Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian fundamental dari kesehatan
secara umum serta berpengaruh terhadap kesejahteraan (WHO, 2003; Jackson
et al., 2011). Kesehatan gigi dan mulut yang buruk berdampak pada
terganggunya kualitas hidup individu (Jürgensen and Petersen, 2009). Rongga
mulut dan gigi yang sehat menjadi hal yang sangat penting dan hanya dapat
dicapai apabila rongga mulut senantiasa bersih (Bangash et al., 2012). Rongga
mulut dan gigi yang bersih membuat orang merasa lebih percaya diri untuk
berbicara, makan, dan bersosialisasi tanpa rasa sakit, tidak nyaman ataupun
rasa malu (Kwan et al.,2005). Menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap hari
dengan benar merupakan tindakan pencegahan paling utama terhadap
kerusakan permanen yang berkaitan dengan karies gigi dan penyakit
periodontal (DeBiase, 1991). Untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut,
tindakan yang paling banyak dianjurkan dan dilaksanakan adalah menyikat
gigi (Asadoorina, 2006).
Menyikat gigi secara teratur merupakan metode utama untuk
menghilangkan plak serta mengontrol penyakit akibat plak, seperti karies dan
periodontitis (Gallagher, 2009). Kesehatan gigi dan jaringan periodontal
menjadi sangat kritis pada masa remaja. Masalah rongga mulut remaja
diakibatkan karena kebersihan gigi dan mulut yang buruk serta pola makan
yang tidak teratur (DeBiase, 1991). American Academy of Pediatric Dentistry
(2010) menyatakan bahwa masa remaja merupakan periode dari aktifitas
karies dan penyakit periodontal yang tinggi karena kenaikan kosumsi bahan
makanan kariogenik serta ketidakpahaman mereka mengenai prosedur
kebersihan gigi dan mulut. Perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut saat
remaja sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi mulut selanjutnya (Choo
et al., 2001).

1.2 Tujuan
A. TujuanUmum :
Terbentuknya wawasan tentang KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1
B. TujuanKhusus :
1. Memahami bagaimana menjaga KESEHATAN GIGI DAN MULUT.
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta kesadaran
masyarakat tentang KESEHATAN GIGI DAN MULUT.
3. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan bahaya jika tidak
KESEHATAN GIGI DAN MULUT serta pencegahanya

1.3 Manfaat
A. Meningkatkan pengetahun penulis tentang upaya menjaga KESEHATAN
GIGI DAN MULUT.
B. Memberikan informasi ilmiah bagi tenaga kesehatan khususnya yang
berhubungan dengan program KESEHATAN GIGI DAN MULUT.
C. Sebagai bahan acuan bagi instansi terkait dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat
dan sejahtera khususnya wilayah kerja puskesmas wanasari dan sekitarnya,
yang sehat, produktif dan mandiri.
D. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat tentang KESEHATAN GIGI
DAN MULUT.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gigi


Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut .memiliki struktur
yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas.
Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan.

2
Gambar 1. Struktur gigi

Sumber : www.pdgi.com

1. Bagian-bagian gigi
Mahkota gigi atau corona, merupakan bagian yang tampak di atas gusi.
Terdiri atas:
a. Lapisan email, merupakan lapisan yang paling keras.
b. Tulang gigi (dentin), di dalamnya terdapat saraf dan pembuluh darah.
c. Rongga gigi (pulpa), merupakan bagian antara corona dan radiks.
d. Leher gigi atau kolum, merupakan bagian yang berada di dalam gusi.
e. Akar gigi atau radiks, merupakan bagian yang tertanam pada tulang
rahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang dengan perantaraan
semen gigi.

f. Semen gigi melapisi akar gigi dan membantu menahan gigi agar tetap
melekat pada gusi. Terdiri atas:
 Lapisan semen, merupakan pelindung akar gigi dalam gusi.
 Gusi, merupakan tempat tumbuh gigi.

2. Jenis gigi Berdasarkan masa pertumbuhan:


a. Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai usia 6 bulan. Jumlah terbanyak
20 buah.

3
b. Gigi tetap/permanen yaitu pengganti gigi susu yang berangsur-angsur
tanggal. Paling banyak berjumlah 32 buah.
Berdasarkan bentuk:
a. Gigi seri berfungsi menggigit ata memotong makanan
b. Gigi taring berfungsi merobek makanan
c. Geraham depan dan geraham belakang berfungsi mengunyah atau
melumatkan makanan.
Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali
mengalami kerusakan. Ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan
semestinya.

3. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus (Indri, 2009).

4. Kesehatan Gigi Pada Anak


Banyak orang tidak pernah membayangkan bahwa masalah gigi dan
mulut anak dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Infeksi gigi dan
mulut yang diderita anak akan membuatnya menjadi malas beraktivitas
dan akan mengganggu proses belajar.

5. Penyebab Kerusakan Gigi


Makanan yang dikonsumsi sembarangan akan mempengaruhi
kesehatan gigi. Terlalu banyak karbohidrat, baik gula misalnya, kue,
permen, susu, makanan dan minuman manis lainnya maupun tepung-
tepungan misalnya keripik kentang atau singkong dapat mengakibatkan
pengeroposan gigi. Seberapa lama karbohidrat menempel pada gigi adalah
penyebab utama pembusukan gigi, Permen coklat dan makan yang manis

4
adalah makanan yang paling sering mengancam kerusakan gigi. Sebagian
besar permen yang beredar saat ini adalah permen yang mengandung gula.
Jika dikonsumsi dengan cara yang tidak tepat maka dapat memberi
kesempatan bagi bakteri mulut untuk merusak gigi.
Mekanismenya adalah permen yang dikonsumsi oleh anak-anak
tersebut mengandung gula yang nantinya “memberi makanan” bagi bakteri
untuk berkembang merusak gigi. Tetapi tidak ada makanan yang perlu
dijauhi untuk mendapatkan gigi dan mulut yang sehat. Semua itu kembali
pada proses dan waktu, yang menjadi masalah dalam hal ini adalah sisa-
sisa makan yang masih menempel pada gigi. Memasuki usia sekolah,
resiko anak mengalami sakit gigi makin tinggi. Banyaknya jajanan di
sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, mengancam
kesehatan gigi anak.

Gambar 3. Gigi karies


Sumber : www.pdgi.com
6. Masalah gigi dan mulut membawa dampak pertumbuhan dan
perkembangan anak
Penyakit gigi dan mulut anak akan sangat berpengaruh pada proses
tumbuh kembang anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi, rasa sakit pada
gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan. Kemampuan belajar turun
sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar. Masalah gigi dan
mulut tidak masuk dalam daftar penyakit mematikan. Kodisi itulah yang

5
menyebabkan masyarakat mengesampingkan upaya mencegah bahkan
mengobati penyakit gigi dan mulut.
Sekolah maupun keluarga sebagai lingkungan terdekat anak sejak dini
harus mendidik anak untuk disiplin mengosok gigi minimal 2 kali sehari
sesudah makan dan sebelum tidur. Gigi harus dipandang sebagai aset
bukan hanya dicapai dari aspek kesehatan namun juga sebagai syarat
meraih masa depan yang menjanjikan. Provesi pilot maupun kemiliteran
selalu mensyaratkan gigi yang sehat. Karies pada anak akan membawa
dampak panjang dan tidak hanya dihubungkan dengan penyakit infeksi
akan tetapi berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya.

