Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOUR II

“Konsep Asuhan Keperawatan pada Meningitis”

Dosen Pembimbing :
Ns. Lilis Magfuroh, S.Kep. M.Kes

Disusun Oleh :
1. Abrianto putra husada 12.02.01.1050
2. M. Farid rahmaniar S. 12.02.01.1076
3. M. Indrawan saiful B. 12.02.01.1077
4. Yuni nur R. 12.02.01.1103
5. Zudia faizatin 12.02.01.1104

IV-B Keperawatan

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
LEMBARAN PENGESAHAN
“Konsep Asuhan Keperawatan pada Meningitis”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Abrianto putra husada 12.02.01.1050


2. M. Farid rahmaniar S. 12.02.01.1076
3. M. Indrawan saiful B. 12.02.01.1077
4. Yuni nur R. 12.02.01.1103
5. Zudia faizatin 12.02.01.1104

IV B Keperawatan

Diterima dan Disetujui Untuk Seminar


Lamongan, 27Maret2014
Pembimbing,

Ns. Lilis Maghfuroh,S.kep, M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan taufik
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah NEUROBEHAVIOUR II
Makalah ini disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang penulis miliki,
sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak akan sulit bagi penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada yth:
1. Drs. H. Budi Utomo Amd. Kep., M. Kes selaku Ketua Stikes Muhammadiyah
Lamongan.
2. Arifal Aris S.Kep,Ns,M.Kes selaku kaprodi S-1 Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
3. Lilis Maghfuroh, S.Kep.Ns.M.Kes. selaku guru PJMK mata pelajaran Sistem
Neurobehaviour II.
4. Lilis Maghfuroh, S.Kep.Ns.M.Kes. selaku guru pembimbing mata pelajaranSistem
Neurobehaviour II.
5. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut mendukung
dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis dalam membahas dan memaparkan. Oleh karena itu, segala sesuatu dan
koreksi lebih lanjut sangat penulis harapkan dari semua pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini memenuhi tugas mata kuliah SISTEM
NEUROBEHAVIOUR II,dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Lamongan, Maret2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................. 1
1.4 Manfaat ............................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi ............................................................................................ 3
2.2 Etiologi ............................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi..................................................................................... 4
2.4 Klasifikasi ........................................................................................ 4
2.5 Manifestasi Klinis............................................................................ 5
2.6 Pathway ........................................................................................... 6
2.7 Pemeriksaan Diagnostik .................................................................. 6
2.8 Penanganaan .................................................................................... 7
2.9 Terapi............................................................................................... 8
2.10Komplikasi ...................................................................................... 8

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian ....................................................................................... 10
3.2 Diagnosa .......................................................................................... 20
3.3 Perencanaan ..................................................................................... 20
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................... 24
4.2 Saran. ............................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat.Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.Meningitis
adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.Kebanyakan kasus
meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang
menyebar dalam darah ke cairan otak. Daerah " sabuk meningitis" di Afrika terbentang dari
Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta
manusia.Pada 1996 terjadi wabah meningitis di mana 250.000 orang menderita penyakit ini
dengan 25.000 korban jiwa. Oleh karena itu dalam Makalah ini kami akan membahas secara
detail tentang Meningitis. Tujuannya agar pembaca Mengerti dan Waspada terhadap penyakit
meningitis. Selain itu, harapan kami , Dengan Mengetahui Meningitis, kasus meningitis di
Indonesia dapat menurun.
Sejak pengenalan dan penyebaran penggunaan vaksin Haemophilus influenzae tipe
B, organisme ini telah dikendalikan secara luas di dunia yang telah berkembang. Patogen
bakteri yang utama pada anak dan dewasa adalah Streptococcus pneumoniae, yang diikuti
dengan Neisseria meningitidis. Pada bayi yang berusia 0 sampai 3 coli, dan Listeria
monocytogenes.
Meningitis aseptik umumnya disebabkan oleh enterovirus dan lebih banyak
menyerang individu dewasa muda dari pada anak-anak. Anak Yang lebih besar umumnya
menunjukkan berbagai tanda prodromal yang lebih khas dan gejala-gejala yang mirip flu,
yang berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Meskipun keletihan dan kelemahan dapat
berlangsung selama beberapa waktu, sekuele jarang di temukan. Anak dievaluasi dan diobati
sampai meningitis bakterialnya sembuh. Meningitis virus umumnya hanya memerlukan
hospitalisasi singkat; perawat pendukung dirumah merupakan intervensi utama.
90% dari semua kasus meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang dari
5 tahun, meningitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Insiden pucat
terdapat pada rentang usia 6samapi 12 bulan. Rentang usia dengan angka morbiditas tinggi
adalah dari lahir sampai 4 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Meningitis?
2. Apa etiologi dariMeningitis?
3. Apa patofisiologi dariMeningitis?
4. Apa klasifikasi dari meningitis ?
5. Apa manifestasi klinis Meningitis?
6. Bagaimana pathway dari Meningitis ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Meningitis ?
8. Bagaimana penanganan Meningitis?
9. Bagaimana terapi pada Meningitis ?
10. Bagaimana komplikasi Meningitis ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada Meningitis?
1.3 Tujuan
A. Tujuan umum
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaiman Asuhan keperawatan dengan
gangguan meningitis
B. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui definisi dari meningitis


2. Untuk mengetahui etiologi dari meningitis
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari meningitis
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari meningiti
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Meningitis
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada meningitis
7. Untuk mengetahui penanganan dari meningitis
8. Untuk mengetahui terapi dari meningitis
9. Untuk mengetahui komplikasi dari meningitis
10. Untuk mengetahui bagaiman asuhan keperawatan pada pasien menigitis
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan, penyebab serta upaya pencegahan
meningitis agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang demam tifoid sehingga
dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab


meningitis bakterial memasuki area secara langsung sebagian akibat cedera traumatik
atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam
cairan serebrospinal (CSS). Berbagi agens dapat menimbulkan inflamasi pada
meninges termasuk bakteri, virus, jamur, dan zat kimia.

Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piamater, di sebabkan oleh
bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronik.

Meningitis virus adalah infeksi yang mengenai meninges; cenderung bersikap


jinak dan swasirna. Ensefalitis virus mengenai parenkim otak dan sifatnya lebih serius.
Berbagai virus telah diketahui menyebabnya meningitis dan ensefalitis.

Meningitis adalah perandangan selaput otak, sumsum tulang belakang atau


keduanya, penyebabnya adalah bakteri atau virus meningitis sering di dahului oleh
infeksi pernafasan, tenggorokan atau tanda dan gejala flulike. Sejumlah kuman
Neisseria meningitis merupakan penyebeb meningitis yang sering penyakit ini
mempunyai insiden tertinggi pada anak dibawah umur 5 tahun, dengan puncak
insidensi pada anak 3 sampai 5 tahun, dengan puncak insiden berat, yaitu
meningokoksemia yang memiliki serangan cepat dan dapat menyebabkan kematian
tanda dan gejala meliputi demam tinggi, letargi, menggigil dan ruam pada kulit.

Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak dan
spinal cord, yang disebabkan oleh infeksi pada cairan serebrospinal (Lewis, 2005).

Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan subararakhnoid


infeksi biasanya menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat menjadi
meningitis bisa akut atau kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur atau
parasit. (Lemone. 2004).
Meningitis adalah inflamasi meningen yang juga dapat menyerang arakhonoid
dan subarakhonoid, infeksi menyebar sampai subarakhonoid melalui cairan
serebrospinal sekitar otak dan spinal cord (Joyce M black,2005).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu


inflamasi meningen yang juga dapat menyebar ke arakhonoid dan subarakhonoid pada
otak dan spinal cord, yang disebabkan oleh bakteri , virus jamur atau protozoa.

2.2 Etiologi

Menginitis hampir selalu merupakan koplikasi bakteremina, khususnya pada


keadaan berikut ini :

 Pneumonia
 Empiema
 Osteomoielitis
 Endokarditis
Infeksi lain yang berkaitan dengan menginitis meliputi :
 Sinusitis
 Otitis media
 Ensefalitis
 Mielitis
 Abses otak yang biasanya di sebabkan oleh Neisseria meningitidis,
Haemophilus influenzae, Streptoccus pneumoniae dan Escherichia coli
Meningitis dapat terjadi sesudah seseorang mengalami prosedur invasif yang
meliputi :
 Fraktur tengkorak/kranium
 Luka tembus pada kepala
 Pungsi lumbal
 Pemasangan shunt ventrikulus
Meningitis aseptik dapat terjadi karna virus atau mikoorganisme lain. Kadang-
kadang pada infeksi ini tidak dapat ditemukan mikoorganisme penyebab
2.3 Patofisiologi

Meningitis umunya dimulai dalam bentuk inflamasi piaaraknoid, yang dapat


berlanjut dengan timbul kongesti pada jaringan sekitarnya dan dan kerusakan sebagian
sel saraf.

Mikroorganisme secara khas masuk kedalam sistem saraf pusat (SSP) melalui
salah satu dari empat jalur ini :

 Darah (yang palink sering)


 Lubang yang menghubungkan secara langsung caairan serebrospinal dengan
lingkungan sebagian akibat trauma
 Lintasan di sepanjang nervus kranialis dan saraf prifer
 Lintasan mulai mulut atau hidung
Mikoorganisme dapat ditularkan kepada bayi melalui lingkungan intrauteri.
Mikoorganisme yang menginvasi akan memicu respon inflamasi pada meningen.
Dalam upaya mengusir invasi tersebut, sel-sel neutrofil akan berkumpul di daerah dan
menghasilkan eksudat vdi dalam ruangan subaraknoid sehingga secara serebrospinal
mengental. Cairan serebrospinal yang kental tidak begitu mudah mengalir di sekitar
otak serta medula spinalis, dan dapat menyumbat vili araknoidalis sehingga terjadi
obstruksi cairan serebrospinal yang menyenabkan hidrosefalus

Eksudat tersebut juga :

 Menyebabkan eksaserbasi respons inflamasi yang akan menaikan tekanan


dalam otak
 Dapat meluas sehingga mengenal nervus kranialis serta saraf perifer, Dan
keadaan ini akan memicu reaksi inflamasi tambahan
 Menimbulkan iritasi pada meningen, yang menyebabkan disrupsi membran
selnya dan mengakibatkan edema.
Konsekuensi semua keadaan di atas adalah kenaikan tekanan intrakranial,
penggelembungan pembuluh darah, gangguan pasokan darah serebral, kemungkinan
trombosis atau ruptur, dan bila tekanan intrakranial tidak turun, hasil akibat yang terjadi
adalah infark serebri, ensefalitis dapat pula terjadi sehingga infeksi sekunder pada
jaringan otak.
Pada meningitis aseptik, sel-sel limfosit akan menginfiltrasi lapisan pia-
araknoid tetapi biasanya infikltrasi initidak sehebat pada meningitis bakterialis dan juga
tidak membentuk eksudat. Jadi, tipe meningitis ini sembuh sendiri.

2.4 Klasifiikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada


cairan otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.

 Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
cairan otak yang jerni. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
 Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebab antara lain: Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Heamophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa.
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk,
kesadaran menurun.
2.5 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis
leukosit, laju endapan darah (LED), kadarc glukosa, kadar ureum, elektrolit,
kultur.
Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit dengan
pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
2. Cairan serebrospinalis : lengkap dan kultur
Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan
serebrospinalis yang keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan
leukosit yang hidup dan mati, jaringn yang mati dan bakteri.
3. Pemeriksaan radiologis :
 Foto kepala : pemeriksaan mastoid, sinus paranasal, gigi geligi.
 Foto dada
2.6 Manifestasi klinis
Tanda-tanda meningitis secara khas meliputi :
 Panas atau demam, menggigil dan perasaan tidak enak badan yang terjadi karna
infeksi serta inflamasi
 Sakit kepala, munta dan kadang-kadang papiledema (inflamasi dan edema pada
nervus optikus)yang di sebabkan oleh kenaikan tekanan intrakranial
Tanda-tanda iritasi meningitis meliputi :
 Kaku kuduk
 Tanda brudzinski dan kernig yang positif
 Refleks tendon dalam yang berlebihan dan simetris
 Opistotonos (keadaan spasme dimana punggung dan ekstremitas melengkung
kebelakang sehingga tubuh bertumpu pada kepala dan kedua tumit)

Ciri-ciri meningitis yang lain :

 Sinus aritmia akibat iritasi pada serabut-serabut saraf dalam sistem saraf otonom
 Iritabilitas akibat kenaikan tekanan intrakranial
 Fotofobia, diplopia, dan permasalahan penglihatan lain akibat iritasi nervus
kranialis
 Delirium, stupor berat, dan koma akibat kenaikan tekanan intrakranial dan edema
serebri
Bayi yang menderita meningitis dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi tetapi
sebagian besar bayi tersebut menjadi rewel dan tidak mau makan. Pada bayi, gejalah
muntah dapat menimbulkan dehidrasi yang mencegah penonjolan fontanel padahal
penonjolan fontanel merupakan tanda penting kenaikan tekanan intrakranial.
Ketika keadaan sakit berlanjut, gejala twitching (kedutan), kejang (pada 30%
pasien bayi), atau koma dapat terjadi kebanyakan anak yang lebih besar memiliki gejala
yang sama dengan yang diperhatikan oleh dewasa. Pada meningitis sub-aut, awitan
dapat terjadi secara insidius.
2.7 Pathway

VIrus Inflamasi Bakteri Imunologi

Darah Lubang Lintasan di sepanjang nervus Lintasan mulai mulut


kranialis dan saraf prifer dan hidung

Sistem saraf perifer

Inflamasi pada
meningen

Cairan cerebro spinal


kental

Eksudat purulen menyebar kedasar


otak dan medula spinalis

Peningkatan TIK Pengelembungan Inflamasi pada Trombosis


pembuluh darah meningen

Vasospasmen
Infeksi sekunder Gangguan pasokan
pembuluh darah
pada jaringan otak darah serebral
serebri

Sirkulasi
Infark serebri
Gangguan terhenti
Nutrisi Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
gangguan perfusi
Resiko tinggi
jaringan
terjadi cedera

