Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
anugerah beliau, saya selaku penulis dapat menyelesaikan tulisan berupa paper
dengan baik dan lancar, yang diberi judul Pola dan Mekanisme Tingkah Laku
Seksual Pada Ternak Secara Umum dalam mata kuliah Ilmu Tingkah Laku
Ternak. Paper ini telah penulis selesaikan pada Minggu, 11 Maret 2018. Adapun
tujuan dari pembuatan paper ini adalah memenuhi tugas mata kuliah yang
diberikan oleh dosen pengampu, selain itu paper ini juga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi penulis/mahasiswa dan pembaca/dosen mengenai
materi terkait.
Sehubungan dengan hal di atas, penulis menghantarkan paper sederhana ini
dan diiringi ucapan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Tingkah Laku Ternak serta pembaca paper ini. Saya mohon maaf atas
ketidaksempurnaan dari paper ini. Apabila terdapat saran yang konstruktif guna
penyempurnaan paper ini lebih lanjut, penulis persilahkan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menuntun kita semua agar selalu
berusaha dalam menyelesaikan segala pekerjaan yang diberikan, baik dalam
pembuatan paper ini.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Gianyar, 10 Maret 2018

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

Bab II Pembahasan
A. Tingkah Laku Seksual ........................................................................ 2
B. Pengaruh Faktor-Faktor Munculnya Tingkah Laku Seksua ............... 2
C. Ciri Tingkah Laku Seksual Pada Ternak ............................................ 6
D. Tingkah Laku Seksual Pada Ternak .................................................. 8

Bab III Penutup


A. Kesimpulan ........................................................................................ 9

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkah laku ternak merupakan cara hewan berinteraksi secara dinamik
dengan lingkungannya (makhluk hidup/benda mati) dan secara etimologi,
tingkah laku ternak merupakan ilmu yang mempelajari gerak-gerik/tingkah
laku hewan di lingkungan alami atau dimana hewan tersebut bisa hidup.
Dimana tujuan dari tingkah laku ternak itu sendiri adalah memudahkan
penanganan pada ternak. Tingkah laku ternak umumnya dimunculkan oleh
ternak ketika ternak sedang makan, minum, hidup berkelompok, bertahan
hidup, mencari tempat tinggal, kawin, keibuan, dan lainnya.
Kemunculan tingkah laku tersebut yang mendasari dikelompokkannya
tingkah laku ke beberapa bagian, seperti tingkah laku kegiatan, tingkah laku
seksual, tingkah laku ingestive, tingkah laku keibuan, tingkah laku social,
tingkah laku cekaman social, tingkah laku kesejahteraan ternak, dan lainnya.
Pada ternak menunjukkan tingkah laku seksual yang berbeda-beda,
tergantung dari spesies ternaknya. Dimana tingkah laku seksual meliputi
gerak-gerik ternak saling cumbu atau saling kenal dan melakukan aksi kawin
antar ternak jantan dan ternak betina.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh tingkah laku seksual pada ternak ?
2. Bagaimana pengaruh faktor terhadap mekanisme tingkah laku ternak ?
3. Bagaimana tanda atau ciri ternak bertingkah laku seksual ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkah laku seksual pada ternak.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor terhadap mekanisme tingkah laku
ternak.
3. Untuk mengetahui tanda atau ciri ternak bertingkah laku seksual.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tingkah Laku Seksual


Tingkah laku sesual adalah suatu bentuk aktivitas pada ternak yang melibatkan
fungsi fisiologis organ dan hormon reproduksi jantan maupun betina yang
nantinya aktivitas tersebut menghasilkan individu baru sehingga menimbulkan
munculnya tingkah laku yang lainnya. Tujuan dari tingkah laku seksual adalah
menghasilkan individu baru yang dapat menyesuaikan diri dari lingkungan dan
perubahan lingkungan baik secara internal maupun secara eksternal.
B. Pengaruh Faktor-Faktor Munculnya Tingkah Laku Seksual
1. Endokrin sebagai dasar tingkah laku ternak
Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium,
Endometrium, dan Testis. Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh empat
kelenjar tersebut, antara lain :
a. Kelenjar Hipofisa, yang masing-masing bagian anterior meghasilkan tiga
macam hormon reproduksi yaitu, Follicle Stimulating Hormone (FSH),
Luteinizing Hormone (LH) yang pada hewan jantan disebut dengan
Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH) dan Luteotropic Hormone
(LH), serta bagian posterior yang menghasilkan dua macam hormon yakni
oksitoksin dan vasopressin.
b. Kelenjar Ovarium yang menghasilkan tiga hormon yaitu estrogen,
progesteron, dan relaksin.
c. Endometrium dari uterus yang menghasilkan hormon Prostaglandin.
d. Testis pada hewan jantan menghasilkan hormon testosteron. Kedua belas
hormon ini mempunyai peranan mengatur kegiatan reproduksi pada tubuh
hewan, sehingga disebut hormon reproduksi.
 Hormon Estrogen.
Hormon Estrogen dihasilkan oleh ovarium, Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada betina yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain.
 Hormon Progesteron

