Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH VARIASI BATU PECAH DAN KERIKIL TERHADAP KUAT

TEKAN BETON UNTUK PERKERASAN KAKU

Usulan Proposal Tugas Akhir


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan
Program Studi Strata 1 (S1) pada Jurusan Teknik Sipil
Universitas Atma Jaya Makassar

Disusun oleh:
SERGI LEMBANG / 12 34 014

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

perkembangan pembangunan di Indonesia juga terus meningkat. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya berbagai proyek konstruksi di berbagai

daerah. Salah satunya ialah proyek pembangunan jalan raya baik itu

perkerasan lentur, perkerasan kaku, maupun perkerasan komposit.


Pada saat ini beton merupakan bahan yang paling sering

digunakan dalam proyek konstruksi, baik untuk jalan maupun

pembangunan gedung. Secara sederhana, beton dibentuk oleh

pengerasan campuran antara semen, air, agrerat halus, dan agregat

kasar. Dimana agregat kasar selalu memiliki porsi perbandingan

campuran yang paling banyak dibanding bahan lainnya, sehingga peranan

agregat kasar diduga akan sangat menentukan karakteristik dari beton

yang akan dibuat.


Fenomena yang ada bahwa adanya perbedaan bentuk pada

agregat kasar sangat tidak bisa dihindari dalam suatu campuran beton

terutama pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi lapangan. Setiap bentuk

agregat kasar memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda, tentunya

hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kuat tekan dan

karakteristik suatu beton.


Permintaan akan agregat alam yang berbentuk kubus atau

bersudut, mempunyai permukaan kasar, dan bergradasi baik yang


semakin banyak tidak mungkin seluruhnya dapat dipenuhi oleh degradasi

alami. Oleh karena itu, agregat alam juga dapat dibentuk dengan cara

pengolahan. Penggunaan alat pemecah batu yang terkontrol dapat

membentuk agregat sesuai bentuk yang dibutuhkan. Terutama untuk

pembangunan jalan.
Pada daerah-daerah tertentu seperti di Tana Toraja, ketersediaan

alat pemecah batu belum sepenuhnya memadai. Apabila permintaan akan

batu pecah (split) dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar maka

harus didatangkan dari luar daerah yang tentunya akan menambah biaya

pengiriman. Namun di samping itu, ketersediaan akan agregat alam

seperti pasir dan kerikil bisa masih diperoleh dalam jumlah yang cukup

memadai, khususnya di sepanjang aliran Sungai Sa’dan.


Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan suatu penelitian

dengan menggunakan kerikil asal Sungai Sa’dan (Tana Toraja) sebagai

agregat kasar yang dikombinasikan dengan batu pecah yang diharapkan

dapat digunakan sebagai bahan material yang berkualitas untuk desain

campuran beton yang lebih efisien dan efektif.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut:


1. Berapa kuat tekan beton yang dihasilkan dari penggunaan kerikil

sebesar 25%, 50%, dan 75%?


2. Bagaimana perbandingan kuat tekan beton dari ketiga variasi

campuran tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk:


1. Mengetahui besar kuat tekan beton yang dihasilkan dari

penggunaan kerikil sebesar 25%, 50%, dan 75%.


2. Mengetahui perbandingan kuat tekan beton dari ketiga variasi

campuran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :


1. Pemanfaatan kerikil (agregat kasar alami) dalam pembuatan beton

untuk perkerasan kaku.


2. Menambah pengetahuan tentang penggunaan kerikil pada beton

ditinjau dari kuat tekannya.


E. Batasan Masalah Penetilitan

Mengingat luasnya permasalahan yang akan timbul pada penulisan

ini, maka dalam penulisan tugas akhir ini hanya membahas pada

masalah-masalah sebagai berikut :


1. Mutu beton yang direncanakan memiliki f’c = 30 MPa.
2. Kuat tekan beton hanya diukur pada umur 28 hari.
3. Benda uji untuk pengujian kuat tekan berupa silinder dengan diameter

150 mm dan tinggi 300 mm.


4. Jumlah benda uji 20 buah untuk setiap variasi campuran.
5. Pengujian dilakukan di Laboratorium Universitas Atma Jaya Makassar.
6. Metode rancangan campuran yang digunakan adalah metode

American Concrete Institute (ACI).


F. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu

konstruksi (perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan

semen sebagai bahan ikatnya, ( Aly,2004 ).


Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu :
a. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan

(Jointed plain concrete pavement).


b. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (Jointed

reinforced concrete pavement).


c. Perkerasan beton semen tanpa tulangan (Continuosly reinforced

concrete pavement).
d. Perkerasan beton semen prategang (Prestressed concrete

pavement).
e. Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber reinforced concrete

pavement).
(Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004)
Gambar 2. Macam – Macam Perkerasan Beton Semen

Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat

beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan

tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi

bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal.

(Sumber : Pd T-14-2003)
Gambar 3. Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen
Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan

merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian

yang berfungsi sebagai berikut :


 Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
 Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan

tepi-tepi pelat.
 Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
 Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat

menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan

yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya. Bila diperlukan tingkat

kenyaman yang tinggi, permukaan perkerasan beton semen dapat dilapisi

dengan lapis campuran beraspal setebal 5 cm.


Sifat, daya dukung, dan keseragaman tanah dasar sangat

mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-

faktor yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan

dan perubahan kadar air selama masa pelayanan


Perkerasan kaku mempunyai sifat yang berbeda dengan

perkerasan lentur. Pada perkerasan kaku daya dukung perkerasan

terutama diperoleh dari pelat beton. Hal ini terkait dengan sifat pelat beton

yang cukup kaku, sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang

luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan – lapisan di

bawahnya.
.(Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004)
Gambar 4. Penyebaran Beban dari Lapisan Perkerasan ke Subgrade

2. Beton
Beton ialah merupakan suatu benda padat yang didapatkan dari

pencampuran bahan-bahan agregat kasar dan agregat halus, yaitu pasir,

batu pecah/kerikil atau bahan-bahan semacam lainnya, kemudian

dicampur dengan bahan pengikat semen dan air sebagai bahan pembantu

guna proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Nilai

kekuatan serta daya tahan (durability) beton tergantung dari banyak faktor,

diantaranya ialah nilai banding campuran, mutu bahan susun, metode

pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi

perawatannya.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan nilai kuat

tariknya dan beton merupakan bahan yang bersifat getas. Nilai kuat

tariknya sekitar 9%-15% saja dari kuat tekannya pada penggunaan

sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat


dengan bahan tulang baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama dan

mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan

gaya tarik (Djokohusodo, 1.,1999).


Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton

adalah: kualitas semen, proporsi semen terhadap campuran, kekuatan

dan kebersihan agregat, interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan

agregat, pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton,

penempatan yang benar, penyelesaian pemadatan beton, dan perawatan

beton, dimana kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang

diekspos dan 1% bagi beton yang tidak diekspos (nawy,1985:24).


Meskipun beton dapat dibuat dengan mudah tetapi dalam

merencanakan campuran beton perlu pengetahuan teknologi beton yang

cukup untuk menghasilkan beton baik. Pada umumnya beton mempunyai

komposisi pasta semen hanya sebesar 20% – 35% terhadap volume total

beton tapi sangat memegang peranan penting terutama untuk

perbandingan berat antara air/semen. Semakin besar rasio berat

air/semen maka semakin berkurang kekuatan beton sedang agregat

mengisi volume beton sebesar 65 – 80% . Semen yang digunakan untuk

beton mempunyai banyak tipe dan jenisnya dengan komposisi kimiawi

yang berbeda. Sedangkan agregat mempunyai ukuran, bentuk, gradasi,

kekerasan, berat jenis yang berbeda. Sehingga dalam merencanakan

campuran beton perlu diperhatikan sifat-sifat bahan dasar tersebut karena

bisa mempengaruhi kekuatan beton. Selain pengendalian mutu bahan,

diperlukan juga pengendalian selama pelaksanaan dan pengendalian


perawatan selama masa pengerasan supaya menghasilkan beton

berkualitas baik sesuai yang disyaratkan, seragam, dan ekonomis. Beton

mempunyai kuat tekan jauh lebih besar dibandingkan kuat tariknya.