Sesak nafas
2.8 Pemerikaan diagnostik
A. Tambahan
 Laboratorium
 UL
 DL
 Elektrolit
 Gula darah
 Fungsi ginjal dan hati
 Kultur darah
 Tes untuk syphilis
 Radiologi
 X-foto Thoraks
 X-foto sinus paranasilis/mastoid
 CT Scan/MRI kepala
 EEG
 Lumbal Punksi
 Fraksi protein:
 None
 Pandy
 Hitung sel
 Protei
 Kadar glukosa bandingkan dengan kadar glukosa darah
 Direct smear/hapusan langsung
 Kultur
B. Pemeriksaan Antigen Spesifik
 Counter immuno electrophoresis (CIE)
 Dapat mendeteksi lima patogen utama :
- H. Influenzae tipe B
- N. Meningitidis
- S. Pneumonia
- B. Hemolytic streptococcus
- E. Coli
 Latex particle Agglutination & Co agglutination.
 Keduannya lebih sensitif
C. Pemeriksaan lain
 Limulus lysate test
 Deteksi endotoksin bakteri
 Hanya untuk gram negatif & meningitis partially treated
 Lactate dehydrogenase & asam laktat CSS kurang spesifik
 C reactive protein (CRP)
 Untuk differensiasi meningitis bakteri dan non bakteri
 Kurang sensitif pada awal penyakit dan meningitis partial treated
 Polymerase chain reaction (PCR)
 Sangat sensitif dan cepat
 Mendeteksi DNA BAKTERI, TBC, dan virus dalam CSS
 Neuroimaging
 CT scan normal
 Untuk menyingkirkan proses patologik lain
 Untuk melihat kompikasi yang terjadi
2.9 Penanganan
Penangan meningitis dapat meliputi :
 Pemberian antibiotik IV yang tepat selama sedikitnya dua minggu, yang
kemudian diikut pemberian antibiotik per oral berdasarkan hasil kultur dan tes
sensitivitas (penanganan yang bisa dikerjakan)
 Pemberian digoksin untuk mengontrol aritmia
 Pemberian manitol untuk mengurangi edema serebri
 Pemberian antikonvulsan (yang biasanya disuntikkan secara IV) atau pemberian
sedatif untuk mengurangi kegelisaan dan mencegah atau mengendalikan serangan
kejang
 Pemberian aspirin atau asetaminofen untuk meredahkan sakit kepala dan demam

Tindakan suportif meliputi :

 Tirai baring untuk mencegah peningkatan tekanan intrkranial


 Penurunan suhu tubuh pada keadaan demam untuk mencegah hipertermia dan
peningkatan kebutuhan metabolisme yang dapat menaikkan tekanan intrkranial
 Terapi cairan (yang diberikan dengan hati-hati sekali jika terdapat edema serebri
dan kenaikan tekanan intrkranial)untuk mencegah dehidrasi
 Terapi yang tepat untuk mengatasi keadaan lain yang terdapat secara bersamaan,
seperti endokarditis atau pneumonia
 Kemungkinan terapi profilaksis antibiotik yang dilakukan untuk menghadapi
penularan secara vp shunt, atau setelah terjadi fraktur kranium, atau luka tembus
kepala; terapi frofilaksis antibiotik ini bertujuan untuk mencegah infeksi
(penggunaannya masih kontroversial)

Staf perawat harus menerapkan kewaspadaan tambahan untuk mewaspadai


penularan secara droplet (selain kewaspadaan standar)pada meningitis yang disebabkan
oleh H. Inluenzae dan N. Meningitidis sampai 24 jam setelah terapi yang efektif
dimulai.

2.10 Terapi
A. Terapi umum :
 Tirai baring total
 Perawat 5B , jangan sampai terjadi dekubitus
B. Terapi spesifik :
 Antibiotika sesuai dengan hasil pemeriksaan LP
 Bila ada kontra indikasi LP berikan antiniotik sesuai dengan antibiotik empiris
 Lama pemberian antibiotik sesuai dengan jenis bakteri

 Pilihan Antibiotik

KUMAN ANTIBIOTIK

Neonatus Streptoccus  Ampicillin + cefotaxime


grup B atau  Ampicilli + Gentamyin
D,E coli, L  Acyclovir H. Simplex encephalitis
Monocytcgenes
Infant  Ampicilli + cefotaxone
 Chloramphenicon + gentamycin
 + vancomyin
 = dexamethason
3 bulan – S. pneumoniae,  Cefotaxime / ceftriaxone.
7 tahun N. Meningitis,  + vancomycin pada
H. Influenzae  S. Pneumoniae resistent cephalosporin
 Chloramphenicol + vancocomycin
 + dexamethason
S. pneumoniae,  Cefotaxime / ceftriaxone + ampicillin
Anak- N.  Chioramphenicol + trimethoprim/sulfamethoxazole
dewasa Meningitidis, L. Bila prevalensi S. Pneumonia resistent
7 tahun- Monocytogenes cephalosporin>2% di berikan:
50 tahun  Cefotaxime/ceftriaxone+vancomycin
 Chioramphenicol/ Clindamycin/ Meropenem
Dewasa S. pneumoniae,  Cefotaxime/ ceftriaxone + ampicillin
>50 H. Influenzae, Bila prevalensi S. Pneumonia resistent cephalosporin >
tahun spesies Listeria, 2% di berikan :
pseudomonas  Cefotaxime/ceftriaxone+vancomycin
aeruginosa, N.  Ceftazidime
Meningitisis.

