Anda di halaman 1dari 19

VIRUS

1) MENINGITIS VIRUS

Meningitis adalah infeksi meninges yang membran yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang.

Apakah meninges?
Meninges adalah 3 lapisan jaringan ikat. Mereka terdiri dari pia mater (terdekat ke organ-
organ sistem saraf pusat), arachnoid dan dura mater (terjauh dari otak dan sumsum tulang
belakang).
Mereka juga termasuk pembuluh darah dan berisi Cairan serebrospinal. Ini adalah struktur
yang terlibat dalam meningitis, peradangan meninges, yang, jika parah, mungkin menjadi
ensefalitis, radang otak.

Apa itu meningitis?


Meningitis adalah infeksi meninges. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, dan
mengarah ke meninges menjadi meradang (bengkak). Ini dapat menyebabkan kerusakan
serius pada saraf, otak dan sumsum tulang belakang.
Gejala meningitis
Meningitis umumnya:
 sakit kepala parah
 muntah
 demam tinggi
 kekakuan leher
 sensitivitas dan mata sakit pada paparan cahaya
 ruam kulit
 Gejala dapat berbeda dalam anak-anak dan bayi.

Jenis meningitis
Meningitis mungkin disebabkan oleh bakteri dan virus dan kedua jenis memiliki beberapa
fitur khas. Penyakit meningococcal adalah menular yang menyebabkan kematian pada anak
usia dini.

Bakteri meningitis
Bakteri meningitis sangat serius dan harus diperlakukan sebagai darurat medis. Diobati ini
mungkin menyebabkan kerusakan otak yang parah dan menginfeksi darah yang
menyebabkan septicimeia. Bakteri menularkan yang paling umum adalah bakteri
meningitidis Neisseria.
Tahun 2008 dan 2009 di Inggris dan Wales melihat kasus 1.166 meningitis karena bakteri ini.
Namun, dengan vaksinasi sukses melawan bakteri ini juga dikenal sebagai meningococcal
bakteri jumlah kasus telah menurun. Namun, ada saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah
meningococcal Grup B penyakit, yang merupakan penyebab paling umum bakteri meningitis
di Inggris.
Meningitis bakteri paling umum pada anak-anak yang berada di bawah usia lima tahun dan
sering hidup mengancam pada bayi di bawah usia satu. Hal ini juga umum di kalangan
remaja berusia 15-19 tahun. Dari semua kasus sekitar 15% adalah bakteri meningitis dan
25% mungkin terwujud dengan septicaemia. 60% Dari kasus keduanya bisa hadir bersama-
sama.

Meningitis virus
Virus meningitis adalah lebih umum tetapi kurang parah jenis meningitis. Jumlah kasus sulit
untuk memperkirakan karena gejala mirip dengan serangan flu. Virus meningitis paling
umum pada anak-anak dan lebih luas selama musim panas.

Siapa yang mendapat meningitis?


Meningitis dapat mempengaruhi orang-orang dari semua kelompok umur. Bayi dan anak-
anak dan orang tua beresiko namun lebih. Virus meningitis adalah penyebab paling umum
dari kondisi. Setiap tahun sekitar 2.500 kasus bakteri meningitis, dan hampir 5.000 kasus
virus meningitis, terjadi di Inggris.
Orang-orang paling beresiko terkena meningitis termasuk:
 mereka yang memiliki pleuroperitoneal CSF ditempatkan dalam otak mereka untuk
patologi lain
 orang-orang dengan cacat di dura
 menggunakan prosedur tulang belakang (misalnya tulang belakang anestesi)
 penderita diabetes
 mereka dengan bakteri Endokarditis
 alkoholisme dan hati sirosis
 penyalahgunaan narkoba suntikan
 ginjal ketidakcukupan
 Thalassemia
 cystic fibrosis
 hipoparatiroidisme
 splenectomy
 sabit cell penyakit dll.
Berkerumun (misalnya sekolah, perawatan hari, merekrut militer dan mahasiswa)
menimbulkan risiko meningitis.