7. Kebersihan Gigi
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya,
debu, sampah, dan bau. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan
kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan
kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang
lain. Kebersihan badan salah satunya adalah menyikat gigi.
Konsep kebersihan diri harus mulai ditanamkan sedini mungkin. Salah
satu yang harus mulai dibiasakan adalah menyikat gigi dua kali sehari,
pagi dan malam hari. Kebiasaan ini wajib ditanamkan agar anak rajin
membersihkan gigi nya. Kegiatan menyikat gigi dua kali sehari, pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur, terbukti mengurangi kerusakan
gigi anak. Anak-anak selalu merasa kegiatan menyikat gigi tidak
menyenangkan. Rasa kantuk di malam hari juga menyebabkan anak
enggan menyikat giginya sebelum tidur. Oleh karena itu orangtua perlu
sabar dan konsisten dalam menanamkan kebiasaan menyikat gigi.

8. Menyikat Gigi
Kebiasaan adalah kegiatan yang sering dilakukan oleh seseorang.
Kebiasaan menyikat gigi dilakukan sebagai salah satu cara mencegah
terjadinya penyakit gigi dan mulut. Menyikat gigi 2 kali sehari pada pagi
sesudah makan dan malam sebelum tidur membuat nafas segar,

6
memperbaiki penampilan gigi, dan menghilangkan plak serta sisa
makanan dari permukaan gigi. Bila plak dibiarkan selama 24-48 jam, ia
dapat mengeras dan menimbulkan penyakit pada gusi dan akhirnya
menyebabkan gigi tanggal dan penyakit gigi lainya. (Indri, 2009)

9. Peran Orang Tua Dalam Membiasakan Anak Menyikat Gigi.


Peran serta orang tua sangat diperlukan dalam membimbing,
memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada
anak, agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu
orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar dalam mencegah
terjadinya penyakit gigi pada anak.
Menurut Keterangan pada laman pdgi.com, (2009). Pengetahuan orang
tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara
terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan
rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan perilaku yang tidak
mendukung kesehatan gigi dan mulut anak.
Sikat gigi adalah alat untuk membersihkan gigi yang berbentuk sikat
kecil dengan pegangan. Pasta gigi biasanya ditambahkan ke sikat gigi
sebelum menggosok gigi. Sikat gigi banyak jenisnya, dari yang bulunya
halus sampai kasar, bentuknya kecil sampai besar, dan berbagai desain
pegangan. Dokter gigi menganjurkan penggunaan sikat yang lembut
karena sikat keras dapat merusak lapisan enamel dan melukai gigi.
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi adalah dengan menyikat
gigi. Dengan menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga,
selain menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi dan penyakit gigi dan
gusi. Sikat gigi yang bagus adalah bulu sikat dan lebar kepala sikat. Untuk
bisa menjangkau daerah-daerah gigi bagian belakang, ukuran kepala sikat
gigi yang ideal adalah 35- 40 mm. Orang dewasa juga dianjurkan memakai
sikat gigi anak, karena ukurannya yang kecil akan membantu menjangkau
bagian gigi yang paling dalam.

7
2.2 Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan sesuatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Azwar,1983) dalam (Machfoedz, et al., 2005).
Tujuan penyuluhan kesehatan sendiri adalah mengubah perilaku
masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal, tentunya perubahan perilaku yang diharapakan setelah menerima
penyuluhan tidak dapat terjadi sekaligus (Herijulianti, 2002). Menurut
(Machfoedz, et al., 2005), Penyuluhan kesehatan merupakan proses
perubahan, yang bertujuan mengubah indifidu, kelompok dan masyarakat
menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar.
Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap dan
keterampilan melalui proses penyuluhan keseahatan. Adapun tujuan
penyuluhan jangka panjang adalah terciptanya perilaku sehat dan tujuan
jangka menengah adalah terciptanya pengertian, sikap, norma, dan
sebagainya. Sedangkan tujuan jangka pendek ialah tentang jangkauan
kelompok sasaran atau bisa juga menyangkut terlaksananya kegiatan-
kegiatan penyuluhan.

2.3 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan umumnya datang
dari pengalaman sendiri, guru, orang tua, teman, buku atau surat kabar.
Pengetahuan yang diperoleh benar atau tidak apabila kita dapat menelusurinya
sendiri (WHO, 1992).