 Dosis antibiotik

ANTIBIOTIK ANAK-ANAK DEWASA INTERVAL


(mg/kg/hr) (gram/hari) PEMBERIAN
(jam)
INTERAVENOUS:
 Penicilin G 200.000 20 juta unit/hari 2-4
 Ampicilin unit/hari 12-18 4
 Nafcilin 150-300 8-12 4

 Piperacilin 300 10-15 4

 Cefotaxime 300 8-12 4

 Ceftazidime 100-225 6-8 4


 Vancomycin 100 2-3 6
 Chloramphenicol 20-40 4-6 6
 Tobramyic/ 3-5 mg/kg/hari 8
gentamyin 5-8

 Amikacin 30 mg/kg/hari 8

 Bactrim 5-8 TMP :15


10 mg/kg/hari

INTRATEKAL :
 tobramycin 2,5 mg/hari 8 mg/hari
 amikacin 5 mg/hari 20 mg/hari

A. Terapi tambahan
1. Deksamethason
 Menghambat reaksi inflamasi, karena lisisbakteri dalam ruang subarachniod
 Pasien resio tinggi, edema otak, TIK meningkat
 Efek samping : perdarahan GI, supresi imunmeningk fungsi imun seluler
 Perbaikkan BBB penietrasi AB kedalam CSS
2. Immunologlubulin
 Diberikan sedini mungkin
 Menetralkan endotoksin karena bakteri
 Tidak menyebabkan supresi imun
 Plihan : lebih baik yang dapat menembus BBB milih molekul kecil
 Dosis :1-3 ml/kg BB secara intravena, diberikan per infus dengan kecepatan
150-225 ml/jam atau 40-60 tetes/menit.
3. peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
 Letak kepala 30° dari tempat tidur
 Obat hiperventiasi pco2 dipertahankan :27-30mmHg b\
 Berbiturat menurun kebutuhan metabolik otak
2.11 Kompikasi
Komplikasi dapat berupa :

 Peningkatan tekanan intrakranial


 Hidrosefalus
 Infark serebral
 Gangguan nervus kraniaslis yang meliputi neuritis optika dan tuli
 Ensefalitis
 Paresis atau paralisis
 Endokarditis
 Abses otak
 SIADH (syndrome of inappropriate antidiuretic hormone)
 Serangan kejang dan bangkit an epilepsi
 Koma

Pada anak, kompikasi meliputi :

 Retadasi mental
 Epilepsi
 Gangguan pendengaran yang unilateral atau bilateral
 Efusi subdural
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
1) Identitas pasien
a. Nama :
b. Umur : Sebagian besar (sekitar 70%) kasus meningitis
terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 atau
pada orang yang berusia di atas 60 tahun.
c. Jenis kelamin : Lebih sering terjadi pada kaum laki-laki
d. Suku bangsa :
e. Status perkawinan :
f. Pendidikan :
g. Pekerjaan :
h. Alamat :Di Indonesia, pada tahun 1987, tercatat 99
jamaah haji Indonesia yang meninggal akibat
meningitis. Sementara sejak periode 1998-2005
tidak ada lagi dilaporkan jamaah haji yang
meninggal, setelah penggunaan vaksin.
i. Tanggal masuk :
j. No. Registrasi :
k. Diagnosis medis : Meningitis
2) Penanggung jawab
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Hubungan dg pasien :
3.1.2 Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya pasien akan mengeluh sakit kepala, panas atau suhu badan
tinggi, mual, muntah, kejang, dan penurunan keasadaran.
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Alasan dirawat di rumah sakit: sakit kepala hebat, demam.
b. Lamanya keluhan: klien biasanya mengatakan bahwa sakitnya
bertambah buruk seiring berjalannya waktu
c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
3. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
di rumah sakit, dan riwayat pemakaian obat. Pada kasus meningitis
biasanya pasien dahulunya pernah menderita infeksi jalan nafas bagian
atas, otitis media, TB paru, tindakan bedah saraf, dan mastoiditis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
3.1.3 Pola kesehatan fungsional
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien biasanya mengatakan bahwa dia tidak tahu tentang penyakitnya
sekarang
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien biasanya juga akan menderita anoreksia, mual dan muntah, dan
juga akan terjadi peningkatan produksi asam lambung
3. Pola eliminasi
BAB: tidak seperti biasanya
BAK: berkurang
4. Pola aktivitas dan latihan
Pasien dalam melakukan aktivitas perlu bantuan orang lain
5. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pasien meningitis akan susah tidur karena adanya faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri
6. Pola kognitif
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Biasanya pasien meningitis akan terjadi gangguan citra tubuh
8. Pola peran hubungan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas hubungan sosial dengan lingkungan
seperti sebelum sakit
9. Pola seksual dan reproduksi
Biasanya frekuensi menurun atau menhjindari aktivitas seksual
10. Pola psikososiospiritual
Pengakajian psikologis pasien meningitis meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memproleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan perilaku pasien. Apakah ada dampak yang
timbul pada klien yaitu timbul perasaan takut akan kecacatan, rasa cemas,
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,
pandangan terhadap dirinya yang salah atau gangguan citra tubuh.
3.1.4 Riwayat imunisasi

UMUR JENIS IMUNISASI

0 Bulan HB 0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 Bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 Bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 Bulan Campak

3.1.5 pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum: biasanya stupor
2. TTV
- Suhu: Meningkat dari normal, normal 36,5℃ - 37,5℃
- TD: Meningkat
- RR: Meningkat
- Nadi: Menurun
3. Kepala : Bentuk normal tidak ada luka
Rambut : Normal dan bersih
Mata :Biasanya pada pasien meningitis ketika dilakukan pemeriksaan
reaksi pupil menggunakan senter, klien memejamkan matanya
dengan kuat berhubungan dengan fotophobia, konjungtiva
pucat, warna sklera putih, terdapat lingkaran hitam disekitar
mata.
Hidung : Bentuk hidung biasanya tetap simetris antara kiri dan kanan,
warna hidung juga sama dengan warna kulit sekitar wajah. Jika
di palpasi tidak ditemukan nyeri tekan.
Telinga : Sebagian besar penderita meningitis memiliki warna kulit
telinga sama dengan warna kulit disekitar, bentuk telinga
simetris, dan menggunakan alat bantu pendengaran
berhubungan dengan otitis media, tidak terdapat nyeri tekan.
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat, terdapat warna keputih-
putihan pada lidah, gusi warna merah muda, gigi kurang bersih,
tidak ditemukan nyeri tekan.
Leher : Warna kulit sama dengan warna kulit disekitarnya, tidak
terjadi pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, dan tidak ditemukan nyeri tekan.
4. Dada dan thorax
- Inspeksi: warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, tidak ada
pembengkakan.
- Palpasi: nyeri tekan pada dada
- Perkusi: pekak
- Auskultasi: bunyi napas rales (crekles)
5. Abdomen
- Inspeksi: warna kulit sama dengan warna kulit disekitarnya, bentuk
abdomen cekung
- Ausultasi: bunyi peristaltik usus meningkat yaitu lebih dari
30x/menit
- Palpasi: nyeri tekan di abdomen kiri atas
- Perkusi: bunyi timpani
6. Genital
Keadaan daerah genital cukup bersih, tidak ada luka, tidak ada hemoroid
7. Ekstremitas
- Ekstremitas atas: terdapat ruam petechie, dan nyeri tekan pada
daerah kulit
- Ekstremitas bawah: inspeksi didapat bahwa bentuk simetris dan
terdapatr pembengkakan pada bagian lutut dan pergelangan kaki,
babinski positif. Pada palpasi didapat nyeri tekan pada lutut dan
pergelangan kaki
8. B1-B6
a. B1 (Breathing)
- Terjadi peningkatan frekuensi nafas pada pasien yang disertai
dengan gangguan pada sistem pernafasan
- Auskultasi ronkhi
- Batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu
pernafasan
- Palpasi torax hanya dilakukan jika terdapat deformitas pada
tulang dada pada klien dengan efusi pleura
b. B2 (Blood)
- Infeksi fulminasi dengan tanda-tanda septikemia: demam tinggi
yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah
dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda koagulasi intravaskuler
diseminata (CID)
- Kematian terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi
c. B3 (Brain)
- Pengkajian tingkat kesadaran
Biasanya pasien meningitis tingkat kesadarannya yakni letargi,
stupor, dan semikomatosa
GCS 9-14
- Pengkajian funsi serebral
Status mental: observasi penampilan, tingkah laku, gaya bicara,
ekspresi wajah, dan aktivitas motorik.
- Pengkajian saraf kranial
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf 1 sampai 12
 Saraf I: Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan
pada fungsi penciuman
 Saraf II: Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papil edema mungkin didapatkan terutama
pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi
sibdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK
berlangsung lama.
 Saraf III, IV, dan VI: Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil
pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan
kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut
meningitis mengganggu kesadaran, akan didapatkan tanda-
tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil. Dengan
alasan yang tidak diketahui, klien meningitis mengalami
fotophobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
 Saraf V: pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan
paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak
ada kelainan.
 Saraf VII: pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
 Saraf VII: tidak ditemukan adanya tuli konduksi dan tuli
persepsi
 Saraf IX dan X: kemampuan menelan biasanya masih baik
 Saraf XI: Tidak ada atrofi otot, adanya usaha klien untuk
melakukan fleksi leher dan kakukuduk (regiditas nukal)
 Saraf XII: Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
- Pengkajian reflek
Gerakan involunter, tidak ditemukan tremor
- Pengkajian sistem sensorik
Sensasi raba, nyeri, suhu yang normal, tidak ada perasaan
abnormal di permukaan tubuh.
- Pengkajian sistem motorik
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi
mengalami perubahan
- Kaku kuduk
Pada pemeriksaan kaku kuduk (positif)
d. B4 (Bladder)
- Berkurangnya volume pengeluaran urin
e. B5 (Bowel)
- Mual, muntah karena terjadi peningkatan produksi asam lambung
- Pemenuhan nutrisi menurun karena anoreksia dan kejang
f. B6 (Bone)
- Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar khususnya
lutut dan pergelangan kaki
- Peteki dan lesi purpura yang didahului ruam
- Penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik sehingga
mengalami gangguan ADL
3.1.6 Data penunjang