Prognosis atau hasil


Meningitis virus biasanya membaik dalam beberapa minggu tetapi bakteri meningitis
kebutuhan pengobatan agresif.
Bakteri meningitis perlu diobati dengan antibiotik, ke rumah sakit dan bahkan masuk ke unit
perawatan intensif.
Meningococcal penyakit (kombinasi meningitis dan septicaemia) menyebabkan kematian
dalam sekitar 10 kasus. Meskipun obat beberapa anak mungkin terus mengembangkan
komplikasi, seperti pendengaran, setelah bakteri meningitis. Pencegahan adalah oleh
lengkap vaksinasi terhadap infeksi.
2) H1N1 FLU

Virus H1N1 sejatinya hanya mengenai babi, tetapi karena adanya mutasi maka virus ini
berubah sifat sehingga mampu menginfeksi manusia. Parahnya lagi, tidak seperti virus flu
burung (H5N1) yang tidak ditularkan dari manusia ke manusia, virus flu babi H1N1 dapat
menyebar dari orang ke orang.
Penularan dari babi ke manusia terjadi karena adanya kontak dengan babi yang terinfeksi
atau kontak dengan benda-benda yang telah terkontaminasi. Sedangkan penularan dari
manusia ke manusia hampir sama dengan cara penularan flu biasa, yaitu melalui batuk atau
bersin. Manusia juga dapat terinfeksi karena menyentuh benda yang telah terkontaminasi
virus flu babi dari dari orang lain, kemudian memegang mulut atau hidungnya. Virus swine
influenza tidak ditularkan melalui makanan. Memasak makanan sampai suhu 160°F akan
mematikan virus ini.
Dahulu CDC menerima laporan hanya 1-2 kasus flu ini setiap 1 sampai 2 tahun. tetapi sejak
Desember 2005 s/d Februari 2009, 12 kasus telah dilaporkan. Bahkan dalam bulan April
2009 dilaporkan terjadi kejadian luar biasa (out break).
Gejala
Gejala flu babi hampir sama dengan flu biasa, yaitu demam, lesu, kurang semangat, dan
batuk. Selain itu juga dapat dijumpai gejala meler dari hidung, radang tenggorokan, mual,
muntah, dan diare. Pada tahap lanjut, dapat dijumpai sesak napas. Kematian biasanya
terjadi akibat adanya kegagalan pernapasan.
Pada babi yang terkena virus H1N1, gejala biasanya berupa peningkatan suhu tubuh,
depresi, batuk, keluar cairan dari hidung atau mata, bersin, susah bernapas, mata merah,
dan tidak mau makan.
Untk mendiagnosis infeksi flu babi/swine influenza, dibutuhkan spesimen dari saluran nafas
dalam 4-5 hari pertama. Spesimen ini kemudian diperiksakan di laboratorium.

Pengobatan
Obat flu babi sama dengan obat yang digunakan untuk flu biasa atau flu burung. CDC
merekomendasikan obat antivirus oseltamivir (Tamiflu) atau zanamivir. Hanya saja, obat ini
lebih efektif jika diberikan pada tahap dini perjalanan penyakit, saat kerusakan pada sel
paru-paru belum terlalu parah.
Ada 4 macam obat antivirus yang beredar di AS untuk mengobati influenza: amantadine,
rimantadine, oseltamivir san zanamivir. Pada umunya virus flu babi/swine influenza masih
mempan dengan obat2 ini. Tetapi hasil isolasi virus swine terbaru dari manusia didapatkan
resisten terhadap amantadine dan rimantadine. Sehingga saat ini obat yang dianjurkan
untuk mengobati flu babi/swine influenza adalah oseltamivir atau zanamivir.

