Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH KEDATANGAN BANGSA BARAT KE NUSANTARA

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas Matakuliah

Sejarah Islam Indonesia 2

Dosen Pembimbing:

Dr. Akhwan Mukarrom, MA

Drs. Nur Rokhim, M.Fil.I

Oleh :

Muhammad Nur Salim A02209016

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2010

PENDAHULUAN

Ekspedisi yang dilakukan oleh bangsa Barat yaitu Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris sejak
akhir abad 15-16 yang sering disebut dengan “Abad Penjelajahan Samudra”. Pengaruh bangsa Barat
terhadap Asia, khususnya Nusantara juga sering disebut dengan istilah “Modern Awal”. Sejak masa
“Modern Awal”, di sebagian Eropa telah terbentuk nation state, yang berada di tangan aristokrasi dan
bersifat otoriter. Adanya nation state inilah yang memungkinkan perdagangan antar benua atau
perdagangan jarak jauh (long distance trade). Sebelum masa Modern Awal ada dua jalur perdagangan
utama adalah jalur darat dan jalur laut. Pelayaran niaga melalui darat umumnya digunakan oleh para
pedagang Cina yang dikenal dengan nama “jalur sutra” karena banyak menyalurkan sutra dari Cina.
Selain jalur darat, awal perdagangan antar benua juga berlangsung melalui laut. Sejak abad ke-10,
pelayaran laut dapat dilakukan secara bertahap dari satu pelabuhan ke pelabuhan. Perubahan ini
disebabkan karena jalur pelayaran itu telah berkembang menjadi emporium yang memiliki fasilitas
dagang.

PEMBAHASAN

Kedatangan Bangsa Barat Ke Nusantara

1. Portugis

Bangsa Eropa sedang memajukan teknologi di awal abad ke-16; keahlian baru bangsa Portugis
dalam navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan memungkinkan mereka berani mengadakan
ekspedisi penjelajahan dan ekspansi. Atas dorongan Pangeran Henry "Si Muallim" dan para pelindung
lainnya, para pelaut dan petualang portugis memulai pencarian panjang mereka menyusuri pantai barat
Afrika untuk menemukan emas, memenangi pertempuran, dan meraih jalan untuk menegepung lawan
yang bergama Islam. Mereka juga berusaha mendapatkan rempah-rempah yang berarti mendapatkan
jalan ke Asia dengan memotong jalur pelayaran para pedagangan Islam yang melalui tempat penjualan
mereka di Venesia di laut tenggah Mediterania, memonopoli impor rempah-rempah ke Eropa. tahun
1487 Bartolomeu Dias mengitari Tanjung Harapan dan memasuki perairan Samudra Hindia.[1] Pada
tahun 1492 Vasco De Gama tiba di India. Seorang panglima Alfonso Albuquerque berngkat menuju India
dn pada tahun 1510 dia menklukkan Goa yang kemudian dijadikan pangkalan tetap. Pada bulan April
1511 Alberquerque dari goa berlayar menuju Malaka dengan kekuatan kira-kira 1.200 orang atau 17/18
kapal. Akibat suatau perselisihan pada tahun 1511 Malaka digempur oleh orang-orang portugis dan
dijadikan pangkalan mereka.[2] Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang tiba di Nusantara, dan
mencoba mendominasi sumber-sumber rempah-rempah berharga dan berusaha menyebarkan Katolik
Roma.
Percobaan awal bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun 1512 dengan
Kerajaan Sunda di Parahyangan, gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah
pemerintahan Islam di Jawa, seperti Demak dan Banten. Bangsa Portugis mengalihkan arah ke
Kepulauan Maluku, yang terdiri atas berbagai kumpulan negara yang awalnya berperang satu sama lain
namun memelihara perdagangan antarpulau dan internasional. Melalui penaklukan militer dan
persekutuan dengan penguasa setempat, mereka mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan di
Indonesia Timur, termasuk Pulau Ternate, Ambon, dan Solor. Namun, puncak kegiatan misi Portugis
dimulai pada paruh terakhir abad ke-16, setelah langkah penaklukan militernya di kepulauan tersebut
gagal dan kepentingan Asia Timur mereka berpindah ke Jepang, Makau, dan Tiongkok; serta pada
gilirannya gula di Brasil dan perdagangan budak Atlantik mengalihkan perhatian mereka dari Nusantara.
Di samping itu, bangsa Eropa pertama yang tiba di Sulawesi Utara adalah Portugis.[3]

Keberadaan Portugis berkurang hanya di Solor, Flores dan Timor (lihat Timor Portugis) di Nusa
Tenggara Timur sekarang, menyusul kekalahan pada tahun 1575 di tangan penduduk Ternate,
penaklukan Belanda di Ambon, Maluku Utara, dan Banda, serta kegagalan umum untuk menopang
kendali perdagangan di kawasan ini. Dibandingkan dengan ambisi awalnya mendominasi perdagangan
Asia, pengaruh mereka pada budaya Indonesia amat kecil: gitar balada keroncong; sejumlah kata dalam
bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Portugis yang pernah menjadi lingua franca di samping
Melayu; dan banyak nama keluarga di Indonesia Timur seperti Da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, dll.
Dampak terpenting kedatangan bangsa Portugis adalah gangguan dan kekacauan jaringan perdagangan
yang sebagian besar terjadi akibat penaklukan Malaka, dan penyebaran Kristen awal di Indonesia. Hingga
kini, penduduk Kristen banyak ditemui di Indonesia Timur. Di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara,
terdapat permukiman keturunan Portugis. Mereka adalah keturunan dari bangsa Portugis yang dibawa
ke Batavia (sekarang Jakarta) sebagai tawanan perang setelah VOC Belanda menaklukkan Malaka pada
tahun 1641.[4]

2. Spanyol

Fernando Magelhans (kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena tokoh inilah, yang memimpin
armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi bulat, saat itu itu dikenal
oleh orang Eropa bumi datar. Dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Spanyol bersama bangsa Eropa
lain, terutama Portugis, Inggris dan Belanda. Dari Spanyol ke Samudra Pasifik itulah armada Portugis
mengarungi Samudra Pasifik, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini
penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara
emas kala itu.[5]

Minahasa pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617 dan berakhir tahun 1645.
Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap orang-orang Minahasa, terutama dalam hal
perdagangan beras, sebagai komoditi utama waktu itu. Perang terbuka terjadi pada tahun 1644-1646.
Akhir dari perang itu adalah kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh para waranei (ksatria-
ksatria Minahasa).[6]

Kolonialisasi Spanyol

1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara


1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.

1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.

1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba
mempengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali minahasa tapi gagal, terakhir dengan
mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.

Spanyol merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga dengan gugusan kepulauan penghasil rempah-
rempah. Untuk itu mengirimkan ekspedisi menuju Pasifik Barat pada 1542. Pada bulan Februari tahun itu
lima kapal Spanyol dengan 370 awak kapal pimpinan Ruy Lopez de Villalobos menuju gugusan Pasifik
Barat dari Mexico. Tujuannya untuk melakukan perluasan wilayah dan sekaligus memperoleh konsesi
perdagangan rempah-rempah di Maluku Utara.[7]

3. Belanda

Perang kemerdekaan melawan Spanyol yang berkobar pada tahun 1560-an. Orang-orang Belanda
telah bertindak sebagai perantara dalam penjualan rempah-rempah secara eceran kepada Portugal ke
Eropa bagian utara tetapi perang Spanyol telah mengacaukan jalur mereka untuk mendapatkan rempah-
rempah yang dibawa dari Asia oleh orang-orang Portugis. Selain itu faktor agama juga turut mendukung,
perang Belanda-Spanyol telah membuat negeri Belanda menjadi satu masyarakat Calvinis (Protestan)
homogen, padahal pronpinsi-propinsi Spanyol sebagaian selatan (Belgia sekarang), dan tentunya Spanyol
serta Portugis sendiri beragama Katolik. Akibatnya perdagangan di Lissabon untuk bangsa Belanda
dipersulit sebab mulai tahun 1580 Lissabon menjadi wilayah Spanyol.[8]