1. Laboratorium
Untuk memeriksa UL, DL, elektrolit, gula darah, fungsi ginjal dan hati,
kultur darah, dan tes untuk syphilis
2. Radiologi
Seperti X-foto Thorax, X-foto sinus paranasalis atau mastoid, dan CT
Scan atau MRI kepala
3. EEG
4. Lumbal pungsi
Memberi informasi tentang fraksi protein, menghitung sel, protein, kadar
gula dengan membandingkan dengan kadar glukosa darah, hapusan
langsung, serta kultur.
5. Pemeriksaan antigen spesifik
- Counter Immuno Electrophoresis (CIE)
Dengan pemeriksaan ini kita dapat mendeteksi 5 patogen utama, yaitu:
- H. Influenza tipe B
- N. Meningitis
- S. Pneumonia
- B. Hemolytic streptococcus
- E. Coli
- Latex Particle Agglutination and Co A gglutination
Pemeriksaan ini lebih sensitif dari pada pemeriksaan CIE
6. Limulus Lysate Test
Mendeteksi endotoksin bakteri. Pemeriksaan ini hanya untuk bakteri gram
negatif dan meningitis partially treated.
7. Creactive Protein (CRP)
Untuk deferensiasi meningitis bakteri dan non bakteri, namun
pemeriksaan ini kurang sensitif pada awal penyakit dan meningitis
partially treated.
8. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan ini sangat cepat untuk mendeteksi DNA bakteri, TBC, dan
virus dalam CSS

3.2 Diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d infeksi sekunder jaringan otak


2. Gangguan nutrisi b/d peningkatan tekanan intra kranial (TIK)
3. Resiko tinggi terjadi cedera b/d peningkatan tekanan intra kranial
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia pada otak

3.3 Perencanaan

Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


TTD
Hasil
1 Setelah dilakukan  Observasi  Dapat
keperawatan selama tanda-tanda mencegah lebih
1x24 jam, diharapkan gangguan dini jika terjadi
pasien tidak terjadi rasa nyaman gangguan rasa
gangguan rasa nyaman (nyeri) nyaman (nyeri)
(nyeri). dengan kriteria :  Kolaborasika  Penderita tidak
K : keluarga dapat n dengan merasakan nyeri
mengetahui akibat dokter obat atau intensitas
dari peningkatan analgesic nyeri berkurang
tekanan intra cranial sesuai dosis  Peningkatan
(nyeri)  Kolaborasika TIK dapat
A: keluarga mengetahui n dengan mengakibatkan
cara mengatasi dokter dalam nyeri. Jika tidak
gangguan rasa tindakan terjadi
nyaman (nyeri) yang dapat peningkatan,
P : keluarga dapat mencegah maka tidak akan
membantu mencegah adanya terjadi
agar tidak terjadi peningkatan peningkatan
peningkatan tekanan tekanan intra intensitas nyeri
intra cranial yang cranial
dapat menyebabkan  Melakukan  Agar tidak
nyeri tindakan terjadi
yang peningkatan
mencegah TIK yang dapat
terjadinya menyebabkan
peningkatan nyeri bertambah
TIK.
 Membantu
Berikan edukasi menceah
kepada keluarga terjadinya
apa saja yang peningkatan
dapat mencegah TIK
peningkatan TIK