8
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu ; 1) Tahu (know), 2) Memahami (comprehension), 3) Aplikasi
(application), 4) Analisis (analysis), 5) Sintesis (synthesis), 6) Evaluasi
(evaluation). Tahu (know) artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya,
misalnya dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada
anak balita.
Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. Aplikasi
(application) artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain, misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving
cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
atau dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

9
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada, misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi,
dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-
sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
2.4 Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan.
Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance).
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit
serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan
sehat. Perlu dijelaskan disini bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan
relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya
mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi. Makanan dan minuman dapat memelihara serta
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi juga sebaliknya dapat
menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang
terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan (Health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada
saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan.
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak

10
mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana
seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu
kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya. Misalnya mengelola
pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan
limbah dan sebagainya.

2.5 Perubahan Perilaku dan Indikatornya


Menurut Notoatmojo (2007), perubahan atau adopsi perilaku baru adalah
suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama.
Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap, yaitu :
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu
terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
keluarganya. Indicator-indikator apa yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :
 Penyebab penyakit
 Gejala atau tanda-tanda penyakit
 Bagaimana cara penularan atau kemana mencari pengobatan
 Bagaimana cara penularannya
 Bagaimana cara pencegahan termasuk imunisasi dan sebagainya.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup
sehat, meliputi :
 Jenis-jenis makanan yang bergizi
 Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya
 Pentingnya olahraga bagi kesehatan
 Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuiman keras,
narkoba dan sebagainya.
 Pentingnya isterahat yang cukup, relaksasi, rekreasi dan
sebagainya
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
 Manfaat air bersih
 Cara-cara pembuangan limbah yang sehat termasuk pembuangan
kotoran yang sehat dan sampah.
 Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

11
 Akibat polusi (polusi air, udara dan tanah) bagi kesehatan dan
sebagainya.
2. Sikap
Telah diuraikan diatas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa
pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah
masalah kesehatan termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui
stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap
terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator
untuk sikap juga sejalan dengan pengetahuan kesehatn seperti di atas,
yakni :
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit, adalah bagaimana penilaian atau
pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit,
penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, penilaian atau
pendapat seseorang terhadap cara-cara (berperilaku) hidup sehat.
Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan,
minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup, dan
sebagainya.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan, adalah pendapat atau penilaian
seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan
limbah, polusi dan sebagainya.
3. Praktek atau Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik
(practice) kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt
behavior). Oleh sebab itu indicator praktek kesehatan juga mencakup hal-
hal tersebut diatas, yakni :
a. Tindakan (prakti) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup : a) pencegahan penyakit,
mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi
seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja ditempat
yang berdebu dan sebagainya, b) penyembuhan penyakit, misalnya :

12
minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter,
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat dan sebagainya.
b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur,
tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba dan
sebagainya.
c. Tindakan (praktik) kesehatan kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jamban
(WC), membuang sampah ditempat sampah, menggunakan air bersih
untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya.

2.6 Perilaku Menyikat Gigi Yang Baik dan Benar


Menyikat adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membersihkan gigi
dengan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung fluoride.
Menyikat gigi bertujuan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan,
mencegah dan membersihkan plak, membersihkan pewarnaan yang menempel
pada permukaan gigi, mengaplikasikan pasta gigi yang mengandung fluor
pada gigi serta memijat gusi.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi yaitu :


1. Bentuk sikat gigi yang baik.
Bentuk sikat gigi yang baik untuk digunakan adalah bulu sikat gigi lembut
dan datar serta kepala sikat gigi ramping, sehingga mudah mencapai
daerah paling belakang. Bulu sikat gigi yang keras dapat merusakkan gigi
dan gusi, sedangkan kepala sikat gigi yang lebar akan sulit menjangkau
daerah paling belakang.

2. Frekuensi menyikat gigi dalam sehari.


Menyikat gigi sebaiknya dilakukan secara teratur 2 kali sehari yaitu pagi
sesudah makan dan malam sebelum tidur menggunakan pasta gigi

13
berfluoride dengan tekanan yang ringan dan gerakan yang lembut. Pasta
gigi berperan penting dalam membersihkan dan melindungi gigi dari
kerusakan karena pasta gigi mengandung fluoride. Penggunaan pasta
gigi tidak perlu berlebihan karena yang terpenting dalam
membersihkan gigi adalah cara menyikat gigi.

3. Cara menyikat gigi yang benar.


Menyikat gigi yang benar harus dapat membersihkan semua permukaan
gigi agar bebas dari plak. Menyikat gigi yang terlalu cepat tidak akan
efektif membersihkan plak. Menyikat gigi dengan tekanan yang ringan
dan gerakan yang lembut sudah dapat membersihkan plak karena plak
hanya lapisan lunak. Menyikat gigi dengan tekan terlalu kuat dan gerakan
yang cepat akan merusakkan gigi dan gusi. Menyikat gigi yang tepat
dibutuhkan waktu minimal 2 menit. Semua permukaan gigi harus disikat
sebanyak 5-10 kali gerakan dengan cara sebagai berikut :
a. Permukaan gigi yang menghadap ke bibir dan pipi untuk rahang atas
disikat dengan gerakan searah ke bawah dan rahang bawah dengan
gerakan searah ke atas.

b. Permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke langit-langit


disikat dengan gerakan searah ke bawah.

14
c. Permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit-langit disikat
dengan gerakan menarik ke bawah.

d. Permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke lidah


disikat dengan gerakan searah ke atas.

e. Permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke lidah disikat


dengan gerakan menarik ke atas.

f. Semua dataran pengunyah pada gigi rahang atas dan rahang bawah disikat
dengan gerakan maju mundur.

4. Cara memelihara sikat gigi setelah digunakan.


Kebersihan sikat gigi harus diperhatikan karena sikat gigi adalah
salah satu sumber menempelnya bakteri. Cara pemeliharaan sikat gigi
yang baik setelah digunakan adalah dicuci bersih dan disimpan di tempat
yang kering dengan kepala sikat gigi menghadap ke atas agar bulu sikat
gigi cepat kering karena bakteri sangat menyukai tempat yang lembab.
Gantikan sikat gigi 3-4 bulan sekali atau jika bulu sikat gigi sudah rusak.
Sikat gigi yang terlalu lama tidak diganti dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya bakteri. Apabila kerusakan sikat gigi terjadi sebelum
berusia 3 bulan merupakan tanda bahwa kita menyikat gigi dengan
tekanan terlalu kuat.

15
2.6 Media Promosi Kesehatan
1. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan
sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan
penyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan adalah semua sarana
atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik
(TV, radio, komputer, dan lain-lain) dan media luar ruang, sehingga
sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat
berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya. Adapun tujuan
media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2005) :
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
g. Memperlancar komunikasi.
2. Jenis Media Promosi Kesehatan
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)
1) Bahan bacaan : Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet,
majalah, buletin, dan sebagainya.
2) Bahan peragaan : Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan,
slide, film, dan seterusnya.
b. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan
dikelompokkan menjadi:
1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-
pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi utama

16
media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur. Adapun
macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat
kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.
 Kelebihan media cetak diantaranya adalah : a) Tahan lama, b)
Mencakup banyak orang, c) Biaya tidak tinggi, d) Tidak perlu
listrik, e) Dapat dibawa ke mana-mana, f) Dapat mengungkit
rasa keindahan, g) Meningkatkan gairah belajar.
 Kelemahan media cetak yaitu : a) Media ini tidak dapat
menstimulir efek suara dan efek gerak, b) Mudah terlipat
(Notoatmodjo, 2005).
2) Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat
bantu elektronika. Adapun macam-macam media tersebut adalah
TV, radio, film, video film, cassete, CD, VCD.
 Kelebihan media elektronika diantaranya : a) Sudah dikenal
masyarakat, b) Mengikutsertakan semua panca indra, c) Lebih
mudah dipahami, d) Lebih menarik karena ada suara dan
gambar bergerak, e) Bertatap muka, f) Penyajian dapat
dikendalikan, g) Jangkauan relatif lebih besar, h) Sebagai alat
diskusi dan dapat diulang-ulang.
 Kelemahan media elektronika diantaranya : a) Biaya lebih
tinggi, b) Sedikit rumit, c) Perlu listrik, d) Perlu alat canggih
untuk produksinya dan persiapan matang, e) Peralatan selalu
berkembang dan berubah serta perlu keterampilan
penyimpanan, f) Perlu terampil dalam pengoperasian
(Notoatmodjo, 2005).
3) Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di
luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika
secara statis, misalnya: Papan reklame yaitu poster dalam ukuran
besar yang dapat dilihat secara umum di perjalanan, spanduk yaitu
suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat
di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan
dipasang di suatu tempat yang strategi agar dapat dilihat oleh

17
semua orang, pameran, banner dan TV layar lebar (DEPKES RI,
2006).
 Kelebihan media luar ruang diantaranya : a) Sebagai informasi
umum dan hiburan, b) Mengikutsertakan semua panca indra, c)
Lebih mudah dipahami, d) Lebih menarik karena ada suara dan
gambar bergerak, e) Bertatap muka, f) Penyajian dapat
dikendalikan, g) Jangkauan relatif lebih besar, h) Dapat
menjadi tempat bertanya lebih detail, i) Dapat menggunakan
semua panca indra secara langsung, dan lain-lain.
 Kelemahan media luar ruang diantaranya : a) Biaya lebih
tinggi, b) Sedikit rumit, c) Ada yang memerlukan listrik, d) Ada
yang memerlukan alat canggih untuk produk¬smya, e) Perlu
persiapan matang, f) Peralatan selalu berkembang dan berubah,
g) Perlu keterampilan penyimpanan, h) Perlu keterampil dalam
pengoperasian (DEPKES RI, 2006).
3. Rancangan Pengembangan Media
Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model
intervensi yang menjelaskan beberapa komponen utama, yaitu :
a. Menetapkan tujuan
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa
datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan tertentu
(Notoatmodjo,2005).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus :
1) Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-angan.
2) Jelas dan dapat diukur.
3) Apa yang akan diukur.
4) Siapa sasaran yang akan diukur.
5) Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.
6) Berapa lama dan di mana pengukuran dilakukan.
Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media
promosi kesehatan dan dalam merancang evaluasi. Jika tujuan yang
ditetapkan tidak jelas dan tidak operasional maka program menjadi
tidak fokus dan tidak efektif (Notoatmodjo,2005).
b. Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran
yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi
kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pelayanan yang sebaik-

18
baiknya dan memberikan kepuasan pada masing-masing segmen.
Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan
produk. Selain itu juga dapat menghitung jenis media dan
menempatkan media yang mudah diakses oleh khalayak sasaran.
Sebelum media promosi kesehatan diluncurkan hendaknya perIu
mengumpulkan data sasaran seperti : 1) Data karakteristik perilaku
khalayak sasaran, 2) Data epidemiologi, 3) Data demografi, 4) Data
geografi, 5) Data psikologi (Notoatmodjo,2005).
c. Mengembangkan posisioning pesan
Posisioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu
produk perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka
yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya. Posisioning bukan
sesuatu yang dilakukan terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan
terhadap otak calon konsumen atau khalayak sasaran. Hal ini bukan
strategi produk tetapi strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan
bagaimana calon konsumen menempatkan produk kesehatan di dalam
otaknya (Notoatmodjo,2005).
d. Menentukan strategi posisioning
Pada prinsipnya seseorang yang ingin melakukan kegiatan posisioning
memerlukan suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam
memandang produk dan pasar yang tengah diusahakan. Langkah-
langkah yang perlu dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
1) Identifikasi para pesaing.
Tujuannya adalah melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing
yang ada di masyarakat.
2) Persepsi konsumen.
Tujuannya adalah memperoleh sejumlah atribut yang dianggap
penting oleh khalayak sasaran.
3) Menentukan posisi pesaing.
Mengetahui posisi yang diduduki oleh pesaing dilihat dari berbagai
sudut pandang.
4) Menganalisis preferensi khalayak sasaran.
Mengetahui posisi yang dikehendaki oleh khalayak sasaran
terhadap suatu produk tertentu.
5) Menentukan posisi merek produk sendiri.
Penentuan posisi merek yang akan kita jual harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : analisis ekonomi,

19
komitmen terhadap segmen pasar, jangan mengadakan perubahan
yang penting, pertimbangkan simbol-simbol produk.
6) Ikuti perkembangan posisi.
Secara bersekala posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali
apakah masih cocok dengan keadaan.
e. Memilih Media Promosi Kesehatan.
Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan
di sini adalah :
1) Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan
pada selera pengelola program.
2) Media yang djpilih harus memberikan dampak yang luas.
3) Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.
4) Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan, frekuensi dan efektifitas pesan (DEPKES
RI, 2006).

BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Bentuk Kegiatan


Kegiatan dilakukan di ruang tunggu Puskesmas Wanasari berupa
penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan dimulai pada pukul
07.30 WIB dihadiri kurang lebih 20 orang yang hendak berobat di puskesmas
dengan metode penyuluhan kuantitatif dengan cara menerangkan materi
kepada peserta penyuluhan dan disajikan dengan menggunakan powerpoint,
dilanjutkan dengan tanya jawab yang berkaitan dengan materi agar peserta
penyuluhan dapat memahami materi yang telah disampaikan dan dapat
berbagi ilmu kepada keluarga maupun teman dengan apa yang mereka dapat
dari penyuluhan tersebut. Pemateri juga menyediakan reward bagi peserta
yang tahu jawaban atas pertanyaan yang disampaikan pemateri sehingga
peserta penyuluhan lebih merasa semangat dan dihargai.

3.2. Sasaran Kegiatan

20
Sasaran kegiatan dari penyuluhan ini adalah seluruh pengunjung
Puskesmas Wanasari yang hendak berobat baik perempuan atau pria, terutama
yang memiliki masalah pada gigi dan akan berobat ke poli gigi..

3.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 7 september 2017
Waktu : 07.30 – 08.00 WIB
Tempat : Ruang tunggu Puskesmas Wanasari

BAB IV
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Hasil Pelaksanaan


Kegiatan penyuluhan dimulai pada jam 07.30 – 08.00 pada hari Senin
di ruang tunggu Puskesmas Wanasari. Peserta penyuluhan yang sudah berada
di puskesmas dipersilahkan mengisi daftar hadir yang disediakan. Peserta
yang hadir terdiri dari segala jenjang umur yang hendak berobat di Puskesmas
Wanasari. Materi penyuluhan meliputi bagaimana cara menjaga kesehatan
gigi dan mulut, faktor risiko, penyebab, tanda, gejala dan bahaya. Adapun
beberapa permasalahan yang ditemukan pada penyuluhan ini yaitu waktu
yang tersedia kurang karena harus selesai tepat jam 08.00 dimana pelayanan
dimulai dan banyak perhatian pengunjung yang terpecah untuk berburu-buru
mendaftar ketika waktu pelayanan hampir dimulai.

4.2. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


Dalam pelaksanaan penyuluhan perlu dipertimbangkan waktu, materi,
sasaran, metode yang dilakukan serta sarana dan prasarana yang digunakan.
Pemilihan waktu yang tepat serta penyediaan sarana yang memadai dan tepat
guna akan membuat penyuluhan menjadi lebih efektif, untuk itu diperlukan

21
pertimbangan mengenai waktu yang tepat dan tempat yang nyaman agar
tujuan yang dimaksud dalam penyuluhan tersampaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., 2004, Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah,


Dirjen Yan Medik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

-------------, 2008, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Herjulianti, E.; Indriani, T.S.; Artini, S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC,
Jakarta.

Kemenkes RI., 2012, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Di SMP dan SMA
atau Sederajat, Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.

Kemenkes RI., 2012, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Di SMP dan SMA
atau Sederajat, Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.

Machfoedz, I.; Suryani, E ; Sutrisno ; Santoso, S., 2005, Pendidikan Kesehatan


Bagian dari Promosi Kesehatan, Fitramaya, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta.

Notoatmodjo, S.; Hassan, A.; Hadi, E. N.; Krianto, T., 2012, Promosi Kesehatan
Di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta.

Tarigan, R., 1990, Karies Gigi, Hipokrates, Jakarta.

22
Sariningsih, E., 2012, Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini, Kompas Gramedia,
Jakarta.

Sriyono, N.W., 2007, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Cetakan


Kedua Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

WHO., 1992, Pendidikan Kesehatan; Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar


(terj.), ITB, Bandung.

http://maintainingourhealth.blogspot.com/2013/07/cara-menggosok-gigi-yang-
benar.html, diunduh 04/07/2014.

Princeskalem., 2012, http://princeskalem.blogspot.com/2012/01/menggunakan-


dan-memproduksi-materi.html, diunduh 04/07/2014.

http://kesmas-unsoed.info/2011/06/media-promosi-kesehatan.html, diunduh
04/07/2014.

23

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • LML NM
    LML NM
    Dokumen6 halaman
    LML NM
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Jhio
    Jhio
    Dokumen3 halaman
    Jhio
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • KLNMKL
    KLNMKL
    Dokumen3 halaman
    KLNMKL
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Jhiojgjk
    Jhiojgjk
    Dokumen12 halaman
    Jhiojgjk
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • KNKL M
    KNKL M
    Dokumen3 halaman
    KNKL M
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Data Absensi Presentasi Kasus
    Data Absensi Presentasi Kasus
    Dokumen1 halaman
    Data Absensi Presentasi Kasus
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Juyrjmyu
    Juyrjmyu
    Dokumen2 halaman
    Juyrjmyu
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • KN KL
    KN KL
    Dokumen24 halaman
    KN KL
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Juyrjmyu
    Juyrjmyu
    Dokumen2 halaman
    Juyrjmyu
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Juyrjmyu
    Juyrjmyu
    Dokumen2 halaman
    Juyrjmyu
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Jugukj
    Jugukj
    Dokumen2 halaman
    Jugukj
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • JNKLN
    JNKLN
    Dokumen23 halaman
    JNKLN
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Juyrjmyu
    Juyrjmyu
    Dokumen2 halaman
    Juyrjmyu
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Jugukj
    Jugukj
    Dokumen2 halaman
    Jugukj
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Juyrjmyu
    Juyrjmyu
    Dokumen2 halaman
    Juyrjmyu
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • KN KL
    KN KL
    Dokumen24 halaman
    KN KL
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • JHKGJK
    JHKGJK
    Dokumen1 halaman
    JHKGJK
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Sesi Tanya Jawab Penyuluhan
    Sesi Tanya Jawab Penyuluhan
    Dokumen1 halaman
    Sesi Tanya Jawab Penyuluhan
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • HJBJK
    HJBJK
    Dokumen4 halaman
    HJBJK
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Ugoiughb
    Ugoiughb
    Dokumen2 halaman
    Ugoiughb
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • KN KL
    KN KL
    Dokumen24 halaman
    KN KL
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Juyrjmyu
    Juyrjmyu
    Dokumen2 halaman
    Juyrjmyu
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Jhio
    Jhio
    Dokumen3 halaman
    Jhio
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • KLBHKL
    KLBHKL
    Dokumen1 halaman
    KLBHKL
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • HFHJ
    HFHJ
    Dokumen1 halaman
    HFHJ
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat
  • HJBJK
    HJBJK
    Dokumen4 halaman
    HJBJK
    Dhisa Zainita Habsari
    Belum ada peringkat