Pencegahan
Belum ada vaksin yang dapat melindungi manusia agar tidak terkena flu babi. Oleh karena
itu, langkah pencegahan untuk membatasi penularan sangat penting. Berikut tindakan yang
perlu diambil untuk mengurangi risiko penularan jika Anda sedang berada di daerah wabah
flu babi :
Menutup hidung dan mulut dengan tissue saat batuk atau bersin. Membuang tissue ke
tempat sampah setelah digunakan.
Mencuci tangan dengan sabun dan air, terutama setelah batuk atau bersin. Tissue yang
mengandung alkohol juga dapat digunakan.
Menghindari kontak erat dengan orang yang sakit flu.
Jika sakit, hendaknya tetap berada di rumah, tidak pergi bekerja atau ke sekolah, agar tidak
menginfeksi orang lain.
Menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut. Virus menular lewat bagian tubuh
tersebut.
JAMUR
1) HISTOPLASMOSIS

Histoplasmosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma
capsulatum, yang terutama menyerang paru – paru tetapi kadang – kadang bisa menyebar
ke bagian tubuh yang lain

Penyebab
Jamur Histoplasma capsulatum

Histoplasma capsulatum adalah saprofit tanah dimorfik yang menyebabkan histoplasmosis,


infeksi mikotik di paru yang sering terjadi pada manusia dan hewan. Di alam, H.
capsulatum tumbuh sebagai kapang berhubungan dengan tanah dan habitat burung,
diperkaya oleh substrat alkali nitrogen pada kotoran hewan.H. capsulatum dan histoplasma
dan histoplasmosis, yang dimulai dengan inhalasi konidia, terjadi di seluruh dunia. Namun
insidennya sangat bervariasi dan kebanyakan kasus terjadi di Amerika Serikat. H.
capsulatum mendapatkan nama tersebut dari gambaran sel ragi pada potongan
histopatologik; namun, baik protozoa maupun saprofit tersebut tidak mempunyai kapsul.
Gejala
1) Hitoplasmosis akut
Gejala jenis ini jarang bersifat fatal, dimana gejala yang terjadi adalah sakit demam dan
batuk. Biasanya timbul selama 3-21 hari setelah menghisap spora dari jamur tersebut.
Kemudian jika tidak diobati akan menghilang selama 2 minggu, namun kadang bisa
menetap sampai 6 minggu.
2) Hitoplasmosis diseminata progesif
Gejalanya hati,limpa, dan kelenjar getah bening membesar. Kadang juga akan
menyebabkan ulkus (luka terbuka) di mulut dan saluran pencernaan. Ada juga yang
mengalami gangguan kelenjar adrenal yang menimbulkan penyakit Addison. Biasanya
terjadi pada anak-anak dan penderita gangguan system kekebalan..
3) Hitoplasmosis kavitasi kronis
Gejalanya penurunan berat badan, malaise (merasa tidak enak badan) dan demam
ringan. Gejala ini juga merupakan infeksi paru yang bertahap dan menyebabkan batuk
dan sesak nafas, tetapi akan pulih dalam 2-6 bulan. Sebaliknya dapat juga bertambah
parah dengan gangguan pernapasan yang bertambah buruk dan batuk darah, akhirnya
dapat berujung pada kematian.
Penderita infeksi Histoplasmosis dapat diobati dengan 2 cara yaitu dengan induksi: terapi
awal untuk infeksi akut dan pemeliharaan: terapi terus menerus untuk mencegah kambuh.
Histoplasmosis biasanya harus diobat pada awal dengan obat yang cukup manjur,
amfoterisin B, yang juga menimbulkan efek samping yang parah. Setelah pengobatan awal,
terapi harus diteruskan seumur hidup dengan itrakonazol, atau sehingga sistem kekebalan
tubuh menjadi pulih.

Diagnosis
Epidemiologi
H. capsulatum tumbul di tanah yang kaya dengan nitrat seperti tanah daerah-daerah yang
sangat terkontaminasi dengan tetesan-tetesan burung atau kayu yang lapuk. Spora jamur
sering dibawa sayap burung. Wabah histoplasmosis setempat telah dilaporkan setelah
aerosolisasi mikrokonidia dengan pembangunan pada daerah yang sebelumnya ditempati
oleh tempat burung starling atau kandang ayam atau oleh potongan-potongan kayu yang
lapuk. Tidak seperti burung, kelelawar secara aktif terinfeksi dengan histoplasma. Wabah
histoplasmosis setempat juga telah dilaporkan setelah pemajanan yang kuat pada kelelawar
guano di gua-gua dan sepanjang jembatan yang sering didatangi oleh kelelawar.

Patogenesis dan Patologi


Inhalasi mikrokonidia merupakan stadium awal infeksi manusia. Konidia mencapai alveoli,
bertunas, dan berproliferasi sebagai ragi. Infeksi awal adalah bronkopneumonia. Ketika
lesi paruawal bertambah usianya. terbentuk sel raksasa disertai dengan pembentukan
granuloma dan nekrosis sentral. Pada saat pertumbuhan spora, sel ragi masuk ke dalam
sistem retikuloendotelial melalui sistem limfatik paru dan limfonodi hilus. Penyebaran
dengan keterlibatan limpa khas menyertai infeksi paru primer. Pada hospes normal, respons
imun timbul pada sekitar 2 minggu. Lesi paru awal sembuh dalam 2 sampai 4 bulan tetapi
dapat mengalami kalsifikasi menyerupai kompleks Ghon tuberkulosis, atau mungkin
ditemukan kalsifikasi buckshot yang melibatkan parudan limpa. Tidak seperti tuberkulosis,
reinfeksi dengan H. capsulatum terjadi dan dapat menimbulkan respons hospes yang
berlebihan pada beberapa kasus.

