Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional di Indonesia adalah

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai modal dasar

pembangunan di masa mendatang. Tujuan pembangunan nasional tersebut

kemudian direalisasikan dalam Tujuan Pembangunan Sustainable Development

Goals (SDGs). Adapun target sistim kesehatan nasional SDGs dalam hal

mengurangi secara substansial kematian dan kesakitan akibat senyawa berbahaya

serta kontaminasi dan polusi udara, air, dan tanah (Kemenkes RI, 2015).

Pemberdayaan masyarakat harus di mulai dari rumah tangga atau keluarga,

karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di

masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Hal ini

diperkuat dengan seruan presiden pada hari keluarga Nasional XXI tahun 2005

bahwa ”kekuatan bangsa dan negara terletak pada ketahanan masing-masing

keluarga. Keluarga adalah cermin kekuatan masyarakat,bangsa dan negara,oleh

sebab itu patut dijaga, dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya”.

PHBS dalam tatanan rumah tangga meliputi 10 indikator yang

keseluruhannya akan mempengaruhi kesehatan dalam anggota keluarga,

indikatornya adalah melahirkan ditolong tenaga kesehatan, memberi ASI

eksklusif, menimbang bayi setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan

dengan air dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jenti nyamuk,

makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan tidak

1
2

merokok didalam rumah (Kemenkes, 2015). Sedangkan masalah penyakit pada

tatanan rumah tangga antara lain perkembangan masalah gizi yang semakin

kompleks, sebab selain menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan

gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani dengan serius. RISKESDAS

tahun 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Tidak hanya

terjadi pada usia balita, prevalensi obesitas juga yang meningkat juga terjadi di

usia dewasa. Jumlah BBLR di Kabupaten Sumenep tahun 2012 ditemukan

sebanyak 330 bayi dari 15.136 bayi, sementara balita Gizi Kurang sebanyak 3.028

balita (5,11%) dan balita gizi buruk sebanyak 837 balita (1,41%) (Dinkes

Sumenep, 2013). Selain masalah dalam status gizi, penyakit tidak menular

cenderung terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Penyakit tidak

menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari

41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007. Oleh karena itu, deteksi dini

harus dilakukan secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak

mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Indonesia sedang

mengalami double burden disease, yaitu beban penyakit tidak menular dan

penyakit menular sekaligus. Penyakit menular utama yang menjadi perhatian

global adalah Tuberkulosis (TB). Angka prevalensi TB pada tahun 2014 menjadi

sebesar 647/100.000 penduduk meningkat dari 272/100.000 penduduk pada tahun

sebelumnya, angka insidensi tahun 2014 sebesar 399/100.000 penduduk dari

sebelumnya 183/100.000 penduduk pada tahun 2013, demikian juga dengan

angka mortalitas pada tahun 2014 sebesar 41/100.000 penduduk, dari 25/100.000
3

penduduk pada tahun 2013 (Kemenkes, 2015). Sedangkan Provinsi Jawa Timur

menempati urutan kedelapan dari 33 provinsi di Indonesia, dengan kasus TB BTA

positif sebanyak 23.456 penderita. Untuk Sumenep sendiri jumlah kasus TB BTA

positif sebesar 1.244 kasus (Dinkes Sumenep, 2013). Oleh karena itu untuk

mencegah beberapa penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan

untuk melaksanakan Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pembinaan PHBS

di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakkan dan

memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk mempercepat

wujudnya rumah tangga ber-PHBS sebagai salah satu indikator desa sehat. PHBS

di Rumah Tangga telah menjadi salah satu kewenangan Wajib standar pelayanan

minimal bidang kesehatan bagi pemerintah Kabupaten/kota sesuar peraturan

pemerintah nomor 65 tahun 2005 dan peraturan mentri kesehatan Nomor

741/menkes/per/VII/2008 serta didukung keputusan Menteri Kesehatan nomor

828/Menkes/SK/IX/2008tentang petunjuk teknis standart pelayanan minimal

(SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota (Kemenkes, 2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya

untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, dan mampu

mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat. Rumah tangga ber-PHBS berarti mampu menjaga, meningkatkan dan

melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman

penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk perilaku hidup bersih dan

sehat. (Kemenkes RI, 2015).

Di Indonesia pada tahun 2014 secara Nasional presentase rumah tangga

ber-PHBS sebesar 56,58%, PHBS rumah tangga di Jawa Timur menempati


4

peringkat ke 12 dengan presentase 48,25%. Di Jawa Timur Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) melalui hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga tahun 2014

menunjukkan bahwa Rumah Tangga yang ber PHBS 50,6%. Hal tersebut bila

dibanding tahun 2013 sebesar 49,05% mengalami kenaikan sebesar 1,55 %

(Kemenkes RI, 2015).

Pada tahun 2015 pencapaian PHBS sebanyak 63% dari target sebanyak

70% Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS tahun 2019, Provinsi yang

mempunyai kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS tahun 2015 terbanyak

adalah Jawa Tengah (31 Kabupaten/Kota), Sumatera Utara dan Jawa Barat (13

Kabupaten/Kota), Sumatera Barat (12 Kabupaten/Kota) dan Jawa Timur (11

Kabupaten/Kota), (Kemenkes RI, 2015)

Di Kabupaten sumenep terdapat 57.000 ( 59,99%) Rumah Tangga yang

dikategorikan sebagai rumah tangga ber- PHBS dari 95.010 rumah tangga yang

disurvei. Cakupan tersebut telah memenuhi target 50 %, sehingga diperlukan

peningkatan dari berbagai komponen baik lintas program, lintas sektor, LSM,

swasta, dunia usaha dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam

membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat (Dinkes sumenep,

2012).

Dari studi pendahuluan yang didapatkan oleh peneliti bahwa data yang

diperoleh dari Puskesmas kalianget pada tanggal 18 maret 2017 di dapatkan data

PHBS dalam tatanan rumah tangga 59%, Melahirkan di tolong oleh tenaga

kesehatan 46%, Memberi bayi ASI ekslusif 41%, Menimbang bayi setiap bulan

62%, Menggunakan air bersih 90%, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5

43%, Menggunakan jamban sehat 35%, Memberantas jentik nyamuk 37%, Makan

buah dan sayur setiap hari 43%, Melakukan aktifitas fisik setiap hari 97%.

Dari hasil wawancara dengan sekretaris desa pinggir papas di dapatkan

data, bahwa masyarakat desa pinggir papas masih erat dengan budaya mereka di

mana mereka lebih mempercayai dukun dalam hal persalinan dari pada tenaga

kesehatan, masyarakat desa pinggir papas kurang menjaga kebersihan lingkungan

dengan membuang sampah di tambak sehingga terjadi penumpukan sampah dan

kebiasaan masyarakat pinggir papas BAB di sungai terutama di dusun dhalem.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh nunun 2015 Dari 10 indikator PHBS,

hasil penelitian pada masyarakat desa Samir diketahui bahwa ada 7 indikator yang

telah memenuhi target PHBS dan ada 3 indikator yang hasilnya berada dibawah

target/dibawah 70%. Hasil selengkapnya: 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan (100%), 2. Bayi di beri ASI ekslusif (17%), 3. Menimbang balita setiap

bulan (100%), 4. Ketersediaan air bersih (84,1%), 5. Mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun (100%), 6. Ketersediaan jamban sehat (82,3%), 7. Memberantas

jentik nyamuk (70,5%), 8. Makan buah dan sayur (52%), 9. Melakukan aktifitas

fisik setiap hari.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhajati 2014, Pelaksanaan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat Desa Gunung Kesiangan

Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi belum terlaksana sepenuhnya,

karena masih banyak terdapat masyarakat yang belum peduli terhadap kebersihan

lingkungan mereka. Hal ini dapat dilihat pada 10 indikator perilaku hidup bersih

dan sehat yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan pada masyarakat Desa

Gunung Kesiangan hanya (20%) yang melahirkan pada tenaga kesehatan,


6

memberikan ASI eksklusif 22,85%, menimbang balita setiap bulan 40%,

menggunakan sumberair bersih 41,43,%, mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun 12,86%, menggunakan jamban sehat 38,58%, memberantas jentik nyamuk

di rumah minimal sekali seminggu 18,58%, makan buah dan sayur setiap hari

11,43%, sedangkan yang melakukan aktivitas fisik masyarakat Desa Gunung

Kesiangan sudah melaksanakan indikator perilaku hidup bersih dan sehat, Tidak

merokok di dalam rumah hanya 20%.

Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu masalah

yang belum diatasi pada masyarakat di karenakan pengetahuan dan sikap

mengenai PHBS belum berjalan sesuai keinginan. Menurut teori Bloom, salah

satu faktor yang berperan penting dalam menentukan derajat kesehatan adalah

perilaku, karena ketiga faktor lain seperti lingkungan, kualitas pelayanan

kesehatan maupun genetika kesemuanya masih dapat dipengaruhi oleh perilaku

(Notoatmodjo, 2007). Banyak penyakit yang muncul juga disebabkan karena

perilaku yang tidak sehat. Perubahan perilaku tidak mudah untuk dilakukan,

namun mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus dilakukan agar masyarakat

berperilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat

harus dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga (Dinkes Sumenep,

2012).

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor

faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat PHBS perilaku hidup bersih dan sehat

dalam tatanan rumah tangga di dusun dhalem desa pinggir papas sumenep.

1.1 Rumusan Masalah


7

Faktor faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan

sehat PHBS dalam tatanan rumah tangga di dusun dalem desa pinggir papas

Sumenep?
8

1.2 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku hidup

bersih dan sehat PHBS dalam tatanan rumah tangga di dusun dalem desa pinggir

papas sumenep

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor pengetahuan tentang PHBS dalam tatanan

rumah tangga di dusun dalem desa pinggir papas sumenep

2. Mengidentifikasi faktor sikap tentang peningkatan perilaku hidup

bersih PHBS dalam tatanan rumah tangga di dusun dalem desa

pinggir papas sumenep

3. Mengidentifikasi faktor tingakat pendidikan tentang peningkatan

perilaku hidup bersih PHBS dalam tatanan rumah tangga di dusun

dalem desa pinggir papas sumenep

4. Mengidentifikasi faktor sarana pelayanan kesehatan tentang

peningkatan perilaku hidup bersih PHBS dalam tatanan rumah

tangga di dusun dhalem desa pinggir papas sumenep

5. Mengidentifikasi faktor peran tenaga kesehatan tentang

peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS dalam tatanan

rmah tangga di dusun dalem desa pinggir papas sumenep


9

6. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku hidup

bersih dan sehat PHBS dalam tatanan rumah tangga di dusun dalem

desa pinggir papas sumenep

1.3 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan untuk menambah ilmu pengetahuan

bagi pendidikan ilmu keperawatan dalam hal meningkatkan asuhan

keperawatan komunitas dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat di jadikan wawasan yang baru dan sangat

berharga karena dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

PHBS dalam tatanan keluarga, sehingga dapat berguna dalam proses

education kedepan jika berada dalam ruang lingkup keluarga dalam

perawatan PHBS dalam tatanan rumah tangga.

b. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebuah motivasi kepada keluarga

untuk meningkatkan bentuk kepedulian dan dukungan dalam PHBS.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dan dikembangkan

kembali dengan jumlah populasi, sample dan faktor penyebab yang lebih

banyak terhadap faktor faktor PHBS dalam tatanan rumah tangga.


10

d. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah

kepustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surabaya dan menjadi bahan masukan sebagai dasarpenelitian selanjutnya.

e. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam tatanan

rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai