PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Univesitas Hasanuddin
JURUSAN PERKAPALAN
GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu bentuk kapal yang kita kenal berdasarkan bahan pembuatannya
adalah kapal kayu. Kapal kayu adalah kapal tradisional yang bahan utama
menggunakan kayu, serta dilengkapi motor dan layar. Kapal pinisi (kapal layar
motor tradisional) merupakan salah satu dari kapal tersebut. Seperti yang kita
ketahui kapal pinisi merupakan kapal tradisional yang struktur bangunannya terbuat
dari material kayu tidak seperti kapal non-konvensional yang materialnya terbuat
dari baja. Pinisi merupakan kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang
berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan tepatnya dari desa
Bira kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Kapal ini umumnya
memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua
di depan, dan dua di belakang, umumnya digunakan untuk pengangkutan barang
antarpulau. Pinisi menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh
helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu
mengarungi tujuh samudera besar di dunia.
Perlu adanya perhatian terhadap pulau kecil dan terluar guna membangun
akses konektifitas antar pulau. Sebagai wujud dalam meningkatkan konektivitas
transportasi nasional melalui program tol laut dibutuhkan sebuah kapal untuk
mendukung peningkatan aksesibilitas dan konektifitas inter dan antar pulau kecil
dan terluar. Pengelolaan kapal-kapal penyeberangan antarpulau ini dapat
meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat di kepulauan baik itu
berupa kegiatan distribusi hasil produksi ke pasar lokal, penyeberangan, dan kelola
kapal untuk antar wisatawan. Dalam hal ini dibutuhkan kapal pengumpan (feeder)
sehingga pelayanan distribusi barang dari dan ke wilayah yang masih terpencil,
terluar dan perbatasan akan semakin lancar. Kapal Pinisi yang umumnya digunakan
untuk pengangkutan barang antarpulau dapat difungsikan sebagai kapal pengumpan
(feeder) penghubung dan pengangkut barang antarpulau. Kapal pengumpan
(feeder) adalah kapal yang ukurannya lebih kecil dari kapal induk yang digunakan
sebagai pengumpan barang ke pulau-pulau. Kapal pinisi merupakan kapal layar
tradisional yang multifungsi yang cocok untuk dijadikan sebagai kapal pengumpan
(feeder) jika dilihat dari segi ukuran, karakteristik kapal dan material yang
digunakan begitu efisien untuk mendukung peningkatan akses antarpulau. Untuk
itu kapal pinisi harus memiliki performa yang baik diberbagai kondisi perairan guna
menjamin efisiensi gerak kapal dan keselamatan kapal di perairan.
1.3.Batasan Masalah
Karena luasnya cakupan masalah dari penelitian ini maka penulis membatasi
ruang lingkup permasalahan, yaitu :
1. Kapal yang ditinjau adalah kapal pinisi yang diukur dilokasi penelitian
2. Nilai tahanan akan ditentukan menggunakan Aplikasi Maxsurf Resistance.
3. Prediksi tahanan dilakukan sampai kecepatan maksimum kapal.
4. Sarat kapal menggunakan sarat maksimum.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Pada bab ini diuraikan beberapa definisi mengenai kapal feeder, kapal pinisi, jenis
kayu pada kapal pinisi, tahanan kapal, dan perhitungan dengan aplikasi Maxsurf.
Pada bab ini membahas tentang tata cara pelaksanaan penelitian yang terdiri dari
lokasi penelitian, waktu penelitian, jenis penelitian, jenis data, teknik dalam
pengambilan data, metode analisis data, dan kerangka pikir penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang terkait
penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kapal Feeder adalah istilah yang digunakan untuk kapal pengangkut barang
dari pelabuhan muat ke pelabuhan transit yang mengalami pergantian kapal untuk
pindah ke kapal induk. Jenis kapal ini umumnya lebih kecil dari kapal induk. Jadi
bisa dikatakan kapal feeder ini adalah kapal yang membantu memudahkan alur
pendistribusian barang.
Gambar 2.1 Kapal Feeder Pengangkut Kargo Gambar 2.2 Kapal Feeder
Pengangkut Penumpang dan
Barang
Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari
Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Jenis kapal ini sudah terkenal
hingga ke mancanegara dan pernah menjelajah samudera luas hingga ke lima
benua. Pembuatan perahu phinisi hingga saat ini terkonsentrasi di desa Ara, Tanah
Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Pembuatannya dilakukan dalam
galangan kapal seadanya, tanpa gedung, dan hanya beratapkan daun rumbia. Lokasi
pembuatannya di pinggir pantai. Masyarakat Tanah Beru dikenal dengan sebutan
Butta Panrita Lopi atau ahli pembuat perahu. Keahlian itu diwariskan secara turun-
temurun pada anak-anak warga Tanah Beru. Pembuatan perahu phinisi memadukan
keterampilan teknis dengan kekuatan magis. Teknik pembuatannya pun tergolong
unik. Umumnya, kapal atau perahu dibuatkan rangkanya terlebih dahulu sebelum
diberi dinding, namun sebaliknya, perahu phinisi, yang dibuat terlebih dahulu
adalah dindingnya kemudian kerangkanya. Perahu ini juga bukan menggunakan
paku melainkan pasak kayu. Untuk menutupi celah-celah dinding kayu, mereka
menutupinya dengan kulit kayu.
Kapal pinisi berbahan material kayu. Selain badan perahu, Pinisi memiliki
enam komponen lain yaitu anjong (segitiga penyeimbang di sisi depan
kapal), sombala (layar utama berukuran besar), tanpasere (layar kecil berbentuk
segitiga di setiap tiang utama), cocoro pantara (layar bantu depan), cocoro
tangnga (layar bantu tengah), dan tarengke (layar bantu belakang). Pada zaman
dahulu, Pinisi digunakan untuk berdagang, menangkap ikan, dan berperang, namun
sekarang pinisi umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau dan
wisata. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar
dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia.
Kapal kayu Pinisi telah digunakan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu,
diperkirakan kapal pinisi sudah ada sebelum tahun 1500an. (Lantara, Dirgahayu,
2014)
Ada beberapa jenis kapal pinisi, namun yang pada umumnya pinisi ada 2 jenis :
1. Lamba atau lambo. Pinisi modern yang masih bertahan sampai saat ini dan
sekarang dilengkapi dengan motor diesel (PLM).
2. Palari. adalah bentuk awal pinisi dengan lunas yang melengkung dan
ukurannya lebih kecil dari jenis Lamba juga dilengkapi dengan motor diesel.
Menurut Harnita dalam Jinca (2002), kapal kayu adalah kapal yang dibuat dari
kayu sebagai bahan utamanya, serta dilengkapi dengan alat penggerak berupa
mesin penggerak (motor) atau alat lainnya seperti layar.
Kayu ini biasa disebut dengan nama kayu belian atau ulin, nama
botaninyanya adalah eusideroxylon zwageri t.et.b dari suku/family lauraceae. Kayu
besi digunakan sebagai lunas perahu phinisi, lunas perahu adalah bagian terbawah
dari sebuah perahu yang menjadi dasar perahu. Kayu ini adalah salah satu pohon
yang terkenal dari hutan kaltim dengan ciri kayunya keras dan kuat, warna gelap,
dan tahan terhadap air laut. Tinggi pohon ulin mencapai 50 m dengan diameter
hingga 120 cm, dan tumbuh di dataran rendah. Pohon tersebut agak terpisah dari
pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian
bawah pohon ada bagian yang berlobang. Jenis kayu dari pohon ulin ini tidak
mudah lapuk baik di air maupun daratan. Itulah sebabnya kayu ini banyak dipakai
sebagai bahan bangunan khususnya untuk rumah yang didirikan di atas tanah
berawa dan perahu.
Kayu untuk membuat perahu yang terbaik adalah kayu bitti (Vitek
cofassus). Kayu ini tumbuh di atas batu karang sehingga menghasilkan kayu yang
keras dan rapat.Kayu bitti ada 2 macam yakni bitti betina (bitti berumah dua) dan
bitti jantan. Bitti betina menghasilakn papan lurus dan lebar. Bitti jantan lebih bagus
digunakan untuk membuas lunas perahu karena bengkok, dan perajin tidak perlu
membengkokkan kayu.
Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan
keindahannya. Secara teknis, kayu ini memiliki kelas kekuatan 1 dan kelas
keawetan 1. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap. Meskipun keras dan
kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat
furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang
licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak
jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah. Dengan kehalusan tekstur dan
keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu
di perahu phinisi, jati banyak diolah menjadi dinding, mebel interior, panel, dan
anak tangga yang berkelas di atas dek perahu.
Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta
tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati
digunakan juga sebagai bahan dek pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga,
dan kapal perang. Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam
sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa
divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap. Jati sejak lama digunakan
sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal voc yang melayari
samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan
rel.
Merbau atau ipil adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras
berkualitas tinggi anggota suku fabaceae (leguminosae).karena kekerasannya,
digunakan pada perahu bahan bangunan berupa tiang, dinding, dan lantai rumah
kayu. Di papua nugini, kayu ini dikenal sebagai kwila dan orang sulawesi
menyebutnya dengan bajang atau bayam; sedangkan nama-namanya dalam bahasa
inggris adalah mirabow, moluccan ironwood, malacca teak, dan lain-lain. Merbau
memiliki tekstur kayu yang kasar dan merata, dengan arah serat yang kebanyakan
lurus. Kayu yang telah diolah memiliki permukaan yang licin dan mengkilap indah.
Kayu merbau termasuk ke dalam golongan kayu berat (bj 0,63-1,04 pada kadar air
15%) dan kuat (kelas kuat i-ii). Kayu ini memiliki penyusutan yang sangat rendah,
sehingga tidak mudah menimbulkan cacat apabila dikeringkan. Merbau juga awet:
Daya tahannya terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas i dan terhadap rayap
kayu kering termasuk kelas 2. Kayu merbau termasuk tahan terhadap penggerek
laut (teredo), sehingga acap digunakan pula dalam pekerjaan konstruksi perairan
seperti perahu.
Merbau termasuk tidak sulit digergaji, dapat diserut dengan mesin sampai
halus, diamplas dan dipelitur dengan memuaskan, namun kurang baik untuk
dibubut. Kayu ini juga biasanya pecah apabila dipaku, dan dapat menimbulkan noda
hitam apabila berhubungan dengan besi atau terkena air. Merbau terutama
dimanfaatkan kayunya, yang biasa digunakan dalam konstruksi berat seperti balok-
balok, tiang dan bantalan, di bangunan rumah maupun jembatan. Oleh karena
kekuatan, keawetan dan penampilannya yang menarik, sekarang kayu merbau juga
dimanfaatkan secara luas untuk pembuatan kusen, pintu dan jendela, lantai parket
(parquet flooring), papan-papan dan panel, mebel, badan truk, ukiran dan lain-lain.
Tahanan kapal adalah gaya fluida yang bekerja pada kapal sedemikian rupa
sehingga melawan arah gerakan kapal tersebut. Tahanan tersebut sama dengan gaya
fluida yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal. Sedangkan suatu tahanan
kapal ini adalah sama dengan suatu gaya karena dihasilkan oleh air, maka ini
disebut gaya hidrodinamika. Gaya hidrodinamika ini semata-mata disebabkan oleh
gerakan relatif kapal terhadap air. Tahanan dalam dunia perkapalan merupakan
suatu hal yang teramat penting untuk dikalkulasi secara tepat karena
sangat berkaitan dengan penentuan daya mesin yang bekerjadi atas kapal. Pada
kenyataaannya dalam pengoperasian suatu kapal sering terjadi bahwa kecepatan
yang diinginkan sering tidak sesuai dengan perencanaan atau daya mesin yang
terpasang kadang terlalu besar dan juga kadang terlalu kecil. Untuk menyesuaikan
besar daya mesin dengan kecepatan yang dinginkan, maka harus diketahui besar
tahanan yang terjadi pada kapal tersebut. (Harnita, 2011)
Komponen tahanan yang bekerja pada kapal dalam gerakan mengapung di air
adalah :
Rn =
Koefisien gesek (friction coefficient, Cf )
Cf =
Rasio kecepatan dan panjang kapal (speed length ratio, Slr)
Slr =
Dimana L adalah panjang antara garis tegak kapal (length betwen perpendiculare).
b. Tahanan sisa (Residual Resistante)
Tahanan sisa didefenisikan sebagai kuantitas yang merupakan hasil
pengurangan dari hambatan total badan kapal dengan hambatan gesek dari
permukaan kapal. Hambatan sisa terdiri dari ;
1. Tahanan gelombang (Wake Resistance)
Tahanan gelombang adalah hambatan yang diakibatkan oleh adanya
gerakan kapal pada air sehingga dapat menimbulkan gelombang baik pada
saat air tersebut dalam keadaan tenang maupun pada saat air tersbut sedang
bergelombang.
2. Tahanan udara (Air Resistance)
Tahanan udara diartikan debagai Tahanan yang di alami oleh bagian badan
kapal utama yang berada diatas air dan bangunan atas (Superstructure)
karena gerakan kapal di udara. Tahanan ini tergantung pada kecepatan
kapal dan luas serta bentuk bangunan atas tersebut. Jika angin bertiup
maka tahanan tersebut juga akan tergantung pada kecepatan angin dan arah
relatif angin terhadap kapal.
3. Tahanan bentuk
Tahanan ini erat kaitannya dengan bentuk badan kapal, dimana bentuk
lambung kapal yang tercelup di bawah air menimbulkan suatu tahanan
karena adanya pengaruh dari bentuk kapal tersebut.
c. Tahanan tambahan (Added Resistance)
Tahanan ini mencakup tahanan untuk korelasi model kapal. Hal ini akibat
adanya pengaruh kekasaran permukaan kapal, mengingat bahwa permukaan
kapal tidak akan pernah semulus permukaan model. Tahanan tambahan juga
termasuk tahanan udara, anggota badan kapal dan kemudi.
Komponen Tahanan tambahan terdiri dari :
1. Tahanan anggota badan (Appendages Resistance)
Yaitu tahanan dari bos poros, penyangga poros, lunas bilga, daun kemudi
dan sebagainya.
2. Tahanan kekasaran
Yaitu terjadi akibat kekasaran dari korosi air, pengotoran pada badan
kapal, dan tumbuhan laut.
3. Hambatan kemudi (Steering Resistance)
Yaitu akibat pemakaian kemudi mengakibatkan timbulnya hambatan
kemudi.
Lingkungan perairan juga berpengaruh pada tahanan. Bila kapal bergerak diair yang
terbatas, dinding pembatas air tersebut akan cukup dekat untuk mempengaruhi
tahanan kapal. Terbatas disini diartikan sebagai dekatnya jarak antara dinding
pembatas air itu sendiri dalam arah horizontal. Kedangkalan air juga mempunyai
pengaruh pada tahanan, yang disebut pengaruh air dangkal ( Shallow Water Effect).
Bila membandingkan karakteristik untuk kerja kapal umunya karakteristik didaerah
perairan yang mempunyai panjang, lebar dan kedalaman yang terbatas. Selain itu,
jika berada dijalur perairan samudera bebas ( sea way ), tahanan kapal akan
mengalami perubahan yang berupa :
1. Adanya Tahanan Tambahan (Added Resistance ) akibat angin yang bertiup
pada bagian superstructure, RAA.
2. Tahanan menjadi lebih besar akibat gerakan kapal.
3. Adanya tahanan tambahan akibat refleksi gelombang pada badan kapal.
4. Tahanan menjadi lebih besar karena sudut hanyut ( drift angle ) yang
ditimbulkan oleh baik angin dan gelombang maupun gerakan daun kemudi.
Kenaikan tahanan rata-rata digelombang, RAW, diartikan sebagai kenaikan tahanan
rata-rata diangin dan gelombang dibandingkan terhadap tahanan diair tenang pada
kecepatan rata-rata yang sama. (Harnita, 2011)
Maxsurf adalah program aplikasi spesialis dalam bidang Arsitektur laut dan
galangan kapal, teknik lepas pantai dan rekayasa struktur. Program ini dapat
memvisualisasikan, dan mengoptimalkan desain kapal dengan pengaturan lengkap
yang telah di integrasikan. Maxsurf terdiri dari beberapa sub-program aplikasi,
yaitu:
1. Maxsurf Modeler
2. Maxsurf Motion
3. Maxsurf Resistance
4. Maxsurf Stability
5. Maxsurf Structure
6. Maxsurf Fitting
7. Maxsurf Link
8. Maxsurf Vpp
Beberapa fungsi pada program aplikasi ini seperti membuat bentuk lambung yang
seimbang, sesuai dengan pemenuhan persyaratan stabilitas, tahanan kapal,
seakeeping, dan kekuatan kapal. Setelah data ukuran utama kapal didapatkan untuk
pembuatan model lines plan, data ukuran dari lines plan akan dibuat lagi dalam
bentuk model Tiga Dimensi (3D) menggunakan Aplikasi Maxsurf Modeller. Lines
plan ini merupakan kunci utama suksesnya perancangan desain sebelum model
dilakukan analisa hidrodinamika, kekuatan struktur dan pendetailan lebih lanjut.
Dasar pembangunan model pada Maxsurf Modeller menggunakan surface (seperti
karpet) yang dapat ditarik dan dibentangkan sehingga bisa menjadi model yang
utuh.
Model kapal yang telah dibuat pada Maxsurf Modeller dapat dihitung
performanya seperti Tahanan, Stabilitas, dan Gerak kapal. Untuk menghitung
tahanan kapal cukup dengan meng-import model ke fitur lain maxsurf yang
bernama Maxsur Modeller.
Maxsurf Resistance merupakan sub-program yang tersedia dalam maxsurf
dimana sub-program inilah yang akan menjadi aplikasi penunjang penelitian untuk
menghitung tahanan kapal. Fungsi dari program ini adalah untuk menghitung dan
menganalisis tahanan kapal, dengan teori-teori dan metode yang telah digunakan
pada bidang Ilmu perkapalan. Ketika merancang sebuah kapal bertenaga
menggunakan Maxsurf Resistance menyediakan berbagai macam metode
perhitungan untuk membantu Anda memperkirakan perlawanan arah gerak dan
powering persyaratan lambung. Berbagai algoritma standar industri yang
disediakan, memungkinkan untuk memilih metode yang paling tepat untuk bentuk
lambung kapal rancangan.
Jenis penelitian ini yakni mengukur 4 data kapal pinisi kemudian mendesain
dalam bentuk tiga dimensi (3D) pada aplikasi maxsurf untuk menganalisa
tahanan pada model kapal pinisi sebagai kapal feeder menggunakan
Program Maxsurf.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ukuran utama
dan offset kapal yang didapatkan melalui survei pada lokasi penelitian dan
pengukuran kapal dengan berbagai bentuk ukuran panjang dan lebar kapal.
3.4. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengukuran ukuran utama kapal di lokasi
penelitian, selanjutnya dilakukan kegiatan mengolah data berupa ukuran
utama kapal yang akan diterjemahkan dalam bentuk gambar. Kegiatan
mengolah data ini terdiri dari beberapa tahapan secara garis besar, sebagai
berikut :
DATA
KAPAL
PEMBUATAN MODEL
3D MENGGUNAKAN
APLIKASI MAXSURF
MENGHITUNG NILAI
TAHANAN
MENGGUNAKAN
APLIKASI MAXSURF
ANALISIS
HASIL
KESIMPULAN
1. DAFTAR PUSTAKA