Pengobatan
Pencegahan
2) CRYPTOCOCCUS NEOFORMANS

Kriptokokosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans,


infeksi ini secara luas ditemukan di dunia dan umumya dialami oleh penderita dengan
sistem imun yang rendah. Munculan klinis terutama adalah meningitis dan
meningoensefalitis yang dikenal dengan kriptokokal meningitis. Sejalan dengan infeksi HIV
yang menjadi pandemi, kriptokokosis sebagai infeksi oportunistik juga semakin berkembang
di dunia. Kriptokokal meningitis merupakan infeksi oportunistik kedua paling umum yang
terkait dengan AIDS di Afrika dan Asia Selatan dengan kejadian kriptokokosis 15%-30%
ditemukan pada pasien dengan AIDS. Tanpa pengobatan dengan antifungal yang spesifik,
mortalitas dilaporkan 100% dalam dua minggu setelah munculan klinis kriptokokosis
dengan meningoensefalitis pada populasi terinfeksi HIV. Di Indonesia, sebelum pandemi
AIDS kasus kriptokokosis jarang dilaporkan. Sejak tahun 2004, seiring dengan pertambahan
pasien terinfeksi HIV, Departemen Parasitologi FKUI mencatat peningkatan insidensi
kriptokokal meningitis pada penderita AIDS yaitu sebesar 21,9%. Faktor yang terkait
dengan virulensi Cryptococcus neoformans adalah adanya kapsul polisakarida, produksi
melanin dan sifat thermotolerance. Imunitas yang dimediasi oleh sel memiliki peranan
penting dalam pertahanan pejamu terhadap Cryptococcus. Pemeriksaan laboratorium
penunjang untuk diagnosis adalah pemeriksaan mikroskopis langsung menggunakan tinta
India, deteksi antigen, metode enzyme immunoassay, kultur, dan metode molekular.
Pendahuluan
Kriptokokosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans.
Infeksi ini secara luas ditemukan di dunia dan umumnya dialami oleh penderita dengan
sistem imun yang rendah, seperti penderita human immunodeficiency virus/acquired
immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS), pasien dengan pengobatan kortikosteroid jangka
panjang, transplantasi organ, dan keganasan limforetikuler. Infeksi oleh Cryptococcus
neoformans terutama menyebabkan meningitis dan meningoensefalitis pada orang yang
terinfeksi HIV/AIDS didiagnosis sebagai kriptokokal meningitis.Lima sampai sepuluh persen
orang yang terinfeksi HIV menderita kriptokokosis, insidensi tahunan penyakit ini adalah
0,4-1,3 kasus perseratus ribu orang pada populasi umum, 2-7 kasus perseribu pasien AIDS,
dan 0,3-5,3 kasus perseratus pasien yang menjalani transplantasi. Kriptokokal meningitis
adalah manifestasi klinis yang paling sering ditemukan merupakan infeksi oportunistik
kedua paling umum yang terkait dengan AIDS di Afrika dan Asia Selatan dengan kejadian
kriptokokosis 15%-30% ditemukan pada pasien dengan AIDS. Tanpa pengobatan dengan
antifungal yang spesifik, mortalitas dilaporkan 100% dalam dua minggu setelah munculan
klinis kriptokokosis dengan meningoensefalitis pada populasi terinfeksi HIV. Cryptococcus
dikenal dengan istilah sleeping giant yang sekarang dibangunkan oleh pandemi AIDS. Di
Indonesia, sebelum pandemi AIDS kasus kriptokokosis jarang dilaporkan. Sejak tahun 2004,
seiring dengan pertambahan pasien terinfeksi HIV, Departemen Parasitologi FKUI mencatat
peningkatan insidensi kriptokokal meningitis pada penderita AIDS yaitu sebesar 21,9%.
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta pada tahun 2006 mendiagnosis dua kasus pasien dengan
kriptokokosis paru. Di Bandung, Akhmad tahun 2008 melaporkan 30% pasien AIDS dengan
gangguan sistem saraf pusat terbukti menderita meningitis Cryptococcus. Di Padang kasus
penderita AIDS dengan kriptokokosis yang dilaporkan adalah ditemukannya pertama kali
satu kasus di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
tahun 2007.
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Subphylum : Basidiomycotina
Class : Urediniomycetes
Order : Sporidiales
Family : Sporidiobolaceae
Genus : Filobasidiella (Cryptococcus)
Species : Cryptococcus neoformans

Scientific name : Cryptococcus neoformans


Synonym : Filobasidiella neoformans
Other names : Filobaxidiella neoformans
Morfologi
Ukuran diameter yeast 4-6 µm dengan kapsul berukuran 1-30 µm

Siklus Hidup
Penyakit yang ditimbulkan
Jamur ini paling dikenal sebagai penyebab utama meningitis jamur dan merupakan
penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas pasien dengan gangguan imunitas.
1. Penyebaran
Penyebaran jamur ini ada di seluruh dunia. Namun karena jamur ini bersifat
opportunistic, maka jamur ini dapat menyerang seseorang yang system imunnya
menurun sehingga menjadi penyebab infeksi opportunistic pada pasien AIDS.
2. Penularan
Cryptococcus neofarmans dapat ditemukan pada kotoran burung (terutama merpati),
tanah, binatang juga pada kelompok manusia (colonized human).
3. Gejala
Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu, meningitis
kronis,vaskulitis dan invasi parenkimal pada infeksi Cryptococcal jaringan otak
menunjukkan adanya meningitis kronis pada leptomeningen yang dapat menebal dan
mengeras oleh reaksi jaringan penyokong dan dapat mengobstruksi aliran likuor dari
foramen Luschka dan Magendi sehingga terjadi hidrosefalus. Pada jaringan otak
terdapat substansi gelatinosa pada ruang subarakhnoid dan kista kecil di dalam
parenkim yang terletak terutama pada ganglia basilis pada distribusi arteri
lentikulostriata. Lesi parenkimal terdiri dari agregasi atau gliosis. Infiltrat meningen
terdiri dari sel-sel ingflamasi dan fibroblast yang bercampur dengan Cryptococcus.
Bentuk granuloma tidak sering ditemukan pada beberapa kasus terlihat reaksi inflamasi
kronis dan reaksi granulomatosa sama dengan yang terlihat pada tuberculosa dengan
segala bentuk komplikasinya. Perubahan susunan saraf pusat termasuk infiltrasi
meningen oleh sel mononuklear dan organisma. Organisma ini dapat tersebar pada
parenkim otak dengan reaksi inflamasi yang minimal atau tanpa reaksi inflamasi.
Kadang-kadang terdapat abses pada jaringan otak dan granuloma pada meningen otak
dan medula spinalis. Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf pusat tidak spesifik
seperti akibat infeksi bakteri. Pasien paling sering mengalami gejala sindroma meningitis
atau sebagai meningitis yang tidak ada perbaikan atau semakin progresif selama
observasi (paling kurang empat minggu). Manifestasi klinis lainnya berupa kombinasi
beberapa gejala seperti demam, nyeri kepala, letargi, confise, mual, muntah, kaku
kuduk atau defisit neurologik. Sering kali hanya satu atau dua gejala utama yang dapat
ditemukan pada gejala awal. Misalnya pasien datang ke klinis hanya dengan keluhan
demensia subakut tanpa gejala lainnya. Waktu terjadinya penyakit sangat vital dan
penting dalam mempertimbangkan diagnosis meningitis jamur. Beberapa kasus sebagai
meningitis akut, kebanyakan subakut dan beberapa kronis. Gambaran klinis selain
meningitis yang sering ditemukan yaitu gambaran ensefalitis. Sering kali pasien
didagnosa sebagai meningitis TBC sampai akhirnya ditemukan diagnosa yang benar
dengan ditemukannya jamur dalam serebrospinal.

Obat yang digunakan


Terapi dengan amphotericin B memperlihatkan hasil yang baik. Amphotericin B
diberikan tiap hari intravena dengan dosis 0,5 mg/kg,diberikan enam sampai sepuluh
minggu, tergantung dari perbaikan klinis danekmbalinya cairan serebrospinal kearah
normal. Peneliti lain memberikan amphotericin B dengan 5-flurocytosine 150 mg/kg
perhari (dalam 4 dosis). Kombinasi ini memberikan hasil yang lebih baik.

RINGKASAN
Kriptokokosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur berkapsul genus
Cryptococcus yaitu Cryptococcus neoformans. Infeksi ini secara luas ditemukan di dunia,
merupakan infeksi oportunistik terutama terjadi pada individu immunocompromised
(umumnya penderita HIV/AIDS) dengan manifestasi klinis yang utama adalah
kriptokokal meningitis. Kriptokokal meningitis dapat mengenai penderita dengan sistem
imun rendah lainnya seperti pasien dengan pengobatan kortikosteroid jangka panjang,
transplantasi organ, dan keganasan limforetikular. Transmisi penyakit ini terjadi secara
inhalasi melalui basidiospora yang terhirup bersama udara dan
debu lingkungan yang terkontaminasi, kemudian masuk ke paru. Infeksi primer pada
paru sering asimptomatik, namun gejala bervariasi tergantung pada faktor pejamu,
inokulum, virulensi organisme sehingga penyakit dapat menyebar secara sistemik
dengan tempat predileksi utamanya adalah pada otak. Gejala penyakit ini bisa
asimptomatis sampai yang berat yaitu meningitis/meningoensefalitis. Pemeriksaan
laboratorium dalam menegakkan kriptokokal meningitis adalah pemeriksaan
mikroskopis langsung dengan tinta India, pemeriksaan antigen dengan aglutinasi lateks,
pemeriksaan enzyme immunoassay untuk deteksi antibodi, kultur jamur, dan
pemeriksaan biomolekular.
TUGAS MANDIRI

Clarissa Elvina Tany


120111304
Ruang 9

Anda mungkin juga menyukai