Modifikasi Secara Heat Moisture Treatment Pada Pati Ubi Jalar Ungu Untuk Pangan Fungsional
Modifikasi Secara Heat Moisture Treatment Pada Pati Ubi Jalar Ungu Untuk Pangan Fungsional
Abstract
Food diversification efforts by leveraging local food, such as purple sweet potato (Ipomoea
batatas Blackie) needs to be improved because of the potential to be used as a functional food
ingredient. Purple Sweet Potato Starch Modification function to change the functional properties
contained in starch to increase the added value as functional food ingredients. This study uses a
modification Heat Moisture Treatment (HMT) on purple sweet potato starch with the treatment
temperature and heating times. The study design used completely randomized design (CRD)
arranged as factorial with two factors, namely by heating starch at high temperatures (70 oC, 85oC
and 100°C) and prolonged heating (3 hours, 5 hours and 7 hours). Data were analyzed using
analysis of variance (ANOVA) followed by a further test HSD (α = 0.05). The results showed that
the treatment temperature and longer heating HMT give real effect to the Oil Holding Capacity,
moisture content, FT-IR, starch content, fiber content and antioxidant activity, but to the Water
Holding Capacity and digestibility no significant effect. Judging from the functional value best
treatment is prolonged heating temperature of 85ºC with 3 hours resulted in digestibility of 8.50%,
temperature 70°C with a 3 hour long heating produces antioxidant activity of 18.79%, and
prolonged heating temperature of 100ºC with 5 hours produce high levels of fiber 1,39%.
Keywords: Heat Moisture Treatment, Modification, Purple Sweet Potato Starch, Fungsional Food.
Upaya diversifikasi pangan dengan Ada beberapa jenis ubi jalar, jenis yang paling
memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi umum adalah ubi jalar putih, merah, ungu,
jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu kuning atau orange. Ubi jalar ungu (Ipomoea
alternatif untuk menyediakan zat gizi dan batatas Blackie) memiliki kelebihan fungsi
mengurangi ketergantungan terhadap beras dan fisiologis yaitu kandungan antioksidan yang
terigu karena merupakan sumber karbohidrat tinggi, antikanker, antibakteri, perlindungan
dan juga mempunyai fungsi fisiologis bagi terhadap kerusakan hati, penyakit jantung dan
tubuh (Shannora dan Hamdan, 2012). stroke. Ubi jalar ungu bisa menjadi anti kanker
Dalam pengembangan program karena didalamnya ada zat aktif yang dinamakan
diversifikasi pangan untuk mendukung selenium dan iodin yang aktivitasnya dua puluh
pelestarian swasembada pangan, ubi jalar kali lebih tinggi dari jenis ubi yang lainnya.
merupakan salah satu komoditas pangan yang (Damardjati dan Widowati, 1994).
mempunyai keunggulan sebagai penunjang Kumalaningsih (2006), ubi jalar ungu
program tersebut. Memanfaatkan bahan pangan (Ipomoea batatas Blackie) mengandung pigmen
lokal, seperti ubi jalar yang sangat kompetitif antosianin yang lebih tinggi daripada ubi jalar
dibandingkan dengan bahan pangan lainnya. Ubi jenis lain. Kandungan nutrisi ubi jalar ungu
jalar sebagai sumber pangan fungsional dan lebih tinggi bila dibandingkan ubi jalar varietas
sumber karbohidrat, memiliki peluang sebagai lain, terutama kandungan lisin, Cu, Mg, K, ZN
substitusi bahan pangan utama karena efisien rata-rata 20%. Pemanfaatan ubi jalar ungu
dalam menghasilkan energi, vitamin, dan menjadi produk antara berupa pati kering
mineral, sehingga bila diterapkan mempunyai mengingat kandungan utama dan terbesar dari
peran penting dalam upaya penganekaragaman umbi ini adalah pati yang diolah lebih lanjut
pangan dan dapat mengurangi konsumsi beras. sebagai bahan makanan sering kali menemui
39
40 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 39-48 ISSN: 2089-8630
kendala berupa hilangnya atau rusaknya nilai diperoleh dianalisa dengan menggunakan
gizi dan kandungan antosianidin yang analisis sidik ragam (ANOVA), jika terdapat
merupakan pigmen pembentuk warna dalam ubi perbedaan dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda
jalar ungu menurun/pudar. Oleh karena itu, Nyata Jujur) dengan selang kepercayaan 5%.