Rincian peta jalur Asia berusaha dirahasiakan oleh Portugis, tetapi ada orang-orang Belanda yang
bekerja pada mereka seperti Jan Huyen van Lin-schoten. Pada tahun 1595-1596, ia menerbitkan bukunya
Iti-nerarion naer Oost Ofte Portugaels Indien (Perjalanan ke timur atau Hindia Portugis”) yang memuat
peta-peta dan diskripsi yang rinci mengenai penemuan Portugis). Pada tanggal 2 April 1595 perjalanan
Pioner Belanda pertama belayar ke Hindia Timur di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan 4
buah kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam. Pada tahun 23 Juni 1596, kapal-kapal de Houtman
tiba di Banten, pelabuhan Lada terbesar di Jawa Barat. Di pelabuhan Banten, orang Portugis yang
mengetahui kedatangan Cornelis de Houtman dan rombongan berupaya agar mereka dimusuhi orang
Banten, apalagi Cornelis berperangai kasar dan berani dengan Mangkubumi di Banten. Maka terjadilah
penangkapan terhadap Cornelis de Houtman dan rombongannya, namun akhirnya bisa keluar dengan
tebusan uang yang banyak.[9]

Cornelis de Houtman berkunjung pada Bupati Banten 1596. Rombongan perahu Cornelis de
Houtman sesampai di Belanda tinggal tiga perahu, awaknya semula 248 orang yang kembali tinggal 89
orang. Tahun 1598 perahu Belanda datang lagi ke Banten yang dipimpin oleh Jacob van Neck yang
diterima dengan baik oleh Banten, karena Jacob bersikap lebih sopan dan kooperatif. Sejak itu makin
banyak kapal-kapal dari Belanda yang berlayar ke tanah Hindia. Karena merasa pasarnya terganggu oleh
bangsa Belanda, bangsa Spanyol dan Portugis mulai memerangi dan mengusir kapal Belanda.

Tahun 1601 ada perahu Belanda yang datang di Selat Sunda yang dipimpin oleh Wolphert
Harmens. Waktu masih dipelayaran menuju Banten, dia telah mengetahui pengusiran kapal Belanda
oleh Spanyol dan Portugis. Akhirnya Harmens dapat menghalau kapal-kapal Portugis dan sampai ke
Banten. Tidak lama kemudian datang lagi kapal-kapal Belanda yang dipimpin Jacob van Heemskerck di
pelabuhan Banten. Dalam waktu singkat dia dapat mengisi lima buah kapalnya dengan rempah-rempah
lalu belayar ke Belanda dan sebagian kapal lainnya berlayar ke pelabuhan Gresik, Jawa Timur. Di Gresik
didirikan kantor dagang yang merupakan kantor dagang pertama.[10]

Lama kelamaan demikian banyaknya kapal -kapal Belanda yang datang di Nusantara, sehingga
timbul persaingan diantara mereka sendiri. Maka pada tahun 1602 mereka dirikanlah kongsi
perdagangan yang bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie yang disingkat menjadi VOC. Pada
tahun 1618 Belanda berselisih dengan Banten, maka pusat usaha mereka berpindah ke Jayakarta.
Kemudian Jayakarta dihancurkan Belanda dan didirikan Batavia. Peran utama dalam hal ini adalah
Jendral Jan PieterZoon Coen, yang meninggal tahun 1629. Dengan Batavia maka sesudah Ambon dan
Banda VOC mempunyai pangkalan penting di Indonesia.[11]

4. Inggris

Inggris merupakan bangsa Eropa yang paling banyak memiliki daerah jajahan yaitu benua Amerika
bagian Utara, Australia, Afrika maupun Asia. Jajahan Inggris di Asia terutama adalah Indiadan
Semenanjung Malaya.[12] Orang-orang Inggris seperti halnya orang Belanda berada dalam tekanan
untuk terlibat secara langsung dalam perdagangan rempah-rempah. Pada Tahun 1591, Elizabeth I
mendukung usaha pertama Inggris untuk terlibat langsung dalam perdagangan. Sir James Lancaster dan
George Raymond siap mengadakan pelayaan pada tahun itu juga. Perjalanan mereka ini mengalami
bencana. Di atas kapal timbul banyak kematian akibat terjangkit wabah penyakit. Lancester memang
berhasil mencapai Aceh dan Penang, namun dalam perjalanan pulang ke negerinya dia terdampar di
kepulauan Hindia Barat dan baru sampai di Inggris tahun 1594 atas kebaikan hati seorang perampok
Perancis. Akibatnya Inggris meragukan manfaat yang akan diperoleh dari usaha seperti itu. Tetapi karena
tersiar kabar mengenai keuntungan-keuntungan pertama yang diperoleh Belanda, maka lenyaplah sudah
semua keraguan itu.[13]

Bangsa Inggris mendirikan perusahaan dagang bernama EIC (East India Company) pada tahun
1600 yang bermarkas di Calanta India. Pada tahun 1600, Elizabeth I memberi sebuah oktroi kepada
Maskapai Hindia Timur ( The East India Company), dan mulailah Inggris mendapat kemajuan di Asia. Sir
James Lancaster ditunjuk untuk melakukan pelayaran yang pertama maskapai ini. Dia tiba di Aceh pada
Bulan Juni 1602 dan terus menuju Banten. Pimpinan armada kapal membawa surat dan hadiah dari raja
untuk Mangkubumi di Banten. Dengan demikian, pedagang Inggris diterima dengan senang hati oleh
Mangkubumi di Banten dan dapat berdagang dengan mudah, bahkan juga diperbolehkan mendirikan
kantor degang di pelabuhan Banten. Bandar lada yang sangat kaya ini tetap menjadi pusat kegiatan
orang-orang Inggris sampai tahun 1682. Lancester kemudian kembali ke Ingris dengan membawa
muatan lada yang sangat banyak.[14]

Pada tahun 1604, pelayaran kedua Maskapai Hindia Timur Inggris yang dipimpin oleh Sir Henry
Middleton berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda. Akan tetapi di daerah itu mereka
mendapatkan perlawanan dari VOC. Maka dimulailah persaingan antara Inggris dan Belanda untuk
mendapatkan rempah-rempah. Selama tahun 1611-1617, orang-orang inggris mendirikan kantor-kantor
dagang di Indonesia lainnya, yaitu di Sukadana ( Kalimantan Barat Daya), Makassar, Jayakerta, dan
Jepara( Jawa), serta Aceh, Panaman dan Jambi( Sumatera). Konflik Inggris dan Belanda semakin
memuncak ketika orang-orang Belanda merasa bahwa cita-cita monopoli perdagangan mereka telah
luput. Memang pernah ada kerjasama singkat antara Inggris dan VOC pada tahun 1620. Belanda
memperbolehkan Inggris mendirikan kantor dagang di Ambon. Tetapi insiden pembantaian pada tahun
1623 memupuskan semua gagasan tentang kerjasama. Sejak saat itu Ingris lebih mengarahkan
perhatiannya pada kawasan-kawasan Asia Lainnya dan secara diam-diam menarik diri dari sebagian
besar kegiatan mereka di Indonesia, kecuali perdagangan mereka di Banten. Pengaruh Inggris di
Indonesia berupa pemerintahan Raffles pada tahun 1811-1816. Ekspansi Inggris berlangsung pada
tahun1786-1797.[15]

KESIMPULAN

Kedatangan orang-orang bangsa Eropa pertama di Nusantara terjadi sekitar abad 16. Bangsa
pertama yang sampai di Nusantara adalah Portugis yang telah berlayar untuk mencari rempah-rempah
hingga akhirnya sampai di Malaka yang ketika itu merupakan pusat perdaganagan di Asia. Tahun 1511
Portugis telah berhasil menguasai daerah Malaka tetapai sayangnya Portugis tidak bisa memonopoli
perdagangan rempah-rempah karena para pedagang Asia mengalihkan sebagaian besar perdagangan
mereka ke pelabuhan-pelabuhan lain untuk menghindari monopoli Portugis. Kemudian disusul oleh
bangsa Spanyol, Belanda dan Inggris. Tujuan kedatangan bangsa-bangsa Barat ini memang sama yaitu
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT Serambi Alam Semesta.

Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta: Kanisius

Tjandrasasmita, Uka (Ed). 1975. Sejarah Nasional Indonesia 3. Departemen Pendidikan dan
kebudayaan.

www. wikipedia.com

[1] M.C. Ricklef, Sejarah Indonesia Modern. (Jakarta: PT Serambi Alam Semesta, 2005), hal. 62

[2] Ibid, Hal. 65

[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara

[4] http://www.findtoyou.com/ebook/kedatangan+bangsa+portugis+ke+nusantara.html

[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara

[6] Ibid

[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara

8 M.C. Ricklefs, hal.69

[9] Uka Tjandrasasmita (Ed).Sejarah Nasional Indonesia 3. (Departemen Pendidikan dan


kebudayaan.1975), hal.5

[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia

[11] Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3,(Yogyakarta: Kanisius,1973), hal.60

[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia

[13] M.C. Ricklefs, hal. 74

[14] M.C. Ricklefs, hal.75

[15] Ibid, hal.76

Anda mungkin juga menyukai