Disusun oleh:
SERGI LEMBANG / 12 34 014
daerah. Salah satunya ialah proyek pembangunan jalan raya baik itu
agregat kasar sangat tidak bisa dihindari dalam suatu campuran beton
hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kuat tekan dan
alami. Oleh karena itu, agregat alam juga dapat dibentuk dengan cara
pembangunan jalan.
Pada daerah-daerah tertentu seperti di Tana Toraja, ketersediaan
batu pecah (split) dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar maka
harus didatangkan dari luar daerah yang tentunya akan menambah biaya
seperti pasir dan kerikil bisa masih diperoleh dalam jumlah yang cukup
campuran tersebut?
C. Tujuan Penelitian
campuran.
D. Manfaat Penelitian
ini, maka dalam penulisan tugas akhir ini hanya membahas pada
A. Tinjauan Pustaka
1. Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu
concrete pavement).
d. Perkerasan beton semen prategang (Prestressed concrete
pavement).
e. Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber reinforced concrete
pavement).
(Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004)
Gambar 2. Macam – Macam Perkerasan Beton Semen
bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal.
(Sumber : Pd T-14-2003)
Gambar 3. Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen
Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan
tepi-tepi pelat.
Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat
terutama diperoleh dari pelat beton. Hal ini terkait dengan sifat pelat beton
yang cukup kaku, sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang
bawahnya.
.(Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004)
Gambar 4. Penyebaran Beban dari Lapisan Perkerasan ke Subgrade
2. Beton
Beton ialah merupakan suatu benda padat yang didapatkan dari
dicampur dengan bahan pengikat semen dan air sebagai bahan pembantu
kekuatan serta daya tahan (durability) beton tergantung dari banyak faktor,
perawatannya.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan nilai kuat
tariknya dan beton merupakan bahan yang bersifat getas. Nilai kuat
dan kebersihan agregat, interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan
beton, dimana kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang
komposisi pasta semen hanya sebesar 20% – 35% terhadap volume total
3. Agregat
Agregat merupakan bahan penyusun beton yang paling berperan
dalam menentukan nilai kuat tekan beton. Pada beton biasanya terdapat
rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang
utuh, homogen dan rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi
sebagai pengunci celah yang ada diantara agregat yang berukuran besar.
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil,
tahan terhadap proses pembekuan waktu pada musim dingin dan agresi
B. Landasan Teori
1. Kuat Tekan
Kuat beton menginditifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin
kuat tekan yang lebih rendah dari f’c seperti yang telah disyaratkan.
yang berlaku.
Ada empat bagian utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan
dengan rumus:
f’c = f’cr – 1.645 x Sr jika Sr > 4 MPa (3)
f’c = f’cr – (2.64 x Sr – 4 MPa) jika Sr < 4 MPa (4)
Selanjutnya untuk standard deviasi dapat dihitung dengan rumus:
Sr = (5)
Dimana:
f’cr = kekuatan tekan rata-rata beton (kg/cm2)
f’c = kekuatan tekan karakteristik (kg/cm2)
P = beban yang bekerja (kg)
A = luas penampang benda uji (cm2)
Sr = nilai standar deviasi (kg/cm2)
n = jumlah benda uji
2. Mix Design dengan Metode ACI
Metode mix design yang penulis gunakan dalam pembuatan benda
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum
Dinding penahan dan pondasi 76.2 25.4
Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding
76.2 25.4
substruktur
Balok dan dinding beton 101.6 25.4
Kolom struktural 101.6 25.4
Perkerasan dan slab 76.2 25.4
Beton Massal 76.2 25.4
(Sumber : Tri Mulyono, Teknologi Beton 2005)
c. Penentuan Jumlah Air dan Udara
Air (lt/m3)
Slump (mm) 9.5 12.7 19.1 25.4 38.1 50.8 76.2 152.4
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
25.4 s/d 50.8 210 201 189 180 165 156 132 114
76.2 s/d 127 231 219 204 195 180 171 147 126
152 s/d 177.8 246 231 216 204 189 180 162 -
mendekati jumlah
kandungan udara dalam 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.3 0.2
beton air-entrained (%)
25.4 s/d 50.8 183 177 168 162 150 144 123 108
76.2 s/d 127 204 195 183 177 165 159 135 120
152 s/d 177.8 219 207 195 186 174 168 156 -
kandungan udara total
rata-rata yang disetujui
(dalam persen)
Diekspose sedikit 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0
Diekspose menengah 6.0 5.5 5.0 4.5 4.5 4.0 3.5 3.0
Sangat diekspose 7.5 7.0 6.0 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0
Tabel 3. Tabel perkiraan jumlah air dan udara untuk berbagai slump
Ukuran agregat
Beton Air-Entrained Beton Non Air-Entrained
maksimum (mm)
Vw = (9)
Vc = (10)
VCA = (11)
Kondisi dasar
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelititan ini adalah studi
agregat halus dan kasar yang digunakan berasal dari Sungai Sa’dan.
d. Agregat Kasar
Pada penelitian ini, agregat kasar yang digunakan adalah batu
2. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa:
a. Alat untuk pemeriksaan karakteristik agregat
Test Sieve Analysis (analisa saringan)
Shave Shaker Machine (mesin saringan)
Oven
Timbangan dengan kapasitas 10 kg
b. Alat untuk pembuatan dan pengujian benda uji
Concrete Mixer (molen)
Cetakan silinder dengan ukuran 150 mm x 300 mm
Alat slump tes
Bak perendaman
Compression Machine
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A., 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Lo, Kok Jau, & Yuspitasari, E., 2014. Pengaruh Substitusi Serbuk Besi
pada Agregat Halus terhadap Kuat Tekan Beton. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya
Makassar.