perlu dilakukan modifikasi fisik terhadap pati Jenis data yang digunakan adalah data
ubi jalar secara Heat Moisture Treatment primer yang bersumber dari hasil penghitungan
(HMT) dengan menggunakan variasi temperatur variabel pengamatan langsung penelitian yang
dan lama pemanasan. terdiri atas data analisis fisik (Water Holding
Purwani et al., (2006), perlakuan HMT Capacity dan Oil Holding Capacity), analisis
membuat pati menjadi lebih stabil pada saat kimia (Kadar Air, FT-IR, dan Kadar Pati), dan
pemasakan, akibatnya kualitas tanak yang analisis fungsional (Daya Cerna, Kadar Serat,
dihasilkan menjadi lebih baik. HMT merupakan dan Aktivitas Antioksidan).
salah satu modifikasi pati secara fisik dengan
menggunakan kombinasi kelembaban dan Bahan dan Alat
temperatur tanpa mengubah penampakan Bahan yang digunakan dalam penelitian
granulanya. Temperatur yang dipakai pada ini adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
proses ini adalah temperatur gelatinisasi dengan Blackie) yang berasal dari Parigi, HCl, Na2CO3,
kandungan air terbatas antara 18% hingga 27%. aquades, buffer KCl pH 1, buffer Asetat pH 4,5,
Efek yang dihasilkan antara lain yaitu etanol, alkohol, NaOH, H2SO4, Kalium Bromida
peningkatan suhu gelatinisasi, pola difraksi sinar (KBr), glukosa anhidrat, reagen nelson, reagen
X, serta peningkatan volume dan daya larut serta arsenomolibdat, Pb-asetat.
diikuti perubahan fungsionalnya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
Ketertarikan terhadap produk pangan meliputi: timbangan analitik “Denver Instrument
natural yang bebas aditif kimia membuat metode M-310”, pisau stainless steel, sendok, baskom,
Heat Moisture Treatment (HMT) perlu dikaji electricgrater, kain saring, cabinet dryer
dengan lebih baik. Keuntungan modifikasi pati (pengering kabinet), parut, ayakan 80 mesh,
menggunakan HMT yaitu bahan menjadi lebih refrigerator,kertas saring Whatman No. 41,
awet, meningkatkan ketahanan terhadap panas, kantong plastik (¼ kg), cawan petri, beaker
dapat mempertahankan sifat fungsional pati glass, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, pipet
terkait dengan kandungan antioksidan, ukur, bola hisap, corong, spatula, pengaduk,
menurunkan swelling power, menurunkan tabung reaksi, erlenmeyer, kertas saring halus,
solubilitas, dan menghasilkan stabilitas tekstur termometer, kompor listrik, penyaring vakum,
yang kokoh sehingga karakteristik fisikokimia oven kering, desikator, viscometer, colour
pati mejadi lebih optimal dan dapat digunakan reader “Minolta CR-100”, spektrofotometer
sebagai bahan baku untuk bermacam-macam “Spectro 20 D Plus”, vortex “LW Scientific
produk olahan pangan (Syamsir et al., 2012). Inc”, kuvet, sentrifuse “Universal Model: PLC-
012E”, tube sentrifuse, pH meter “Ezodo” dan
METODE Hand-Held Refractometer.
WHC (g/g)
dikupas kulitnya kemudian dilakukan 1.5
pencucian dengan air mengalir. Selanjutnya 1
0.5 Lama Pemanasan (Jam)
diparut/digiling lalu ditambahkan air 0
3 5 7
kemudian disaring dan diendapkan
Temperatur
(dipisahkan air dan endapan) untuk proses 70°C
2.66 2.2 2.19
ekstraksi. Endapan dikeringkan pada
Temperatur
temperatur 40oC selama 2 – 3 jam, kemudian 85°C
2.15 2 1.99
dihaluskan dengan menggunakan alat
Temperatur
penepung Hummer Mili dan diayak 2.22 2.16 2.15
100°C
menggunakan ayakan 80 mesh sehingga
didapatkan pati ubi jalar ungu. Gambar 1. Grafik WHC (g/g) Pati Ubi Jalar
1. Modifikasi secara HMT pada Pati Ungu Modifikasi.
(Kuswandari et al., 2013). Berdasarkan analisis sidik ragam (Tabel
Pati ubi jalar ungu dianalisis kadar airnya Lampiran 1b) menunjukkan bahwa temperatur
terlebih dahulu. Proses modifikasi pati ubi dan lama pemanasan pati ubi jalar ungu
jalar ungu dengan teknik HMT adalah termodifikasi tidak berpengaruh nyata terhadap
sebagai berikut : Menimbang 100 gram pati Water Holding Capacity (WHC) sehingga tidak
ubi jalar ungu diatur kadar airnya sampai dilakukan uji lanjut.
28% dengan cara menyemprotkan aquadest Dilihat dari grafik rata-rata WHC pati ubi
dan aduk hingga merata. Selanjutnya pati jalar ungu yang dimodifikasi (Gambar 1)
diletakkan dalam loyang tertutup dan menunjukkan bahwa WHC pati ubi jalar ungu
didiamkan dalam refrigerator selama satu mengalami penurunan akibat perlakuan
malam (24 jam) untuk penyeragaman kadar temperatur dan lama pemanasan, walaupun pada
air. Setelah satu malam, pati dimasukkan temperatur 85ºC menghasilkan WHC yang lebih
dalam oven pada suhu 70oC, 85oC, dan 100oC rendah dibandingkan dengan temperatur 100ºC.
selama 3 jam, 5 jam, dan 7 jam sambil diaduk Penurunan WHC dengan hasil yang berbeda ini
setiap 2 jam untuk menyeragamkan distribusi disebabkan karena terjadinya retrogradasi yang
panas, kemudian didinginkan dan merupakan perubahan struktur pada area
dikeringkan dalam oven pada temperatur berkristal (crystaline) dan area tak beraturan
50oC selama 4 jam. Selanjutnya dilakukan (amorphus) pada granula pati mengakibatkan
analisis berdasarkan variabel pengamatan. area amosphus pati mengembang, kemudian
menekan keluar area berkristal sehingga terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN kerusakan dan pelelehan area berkristal granula
pati.
1. Analisis Fisik Penurunan WHC pati ubi jalar ungu yang
a. Analisis Water Holding Capacity dimodikasi secara keseluruhan disebabkan
(Larrauri et al., 1996). karena lama pemanasan dan suhu yang tinggi
sehingga terjadi degradasi yang diakibatkan oleh
ikatan hidrogen pati terputus pada saat
pemanasan dalam waktu relatif lama. Menurut
Herawati (2009) bahwa pada saat modifikasi
HMT ikatan hidrogen pada pati terputus atau
hilang pada saat pemanasan HMT berlangsung
dalam waktu yang relatif lama. Dengan
demikian, semakin sedikit jumlah gugus
42 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 39-48 ISSN: 2089-8630
hidroksil dari molekul pati semakin rendah permukaan granula pati. Protein ini dapat
kemampuan granula menyerap air. membentuk kompleks dengan pati, dimana
kompleks pati-protein ini dapat memberikan
b. Analisis Oil Holding Capacity (Larrauri tempat bagi terikatnya minyak.
et al., 1996).
2. Analisis Kimia
4 a. Analisis Kadar Air (AOAC, 1990)
3.5
OHC (g/g)
3
2.5 14
2 12
berakibat pada penguatan ikatan pada pati dan Dilihat dari grafik rata-rata daya cerna pati
membuat pati lebih sulit dicerna. ubi jalar ungu yang dimodifikasi (Gambar 8)
Dapat dilihat pada Gambar 7, pati ubi jalar menunjukkan bahwa pemanasan pada
ungu yang dimodifikasi pada temperatur 85ºC temperatur 100ºC dengan lama pemanasan 5 jam
dengan lama pemanasan 3 jam menghasilkan merupakan perlakuan terbaik dengan
daya cerna yang lebih rendah. Pati yang meningkatnya kadar serat pati ubi jalar ungu.
memiliki daya cerna rendah diartikan sebagai Peningkatan kadar serat pati ubi jalar ungu
pati tahan cerna atau Resistant Starch (RS). disebabkan karena pati resisten (RS) yang
Menurut Sajilata et al. (2006) RS dikategorikan dihasilkan dari proses modifikasi juga termasuk
sebagai bagian dari serat pangan karena serat pangan. Menurut Sajilata et al. (2006)
hidrolisis RS oleh enzim pencernaan umumnya menyatakan bahwa RS terukur sebagai serat
membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga tidak larut tetapi memilik fungsi fisiologis
proses produksi glukosa menjadi lebih lambat, seperti serat larut. Serat pangan larut bersifat
sehingga RS memiliki efek fisiologis yang hipoglikemik dan hipokolesterolemik serta dapat
bermanfaat bagi kesehatan seperti menurunkan berfungsi sebagai prebiotik bagi mikroflora
efek glisemik (menurunkan kadar gula darah) usus. Serat pangan tidak larut yang bersifat
bagi penderita diabetes, berperan sebagai laksatif mengurangi resiko pembentukan kanker
prebiotik, mengurangi resiko pembentukan batu saluran pencernaan.
empedu, memiliki efek hipokolesterolemik, Pati resisten hanya terbentuk setelah pati
menghambat akumulasi lemak, dan dipanaskan pada suhu tinggi dan didinginkan.
meningkatkan absorbsi mineral. Dengan Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
memiliki sifat demikian, RS dapat dimanfaatkan Sajilata et al. (2006) menyatakan bahwa
untuk pembuatan pangan fungsional. perlakuan siklus pemanasan-pendinginan
meningkatkan resistant starch sebagai kadar
b. Analisis Kadar Serat (AOAC, 1990) serat pangan total pada pati karena peningkatan
1.6 kadar serat tidak larut.
Kadar Serat (%)
1.4
1.2 c. Analisis Aktivitas Antioksidan
1
0.8 (Pujimulyani et al., 2006).
0.6
0.4 Aktivitas antioksidan dominan dalam ubi
0.2
0 Lama Pemanasan (Jam) jalar ungu disumbangkan oleh kandungan
3 5 7
antosianin. Komponen antosianin ubi jalar ungu
Temperatur adalah turunan mono atau diasetil 3-(2-glukosil)
0.56 0.56 0.51
70°C
glukosil-5-glukosil peonidin dan sianidin (Suda
Temperatur et al., 2003). Grafik aktivitas antioksidan pati
0.81 0.9 0.91
85°C
ubi jalar ungu modifikasi dapat dilihat pada
Temperatur Gambar 9.
1.18 1.39 1.14
100°C
UCAPAN TERIMA KASIH Hayati, E., Budi, U., dan Hermawan, R. 2012.
Konsentrasi Total Senyawa Antosianin
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
kepada Bapak Dr. Ir. Gatot Siswo Hutomo, M.P. Sabdariffa L.) : Pengaruh Temperatur dan
dan Bapak Dr. Abdul Rahim, STP, M.P., Bapak pH. Jurnal Kimia UIN Maulana Malik
Dr. Ir. Bahrudin, M.P., Ibu Prof. Dr. Ir. Asriani Ibrahim Malang 2 : 138-147.
Hasanuddin, M.S., dan Bapak Dr. Padang Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami-
Hamid, S.Pt, MP., yang semuanya telah banyak Penangkal Radikal Bebas, Sumber,
memberi bimbingan, arahan, dan dorongan Manfaat, Cara Penyediaan dan
dalam penyusunan dan penyempurnaan jurnal Pengolahan. Surabaya: Trubus
ini. Semoga jurnal ini dapat memberikan Agrisarana.
manfaat. Kuswandari M.Y., Anastria O. dan Wardhani
D.H. 2013. Karakterisasi Fisik Pati
DAFTAR RUJUKAN Ganyong (Canna edulis Kerr)
Termodifikasi Secara Hidrotermal. Jurnal
AOAC. 1990. Official Methods of Analysis of Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No.
the Association of Analytical Chemist, 4. Hal. 132-136.
14th ed. AOAC Inc. Arlinton. Virginia. Larrauri, J.A., Ruperez, P., Borroto B. dan
Alsuhendra dan Ridawati. 2008. Pengaruh Saura-Calixto, F. 1996. Mango Peels as a
Modifikasi Secara Pregelatinisasi, Asam, New Tropical Fibre : Preparation and
dan Enzimatis Terhadap Sifat Fungsional Characterization Journal Lebensm Wiss
Tepung Umbi Gembili (Dioscorea U. Technology 29 : 729-733.
Esculenta). PS Tata Boga Jurusan IKK FT Muchtadi, D., Palupi N.S. dan Astawan M.
UNJ. UNJ Rawamangun. Jakarta. 1992. Petunjuk Laboratorium Metode
Damardjati, D.S. dan S. Widowati. 1994. Kimia, Biokimia, dan Biologi dalam
Pemanfaatan Ubi jalar dalam Program Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan.
Diversifikasi Guna Mensukseskan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Swasembada Pangan. Dalam : Winarto, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
A.,Y. Widodo, S.S. Antarlina, H. Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor.
Pudjosantosa, dan Sumarno (Eds.). Meyer, L.H. 2003. Food Chemistry. Textbook
Risalah Seminar Penerapan Teknologi Publisher. New York.
Produksi dan Pascapanen Ubijalar untuk Olayinka O.O, Adebowale K.O,Olu-Owolubi
mendukung Agroindustri. Edisi Khusus B.I. 2008. Effect of Heat Moisture
Balittan Malang Nomor 3: 1-25. Tratment on Physicochemical Properties
Hoover, R. dan H. Manuel. 1996. Effect of Heat of White Sorghum Starch. Food
Moisture Treatment on The Structure and Hydrocolloids 22:225-230.
Physicochemical Properties of Legume Pujimulyani, D., A. Wazyka, S. Anggrahini dan
Starches. Food Research International, U. Santoso. 2006. Pengarug Metode
29, 731-750. Ekstrak Terhadap Aktivitas Antioksidan
Herawati, Dian. 2009. Modifikasi Pati Sagu Ektrak Kunir Putih (Curcuma mangga
dengan Teknik Heat Moisture Treatment Val.). Jurnal Agritech. 26(1) : 34-38.
(HMT) dan Aplikasinya dalam Pushpamalar, V. Langford, S.J., Ahmad, M. dan
Memperbaiki Kualitas Bihun. Pasca Lim, Y.Y., 2006. Optimization of reaction
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. conditions for preparing carboxymethyl
cellulose from sago waste. Carbohydrate
Polymers 64: 312-318.
48 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 39-48 ISSN: 2089-8630
Purwani, E.Y. dan Widaningrum, R. Thahir. Sitohy, M.Z., El-Saadany, S.S. dan Ramadan,
2006. Effect of Moisture Treatment of M.F. 2000. Physicochemical properties of
Sago Strach on Its Noodle Quality. different type of starch phosphate
Indonesia Journal of Agriculture Science 7 monoesters. Starch 52: 101-105.
(1): 8-14. Suda, I., Oki, T., Masuda, M., Kobayashi, M.,
Sajilata, M.G., Rekha, S.S., Puspha, R.K. 2006. Nishiba, Y. dan Furuta, S. 2003. Review:
Resistant Starch – a Review. J Physiological Functionality of Purple
Comprehensive Reviews in Food Science Fleshed Seet Potatoes Containing
and Food Safety Vol. 5. Anthocyanins and their Utilization in
Shin, S., Byun, J., Park, K.W., dan Moon, T.W. Foods. Japan Agricultural Research
2004. Effect of Partial Acid and Heat Quarterly 37:167-173.
Moisture Treatment of Formation of Syamsir, E., Hariyadi, P., Fardiaz, D.,
Resistant Tuber Starch. J Cereal Andarwulan, N. dan Kusnandar, F. 2012.
Chemistry 81(2):194-198. Pengaruh Proses Heat Moisture
Shannora Yuliasari dan Hamdan, 2012. Treatment (HMT) Terhadap Karakteristik
Peluang Pemanfaatan Ubi Jalar sebagai Fisikokimia Pati. Institut Pertanian Bogor.
Pangan Fungsional dan Mendukung J. Teknologi dan Industri Pangan, Vol.
Diversifikasi Pangan. Balai Pengkajiam XXIII No. 1, Bogor.
Teknologi Pertanian (BPTP). Bengkulu. Tjokroadikoesoemo, S. 1986. HFS dan Industri
Ubi Kayu Lainnya. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.