2
Hormon Progesteron mempertahankan ketebalan endometrium
sehingga dapat menerima implantasi zygot, mengatur pembentukan
plasenta dan produksi air susu.
 Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormone)
Hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GnRH. FSH akan menyebabkan
pematangan dari folikel.
 Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Hormon ini juga dihasilkan oleh hipofisis akibat rangsangan dari
GnRH. Berfungsi untuk merangsang sekresi kelenjar Gonade / Foliclle
menjadi matang pecah dan ovulasi.
 Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak.
GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone)
di hipofisis.
 Hormon Testosteron
Dihasilkan di dalam testes. Berfungsi mempegaruhi pertumbuhan alat
kelamin jantan, menstimulasi bermacam-macam metabolisme tubuh,
memperpanajang daya hidup spermatozoa dalam saluran kelamin,
meningkatkan pertumbuhan tulang.
 Hormon Prostaglandin (PGF2α)
Dihasilkan di endometrium dari uterus.
Mekanisme kerja hormon dalam mengatur fungsi reproduksi. Secara
umum hormon reproduksi dihasilkan oleh tiga bagian utama yakni
Hipotalamus, Hipofisa, dan Gonadotropin. Ketiga bagian inilah yang
memegang peranan penting dalam mensintesis ataupun mensekresikan
hormon reproduksi. Hipotalamus menghasilkan hormon Gn-RH
(Gonadotropin Releasing Hormone), dimana Gn-RH berfungsi untuk
merangsang atau menstimulasi hipofisa anterior untuk mensintesis hormon
gonadotropin yakni FSH dan LH, ICSH pada jantan.
Setelah hipotalamus menstimulasi hipofisa anterior, maka hipofisa anterior
akan mensintesis dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin yakni FSH

3
(Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada betina
dan ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) pada jantan.
Hormon gonadotropin (FSH, LH, dan ICSH) berperan dalam merangsang
perkembangan pada organ reproduksi baik jantan maupun betina. FSH akan
menstimulasi pertumbuhan folikel di dalam ovarium dalam menghasilkan
hormon estrogen tepatnya pada folikel yang terdapat di dalamnya, sedangkan
LH akan menstimulasi ovarium dalam menghasilkan hormon progesteron
tepatnya pada corpus luteum.
Pada jantan, FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan
mengatur perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di
dalam tubulus seminiferus. Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam
mensintesis hormon testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel leydig
atau sel interstitial.
Mekanisme kerja hormon reproduksi pada hewan betina telah diketahui
bahwa hipotalamus merupakan kelenjar sumber hormon reproduksi. Dimana
hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan hormon Gn-RH yang kemudian
Gn-RH akan menstimulasi hipofisa anterior dalam mengatur pelepasan
hormon FSH dan hormon LH. Hormon FSH akan menstimulasi pertumbuhan
folikel dalam ovarium dan menghasilkan hormon estrogen, sedangkan hormon
LH akan menstimulasi corpus luteum dalam ovarium untuk menghasilkan
hormon progesteron. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA
(hipofisa anterior) maka kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel akan
semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin dalam menghambat
folikel dalam menghasilkan hormon estrogen melalui feedback negatif
terhadap HA (hipofisa anterior).
Mekanisme kerja hormon reproduksi pada hewan jantan tidak jauh beda
dengan penjelasan diatas, hal yang membedakan adalah pada hewan jantan
yang berperan sebagai alat reproduksi primer adalah testis. Di dalam testis
terdiri dari tubulus seminiferus dan sel leydig. Tubulus seminiferus akan
menghasilkan dan mengatur perkembangan sperma dalam proses
spermatogenesis, sedangkan sel leydig berperan dalam mensintesis hormon
testosteron.

4
Proses spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus
distimulasi oleh FSH sedangkan pelepasan hormon testosteron oleh sel leydig
distimulasi oleh ICSH. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh
HA (hipofisa anterior) maka kadar spermatozoa yang dihasilkan oleh tubulus
seminiferus akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin dalam
menghambat tubulus seminiferus dalam menghasilkan spermatozoa melalui
feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual sapi jantan, yaitu
penciuman, penglihatan, dan pendengaran.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi libido pada sapi jantan, antara lain :
- Ada tidaknya betina birahi
- Seks rasio, dan
- Dominan/subordinan
4. Faktor-faktor yang menurunkan libido seksual jantan, antara lain :
- Gangguan psikologis,
- Penyakit,
- Kekurangan nutrisi, dan
- Perubahan iklim
5. Tanda-tanda umum betina saat estrus, antara lain :
- Sangat reaktif,
- Nafsu makan turun/terganggu,
- Produksi susu turun,
- Tidak tenang/gelisah,
- Ingin dinaiki dan menaiki
- Sering melenguh,
- Mengibas-ibaskan ekornya,
- Frekuensi urinasi meningkat, dan
- Keluar lender berahi dari vulva: liat, bening, dan transparan.

C. Ciri Tingkah Laku Seksual Pada Ternak


1. Rangsangan Secara Umum

5
Secara umum, setiap ternak menunjukkan ciri khas yang berbeda-beda,
seperti bau yang khas pada tubuhnya ketika ternak sedang libido pada
ternak jantan dan berahi pada ternak betina. Contohnya pada Kambing
yang mengeluarkan bau badan yang khas dan juga melalui air kencing dan
semennya. Selanjutnya pada Domba saat musim kawin, wool berbau wax.
Pada babi melalui kelenjar air liur mengeluarkan/ sekresi zat berupa
androstenol dan androstenon. Pada ayam jantan libido menunjukkan
ekspresinya dengan tarian WALTZ (merendahkan sayap, mendekati betina,
dan melangkah ke samping betina hingga dekat sekali), aktivitas pengganti
apabila ayam betina tidak siap kawin, penegakkan bulu leher dan
menggetarkannya, gerakan ekor digerakkan dengan cepat dalam arah
horizontal, gerakan kepala yang dimiringkan dan membuat satu lingkaran,
penyisiran bulu, dan hentakan kaki.
2. Identifikasi Rangsangan
Identifikasi rangsangan biasanya ditunjukkan dengan betina yang siap
kawin dengan memperlihatkan tanda-tanda berahi yang khas, memilih
lawan jenisnya, dan mengidentifikasi lawan jenisnya siap kawin juga atau
tidak. Hal tersebut tentunya dilakukan dengan cara mengenali sesama
hewan (naso-naso, dengan mencium ternak pada bagian tertentu).
Contohnya pada babi, kucing manusia terjadi pertemuan muka dengan
muka, hidung dengan hidung. Selanjutnya pada anjing, sapi, kambing, dan
domba dengan pertemuan kepala, ekor, dan perut. Sementara pada kuda
salah satu atau keduanya dari kedua cara di atas.
3. Penyerantakan Rangsangan
Dengan identifikasi telah berhasil mempertemukan pasangan kawinnya
maka perlu dilakukan perangsangan guna pada ternak betina dan jantan
berhasil dikawinkan. Rangsangan dapat dirangsang dengan secara internal
maupun external. Secara internal biasanya berlangsung secara alami
dengan meningkatnya hormon reproduksi pada jantan dan betina.
Sementara secara externaldengan proses sinkronisasi siklus birahi adalah
suatu teknik agar seekor atau sekelompok ternak mengalami estrus sesuai
dengan waktu yang diinginkan. Dasar fisiologis dari sinkronisasi estrus
adalah hambatan pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis
anterior yang menghambat pematangan folikel de Graaf atau penyingkiran

6
corpus luteum, baik secara manual atau secara fisiologis dengan
pemberian preparat hormon luteolitik. Preparat progesteron dan
turunannya paling banyak dipakai dalam sinkronisasi estrus, tidak
berbahaya, dan tingkat keberhasilannya cukup tinggi.
a. Fisiologi
Secara fisiologis ternak betina yang berahi dan ternak jantan yang siap
kawin dirangsang dengan rangsangan hormonal.
b. Rangsangan Seksual
Rangsangan seksual ditandai dengan aktivitas pra-coitus (tingkah laku
sebelum kawin) yang memuncak. Dimana ternak jantan mendekati
ternak betina secara agresif. Apabila ternak betina diam, maka ternak
siap dirangsang dan terjadi proses perkawinan.
c. Kopulasi
Kopulasi adalah proses masuknya gland penis ke dalam vagina.
Dimana pada saat proses ini terjadi penempatan/penyemprotan
spermatozoa ke dalam alat reproduksi betina.
d. Flehmen
Flehmen adalah respon yang diperlihatkan selama periode
perangsangan sexsual pada angulate, misalnya mendeteksi betina
berahi, vemoronasalis atau disebut juga organ Jacobson adalah organ
pembantu dalam sistem penciuman. Pada manusia dewasa, lokasinya
berada pada antara mulut dan hidung., dan feremon adalah sejenis zat
kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat
seksual pada jantan maupun betina. Flehmen dilakukan dengan sikap
mengangkat dan menjulurkan kepala sambal mengerutkan bibir atas
dengan mulut sedikit terbuka. Sementara di padang rumput, ternak
yang melakukan identifikasi, rangsangan dan kopulasi dengan cara
saling mencium (naso-naso). Ternak jantan mecium daerah vulva/anus
betina. respon betina berahi ditunjukkan dengan urinasi yang sering.

D. Tingkah Laku Seksual pada Ternak


SAPI
BETINA DALAM KELOMPOK :
menjelang / sedang berahi  saling menaiki sesamanya
sebagai tanda bagi jantan

7
dimanfaatkan oleh peternak untuk mendeteksi berahi :
ø pangkal ekor dicat “luminous”
betina berahi sering dinaiki  cat pada ekornya menjadi kabur
ø kegagalan  5 %
JANTAN
ø tidak dapat mendeteksi betina berahi pada jarak > 1 m melalui indra
penciumannya.
ø dapat mendeteksi betina berahi dalam kelompo kecil.
BABI
KEADAAN LIAR
tinggal dalam daerah padat kelompok keluarga kecil  satu/lebih betina, dengan
turunan.
Jantan tinggal terpisah, bergabung bila musim kawin tiba.
PROSES PERKAWINAN ADA 4 (EMPAT) FASE :
1. dialam bebas ; betina mulai mencari jantan beberapa hari setelah sebelum
timbul berahi.
2. interaksi sosial ; betina dan jantan mulai kontak hidung dengan hidung, dan
seterusnya.

8
3. jantan bertingkah laku merangsang betina; jarak dekat : jantan menditeksi
berahi betina  menciumi vulva dan bagian samping, gigitan mesra dan
mendorong, jantan berteriak khas, keluar feromon pada air ludah (kelenjar ludah
 rahang bawah)
4. kopulasi
isyarat untuk kopulasi  betina diam tidak bergerak  sekitar 5 menit
merupakan proses panjang  3 – 20 menit
jantan menaiki betina  penis masuk vagina sam-pai serviks
terjadi beberapa kali ejakulasi, istirahat, dorongan, bergantian selama kawin.
jantan menjilati punggung betina.
jumlah semen sekitar 500 ml
selesai ejakulasi, jantan turun, penis masuk preputium.
Tanda – tanda berahi betina :
vulva bengkak, merah  2 – 6 hari sebelum berahi
keluar lendir dari vagina
menciumi alat kelamin betina lainnya
menaiki/siap dinaiki betina lainnya
nafsu makan turun
berdiri kaku, tidak bergerak
punggung diraba/diduduki  diam/bungkuk
gigi gemertak khusus
tidak tenang ; menaiki tempat makanan mencari jantan.
Betina sebaiknya dikawinkan pada hari kedua dan hari ter-akhir masa berahi.
JANTAN
pemasangan cincin hidung, agar
tidak merusak lantai
tidak menyeruduk orang/betina
memudahkan penanganan

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Apabila hewan ternak tersebut pada saat berahi harus diperhatikan secra khusus
karena pada saat berahi ternak mengalami tingkah laku yang berbeda dari
biasanyadan harus segera dikawinkan.Berahi juga dipengarui oleh hormon
reproduksi,apabilahormon-hormon yang ada dalam hewan ternak tidak normal
maka hewan ternaktersebut berahinya akan mengalamigangguan sehingga
berahinya terhambat atau agak lama.

10

Anda mungkin juga menyukai