiologis yang hipoglikemik dan hipokolesterolemik serta dapat
bermanfaat bagi kesehatan seperti menurunkan berfungsi sebagai prebiotik bagi mikroflora
efek glisemik (menurunkan kadar gula darah) usus. Serat pangan tidak larut yang bersifat
bagi penderita diabetes, berperan sebagai laksatif mengurangi resiko pembentukan kanker
prebiotik, mengurangi resiko pembentukan batu saluran pencernaan.
empedu, memiliki efek hipokolesterolemik, Pati resisten hanya terbentuk setelah pati
menghambat akumulasi lemak, dan dipanaskan pada suhu tinggi dan didinginkan.
meningkatkan absorbsi mineral. Dengan Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
memiliki sifat demikian, RS dapat dimanfaatkan Sajilata et al. (2006) menyatakan bahwa
untuk pembuatan pangan fungsional. perlakuan siklus pemanasan-pendinginan
meningkatkan resistant starch sebagai kadar
b. Analisis Kadar Serat (AOAC, 1990) serat pangan total pada pati karena peningkatan
1.6 kadar serat tidak larut.
Kadar Serat (%)

1.4
1.2 c. Analisis Aktivitas Antioksidan
1
0.8 (Pujimulyani et al., 2006).
0.6
0.4 Aktivitas antioksidan dominan dalam ubi
0.2
0 Lama Pemanasan (Jam) jalar ungu disumbangkan oleh kandungan
3 5 7
antosianin. Komponen antosianin ubi jalar ungu
Temperatur adalah turunan mono atau diasetil 3-(2-glukosil)
0.56 0.56 0.51
70°C
glukosil-5-glukosil peonidin dan sianidin (Suda
Temperatur et al., 2003). Grafik aktivitas antioksidan pati
0.81 0.9 0.91
85°C
ubi jalar ungu modifikasi dapat dilihat pada
Temperatur Gambar 9.
1.18 1.39 1.14
100°C

Gambar 8. Grafik Kadar Serat (%) Pati Ubi


Jalar Ungu Modifikasi.

Berdasarkan analisis sidik ragam


menunjukkan bahwa temperatur berpengaruh
sangat nyata terhadap peningkatan kadar serat
pati ubi jalar ungu tetapi lama waktu pemanasan
tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan
kadar serat pati ubi jalar ungu.
46 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 39-48 ISSN: 2089-8630

Aktivitas Antioksidan (%) 20 kemampuannya untuk meredam radikal bebas


18 sehingga aktivitas antioksidannya pun semakin
16
14 berkurang.
12
10
8
6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4
2 Lama Pemanasan (Jam)
0
3 5 7 Kesimpulan
Temperatur Berdasarkan hasil dan pembahasan
18.79 18.12 18.17
70°C penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan
Temperatur sebagai berikut :
16.98 16.62 17.16
85°C 1. Modifikasi secara HMT dengan perlakuan
Temperatur temperatur dan lama pemanasan pada pati ubi
12.6 12.62 11.99
100°C jalar ungu menghasilkan karakteristik sifat
fisikokimia yang berbeda, dimana
Gambar 9. Grafik Aktivitas Antioksidan (%) Pati
Ubi Jalar Ungu Modifikasi.
memberikan pengaruh nyata terhadap Oil
Holding Capacity, kadar air, FT-IR, kadar
Berdasarkan analisis sidik ragam pati, kadar serat dan aktivitas antioksidan,
menunjukkan bahwa temperatur berpengaruh tetapi terhadap Water Holding Capacity dan
sangat nyata terhadap aktivitas antioksidan pati daya cerna tidak memberikan pengaruh
ubi jalar ungu tetapi lama pemanasan tidak nyata.
berpengaruh nyata terhadap aktivitas 2. Dilihat dari nilai fungsionalnya perlakuan
antioksidan pati ubi jalar ungu. terbaik adalah :
Dilihat dari grafik rata-rata aktivitas - Temperatur 85ºC dengan lama pemanasan
antioksidan pati ubi jalar ungu yang 3 jam menghasilkan daya cerna 8,50%.
dimodifikasi (Gambar 9) dapat dilihat bahwa - Temperatur 70oC dengam lama pemanasan
aktivitas antioksidan pati ubi jalar ungu 3 jam menghasilkan aktivitas antioksidan
mengalami penurunan seiring dengan 18,79%.
meningkatnya suhu dan lama pemanasan. Pati - Temperatur 100ºC dengan lama
ubi jalar ungu yang dimodifikasi pada pemanasan 5 jam menghasilkan kadar
temperatur 70oC dengan lama pemanasan 3 jam serat 1,39%.
menghasilkan aktivitas antioksidan terbaik.
Penurunan aktivitas antioksidan menunjukkan Rekomendasi
bahwa antioksidan rentan terhadap proses Dari kesimpulan yang dikemukakan di
pemanasan. Penurunan senyawa antioksidan atas, maka dapat disarankan beberapa hal, yaitu :
berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan pati 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
ubi jalar ungu, ini terlihat pada terjadinya acuan dalam pengembangan manfaat ubi jalar
penurunan aktivtas antioksidan akibat semakin ungu sebagai pangan fungsional.
meningkatnya suhu pemanasan dan lama 2. Diharapkan pati ubi jalar ungu dapat
pemanasan pati ubi jalar ungu. digunakan sebagai bahan baku pembuatan
Hayati et al. (2012) menyatakan bahwa makanan, misalnya: mie, biskuit, kue kering,
antosianin sangat rentan terhadap proses sereal, dan roti.
pemanasan. Suhu penyimpanan maupun suhu
proses pengolahan yang tinggi akan
menyebabkan degradasi senyawa antosianin.
Apabila antosianin terdegradasi maka dapat
menyebabkan perubahan struktur antosianin
menjadi produk keton yang dapat menurunkan
Yolivia Tanak,. Modifikasi Secara Heat Moisture Treatment pada Pati Ubi Jalar Ungu untuk Pangan ………………47

UCAPAN TERIMA KASIH Hayati, E., Budi, U., dan Hermawan, R. 2012.
Konsentrasi Total Senyawa Antosianin
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
kepada Bapak Dr. Ir. Gatot Siswo Hutomo, M.P. Sabdariffa L.) : Pengaruh Temperatur dan
dan Bapak Dr. Abdul Rahim, STP, M.P., Bapak pH. Jurnal Kimia UIN Maulana Malik
Dr. Ir. Bahrudin, M.P., Ibu Prof. Dr. Ir. Asriani Ibrahim Malang 2 : 138-147.
Hasanuddin, M.S., dan Bapak Dr. Padang Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami-
Hamid, S.Pt, MP., yang semuanya telah banyak Penangkal Radikal Bebas, Sumber,
memberi bimbingan, arahan, dan dorongan Manfaat, Cara Penyediaan dan
dalam penyusunan dan penyempurnaan jurnal Pengolahan. Surabaya: Trubus
ini. Semoga jurnal ini dapat memberikan Agrisarana.
manfaat. Kuswandari M.Y., Anastria O. dan Wardhani
D.H. 2013. Karakterisasi Fisik Pati
DAFTAR RUJUKAN Ganyong (Canna edulis Kerr)
Termodifikasi Secara Hidrotermal. Jurnal
AOAC. 1990. Official Methods of Analysis of Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No.
the Association of Analytical Chemist, 4. Hal. 132-136.
14th ed. AOAC Inc. Arlinton. Virginia. Larrauri, J.A., Ruperez, P., Borroto B. dan
Alsuhendra dan Ridawati. 2008. Pengaruh Saura-Calixto, F. 1996. Mango Peels as a
Modifikasi Secara Pregelatinisasi, Asam, New Tropical Fibre : Preparation and
dan Enzimatis Terhadap Sifat Fungsional Characterization Journal Lebensm Wiss
Tepung Umbi Gembili (Dioscorea U. Technology 29 : 729-733.
Esculenta). PS Tata Boga Jurusan IKK FT Muchtadi, D., Palupi N.S. dan Astawan M.
UNJ. UNJ Rawamangun. Jakarta. 1992. Petunjuk Laboratorium Metode
Damardjati, D.S. dan S. Widowati. 1994. Kimia, Biokimia, dan Biologi dalam
Pemanfaatan Ubi jalar dalam Program Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan.
Diversifikasi Guna Mensukseskan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Swasembada Pangan. Dalam : Winarto, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
A.,Y. Widodo, S.S. Antarlina, H. Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor.
Pudjosantosa, dan Sumarno (Eds.). Meyer, L.H. 2003. Food Chemistry. Textbook
Risalah Seminar Penerapan Teknologi Publisher. New York.
Produksi dan Pascapanen Ubijalar untuk Olayinka O.O, Adebowale K.O,Olu-Owolubi
mendukung Agroindustri. Edisi Khusus B.I. 2008. Effect of Heat Moisture
Balittan Malang Nomor 3: 1-25. Tratment on Physicochemical Properties
Hoover, R. dan H. Manuel. 1996. Effect of Heat of White Sorghum Starch. Food
Moisture Treatment on The Structure and Hydrocolloids 22:225-230.
Physicochemical Properties of Legume Pujimulyani, D., A. Wazyka, S. Anggrahini dan
Starches. Food Research International, U. Santoso. 2006. Pengarug Metode
29, 731-750. Ekstrak Terhadap Aktivitas Antioksidan
Herawati, Dian. 2009. Modifikasi Pati Sagu Ektrak Kunir Putih (Curcuma mangga
dengan Teknik Heat Moisture Treatment Val.). Jurnal Agritech. 26(1) : 34-38.
(HMT) dan Aplikasinya dalam Pushpamalar, V. Langford, S.J., Ahmad, M. dan
Memperbaiki Kualitas Bihun. Pasca Lim, Y.Y., 2006. Optimization of reaction
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. conditions for preparing carboxymethyl
cellulose from sago waste. Carbohydrate
Polymers 64: 312-318.
48 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 39-48 ISSN: 2089-8630

Purwani, E.Y. dan Widaningrum, R. Thahir. Sitohy, M.Z., El-Saadany, S.S. dan Ramadan,
2006. Effect of Moisture Treatment of M.F. 2000. Physicochemical properties of
Sago Strach on Its Noodle Quality. different type of starch phosphate
Indonesia Journal of Agriculture Science 7 monoesters. Starch 52: 101-105.
(1): 8-14. Suda, I., Oki, T., Masuda, M., Kobayashi, M.,
Sajilata, M.G., Rekha, S.S., Puspha, R.K. 2006. Nishiba, Y. dan Furuta, S. 2003. Review:
Resistant Starch – a Review. J Physiological Functionality of Purple
Comprehensive Reviews in Food Science Fleshed Seet Potatoes Containing
and Food Safety Vol. 5. Anthocyanins and their Utilization in
Shin, S., Byun, J., Park, K.W., dan Moon, T.W. Foods. Japan Agricultural Research
2004. Effect of Partial Acid and Heat Quarterly 37:167-173.
Moisture Treatment of Formation of Syamsir, E., Hariyadi, P., Fardiaz, D.,
Resistant Tuber Starch. J Cereal Andarwulan, N. dan Kusnandar, F. 2012.
Chemistry 81(2):194-198. Pengaruh Proses Heat Moisture
Shannora Yuliasari dan Hamdan, 2012. Treatment (HMT) Terhadap Karakteristik
Peluang Pemanfaatan Ubi Jalar sebagai Fisikokimia Pati. Institut Pertanian Bogor.
Pangan Fungsional dan Mendukung J. Teknologi dan Industri Pangan, Vol.
Diversifikasi Pangan. Balai Pengkajiam XXIII No. 1, Bogor.
Teknologi Pertanian (BPTP). Bengkulu. Tjokroadikoesoemo, S. 1986. HFS dan Industri
Ubi Kayu Lainnya. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai