1.1. Pendahuluan
Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu
diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak untuk memutuskan
pembangunan suatu pelabuhan. Keputusan pembangunan pelabuhan biasanya didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi, politik dan teknis. Ketiga dasar pertimbangan
tersebut saling berkaitan, tetapi biasanya yang paling menentukan adalah pertimbangan
ekonomi.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam pembangunan suatu pelabuhan
adalah kebutuhan akan pelabuhan dan pertimbangan ekonomi, volume perdagangan
melalui laut, dan adanya hubungan dengan daerah pedalaman baik melalui darat maupun
air.
Kebutuhan akan pelabuhan timbul untuk memenuhi beberapa hal berikut ini :
a. Pembangunan pelabuhan yang didasarkan pada pertimbangan politik. Sebagai contoh
adalah pelabuhan militer yang diperlukan untuk mendukung keamanan suatu Negara,
misalnya pelabuhan Ujung di Surabaya sebagai pangkalan angkatan laut. demikian
juga pelabuhan perintis yang dibangun untuk membuka hubungan ekonomi dan sosial
daerah yang terpencil.
b. Pembangunan suatu pelabuhan diperlukan untuk melayani/meningkatkan kegiatan
ekonomi daerah dibelakangnya dan untuk menunjang kelancaran perdagangan antar
pulau maupun Negara (eksport, import). Pelabuhan ini banyak mendukung
perkembangan kota didekatnya dan daerah belakang.
c. Untuk mendukung kelancaran produksi suatu perusahaan/pabrik, sering diperlukan
suatu pelabuhan khusus. Pelabuhan ini akan melayani pemasaran/pengiriman hasil
produksi ataupun untuk mendatangkan bahan baku pabrik tersebut. Sebagai contoh
adalah pelabuhan kuala tanjung milik PT Inalum (Indonesia Asahan Aluminium) di
sumatera utara, sebagai prasarana untuk mengimpor biji bauksit dan
pemasaran/pengiriman aluminium hasil produksi perusahaan tersebut. Mengingat
sifatnya sebagai pendukung dari proyek utama, maka pertimbangan ekonomis tidak
seketat seperti dalam pembangunan pelabuhan umum.
Sebelum memulai pembangunan pelabuhan umum harus dilakukan survey dan
studi untuk mengetahui volume perdagangan baik pada saat pembangunan maupun di masa
mendatang yang dapat di antisipasi dari daerah disekitarnya. Volume perdagangan ini
penting untuk menentukan layak tidaknya pelabuhan tersebut dibangun, pada pelabuhan
khusus, produksi dari suatu perusahaan biasanya sudah diketahui, sehingga pelabuhan
dapat direncanakan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Setelah beberapa studi diatas dilakukan, selanjutnya ditetapkan lokasi secara
umum pelabuhan, fungsi utama pelabuhan, dan jenis serta volume barang yang dilayani.
Langkah berikutnya adalah membuat studi pendahuluan dan layout pelabuhan dalam
persiapan untuk membuat penyelidikan lapangan yang lebih lengkap yang diperlukan di
dalam pembuatan perencanaan akhir pelabuhan. Beberapa penyelidikan yang perlu
dilakukan adalah survey hidrografi, dan topografi; penyelidikan tanah di rencana lokasi
pemecah gelombang, dermaga, dan bangunan-bangunan pelabuhan lainnya; angin, arus,
pasang surut dan gelombang.
Perencanaan pelabuhan harus memperhatikan berbagai faktor yang akan
berpengaruh pada bangunan-bangunan pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh. Ada tiga
faktor yang harus diperhitungkan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu angin,
pasang surut, dan gelombang. Angin menimbulkan arus dan gelombang. Angin juga dapat
menimbulkan tekanan pada kapal dan bangunan pelabuhan. Pasang surut adalah penting di
dalam menentukan dimensi bangunan seperti pemecah gelombang, dermaga, pelampung
penambat, kedalaman alur pelayaran, perairan pelabuhan dan sebagainya. Gelombang yang
menyerang bangunan pantai akan menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
tersebut. Bangunan harus tetap aman terhadap gaya gelombang yang bekerja padanya.
Selain itu gelombang juga akan berpengaruh pada ketenangan di perairan pelabuhan.
Pelabuhan dengan dermaga (pier) tunggal dan kolam putar serta alur pendekatan
yang panjang dan diperlebar pada ujung dekat pantai untuk memungkinkan gerak
berputarnya kapal. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pelabuhan tersebut memerlukan
ruang minimum dan dapat menampung dua kapal. Pelabuhan ini dibuat dengan mengeruk
alur pada air dangkal. Pelabuhan terlindung secara alam oleh suatu pulau, sehingga tidak
memerlukan pemecah gelombang. Di pelabuhan ini kapal yang akan meninggalkan
dermaga harus membelok sendiri terhadap ujung pier dan kemudian meninggalkan
pelabuhan melalui alur pendekatan.
Dalam hal ini angin dan gelombang mempunyai satu arah, dan ketenangan air di
pelabuhan diperoleh dengan membuat satu pemecah gelombang yang bermula dari garis
pantai dan kemudian membelok sejajar pantai. Kedalaman air bertambah dengan cepat dari
garis pantai, sehingga lebar pelabuhan dapat dibatasi. Pemecah gelombang dimanfaatkan
sebagai dermaga yang dapat digunakan oleh dua buah kapal. Kapal berputar dengan
menggunakan bantuan dolphin.
Bentuk pelabuhan yang panjang dan sempit dengan mulut masuk pelabuhan di satu
ujung dan mulut keluar pada ujung lain. Dermaga dapat digunakan untuk berlabuh empat
kapal. Di dekat pemecah gelombang yang sejajar pantai dilengkapi dengan alat penambat
yang digunakan sebagai tempat tunggu selama dermaga masih digunakan.
Bentuk pelabuhan dengan daerah perairan dilindungi oleh dua buah pemecah
gelombang dengan satu mulut, sejumlah dermaga dan kolam putar besar berbentuk
lingkaran dengan jari-jari sama dengan dua kali panjang kapal terbesar. Pelabuhan ini juga
dilengkapi dengan tempat penungguan sebelum kapal mendapat giliran merapat di
dermaga. Selain itu juga terdapat tempat untuk kapal-kapal kecil.
Dengan :
Hp : tinggi gelombang di titik P di dalam pelabuhan (m).
H : tinggi gelombang di mulut pelabuhan (m).
b : lebar mulut (m).
D : jarak dari mulut ke titik P
B : lebar kolam pelabuhan di titik P, yaitu panjang busur lingkaran dengan jari-jari D dan pusat
pada titik tengah mulut (m).
Persamaan tersebut tidak berlaku pada titik yang berjarak kurang dari 15 m dari
mulut.
Dimana :
(B = lebar kapal, d = tinggi bagian kapal terendam,
Lpp = panjang kapal, Loa = panjang kapal dari muka air)
3.1 Pembahasan
Angin
Maka dapat disimpulkan bahwa kota Cilegon tergolong ke dalam sifat angin sedang
dengan kecepatan rata-rata yaitu 16.9 knot
Maka dapat disimpulkan bahwa kota Cilegon tergolong ke dalam tipe pasang surut
campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing idiurnal)
Pemecah Gelombang
Pemecah gelombang di kota Cilegon sebaiknya dibuat dengan tipe sisi tegak.Hal
ini dikarenakan tipe sisi tegak sesuai digunakan untuk pelabuhan yang ramai arus
perputaran atau pergantian kapal antar pulau Jawa dan Sumatera.Tipe sisi tegak juga
memiliki keuntungan yaitu pelaksanaan pekerjaan yang cepat sehingga dapat membuat luas
perairan pelabuhan menjadi lebih besar dan menghemat biaya perawatan.
Dermaga
Dermaga di kota Cilegon sebaiknya dibuat dengan tipe Jetty.Hal ini dikarenakan
tipe Jetty sesuai digunakan untuk berlabuh kapal barang baik curah cair maupun padat.Tipe
Wraft tidak sesuai digunakan di kota Cilegon yang dikarenakan kedalaman laut tepi
pantainya yang tidak dalam, selain itu menggunakan tipe Jetty juga lebih murah dan efisien.