Sehingga selalu diperlukan perkuatan tulangan baja pada daerah tariknya

menjadi beton bertulang untuk struktur bangunan.

3. Agregat
Agregat merupakan bahan penyusun beton yang paling berperan

dalam menentukan nilai kuat tekan beton. Pada beton biasanya terdapat

sekitar 60-70% volume agregat, agregat ini harus bergradasi sedemikian

rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang

utuh, homogen dan rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi

sebagai pengunci celah yang ada diantara agregat yang berukuran besar.
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil,

pasir dan lain-lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap

benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen,

porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya

tahan terhadap proses pembekuan waktu pada musim dingin dan agresi

kimia, serta ketahanan terhadap penyusustan.


Mengingat bahwa agregat menempati sekitar 70% - 75% dari total

volume beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap

kualitas beton. Dengan angregat yang baik, beton dapat dikerjakan

(workable), kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis.

B. Landasan Teori

1. Kuat Tekan
Kuat beton menginditifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin

tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula

mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan tekan beton dinotasikan sebagai

berikut (PB, 1989:16).


f’c = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (Mpa)
fck = Kekutan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji kubus

150 mm atau dari slinder dengan diameter 150 mm dan

tinggi 300 mm (Mpa).


fc = Kekuatan tarik dari hasil uji belah slinder beton (Mpa)
f’cr = Kekutan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai

dasar pemelihan perancangan campuran beton (Mpa).


S = Deviasi standar (s) (Mpa).
Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan

suatu kuat tekan rata-rata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan

konstruksi, beton yang telah dirancang campurannya harus diproduksi

sedemikian rupa sehingga memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan

kuat tekan yang lebih rendah dari f’c seperti yang telah disyaratkan.

Kriteria penerimaan beton tersebut harus pula sesuai dengan standar

yang berlaku.
Ada empat bagian utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan

beton tersebut, yaitu (1) proporsi bahan-bahan penyusunnya, (2) metode

perancangan, (3) perawatan, dan (4) keadaan pada saat pengecoran

dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.


Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya

tekan persatuan luas. Di mana penentuan kekuatan tekan diperoleh

dengan melakukan pemeriksaan menggunakan alat uji tekan dan benda

uji (slinder atau kubus) pada umur 28 hari.


Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda uji dapat

dilihat pada tabel berikut:


Tabel 1. Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda u ji

Benda Uji Perbandingan kekuatan tekan beton


Kubus (15 x 15 x 15) cm 1.00
Kubus (20 x 20 x 20) cm 0.95
Slinder (15 x 30) cm 0.83
(Sumber : Tri Mulyono, Teknologi Beton 2005)
Rumus-rumus SK SNI M-14-1989-F yang digunakan untuk

menghitung kekuatan tekan beton adalah:

f’c = (kg/cm2) (1)

Kekuatan tekan beton rata-rata dihitung berdasarkan rumus berikut:


f’cr = (kg/cm2) (2)

Sedangkan kekuatan tekan hancur karakteristik beton dapat dihitung

dengan rumus:
f’c = f’cr – 1.645 x Sr jika Sr > 4 MPa (3)
f’c = f’cr – (2.64 x Sr – 4 MPa) jika Sr < 4 MPa (4)
Selanjutnya untuk standard deviasi dapat dihitung dengan rumus:

Sr = (5)

Dimana:
f’cr = kekuatan tekan rata-rata beton (kg/cm2)
f’c = kekuatan tekan karakteristik (kg/cm2)
P = beban yang bekerja (kg)
A = luas penampang benda uji (cm2)
Sr = nilai standar deviasi (kg/cm2)
n = jumlah benda uji
2. Mix Design dengan Metode ACI
Metode mix design yang penulis gunakan dalam pembuatan benda

uji ini adalah Metode ACI.


Metode ACI adalah kepanjangan dari American Concrete Institute

yang merupakan perancangan campuran beton yang paling banyak

digunakan di Amerika Serikat karena penggunaannya mudah dilakukan.


Adapun langkah-langkah perhitungan mix design metode ACI

adalah sebagai berikut:


a. Menentukan data properties mix design
b. Pemilihan slump. Gunakan (tabel 2) jika tidak ditentukan
Tabel 2. Tabel slump untuk berbagai jenis konstruksi

Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum
Dinding penahan dan pondasi 76.2 25.4
Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding
76.2 25.4
substruktur
Balok dan dinding beton 101.6 25.4
Kolom struktural 101.6 25.4
Perkerasan dan slab 76.2 25.4
Beton Massal 76.2 25.4
(Sumber : Tri Mulyono, Teknologi Beton 2005)
c. Penentuan Jumlah Air dan Udara

Air (lt/m3)
Slump (mm) 9.5 12.7 19.1 25.4 38.1 50.8 76.2 152.4
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
25.4 s/d 50.8 210 201 189 180 165 156 132 114
76.2 s/d 127 231 219 204 195 180 171 147 126
152 s/d 177.8 246 231 216 204 189 180 162 -
mendekati jumlah
kandungan udara dalam 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.3 0.2
beton air-entrained (%)

25.4 s/d 50.8 183 177 168 162 150 144 123 108
76.2 s/d 127 204 195 183 177 165 159 135 120
152 s/d 177.8 219 207 195 186 174 168 156 -
kandungan udara total
rata-rata yang disetujui
(dalam persen)

Diekspose sedikit 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0
Diekspose menengah 6.0 5.5 5.0 4.5 4.5 4.0 3.5 3.0
Sangat diekspose 7.5 7.0 6.0 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0
Tabel 3. Tabel perkiraan jumlah air dan udara untuk berbagai slump

dan ukuran agregat maksimum


(Sumber : Tri Mulyono, Teknologi Beton 2005)
d. Menentukan Faktor Air-Semen (fas)
Tabel 4. Tabel hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen

Faktor air - semen


Kekuatan Tekan 28 hari (Mpa)
Beton biasa Beton air entrain
45 0.38 0.30
40 0.42 0.34
35 0.47 0.39
30 0.54 0.45
25 0.61 0.52
20 0.69 0.60
15 0.79 0.70
(Sumber : Tri Mulyono, Teknologi Beton 2005)
e. Menentukan Jumlah Semen
Dengan diketahuinya faktor air semen (fas), dapat diperoleh jumlah

semen dengan rumus:


Jumlah semen (C) = (6)

f. Menentukan Jumlah Agregat Kasar


Tabel 5. Volume agregat kasar per unit volume beton

Ukuran agregat kasar kering-padat persatuan


Ukuran agregat
volume untuk berbagai modulus halus butir
maksimum (mm)
2.40 2.60 2.80 3.00
9.5 0.50 0.48 0.46 0.44
12.7 0.59 0.57 0.55 0.53
19.1 0.66 0.64 0.62 0.60
25.4 0.71 0.69 0.67 0.65
38.1 0.75 0.73 0.71 0.69
50.8 0.78 0.76 0.74 0.72
76.2 0.82 0.80 0.78 0.76
152.4 0.87 0.85 0.83 0.81
(Sumber : Tri Mulyono, Teknologi Beton 2005)
Wad = Vca per unit volume beton x 1600 (7)

Wssd CA = Wad X (8)

g. Menentukan Berat Beton


Tabel 6. Tabel perkiraan pertama berat beton segar

Ukuran agregat
Beton Air-Entrained Beton Non Air-Entrained
maksimum (mm)

9.5 2304 2214


12.7 2334 2256
19.1 2376 2304
25.4 2406 2340
38.1 2442 2376
50.8 2472 2400
76.2 2496 2424
152.4 2538 2472
(Sumber : Tri Mulyono, Teknologi Beton 2005)
h. Penentuan Jumlah Agregat Halus (FA)
Menentukan jumlah agregat halus dilakukan dengan metode

volume absolut dengan rumus:

Vw = (9)

Vc = (10)

VCA = (11)

VFA = 1 – Vw + Vc + VCA (12)


WssdFA = VFA x 1000 x GFA (13)

i. Menentukan Koreksi Proporsi Bahan


Koreksi proporsi material berdasarkan jumlah air permukaan (tidak

termasuk air yang terserap dalam material agregat) yang terkandung

dalam material agregat kasar dan halus dengan rumus berikut:

Kondisi dasar

CA basah = WssdCA X (14)

FA basah = WssdFA X (15)

Kelengasan permukaan dari:


CA = kelengasan total – kapasitas absorbsi (16)
FA = kelengasan total – kapasitas absorbsi (17)
Air koreksi = Wair (Wssd CAx kelengasan permukaan CA) –
(Wssd FAx kelengasan permukaan FA) (18)

j. Melakukan Mix Design


Jika sifat yang tidak tercapai dari hasil laboratorium, harus

diadakan penyesuaian. Jika perbedaannya terlallu besar maka lebih baik

merencanakan ulang atau memodifikasi materialnya.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelititan ini adalah studi

pustaka dan studi eksperimental. Studi pustaka berupa materi dari

internet, buku-buku, jurnal, maupun diktat-diktat kuliah yang diperoleh

selama perkuliahan, serta konsultasi dengan dosen. Sedangkan studi

eksperimental berupa pengujian di laboratorium.

Gambar 5. Skema Penelitian


B. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pengambilan material sangat perlu diperhatikan

dalam melakukan sebuah penelitian. Pemilihan lokasi material yang baik


akan menghasilkan mutu yang baik pula. Pada penelitian ini, material

agregat halus dan kasar yang digunakan berasal dari Sungai Sa’dan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2016 dan berakhir

pada bulan Februari 2017, dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknik

Sipil Universitas Atma Jaya Makassar.

D. Bahan Material dan Alat


1. Bahan Material
Material yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Air
Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air dari PDAM.
b. Semen
Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah Semen Portland

tipe 1 produksi PT. Semen Bosowa.


c. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan adalah pasir yang berasal dari

Sungai Sa’dan, Tana Toraja.

d. Agregat Kasar
Pada penelitian ini, agregat kasar yang digunakan adalah batu

pecah dan kerikil.


Batu pecah yang digunakan berasal dari Tana Toraja dengan

ukuran maksimum 25 mm.


Kerikil yang digunakan pada penelitian ini diambil dari Sungai

Sa’dan, Toraja dengan persentase sebesar 25%, 50%, dan 75%

dari berat agregat kasar, lolos saringan 1.5 in (1½’’).

2. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa:
a. Alat untuk pemeriksaan karakteristik agregat
 Test Sieve Analysis (analisa saringan)
 Shave Shaker Machine (mesin saringan)
 Oven
 Timbangan dengan kapasitas 10 kg
b. Alat untuk pembuatan dan pengujian benda uji
 Concrete Mixer (molen)
 Cetakan silinder dengan ukuran 150 mm x 300 mm
 Alat slump tes
 Bak perendaman
 Compression Machine
DAFTAR PUSTAKA

Ahadi, 22 Februari 2011. Klasifikasi Agregat. (Online),


(http://www.ilmusipil.com/klasifikasi-agregat, diakses 18 Maret
2016).

Asroni, A., 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Aziz, M. Nur., & Junaedi, N., 2006. Analisis Penambahan Serat


Polypropylene pada Rigid Pavement. (Online),
(http://eprints.undip.ac.id/33829/6/1625_chapter_II.pdf, diakses 18
Maret 2016).

Lo, Kok Jau, & Yuspitasari, E., 2014. Pengaruh Substitusi Serbuk Besi
pada Agregat Halus terhadap Kuat Tekan Beton. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya
Makassar.

Mulyono, T., 2005. Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.

Pusat Litbang Prasarana Transportasi. 2003. Perencanaan Perkerasan


Jalan Beton Semen. Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah.

Sian, B., Tjondro, J. A., Sidauruk, R., 2013. Studi Eksperimental


Karakteristik Beton dengan Agregat Kasar Daur Ulang dengan fc’ =
25 MPa. (Online), (https:// majour.maranatha.edu/index.php/Jurnal-
Teknik-Sipil/article/view/1019/1028.pdf, diakses 08 Oktober 2016).

Triode, G., 15 November 2015. Beton K350. (Online),


(http://kualitasbetonk350.blogspot.co.id/2012/11/pendahuluan-
1_15.html, diakses 08 Oktober 2016).

Anda mungkin juga menyukai