PENDAHULUAN
Goals (SDGs). Adapun target sistim kesehatan nasional SDGs dalam hal
serta kontaminasi dan polusi udara, air, dan tanah (Kemenkes RI, 2015).
karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di
masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Hal ini
diperkuat dengan seruan presiden pada hari keluarga Nasional XXI tahun 2005
eksklusif, menimbang bayi setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jenti nyamuk,
makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan tidak
1
2
tatanan rumah tangga antara lain perkembangan masalah gizi yang semakin
gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani dengan serius. RISKESDAS
tahun 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Tidak hanya
terjadi pada usia balita, prevalensi obesitas juga yang meningkat juga terjadi di
sebanyak 330 bayi dari 15.136 bayi, sementara balita Gizi Kurang sebanyak 3.028
balita (5,11%) dan balita gizi buruk sebanyak 837 balita (1,41%) (Dinkes
Sumenep, 2013). Selain masalah dalam status gizi, penyakit tidak menular
cenderung terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Penyakit tidak
menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari
41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007. Oleh karena itu, deteksi dini
harus dilakukan secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak
mengalami double burden disease, yaitu beban penyakit tidak menular dan
global adalah Tuberkulosis (TB). Angka prevalensi TB pada tahun 2014 menjadi
angka mortalitas pada tahun 2014 sebesar 41/100.000 penduduk, dari 25/100.000
3
penduduk pada tahun 2013 (Kemenkes, 2015). Sedangkan Provinsi Jawa Timur
positif sebanyak 23.456 penderita. Untuk Sumenep sendiri jumlah kasus TB BTA
positif sebesar 1.244 kasus (Dinkes Sumenep, 2013). Oleh karena itu untuk
untuk melaksanakan Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pembinaan PHBS
di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakkan dan
wujudnya rumah tangga ber-PHBS sebagai salah satu indikator desa sehat. PHBS
di Rumah Tangga telah menjadi salah satu kewenangan Wajib standar pelayanan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya
penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk perilaku hidup bersih dan
dan Sehat (PHBS) melalui hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga tahun 2014
menunjukkan bahwa Rumah Tangga yang ber PHBS 50,6%. Hal tersebut bila
Pada tahun 2015 pencapaian PHBS sebanyak 63% dari target sebanyak
70% Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS tahun 2019, Provinsi yang
adalah Jawa Tengah (31 Kabupaten/Kota), Sumatera Utara dan Jawa Barat (13
dikategorikan sebagai rumah tangga ber- PHBS dari 95.010 rumah tangga yang
peningkatan dari berbagai komponen baik lintas program, lintas sektor, LSM,
swasta, dunia usaha dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam
2012).
Dari studi pendahuluan yang didapatkan oleh peneliti bahwa data yang
diperoleh dari Puskesmas kalianget pada tanggal 18 maret 2017 di dapatkan data
PHBS dalam tatanan rumah tangga 59%, Melahirkan di tolong oleh tenaga
kesehatan 46%, Memberi bayi ASI ekslusif 41%, Menimbang bayi setiap bulan
62%, Menggunakan air bersih 90%, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5
43%, Menggunakan jamban sehat 35%, Memberantas jentik nyamuk 37%, Makan
buah dan sayur setiap hari 43%, Melakukan aktifitas fisik setiap hari 97%.
data, bahwa masyarakat desa pinggir papas masih erat dengan budaya mereka di
mana mereka lebih mempercayai dukun dalam hal persalinan dari pada tenaga
Hasil penelitian yang dilakukan oleh nunun 2015 Dari 10 indikator PHBS,
hasil penelitian pada masyarakat desa Samir diketahui bahwa ada 7 indikator yang
telah memenuhi target PHBS dan ada 3 indikator yang hasilnya berada dibawah
kesehatan (100%), 2. Bayi di beri ASI ekslusif (17%), 3. Menimbang balita setiap
bulan (100%), 4. Ketersediaan air bersih (84,1%), 5. Mencuci tangan dengan air
jentik nyamuk (70,5%), 8. Makan buah dan sayur (52%), 9. Melakukan aktifitas
hidup bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat Desa Gunung Kesiangan
karena masih banyak terdapat masyarakat yang belum peduli terhadap kebersihan
lingkungan mereka. Hal ini dapat dilihat pada 10 indikator perilaku hidup bersih
dan sehat yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan pada masyarakat Desa
menggunakan sumberair bersih 41,43,%, mencuci tangan dengan air bersih dan
di rumah minimal sekali seminggu 18,58%, makan buah dan sayur setiap hari
Kesiangan sudah melaksanakan indikator perilaku hidup bersih dan sehat, Tidak
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu masalah
mengenai PHBS belum berjalan sesuai keinginan. Menurut teori Bloom, salah
satu faktor yang berperan penting dalam menentukan derajat kesehatan adalah
perilaku yang tidak sehat. Perubahan perilaku tidak mudah untuk dilakukan,
Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus dilakukan agar masyarakat
berperilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
harus dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga (Dinkes Sumenep,
2012).
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor
faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat PHBS perilaku hidup bersih dan sehat
dalam tatanan rumah tangga di dusun dhalem desa pinggir papas sumenep.
Faktor faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan
sehat PHBS dalam tatanan rumah tangga di dusun dalem desa pinggir papas
Sumenep?
8
bersih dan sehat PHBS dalam tatanan rumah tangga di dusun dalem desa pinggir
papas sumenep
bersih dan sehat PHBS dalam tatanan rumah tangga di dusun dalem
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat di jadikan wawasan yang baru dan sangat
b. Bagi Keluarga
kembali dengan jumlah populasi, sample dan faktor penyebab yang lebih
rumah tangga.