2 Setelah dilakukan  Menjelaskan  Keluarga


keperawatan selama pada mengetahui
2x24 jam, diharapkan keluarga, apa tentang TIK dan
pasien tidak terjadi itu TIK dan apa saja akibat
gangguan nutrisi dengan akibat jika dari
kriteria : terjadi peningkatan
K : keluarga dapat peningkatan TIK (terutama
mengetahui akibat TIK pada nutrisi)
dari peningkatan (terutama
tekanan intra kranial pada nutrisi)  Dapat
(nutrisi) mencegah lebih
A: keluarga mengetahui  Observasi dini jika terjadi
cara mengatasi tanda-tanda gangguan
gangguan nutrisi gangguan nutrisi
P : keluarga dapat nutrisi
membantu mencegah (ABCD :  Nutrisi
agar tidak terjadi normal) tercukupi. Tidak
kekurangan nutrisi terjadi hal yang
P : kebutuhan nutrisi  Kolaborasika lebih buruk.
tercukupi n dengan
A : tidak terjadi ahli gizi,  Tidak terjadi
penurunan berat dokter, dan gangguan
badan keluarga nutrisi intake
B : Hb normal, natrium dalam terpenuhi
serum normal, pemberian
klorida serum nutrisi yang
normal. cukup
C : tidak lemas, tidak
sianosis, tidak
anemis, ttv normal  Memantau
D : Penurunan nafsu intake yang
makan, Porsi makan adekuat
tidak habis.
3 Setelah dilakukan O : observasi 1. Mengidentifikasi
keperawatan selama 1x status neurologis perkembangan
24 jam diharapkan dapat setiap 8 jam atau
menghindarinya, adanya penyimpangan
cedera fisik, menghindari N : Jauhkan hasil yang
jatuh dengan benda- benda diharapkan
yang dapat 2. Mengurangi
Kriteria Hasil :
mengakibatkan terjadinya cedera
terjadinya cedera seperti akibat
K : pasien dapat
pada pasien saat aktivitas kejang
mengetahui dapat
terjadi kejang yang tidak
terjadinya cidera
berhubungn dengan E : Berikan terkontrol.
terjadinya kejang yang informasi pada 3. Melibatkan
tidak terkontrol keluarga tentang keluarga untuk
tindakan yang mengurangi
A : pasien merasa aman
harus dilakukan resiko cedera.
tidak terjadi cidera
selama pasien Mengurangi
kejang. aktivitas kejang
P : keluarga pasien dapat
C : colaborasi yang
melakukan tindakan-
dengan dokter berkepanjangan
tindakan yang dilakukan
dalam
saat pasien mengalamin
pemberian obat
kejang di rumah
anti konvulsan
P: - Tidak ada cidera
fisik
-Pasien dalam kondisi
aman,
-tidak ada memar dan
tidak jatuh
4 setelah dilakukan proses O : Kaji status 1. Untuk
keperawatan selama GCS mengetahui
1x24 jam diharapkan N : Berikan terjadinya
perfusi jaringan oksigen Penurunan
normal,dengan Kriteria tambahan sesuai kesadaran
Hasil : degan indikasi menunjukan
K : pasien dapat hasil AGD dan hipoksia
mengetahui terjadinya toleransi pasien atau
hipoksia pada otak E : ajarakn pada penurunan
berhubungan dengan keluarga teknik oksigen
adanya gangguan perfusi posisi berbaring serebral
jaringan dengan 2. mencegah
A : pasien meras senang meninggikan memburukn
tidak terjadi kematian kaki dan ya hipoksia.
jaringan di otak merendahkan 3. Untuk
brhubungan dengan kepala melancarka
terjadinya hipoksia di C : kolabrasi n darah O2
otak dengan dokter ke otak
P : setelah dilakukan dalam 4. Untuk
pengajaran keluarga pemasangn memantu
pasien/ pasien dapat ventilasi pasokan
meniru teknik mekanik oksigen
merendahkan kepala dlam paru
untuk mengurangi lebih
terjadinya hipoksia pada cepat/efekti
otak f
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan subararakhnoid
infeksi biasanya menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat
menjadi meningitis bisa akut atau kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur
atau parasit. (Lemone. 2004).
Menginitis hampir selalu merupakan koplikasi bakteremina, khususnya pada
keadaan berikut ini :
 Pneumonia
 Empiema
 Osteomoielitis
 Endokarditis
Meningitis umunya dimulai dalam bentuk inflamasi piaaraknoid, yang dapat
berlanjut dengan timbul kongesti pada jaringan sekitarnya dan dan kerusakan
sebagian sel saraf.
Mikroorganisme secara khas masuk kedalam sistem saraf pusat (SSP) melalui
salah satu dari empat jalur ini :
 Darah (yang palink sering)
 Lubang yang menghubungkan secara langsung caairan serebrospinal dengan
lingkungan sebagian akibat trauma
 Lintasan di sepanjang nervus kranialis dan saraf prifer
 Lintasan mulai mulut atau hidung
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
 Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
cairan otak yang jerni. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
 Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebab antara lain: Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Heamophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa
4.2 Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga,
untuk itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa
memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan
agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat
klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman dekat klien.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, S. (2000). Kapital Selekta Kedokteran . Jakarta: Fakulitas Kedokteran UI.

cecily Lynn Betz, L. A. (2009). Buku saku keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.

Jennifer P. Kowalak, W. W. (2011). Buku Ajar patofisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai