Anda di halaman 1dari 34

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Termoelektrik

Termoelektrik adalah suatu fenomena fisika yang menyangkut konversi energi,


yaitu mengubah energi panas menjadi energi listrik dan juga berlaku sebaliknya
mengubah energi listrik menjadi energi panas. Fenomena termoelektrik ini
ditemukan pertama kali oleh Thomas Johann Seebeck pada tahun 1821 mengenai
konversi energi termal menjadi energi listrik menggunakan dua buah konduktor
yang berbeda jenis, yang kita kenal sekarang dengan efek Seebeck, dan kemudian
penelitian dari pada Seebeck tersebut memberikan inspirasi bagi fisikawan lain
dari perancis Jean Charles Peltier. Oleh Jean Charles Peltier pada tahun 1934, ia
berhasil melakukan konversi energi listrik menjadi energi termal yang mana
merupakan kebalikan dari efek Seebeck dan disebut dengan efek Peltier.
Efek Seebeck merupakan suatu awal bagi efek termoelektrik untuk dikenal oleh
dunia, efek Seebeck tersebut dinamai dengan namanya untuk mengenang akan
penemuannya. Efek termoelektrik ini ditemukan oleh Seebeck ketika dia sedang
mempelajari mengenai fenomena atau gejala termoelektrik pertama kali melalui
sebuah percobaan kecilnya. Fenomena termoelektrik tersebut menghasilkan energi
listrik dari dua buah konduktor yang berbeda jenis, yang mana diberikan beda
temperatur pada salah satu ujung dari konduktor tersebut. Panas tersebut akan
mengalir dari sisi yang suhuya lebih tinggi ke sisi yang suhunya lebih rendah, dan
mengalirlah arus pada sambungan konduktor tersebut, sampai terciptalah
keseimbangan termal pada konduuktor tersebut.
Arus listrik yang tercipta sesuai dengan besar nilai dari gradient suhu antara sisi
yang memiliki suhu yang lebih tinggi dengan sisi yang lainnya yaitu sisi yang
suhunya lebih rendah. Pada pertama kali termoelektrik dikenal dengan istilah
termomagnetik, karena pada percobaannya Johann Seebeck menggunakan kompas
sebagai penanda akan fenomena ini, ketika diberi panas pada salah satu ujung
konduktor kompas yang diletakkan pada persambungan konduktor menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


2

adanya perrgerakan, yang menandakan bahwa adanya medan magnetik timbul


pada konduktor tersebut, dengan asumsi bahwa hanya medan magnetiklah yang
tercipta Johann Seebeck menamakannya dengan istilah termomagnetik, hingga
pada akhirnya fisikawan dari denmark Hans Christian Orsted menyempurnakan
teori Seebeck tersebut, bahwa ada arus yang mengalir dalam proses tersebut tidak
hanya medan magnetik saja dan jika kita menciptakan suatu loop tertutup untuk
sistem tersebut, maka kita akan memperoleh EMF (Electromotion Force) dengan
nilai sebesar microvolt per kelvin, atau kenaikan 1mV setiap 1 kelvinnya untuk
EMF yang dapat dihasilkan oleh sistem tersebut.

Gambar 2.1 Efek Seebeck

Pada tahun 1934 Jean Charles Peltier menemukan fenomena termoelektrik yang
berlawanan dengan milik Thomas Johann Seebeck, Charles Peltier mencoba
melakukan percobaan yang berbeda dengan Seebeck. Ketika arus listtrik melewati
persambungan dari pada konduktor yang saling berbeda jenis maka akan timbul
perbedaan suhu di kedua konduktor tersebut. Konduktor yang satu akan menyerap
panas dari lingkungan dan konduktor yang satu lagi akan melepas panas ke
lingkungan. Efek Peltier sering digunakan sekarang dalam pembuatan pendingin
tanpa freon, salah satunya adalah kulkas mini, pendingin portable untuk serum

Universitas Sumatera Utara


3

dalam bidang kesehatan, cabin pendingin pada mobil dan masih banyak lagi
contoh lainnya, dan sekarang terknologi termoelektrik ini menjadi pilihan utama
dalam pembuatan pendingin ramah lingkungan. Setelah kedua penemu tersebut,
percobaan mengenai termoelektrik sempat mengalamai kemunduran dikarenakan
nilai efisiensi konfersi energi oleh termoelektrik sangat rendah pada saat itu, dan
tidak ada perkembangan yang begitu mencolok, sampai pada AF Loffe mampu
menaikkan nilai efisiensi dari pada proses konversi termoelektrik menjadi 4%.

Gambar 2.2 Efek Peltier

Untuk lebih mudah memahami dan mempelajari termoelektrik lebih lanjut maka
dibuatlah sebuah modul termoelektrik seperti termokopel dan elemen Peltier.
Bahan dalam pembuatan termokopel dan elemen peltier tersebut memiliki standar
kelayakan agar tidak terlalu kecil nilai keluaran yang dihasilkan atau nilai
konfersinya dari sebuah modul termoelektrik tersebut. Kelayakan dari sebuah
bahan penyusun modul termoelektrik dilihat dari Figure of Meritnya (ZT).
𝛼𝛼 2 𝑇𝑇
𝑍𝑍𝑍𝑍 = ........................................................................................................ (2.1)
𝜌𝜌𝜌𝜌

Dimana ZT adalah Figure of Merit dari suatu bahan pembentuk modul


termoelektrik, α adalah koefisien Seebeck, T adalah temperatur absolute, ρ adalah

Universitas Sumatera Utara


4

hambatan elektrik, dan k adalah konduktivitas temal. Setelah percobaan dari


Thomas Johann Sebeck penelitian mengenai fenomena termoelektrik ini sempat
tidak tersentuh lagi sampai akhirnya pada tahun 1913 WW Coblenz kembali
melakukan percobaan termoelektrik tersebut dengan menggunakan tembaga dan
constantan (constantan merupakan logam campuran antara nikel dengan tembaga)
dengan nilai efisiensi konversi sebesar 0,008%, untuk membuat sebuah
termophile detector yang digunakannya di LICK observatorium untuk mengukur
IR radiasi dari 110 bintang, dan planet mars, venus, dan jupiter. Sistem tersebut
berhasil membangkitkan listrik sebesar 0,6mW. Dari percobaan penemu
sebelumnya yang dilakukan oleh WW Coblenz, AF Loffe pada tahun 1956,
melanjutkan percobaan dari fisikawan-fisikawan sebelumnya menggunakan
bahan-bahan semikonduktor dalam percobaan termoelektrik dan hasilnya sangat
mengejutkan, nilai efisiensi pada proses konfersi termoelektrik tersebut meningkat
menjadi 4% dari yang hanya berkisar 0,008% pada penelitian sebelumnya, dan
pencarian akan bahan yang sesuai untuk proses termoelektrikpun masih terus
berlanjut hingga sekarang karena proses konversi pada termoelektrik termasuk
proses konversi langsung tanpa harus mengubah suatu energi kepada tahap
pengalihan sebelum menjadi energi listrik, contohnya seperti turbin yang ada pada
PLTA. Turbin tersebut merubah daya dorong air pada kincir menjadi energi gerak
untuk generator agar dapat menghasilkan listrik.
Sekarang sistem termoelektrik sedang banyak dikembangkan diberbagai negara
agar dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif, pengembangan
termoelektrik tersebut sangat pesat, terutama pada negara-negara yang sedang
bekembang. Termoelektrik kadang digunakan sebagai pengganti solarcell yaitu
solartermal, dengan mengubah nilai panas dari pada matahari menjadi energi
listrik. Efisiensi dari pada modul-modul termoelektrik yang ada pada saat ini
masihlah terbilang rendah, oleh karena itu penelitian akan termoelektrik terus di
tingkatkan oleh para pengembang serta peneliti untuk mencapai nilai efisiensi
yang cukup tinggi agar dapat mendekati efisiensi Carnot.
Sekarang berbagai modul termoelektrik sedang dikembangkan dengan
menggunakan berbagai macam campuran. Walaupun fenomena termoelektrik ini
sempat ditinggalkan karena nilai efisiensinya yang sangat rendah, namun

Universitas Sumatera Utara


5

semenjak tahun 1990-an penelitian akan termoelektrik ini bangkit kembali. Ada
beberapa alasan kenapa penelitian mengenai termoelektrik ini dibangkitkan
kembali, diawali dengan ditemukannya material superkonduktor High-Tc pada
awal 1986 dari bahan yang tidak diduga-duga (ceramic material), diharapkan
dengan ditemukannya bahan tersebut dapat meningkatkan efisiensi dari pada
modul termoelektrik nantinya, sehingga dapat menjadi sumber enegi cadangan
utama. Alasan kedua, semenjak tahun 1980-an teknologi material terus
berkembang, salah satunya dengan kemampuan menyusun sebuah material
tersebut dalam level nano. Teknologi XPS (X-ray Photoelectron Spectroscopy),
UPS (Ultraviolet Photoelectron Spectroscopy), STM (Scanning Tunneling
Microscopy) juga memudahkan peneliti dalam menganalisis struktur material.
Alasan ketiga adalah pada awal tahun 1990 tuntutan dunia mengenai teknologi
yang ramah lingkungan sangat besar, hal tersebut memberikan imbas kepada
teknologi re-cycle energi, salah satunya teknologi termoelektrik yang dipandang
dapat sebagai sumber energi alternatif diwaktu mendatang, sehingga berbagai
jenis cara mengemas pun mulai menjadi sorotan para produsen dalam
mengembangkan teknologi serta modul untuk termoelektrik ini, serta pemilihan
bahan baku pun turut diperhatikan.

2.2 Efek Termoelektrik

Efek termoelektrik adalah efek fisika yang menyangkut tentang konversi energi,
yaitu konversi energi termal menjadi energi listrik ataupun sebaliknya konversi
energi listrik menjadi energi termal. Efek termoelektrik ini sekarang sudah mulai
diterapkan diberbagai jenis alat salah satunya yaitu generator termoelektrik, dan
diberbagai barang elektronik lainnya, walaupun masih pada barang-barang
tertentu saja. Efek termoelektrik pertama kali di temukan oleh Thomas Johann
Seebeck yaitu berupa pembangkit listrik dalam ukuran mikrovolt dan
dikembangkan oleh para penemu lainnya dan kemudian Jean Charles Peltier
menemukan aplikasi efek termoelektrik dengan fungsi yang berlawanan yaitu
berupa pendingin termoelektrik

Universitas Sumatera Utara


6

2.2.1 Efek Seebeck

Efek Seebeck adalah konversi langsung energi panas menjadi energi listrik,
ditemukan pada 1821 oleh fisikawan Jerman-Estonia Thomas Johann Seebeck,
dengan percobaannya menyambungkan dua buah konduktor yang berbeda jenis
dengan meletakkan kompas di bawah persambungan konduktor tersebut, sambil
memanaskan salah satu ujung konduktor tersebut dan mempertahankan suhu
konduktor yang lain, ternyata jarum kompas yang berada pada bawah
persambungan tersebut bergerak dikarenakan adanya arus listrik dan medan
magnet, namun Seebeck tidak menyadari adanya arus listrik yang mengalir dalam
sistem tersebut sehingga Seebeck menyebut fenomena ini dengan termagnetik
inilah awal mula lahirnya teori mengenai termoelektrik.
Fisikawan dari Denmark, Hans Christian Orsted memperbaiki teori Seebeck
dimana adanya arus listrik yang mengalir pada proses tersebut tidak hanya medan
magnet saja, sehinga istillah termomagnetik tadipun berubah menjadi
termoelektrik, seperti yang kita kenal sekarang ini. Dengan pengembangan dari
berbagai peneliti-peneliti berikutnya seperti WW Coblenz, AF Loffe, dan masih
banyak lainnya, dengan penelitian mereka baik mengenai bahan pembentuk
maupun kerangka penyusunan konduktor, semua itu membuat teori Seebeck
inipin terus berkembang sebagai dasar pemikiran bagi peneliti efek termoelektrik
yang lainnya. Para peneliti digenerasi berikutnya lebih memfokuskan pada
peningkatan efisiensi dari pada modul termoelektrik tersebut dalam menghasilkan
suatu nilai gaya gerak listrik (GGL) atau EMF (Electromotion Force). Perubahan
nilai tegangan yang terjadi pada modul termoelektrik sesuai dengan besar nilai
beda suhunya disebut koefisien Seebeck atau sensitifitas termoelektrik.

Universitas Sumatera Utara


7

Gambar 2.3 Efek Seebeck

Dalam perhitungan tegangan yang dapat dihasilkan oleh proses termoelektrik ini
adalah :
T2
V= ∫T1 �αB (T) − αA (T)�dT ...................................................................... (2.2)
Dimana αA dan αB adalah koefisien Seebeck dari logam A dan B sebagai fungsi
dari temperatur, T2 dan T1 adalah temperatur persambungan dari kedua konduktor.
Koefisien Seebeck adalah besaran nonlinier sebagai fungsi dari temperatur. Jika
nilai koefisien Seebeck konstant untuk jangkauan temperatur yang diukur maka
rumus dapat disederhanakan menjadi :
V= (αA − αB )*(T2 − T1 ) ........................................................................ (2.3)
Tegangan ataupun arus listrik dapat timbul pada persambungan dua buah
konduktor pada proses termoelektrik dikarenakan adanya pergerakan dari elektron
pada konduktor, yang diakibatkan oleh energi berlebih yang diberikan oleh beda
suhu (∆T = T 2 – T1) yang memaksa elektron pada konduktor berpindah, semakin
besar nilai beda suhu pada konduktor maka akan semakin besar nilai arus dan
tegangan yang dihasilkan.
Parameter yang paling penting dalam menentukan daya dari pada termoelektrik
generator adalah efisiensi dan daya keluarannya. Efisiensi adalah sebuah rentang

Universitas Sumatera Utara


8

atau jarak jangkau dari sebuah daya keluaran listrik oleh termoelektrik generator,
secara matematis efisiensi modul termoelektrik adalah:
𝑃𝑃𝑜𝑜
𝜂𝜂 = .......................................................................................................... (2.4)
𝑞𝑞 ℎ

Daya keluaran dari termoelektrik adalah nilai energi yang terdisipasi pada beban.
Daya panas yang diterima modul termoelektrik pada sisi pans diberikan oleh :

qh =αTh I+ 12 I2 R+KΔT ............................................................................. (2.5)


Dimana α adalah koefisien Sebeeck, Th adalah suhu pada sisi panas modul
termoelektrik, I adalah arus, R adalah hambatan listrikΩ),
( K adalah total
konduktansi termal dari modul pendingin termoelektrik ∆T
dan adalah beda
temperatur pada sisi panas dan dingin (Th - Tc). Dalam pembicaraan mengenai
daya generator (termoelektrik generator), arah positif aliran arus, mengalir dari p
parameter ke lengan n pada sisi dingin. Daya listrik yang dihasilkan adalah :

PO =I2 Rl=VI ............................................................................................... (2.6)


Dimana RL adalah hambatan beban, maka nilai arus diberikan oleh :
𝛼𝛼𝛼𝛼𝛼𝛼
𝐼𝐼 = (𝑅𝑅+𝑅𝑅 ................................................................................................ (2.7)
𝐿𝐿 )

Karena nilai teganngan open loop diberikan oleh


∆T, αma ka efisiensi dari
termoelektrik generator menjadi :
I2 R L
η= 1 ................................................................................ (2.8)
�αTh I+2I 2 R+KΔT�

Sekarang kita akan menghitung sistem kerja yang memaksimalkan efisiensi, kita
anggap S = RL/R. Maka efisiensi menjadi :
ΔT
� T �S
h
η= ΔT (1+S)2 RK
.................................................................. (2.9)
�(1+S)−�2T �+� 2 ��
h α Th

Sekarang kita lihat jika, RK kita perkecil nilainya maka efisiensi akan mencapai
nilai maksimum. Karena itu bentuk persamaan yang memeberikan efisiensi
maksimum diberikan oleh :
1
Γn ρn kp �2
γp = �ρn kp � ............................................................................................. (2.10)

dengan parameter ini maka efisien dari pada termoelektrik generator adalah :

Universitas Sumatera Utara


9

ΔT
� T �s
h
η= (1+s)2
...................................................................... (2.11)
ΔT
�(1+s)−�2T �+� zT ��
h h

Beban optimum dihitung dari efisiensi dengan membuat nilai s sama dengan nol.
Maka keduanya sekarang akan mencapai nilai optimum, baik hambatan beban dan
efisiensi adalah :
(ΔT⁄Th )(ω+1)
η= [ω+(Tc ⁄Th )]
...................................................................................... (2.12)

Dalam keadaan optimum arus keluarannya adalah :


αΔT
I= ................................................................................................... (2.13)
R(ω+1)
Dan tegangan keluarannya adalah :
ω αΔT
v= (ω+1) =α(ΔT)-IR........................................................................... (2.14)
Daya yang dihasilkan :

Po = �ωR � ��ω+1
αΔT

� ......................................................................................... (2.15)

Hamabatan dalamnya akan sama nilai dengan pendingin termoelektrik diberikan


oleh:
1⁄2 1⁄2
α 1 ρp α 1 ρ
R= �
Z 1⁄2
� � γ � �k � =�
Z 1⁄2
� �γ � �kn � ...................................... (2.16)
p p n n

Atau
2L
R= � � �ρn +ρp �...................................................................................... (2.17)
A T

Dalam persamaan sebelumnya, hambatan beban dan juga persamaan


dibuat untuk mendapatkan nilai maksimum dari efisiensi, sekarang kita akan
mengatur parameter untuk mencapai keluaran daya yang maksimum. Hambatan
beban kita setting mendekati nol untuk mendapatkan nilai daya keluaran yang
maksimum, maka persamaan yang akan berpengaruh adalah persamaan (2.11) dan
(2.12). Maka akan kita dapatkan RL = R, dengan demikian maka teggangan
keluarannya adalah :
1
v= αΔT ..................................................................................................... (2.18)
2
dan arusnya adalah :

Universitas Sumatera Utara


10

αΔT
I= ......................................................................................................... (2.19)
2R
maka daya keluarannya :
2
Po = �αΔT
4R

.................................................................................................. (2.20)

2.2.2 Efek Peltier

Efek Peltier ditemukan oleh seorang Fisikawan Perancis, Jean Charles Peltier
Athanase pada, Tahun 1834. Peltier menemukan bahwa arus listrik akan
menimbulkan beda suhu pada persambungan dari dua buah konduktor yang
berbeda jenis. Pada tahun 1838, Lenz menunjukkan bahwa tergantung pada arah
arus listrik bentuk panas yang terhasilkan, panas dapat dihilangkan dari
persambungan untuk membekukan air, atau dengan membalik arah arus listriknya,
kita dapat menghasilkan panas untuk mencairkan es. Panas yang diserap atau
dihasilkan pada persambungan sebanding dengan besar arus listrik yang mengalir
pada konduktor tersebut. Ketika EMC (Electromotive Current) melewati
persambungan elektronik diantara dua buah konduktor (A dan B), panas di
pindahkan dari persambungan. Untuk membuat pemompaan yang sesuai maka
dibuat begitu banyak persambungan diantara kedua plat. Satu sisi panas dan sisi
yang lainnya dingin. Sebuah alat disipasi panas ditambahkan pada sisi panas
untuk mempertahankan keadaan dingin pada sisi dingin, dan nilai dari pada
pelepasan panas serta penyerapan panasnya sesuai dengan arus yang mengalir
pada persambungan. Konstanta perbandingan tersebut dikenal sebagai koefisien
Peltier (Π).
Panas Peltier (Q) diserap oleh persambungan yang lebih rendah tiap satuan waktu
adalah sama dengan :
Q=ΠAB I=(ΠA − ΠB )I .............................................................................. (2.21)
Dimana ΠAB adalah koefisien Peltier untuk termokopel dari bahan A dan B, dan I
adalah arus listrik yang mengalir didalam persambungan konduktor tersebut. Efek
peltier dapat dianggap sebagai respon feedback terhadap efek Seebeck. Dalam
proses termoelektrik generator efek Seebeck dan efek Peltier aktif hampir pada
saat yang bersamaan.

Universitas Sumatera Utara


11

Gambar 2.4 efek Peltier

Cara kerja Efek Peltier adalah dengan menciptakan aliran panas dalam
persambungan konduktor yang berbeda jenis. Efek Peltier ini juga sering disebut
dengan termoelektrik pompa panas atau dengan kata lain, panas yang tercipta
akibat menyerap energi listrik pada satu sisi elemen dialirkan ke sisi yang satunya
sehingga menciptakan beda suhu pada persambungan konduktor tersebut. Efek
Peltier ini menjadi solusi dalam pembuatan pendingin yang ramah lingkungan,
karena dengan pendingin termoelektrik ini kita bisa berpaling dari penggunaan
pendingin dengan refrigan (freon).

2.3 Modul Termoelektrik

Modul termoelektrik adalah sebuah alat yang mengaplikasikan fenomena


termoelektrik sebagai dasar kerjanya yang berfungsi sebagai alat pengkonversi
energi panas menjadi energi listrik, demikian juga sebaliknya mengkonversi
energi listrik menjadi energi panas. Modul termoelektrik tersusun dari
sekumpulan matrik yang tersusun atas beberapa sambungan konduktor, yang
mana konduktor-konduktor tersebut tersusun secara seri dan paralel. Setiap
susunan dari pada konduktor tersebut memiliki fungsinya masing-msing, susunan

Universitas Sumatera Utara


12

seri untuk meningkatkan tegangan keluaran yang dihasilkan oleh modul dan
susunan paralel untuk meningkatkan arus keluaran dari modul termoelektrik.
Dalam pembuatan sebuah modul termoelektrik yang harus diperhatikan adalah
Figure of Merit dari bahan pembentuk. Figure of Merit merupakan faktor utama
yang harus diperhatikan dari suatu bahan konduktor dalam pembuatan sebuah
modul termoelektrik, kesanggupan bahan untuk menghantarkan listrik dengan
baik, dapat terjadinya perpindahan elektron pada bahan, yang hanya dengan beda
suhu yang relatif rendah dan kesanggupan bahan untuk menerima panas yang
tinggi secara terus menerus dalam waktu yang lama itu semua diperlukan untuk
membentuk modul yang baik.
Modul Termoelektrik yang sekarang beredar dipasaran menggunakan bahan
semikondukktor sebagai komponen utamanya (Bi2Te3, PbTe, dan SiGe) dan
tembaga (Cu) sebagai akselerator atau pembantu dalam proses perpindahan
elektron untuk meningkatkan nilai keluaran dari modul. Pada saat ini Bi2Te3
memiliki Figure of Merit yang paling tinggi, namun karena terurai dan teroksidasi
pada suhu 500oC pengguaannya masih terbatas. Rendahnya Figure of merit dari
pada bahan penyusun modul menyebabkan rendahnya nilai efisiensi konversi
yang dihasilkan oleh modul termoelektrik, yang mana saat ini nilai efisiensi dari
pada modul termoelektrik masih dibawah 10% dan terus menurun pada
penggunaannya sebagai sebuah generator, namun setelah pihak Yamaha.Co,Ltd
berhasil menaikkan Figure of Merit dari pada bahan sebesar 40% dari yang ada
selama ini, meningkatkan semangat para peneliti lain untuk ikut juga dalam
pengembangan tersebut.

(a) (b)
Gambar 2.5 contoh modul termoelektrik (a) elemen Peltier (b) termokopel

Universitas Sumatera Utara


13

Dalam pengaplikasiannya termoelektrik pada suatu peralatan membutuhkan


penyetelan yang cukup baik, dikarenakan sebagian besar dari komponen-
komponen listrik sangat sensitif dengan panas. Panas yang berlebih dapat
mempengaruhi efisinsi bahkan kinerja komponen listrik yang lain. Pada tahun
1977, NASA menerbangkan sebuah pesawat ulang-aling pertama didunia yang
menggunakan modul termoelektrik pada bagian sumber tenaganya yaitu pesawat
voyager I dan voyager II, karena pesawat tersebut diperuntukkan untuk mencari
informasi mengenai luar angkasa sehingga pesawat tersebut memerlukan tenaga
yang stabil untuk dapat mengelola data sampel yang didapat.
Pada bagian modul termoelektrik yang digunakan oleh pesawat voyager I dan II
adalah jenis RTGs (Radioisotop Terrmoelektric Generators). RTGs merupakan
modul termoelektrik yang menggunakan radiasi sebagai sumber panasnya, dan
pada bagian pemanasnya RTGs menggunakan Plutonium-238. Sistem tersebut
mampu menghasilkan energi listrik sebesar 400W secara kontinu tanpa perawatan
apapun.
Keberhasilan NASA ini memberikan peluang yang luas dalam aplikasi lainnya.
Salah satunya adalah yang dikerjakan oleh salah satu perusahaan mobil yang
cukup terkenal yaitu NISSAN, dengan memanfaatkan panas dari mesin mobil.
Seperti yang kita ketahui, bahan bakar yang kita gunakan untuk kendaraan kita
tidak semuanya berubah menjadi tenaga penggerak, jika kita persentasekan, dari
100% bahan bakar yang kita pakai, hanya sekitar 30% dari bahan bakar tersebut
yang kita gunakan untuk menjalankan kendaraan kita, sebagian besar energi dari
bahan bakar tersebut berubah menjadi bentuk panas di radiator dan gas buangan.
Diantara kedua panas tersebut, gas buangan memiliki perbedaan panas yang lebih
tinggi, yakni sekitar 300 - 700 derajat Celcius, sehingga lebih baik untuk
dikonversikan menjadi energi penggerak mobil. Dengan memanfaarkan gas
buangan ini, mobil-mobil produksi NISSAN mampu menghemat bahan bakar
sebesar 10%.
Contoh menarik lain dalam pengaplikasian efek termoelektrik ini adalah yang
dilakukan oelh SEIKO CO Ltd. SEIKO memasarkan jam termoelektrik sejak
tahun 1988 dengan nama SEIKO THERMIC. Jam tangan ini memanfaatkan
perbedaan suhu tubuh dan suhu sekitarnya sebagai pembangkit energi.

Universitas Sumatera Utara


14

Bahan yang digunakan pada modul termoelektrik yang ada pada jam tersebut
adalah Bismuth-tellurium, jam tangan ini mampu menghasilkan listrik sebsar
0,2mV/oC. Jika 1000 buah material tersebut dipasang seri, tentu akan
menghasilkan tegangan listrik sebesar 0,2V dalam tiap perbedaan 1oC. Untuk itu,
SEIKO membuat unit pembangkit listrik yang terdiri atas 10 buah modul
termoelektrik yang masing-masing berisikan 100 kawat mikro bismuth-tellurium.
Dari setiap unit inilah dihasilkan energi listrik sebesar 0,15V untuk mengisi
baterai litium pada jam tersebut.

2.3.1 Pendingin Termoelektrik

Pendingin termoelektrik merupakan sebuah alat yang mengaplikasikan sistem


kerja dari pada efek Peltier, dimana ketika sepasang konduktor yang berbeda jenis
dihubungkan dan dialirkan arus maka pada persambungan konduktor tersebut
akan terjadi perbedaan suhu, pada konduktor yang satu akan melepaskan
panasnya ke lingkungan dan konduktor yang satu lagi akan berusaha menyerap
panas dari lingkungan. Besar beda suhu yang ada pada konduktor bergantung
pada nilai arus yang mengalir.
Namun tidak semua konduktor dapat digunakan dalam pembuatan modul
termoelektrik untuk pendingin termoelektrik karena nilai hambatan termal yang
dimiliki beberapa konduktor pada umumnya (seperti, tembaga, aluminium, baja
dll) bernilai cukup besar, sehingga dengan mudah panas yang dihasilkan oleh arus
yang mengalir akan berpindah dengan cepat dan menyebabkan beda suhu yang
diharapkan, hanya dapat bertahan untuk beberapa saat saja, sehingga tidak bisa
terciptanya dingin yang cukup untuk mendinginkan.

Universitas Sumatera Utara


15

Gambar 2.6 Pendingin Termoelektrik

Seperti pada gambar 2.6 penyusun modul termoelektrik merupakan dua buah
semikonduktor yang berbeda jenis. Bahan semikonduktor yang sering digunakan
adalah Bismuth Telluride (Bi2Te3) dan diberikan “doping” untuk membuat
semikonduktor tipe-P dan semikonduktor tipe-N, atau dengan kata lain memaksa
agar elektron valensi pada semikonduktor tersebut bertambah agar bersifat lebih
negatif (tipe-N), dan juga semikonduktor yang lain menajdi kekurangan elektron
agar bernilai lebih positif (tipe-P).
Cara kerja dari pada pendingin termoelektrik ini adalah besar nilai serapan panas
pada sisi dingin tersebut sama besarnya dengan arus yang mengalir pada
persambungan semikonduktor (A = ∆T), dan panas yang diserap oleh sisi dingin
modul akan dialirkan ke sisi panas modul termoelektrik. Aplikasi dari pada
pendingin termoelektrik ini sering digunakan pada kulkas portabel, tempat
penyimpanan vaksin oleh rumah sakit, cabin pendingin pada mobil, dan masih
banyak contoh-contoh lainnya.
Syarat sebuah alat pendingin dinyatakan ideal adalah :
1. Tidak ada pemanasan Joule
𝑄𝑄𝐶𝐶 = (𝛼𝛼𝑃𝑃 − 𝛼𝛼𝑁𝑁 ) ∗ 𝐼𝐼 ................................................................................. (2.22)
2. Tidak ada panas konduksi
𝑄𝑄𝐶𝐶 = 𝐾𝐾 ∗ (𝑇𝑇𝐻𝐻 − 𝑇𝑇𝐶𝐶 ) ................................................................................ (2.23)

Universitas Sumatera Utara


16

Dalam kenyataannya tidak ada alat pendingin termoelektrik yang memiliki


kriteria diatas, jika rumuskan dalam matematis, modul termoelektrik yang ada
hanya memenuhi keadaan berikut :
𝑅𝑅
𝑄𝑄𝐶𝐶 = [(𝛼𝛼𝑃𝑃 − 𝛼𝛼𝑁𝑁 ) ∗ 𝐼𝐼] − �𝐼𝐼 2 ∗ � − [𝐾𝐾 ∗ (𝑇𝑇𝐻𝐻 − 𝑇𝑇𝐶𝐶 )] ...................(2.24)
2
Dimana R adalah hambatan listrik :
𝐿𝐿𝑃𝑃 𝐿𝐿𝑁𝑁
𝑅𝑅 = + ...................................................................................(2.25)
𝐴𝐴𝑃𝑃 𝐴𝐴𝑁𝑁

Dan K adalah konduksi termal :


𝑘𝑘 𝑃𝑃 𝐴𝐴𝑃𝑃 𝑘𝑘 𝑁𝑁 𝐴𝐴𝑁𝑁
𝐾𝐾 = + ...........................................................................(2.26)
𝐿𝐿𝑃𝑃 𝐿𝐿𝑁𝑁

Dan k adalah koefisien konduktifitas termal.


Fenomena efek Peltier ini juga disebut dengan pompa kalor. Jika dibandingkan
dengan teknologi refrigerasi kompresi uap, termoelektrik memiliki berbagai
macam kelebihan antara lain: pemanas ataupun pendingin dapat diatur dengan
mudah hanya dengan meyesuaikan arah arusnya saja, kita tidak membutuhkan
refrigan (freon), tidak ada getaran, tidak berisik dan tidak perlu perawatan khusus.
Kelemahan dari termoelektrik ini adalah pada efisiensinya yang masih rendah.
Aplikasi dari modul termoelektrik dalam hal alat pendingin cukup luas
berkembang, seperti alat pendingin wine di hotel-hotel yang ada di jepang.
Pendingin dengan termoelektrik ini sangat populer disana karena alat pendingin
dengan termoelektrik ini tidak menimbulkan suara bising ataupun getaran seperti
pada kulkas yang biasanya. Lalu ada MITSUBISHI dengan produksi kulkas
termoelektriknya yang mampu menghemat energi sebesar 20% dibandingkan
dengan kulkas biasa. Teknologi termoelektrik trus berkembang seiringnya jaman
untuk menciptakan teknologi yang ramah lingkungan.

2.3.2 Termoelektrik Generator

Termoelektrik generator adalah sebuah alat yang mengaplikasikan efek


termoelektrik untuk menghasilkan listrik dari beda suhu yang bekerja pada alat.
Termoelektrik generator bekerja dengan sistem yang berlawanan dengan
pendingin termoelektrik, pendingin termoelektrik menghasilkan beda suhu dari

Universitas Sumatera Utara


17

arus yang mengalir, sedangkan termoelektrik generator menghasilkan arus dari


beda suhu yang bekerja. Karena termoelektrik generator dalam kerjanya
menerapkan efek Seebeck yang mana, besarnya arus yang mengalir pada
persambungan konduktor setara dengan nilai beda suhu yang ada pada konduktor
tersebut, dan efek ini akan terus berlangsung sampai kedua konduktor tersebut
mencapai kesetimbangan dimana tidak ada lagi perbedaan suhu antara kedua
konduktor tersebut (TH = TC).

Gambar 2.7 termoelektrik generator

Efisiensi dari pada termoelektrik generator pertama kali dimana bahan bimetal
digunakan sebagai bahan konduktor pada modul termoelektrik sangatlah buruk
karena nilai konversi panas yang dihasilkan tidak dapat memenuhi kebutuhan
listrik dalam skala kecil sekalipun. Nilai efisiensi dari pada modul termoelektrik
yang sekarang cukup memuaskan dan bahkan masih terus berkembang, dimana
modul termoelektrik sekarang menggunakan bahan semikonduktor sebagai bahan
konduktornya yaitu Bismuth Telluride (Bi2Te3), Timbal Telluride (PbTe),
Kalsium Magnesium Okside (Ca2Mn3O8) dan kombinasi yang lainnya.
Termoelektrik generator tidak membutuhkan komponen yang bergerak sebagai
pembangkit listrik, dengan mengesampingkan kipas yang merupakan elemen luar
dari modul termoelektrik yang biasa digunakan sebagai pendingin pada sisi

Universitas Sumatera Utara


18

dinginnya. Termoelektrik generator sering digunakan pada peralatan yang


membutuhkan sumber tenaga yang relatif kecil, walaupun masih belum dapat
menghasilkan nilai yang memuaskan, termoelektrik generator sekarang ini sangat
efisien digunakan pada peralatan yang simple. Pada pameran GOOGLE
SCIENCE FAIR 2013 sebuah hollow lamp atau senter tanpa baterai, yang hanya
menggunakan 3 buah modul termoelektrik dapat menyalakan senter. Dengan
pameran tersebut di tunjukkan sebagai sebuah landasan pemikiran bahwa
teknologi termoelektrik dapat kembali dilirik oleh para peneliti sebagai sumber
energi cadangan yang patut di perhitungkan dimasa mendatang.

2.4 Sensor

Sensor sering didefinisikan sebagai “alat yang menerima dan merespon sebuah
sinyal atau rangsangan” perihal tersebut tidak salah namun hanya definisi sensor
secara meluas. Sensor mengontrol hampir semua hal dari pandangan manusia dan
menjadikannya seperti sebuah pelatuk pistol, jika kita tarik pelatuk tersebut maka
hampir secara bersamaan peluru akan langsung melesat keluar dari dalam pistol
dan bergerak sesuai dengan arah yang ditentukan.
Sensor sebenarnya adalah alat yang menseleksi setiap data (sinyal) atau
rangsangan, penjelasan yang satu inipun merupakan pengertian lain dari sensor
secara meluas hanya saja lebih merinci, seperti ketika kita mengisi air pada sebuah
wadah, untuk mengetahui wadah tersebut penuh atau tidak kita harus melihatnya,
tapi mata itu sendiri bukanlah sebuah sensor, melainkan hubungan antara mata
yang melihat wadah dan wadah itu sendiri dengan bentuknya yang sedemikian
rupalah yang dinamakan sensor, maka sensor adalah sebuah sistem yang dapat
membantu pekerjaan manusia sesuai dengan parameternya.
Istilah sensor harus dibedakan dengan transducer, pada akhirnya transducer
memang sebuah pengkonversi sebuah energi menjadi bentuk energi yang lain,
walaupun pada pengertian sebelumnya mengubah segala jenis energi menjadi
listrik. Sebagai contoh dari sebuah transducer adalah speaker, speaker mengubah
energi listrik menjadi sebuah medan magnet dan kemudian mengubahnya lagi
menjadi gelombang akustik. Hal tersebut tak ada hubungannya dengan persepsi

Universitas Sumatera Utara


19

atau merasakan. Transducer bisa digunakan sebagai sebuah penggerak pada


beberapa sistem tertentu. Sebuah penggerak sangat berlawanan dengan sensor,
penggerak mengubah sinyal listrik menjadi bentuk sinyal lain. Sebagai contoh
motor listrik adalah sebuah aktuator; motor listrik mengubah energi listrik
menjadi energi gerak mekanik.
Transducer mungkin adalah bagian dari sebuah sensor yang kompleks, sebagai
contoh sebuah sensor kimia mungkin memiliki bagian yang mengubah reaksi
kimia menjadi panas (transducer) dan bagian yang lainnya adalah sebuah
termokopel, yang mengubah panas menjadi sinyal listrik. Kombinasi dari
keduanya membentuk sensor kimia, sebuah alat yang menghasilkan sinyal listrik
sebagai respon terhadap sebuah reagent.
Sensor kimia yang kita bahas sebelumnya adalah contoh dari sensor kompleks,
yang mana tersusun dari transducer non-elektrik dan sebuah sensor langsung yang
mengubah panas menjadi listrik. Perkiraan ini memungkinkan bahwa sensor
terdiri dari sensor langsung dan transducer. Sensor langsung adalah jenis sensor
yang merespon langsung sebuah rangsangan fisis dan mengubahnya menjadi
sinyal listrik atau mengubah respon listrik menjadi bentuk lain. Contoh dari sensor
langsung adalah efek Seebeck, efek photolistrik, ACS 712 dan banyak lainnya.
Ada dua jenis sensor yaitu : sensor lansung dan sensor kompleks. Sensor langsung
mengubah rangsangan menjadi sinyal listrik atau merubah sebuah sinyal listrik
melalui sebuah efek fisis ataupun respon elektrik, sedangkan pada sebuah sensor
kompleks membutuhkan transducer energi tambahan sebelum sensor langsung
dapat ditambahkan agar dapat menghasilkan energi keluaran berupa energi listrik.
Sensor banyak jenisnya pada jaman berkembang sekarang. Dilihat dari sistem
kerjanya sensor terbagi menjadi dua jenis yaitu sensor langsung dan sensor
kompleks. Kita tinjau dari besarannya sensor terbagi menjadi lima jenis yaitu,
sensor termal, sensor cahaya, sensor mekanik, sensor magnetis dan sensor kimia,
dan kita hanya akan membahas mengenai sensor yang kita gunakan pada alat ini
saja.

Universitas Sumatera Utara


20

2.4.1 Sensor Termal

Sensor Termal adalah alat yang dapat mendeteksi perubahan suhu dengan
keluarannya berupa signal listrik sehingga nilai tersebut dapat terukur. Nilai yang
diukur oleh sensor termal adalah perubahan suhu pada suatu benda sumber panas,
bukan intensitas panas dari benda tersebut. Jenis sensor termal begitu banyak
beredar dipasaran, yaitu thermistor (NTC (Negative Termal Coeficient), PTC
(Positive Termal Coeficient) dan CTR (Critical Temperatur Resistance)),
termokopel, RTD (Resistance Temperature Detector), sensor termal rangkaian
terpadu (IC) masing-masing sensor memiliki batasan-batasannya tersendiri dan
bahkan memiliki kondisi khusus atau parameter tersendiri dalam melakukan
indikasi terhadap panas, dan salah satu sensor termal yang paling sering
digunakan dipasaran dan terutama diindustri adalah termokopel.
Termokopel memiliki jenis respon yang sama dengan sensor termal jenis IC, yaitu
termokopel merasakan perubahan suhu dan mengindikasikannya dengan
perubahan nilai tegangan. Termokopel mampu mengukur temperatur dalam
jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari
1oC. Untuk mengukur perubahan panas yang terjadi pada benda, gabungan dua
jenis konduktor sering digunakan pada ujung termokopel yang menyentuh benda
panas yang akan diukur. Konduktor tersebut kemudian akan mengalami gradiasi
suhu dan mengalami perubahan tegangan yang berbeda sesuai dengan kenaikan
temperatur.
Termokopel mengukur temperatur diantara dua titik acuan, dan bukannya
temperatur absolut. Cara kerja dari sebuah termokopel adalah dengan menetapkan
suatu suhu referensi pada salah satu ujung termokopel (termokopel akan
menjadikan suhu sekitar menjadi suhu acuannya) dan ujung termokopel yang lain
diarahkan ke pada benda yang ingin diukur suhunya. Dipasaran termokopel
banyak sekali jenisnya :

1. Tipe K (Chromel(Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))

Universitas Sumatera Utara


21

Termokople tipe K sering digunakan untuk pemakaian umum, harga lebih murah
dibandingkan dengan termokopel jenis yang lainnya. Rentang suhu yang dapat
diukur oleh tipe K -200oC - +1200oC
2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy)
Tipe E memiliki output yang besar sehingga cocok digunakan pada temperatur
rendah.
3. Tipe J (iron / Constantan)
Rentang suhu untuk pemakaian tipe J sangat kecil (-40oC - +750oC) membuat
termokopel tipe J kurang populer digunakan. Tipe J memiliki sensitifitas sekitar -
52µV/oC
4. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk
pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Tipe N dapat mengukur suhu diatas
1200oC. Sesnsitifitas termokopel tipe N sekitar 39µV/oC pada 900oC, sedikit
dibawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan dari tipe K
5. Tipe T (Copper / Constantan)
Termokopel tipe T cocok untuk pengukuran antara -200oC - +350oC. Termokopel
tipe memiliki sensitifitas ~ 43µV/oC
Kelebihan termokopel dari pada sensor termal yang lain mengapa termokopel
lebih sering digunakan adalah:
1. Respon yang cepat terhadap perubahan suhu
2. Akurasi yang tepat dalam pengukuran suhu
3. Baik digunakan untuk pengukuran variasi suhu dengan jarak kurang
dari 1cm
4. Termokopel tidak mudah rusak dalam penggunaannya (pengukuran
yang lari)
Adapun kelebihan termokopel, namun termokopel tidak luput dari pada beberapa
kekurangannya:
1. Kalibrasinya yang sulit
2. Hanya dapat digunakan mengukur beda suhu tidak langsung nilai suhu
tersebut

Universitas Sumatera Utara


22

Dalam penggunaannya yang membedakan suhu benda yang diukur dengan suhu
ruangan membuat hal tersebut menjadi kelemahan terbesar bagi termokopel, oleh
karena itu termokopel sering di bantu pada rangkaian standarnya dengan
menambahkan diode atau komponen lain yang sensitif dengan kenaikan suhu pada
persambungan komponen agar tidak mengalami gradiasi suhu yang tinggi.

Gambar 2.8 Termokopel

2.4.2 Sensor Arus

Sensor arus adalah perangkat yang mendeteksi arus listrik baik itu AC ataupun
DC pada komponen listrik dan menghasilkan sinyal sebanding dengan arus yang
dideteksi. Sinyal yang dihasilkan oleh sensor arus bisa dalam wujud tegangan
analog atau digital dan bisa juga merupakan hambatan arus, respon inilah yang
menjadi pembacaan oleh alat ukur.
Berdasarkan cara kerjanya sensor arus terbagi menjadi dua, yaitu sensor arus
analog dan sensor arus terpadu. Sensor arus analog adalah sensor arus yang
memanfaatkan sifat dari komponen-komponen listrik dasar seperti dioda atau
resistor, dan disusun sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suatu respon
yang dibutuhkan oleh penggunanya. Sensor arus terpadu ialah sensor arus yang
sudah terakit siap pakai untuk keperluan yang dibutuhkan.
Salah satu jenis sensor arus terpadu adalah ACS712, yaitu jenis sensor arus
rangkaian terpadu (IC). ACS 712 merupakan salah satu sensor arus yang beredar
di pasaran dengan sistem kerja pada low-offset, dan linear-hall.Sebagai sensornya

Universitas Sumatera Utara


23

digunakan sambungan tembaga didalam, untuk menciptakan medan magnet yang


mana menggunakan medan magnet inilah ACS 712 menghitung arus.

Gambar 2.9 sensor arus IC ACS-712

Keakuratan dari ACS712 ini tergantung pada seberapa dekat sinyal magnet ke
transducer hall, ketepatan dan besar tegangan yang dihasilkan oleh ACS712
sudah diatur oleh low-offset, tembaga-penstabil BiCMOS Hall-IC, yang mana
sudah rancang pada saat pembuatan oleh pabrik. Keluaran dari pada ACS712
merupakan slop yang positif, ketika sebuah arus yang meningkat nilainya
melewati jalur tembaga konduksi primer (dari pin 1 dan 2 ke pin 3 dan 4), dimana
yang mana jalur digunakan untuk mengukur nilai arus tersebut, hambatan dalam
sebesar 1,2mΩ.

Gambar 2.10 diagram dari ACS-712

Universitas Sumatera Utara


24

2.4.3 Sensor Tegangan

Sensor tegangan adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur nilai
tegangan atau melakukan pembatasan pada tegangan tertentu. Jika dilihat dari
sinyal keluarannya sensor tegangan ada dua tipe yaitu sensor tegangan digital dan
sensor tegangan analog. Sensor tegangan digital adalah sensor tegangan yang
telah terpabrikasi dan disusun sedemikian rupa, namun sensor tegangan digital
tetap membutuhkan komponen-komponen tambahan untuk menghasilkan
keluaran yang baik dan dapat dibaca oleh perangkat mikrokontrol.

15K

VCC5
7 8
1 Vin+Vout+ 4 2-
150K
6
2 Vin- Vout- 3 3 + 5
14
GND GND
VCC5

Gambar 2.11 sensor tegangan digital

Sedangkan sensor tegangan analog hanya memanfaatkan sifat dari komponen


dasar elektronik seperti halnya resistor yang dirangkai secara seri. Resistor yang
dirangkai secara seri akan memisahkan tegangan sesuai dengan besar
perbandingan nilai resistor yang kita pilih dengan nilai hambatan total dikalikan
dengan tegangan masukannya.
𝑅𝑅
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = ∗ 𝑉𝑉𝑖𝑖 ....................................................................................... (2.27)
𝑅𝑅𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

Atau
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 𝑅𝑅 ∗ 𝐼𝐼𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 ....................................................................................... (2.28)
Dalam hal ini kita memanfaatkan sifat resistor pada rangkaian seri, yaitu resistor
sebagai pembagi tegangan. Dengan mengatur hambatan dengan parameter yang

Universitas Sumatera Utara


25

kita inginkan maka kita dapat mendeteksi tegangan sesuai dengan parameter yang
kita buat.
Sensor tegangan analog inipun tetap membutuhkan rangkaian tambahan agar
keluaran yang dihasilkan oleh sensor dapat dibaca oleh mikrokontrol seperti
halnya sensor digital yaitu, rangkaian pengkondisi sinyal. Rangkaian pengkondisi
sinyal yang digunakan untuk setiap sensorpun disesuaikan dengan keluaran yang
dihasilkan oleh masing-masing sensor.

I
+
VS
R1

VI -
DC
I
+
R2
VO
-
Gambar 2.12 rangkaian pembagi tegangan sebagai sensor tegangan analog

2.5 MAX 6675

MAX 6675 adalah pengubah sinyal termokopel menjadi digital dengan masukan
data 12-bit ADC (Analog to Digital Converter). MAX 6675 menyesuaikan
masukan dari sisi dingin termokopel dan mengoreksinya, sebuah kontroler digital,
interface SPI (Serial Peripheral Interface) yang compatibel, dan logic kontrol yang
terasosiasi. MAX 6675 didesain untuk bekerja dengan mikrokontrol pengukur
panas pintar lainnya, kontrol proses atau aplikasi monitoring
Pada MAX 6675 juga sudah terdapat pengkondisi sinyal untuk mengubah sinyal
dari termokopel menjadi tegangan yang sesuai dengan kriteria dari input channel
dari ADC. Masukkan dari T+ dan T- terhubung ke sirkuit yang ada pada MAX

Universitas Sumatera Utara


26

6675 yang berfungsi untuk mengurangi noise-noise yang ikut masuk bersamaan
dengan input dari termokopel. Sebelum diubah tegangan dari termokopel menjadi
temperatur yang ekuivalent, MAX 6675 melakukan penyelarasan terhadap sisi
dingin termokopel dengan sebuah acuan 0oC virtual milik MAX 6675. Untuk tipe
termokopel tipe-K tegangan berubah 41µV/oC, yang kira-kira karakteristik
termokopelnya sama dengan persamaan liniear berikut :
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = (41𝜇𝜇𝜇𝜇/℃) ∗ (𝑇𝑇𝑅𝑅 − 𝑇𝑇𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ) ∗ 5 ................................................ (2.29)
Dimana :
- Vout adalah tegangan keluaran termokopel (µV)
- TR adalah temperatur remote persambungan termokopel (oC)
- Tamb adalah temperatur sekitar (oC)
Fungsi dari termokopel adalah untuk merasakan perbedaan temperatur antara
kedua ujung dari pada sisi termokopel. Sisi panas termokopel mampu membaca
dari 0oC hingga +1023,75oC. Pada sisi dinginnya (udara sekitar MAX 6675)
hanya dapat membaca mulai dari -20oC hingga +85oC.
MAX 6675 merasakan dan mengoreksi perbedaan antara udara sekitar dengan
cold-junction termokopel. MAX 6675 mengubah pembacaan temperatur udara
sekitar dengan menggunakan dioda pengecek suhu. Untuk membaca suhu
sebenarnya dari termokopel, MAX 6675 mengukur tegangan keluaran dari cold-
junction termokopel dan dari dioda pengecek suhu. Rangkaian dalam alat
melewatkan tegangan dioda dan cold-junction termokopel ke ADC untuk
pembacaan temperatur dari hot-junction termokopel.
Performa optimal dari MAX 6675 diperoleh pada saat temperatur pada cold-
junction termokopel dan MAX 6675 berada pada suhu yang sama. Untuk
mengurangi ralat dari pembacaan MAX 6675 usahakan menjauhkan MAX 6675
dari peralatan yang memiliki suhu yang cukup tinggi.

2.6 MAX-232 dan saluran serial RS 232

Untuk dapat berkomunikasi antara mikrokontroler dengan PC, maka diperlukan


suatu alat atau komponen yang dapat menyetarakan level tegangan. Besarnya
level tegangan komunikasi serial (Level Tegangan RS-232) adalah -25 s.d -3 V

Universitas Sumatera Utara


27

untuk logika high (1) dan +3 s.d +25 V untuk logika low (0). Oleh karena itu
diperlukan sebuah interface yang dapat menyamakan level tegangan dari
komunikasi serial pada komputer dengan mikrokontroler agar dapat saling
berkomunikasi, yaitu IC RS-232 yang disebut IC MAX 232 yang diproduksi oleh
MAXIM.
MAX-232 merupakan saluran bebas yang dibuat untuk saluran komunikasi dua
arah (full-duplex). MAX-232 juga memiliki generator tegangan kapasitif,
menggunakan empat kapasitor untuk mengubah isyarat TIA/EIA-232-F
(Telecomunucations Industry Association [TIA] / Electronic Industries Alliance
[EIA] alamat standar komunikasi kabel) agar menjadi isyarat tegangan
menggunakan sebuah tegangan supply 5V. Setiap penerima mengubah masukkan
TIA/EIA-232-F menjadi 5V, atau isyarat untuk TTL/CMOS.
Penerima memiliki nilai thresshold sebesar 1,3V dan tegangan histerisnya sebesar
0,5V dan dapat menerima tegangan masukkan sebesar ±30V. Setiap driver
mengubah isyarat TTL/CMOS (tegangan 5V) menjadi isyarat TIA/EIA-232-F.
Driver, Penerima dan juga gerator tegangan yang kita bahas diatas semuanya
terdapat dalam paket IC MAX-232. Keluaran dari pada MAX-232 terlindungi dari
short ke ground.

Gambar 2.13 IC MAX-232

Fungsi dari setiap pin pada konektor RS-232 seperti yang ada pada tabel 2.1

Universitas Sumatera Utara


28

Tabel 2.1 interface RS232

Sistem transmisi sinyal RS-232 menggunakan level tegangan respek to sistem


common (power-ground). Tipe ini bagus untuk komunikasi data secara satu-satu
(point to point communication). RS-232 dapat berfungsi dengan hubungan ke
ground antara PC dengan alat (common ground). Saluran serial RS-232 hanya
untuk komunikasi area lokal, dan hanya untuk singel driver dan singel receiver.
Dalam setiap proses transfer data serial, RS-232 memerlukan sebuah Data
Terminal Equipment (DTE) dan Data Communication Equipment (DCE). Pada
masing-masing terminal. Pengiriman data dilakukan secara bit per bit. Kecepatan
transfer data harus sama antara pengirim dan penerima, jika tidak sama maka akan
terjadi overflow data. Kecepatan transmisi transfer data sering disebut dengan
baudrate. Panjang data yang sering digunakan adalah 8-bit. Pada komunikasi data
serial pada umumnya yang dikirimkan adalah tegangan dan kemudian dibaca
dalam bit. Besar level tegangannya berkisar antara -25V sampai dengan +25V.
Untuk bit dengan logika 1 maka besar level tegangannya ada antara -3V sampai
dengan -25V, sedangkan untuk bit dengan logika 0 level tegangannya berkisar
antara + 3V sampai dengan +25V.

2.7 Mikrokontrol

Mikrokontroler adalah mikrokomputer chip-tunggal yang dirancang secara


spesifik untuk aplikasi-aplikasi kontrol dan bukan untuk aplikasi-aplikasi
serbaguna. Aplikasi-aplikasi yang tipikal meliputi kontrol perangkat perangkat-

Universitas Sumatera Utara


29

perangkat peripheral seperti motor, penggerak, printer, dan komponen-komponen


subsistem minor.
Mikrokontroller sesuai dengan namanya adalah suatu alat atau komponen
pengontrol atau pengendali yang berukuran mikro atau kecil. Bila dibandingkan
dengan mikroprosesor, mikrokontroller jauh lebih unggul karena terdapat
berbagai alasan diantaranya :
1. Tersedianya Input/Outout
I/O dalam mikrokontroller sudah tersedia, sementara pada mikroprosesor
dibutuhkan IC tambahan untuk menangani I/O tersebut, IC yang dimaksud adalah
PPI 8255.
2. Memori Internal
Memori merupakan media untuk menyimpan program dan data sehingga mutlak
harus ada. Mikroprosesor belum memiliki memori internal sehingga memerlukan
IC memori eksternal
Dengan kelebihan-kelebihan diatas mikroprosesor tetap digunakan sebagai
dasar dalam mempelajari mikrokontroller. Inti kerja dari keduanya adalah sama,
yakni sebagai pegendali suatu sistem.
Dengan menggunakan mikrokontroller maka:
1. Sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas.
2. Rancang bangun sistem elektronik akan lebih cepat karena sebagian besar dari
sistem adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi.
3. Pencarian gangguan lebih mudah ditelesuri karena sistemnya yang kompak.
Namun tidak sepenuhnya mikrokontroller bisa komponen IC TTl dan CMOS yang
sering kali masih diperlukan untuk aplikasi kecepatan tinggi atau sekedar
menambah jumlah saluran input dan output (I/O) dengan kata lain,
mikrokontroller adalah versi mini atau mikro dari sebuah komputer karena
mikrokontroller sudah mengandung beberapa bagian yang langsung
dimanfaatkan, misalnya port paralel, port serial, komparator, konversi digital ke
analog (DAC), konversi analog ke digital (ADC), dan sebagainya hanya
menggunakan Sistem Minimum yang tidak rumit.
Mikrokontroller adalah otak dari suatu sistem elektronika seperti halnya
mikroprosesor sebagai otak komputer. Namun mikrokontroller memiliki nilai

Universitas Sumatera Utara


30

tambah karena didalamnya sudah terdapat memori dan sistem input/output dalam
suatu kemasan IC. Mikrokontroller AVR (Alf and Vegard’s RISC processor)
standart memiliki arsitektur 8-bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode
16-bit dan sebagian besar instriksi dieksekusi dalam satu siklus clock. Berbeda
dengan instruksi MCS-51 yang membutuhkan 12 siklus clock karena memiliki
arsitektur CISC (seperti komputer).
Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga
ATTiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT89RFxx. Pada dasarnya
yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan
fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka dikatakan
hampir sama. Oleh karena itu, dipergunakan salah satu AVR produk Atmel sesuai
dengan kebutuhan, yaitu ATMega8535. Selain mudah didapatkan dan lebih murah
ATMega 8535 juga memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Untuk tipe AVR ada 3
jenis yaitu ATTiny, AVR klasik, dan ATMega. Perbedaan dari 3 jenis AVR
tersebut terletak hanya pada fasilitas dan I/O yang tersedia serta fasilitas lainnya
seperti ADC, EEPROM, dan lain sebagainya. Salah satu contohnya adalah
ATMega8535. Memiliki teknologi RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz
membuat ATMega 8535 lebih cepat bila dibandingkan dengan varian MCS51.
Dengan fasilitas yang lengkap tersebut menjadikan ATMega 8535 sebagai
mikrokontroller yang powerfull.
Kapabilitas detail dari ATMega 8535 adalah sebagai berikut:
1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16
MHz.
2. Kapasitas memori flash 8 Kb, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM
(Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512
byte.
3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.
4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.
5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.

2.8 Heatsink
Dalam banyak aplikasi elektronik, temperatur menjadi faktor utama dalam

Universitas Sumatera Utara


31

mendesain sebuah sistem. Pergantian dan perpindahan panas secara konduksi


dapat menyebabkan meningkatnya temperatur maximum sambungan (Tjmax)
pada peralatan semikonduktor dan menyebabkan kegagalan performa, rusak, dan
hal terburuknya adalah terbakar. Bagaimanapun temperatur pada alat harus
diperhitungkan jangan sampai melewati temperatur maximum sambungan. Untuk
mendesain manajemen panas yang baik diusahakan agar temperatur berada pada
temperatur operasi terendah.
Dengan bertambahnya disipasi panas pada peralatan mikroelektronik dan reduksi
panas dari berbagai faktor. Manajemen panas menjadi hal yang sangat penting
dalam mendesain sebuah peralatan elektronik. Dalam hal performa dan juga lama
waktu aktif dari peralatan elektronik berbanding terbalik dengan temperatur
komponen elektronik pada peralatan. Dengan mengatur temperatur operasi alat
disekitar batas yang sudah ditentukan oleh pabrikan dapat memperpanjang
penggunaan dari sebuah komponen dan mempertahankan performanya.
Heatsink adalah material yang dapat menyerap dan mendisipasi panas dari suatu
tempat yang bersentuhan dengan sumber panas dan membuangnya, dengan
mentransfer panas yang dihasilkan oleh peralatan elektronik atau peralatan
mekanikal ke pada pendingin yang ada disekitar, dan sering kali pendingin ini
adalah udara bebas. Setelah panas ditransfer ke pendingin meninggalkan alat, hal
ini memungkinkan temperatur pada alat kembali ke pada suhu standar. Pada
komputer heatsink digunakan untuk mendinginkan CPU (Central Processing
Unit) atau Graphic Processor. Pada komponen elektronik heatsink digunakan
oleh semikonduktor daya tinggi seperti transistor daya dan optoelektronik seperti
laser, dimana ketika kemampuan menyerap panas oleh peralatan tersebut tidak
lagi mampu menahan panas yang dihasilkan oleh alat selama alat bekerja.
Teknologi pendingin ini ditemukan oleh Daniel L Thomas pada tahun 1982.
Heatsink didesain untuk memaksimalkan area permukaan yang mengenai medium
pendingin disekitar heatsink, seperti halnya udara. Kecepatan udara, pemilihan
material, model permukaan yang menonjol dan bentuk permukaan adalah faktor
utama yang mempengaruhi kinerja heatsink. Metode penambahan heatsink dan
panas dari material penghubung juga mempengaruhi temperatur operasi
maksimum IC (Integrated Circuit). Heatsink mentransfer energi panas dari alat

Universitas Sumatera Utara


32

yang bernenergi panas tinggi ke medium gas atau cairan dengan panas yang lebih
rendah. Medium yang sering digunakan adalah udara bebas, terkadang air, atau
refrigrant (freon).
Heratsink dapat diaplikasikan pada beberapa jenis pendingin, sehingga performa
dari heatsink sendiri berbeda tergantung pada tambahan pendingin yang
menyertainya, jika medium pendingin berupa air maka heatsink sering disebut
dengan plat pendingin. Dalam termodinamika heatsink adalah sebuah penyimpan
panas yang dapat menyerap panas tanpa mengubah suhu. Dalam penggunaannya
heatsink alat elektronik memiliki panas yang lebih tinggi dari pada sekitar untuk
mentransfer panas secara konveksi, radiasi dan konduksi. Power Supply pada
peralatan elektronik tidak 100% efisien menghasilkan energi, jadi akan timbul
panas yang akan mengganggu kinerja dari pada alat. Heatsink kadang dimasukkan
dalam sebuah rangkaian untuk menguragi panas agar meningkatkan efisiensi
penggunaan energi.
Untuk mengetahui cara kerja heatsink, kita harus tahu bahwa energi panas adalah
sebuah respon dari sebuah proses sebuah arus listrik melewati suatu benda atau
hambatan panas akan dihasilkan, nilai panas tersebut setara dengan nilai tegangan
jatuh. Dan kita harus mengetahui jenis bahan yang digunakan dan juga hambatan
termal yang mana hambatan termal. Sifat dari hambatan termal sama seperti
hambatan listrik, semakin tinggi nilai panas makan semakin tinggi pula nilai
hambatan termal pada benda atau hambatan tersebut. Hal ini menyerupai hukum
ohm adalah :
𝑉𝑉
𝑅𝑅 = .............................................................................................(2.30)
𝐼𝐼
Jika kita masukkan keterangan diatas, bahwa jika panas meningkat maka nilai
hambatan panas akan naik dan akan terjadi nilai tegangan jatuh, maka
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑅𝑅𝑡𝑡ℎ = ........................................................................................ (2.31)
𝐼𝐼
Dimana dV/I adalah jatuh daya (dP), jika kita rumuskan maka :
Δ𝑇𝑇 = 𝑑𝑑𝑑𝑑 ∗ 𝑅𝑅𝑡𝑡ℎ .............................................................................................. (2.32)
Dimana :
• ∆T adalah : beda temperatur
• dP adalah : jatuh daya

Universitas Sumatera Utara


33

• Rth adalah hambatan termal

Ta
Ta
Rsa
Ts
Ts Tc Rsc
Tc
Tj
Rcj

Tj
Gambar 2.14 Heatsink
Dimana :
• Ta adalah suhu udara disekitar
• Ts adalah suhu pada heatsink
• Tc adalah suhu pada casing komponen
• Tj adalah suhu pada persambungan
• Rsa adalah hambatan termal pada heatsink dengan udara sekitar
• Rcs adalah hambatan termal pada casing dengan heatsink
• Rjc adalah hambatan termal pada persambungan dengan casing
Maka Rth adalah total dari hambatan termal yang bekerja pada sistem
𝑇𝑇𝑗𝑗 −𝑇𝑇𝑎𝑎
𝑅𝑅𝑡𝑡ℎ = 𝑅𝑅𝑗𝑗𝑗𝑗 = 𝑅𝑅𝑗𝑗𝑗𝑗 + 𝑅𝑅𝑐𝑐𝑐𝑐 + 𝑅𝑅𝑠𝑠𝑠𝑠 = ..........................................(2.33)
𝑄𝑄

Sebuah heatsink dirancang untuk meningkatkan luas kontak permukaan dengan


fluida disekitarnya, seperti udara. Kecepatan udara pada lingkungan sekitar,
pemilihan material, desain sirip (atau bentuk lainnya) dan surface treatment adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan thermal dari heatsink. Thermal
adhesive (juga dikenal dengan thermal grease) ditambahkan pada dasar
permukaan heatsink agar tidak ada udara yang terjebak di antara heatsink
dengan bagian yang akan diserap panasnya.

Universitas Sumatera Utara


34

Ada beberapa karakteristik heatsink :


1. Luas area heatsink akan menyebabkan dispasi panas menjadi lebih baik
karena akan memperluas area pendinginan yang dapat mempercepat proses
pendinginan yang dapat mempercepat proses pembuangan panas yang
diserap oleh heatsink.
2. Bentuk aerodinamik yang baik dapat mempermudah aliran udara panas agar
cepat dikeluarkan melalui sirip-sirip pendingin. Khususnya pada heatsink
dengan jumlah sirip banyak tetapi dengan jarak antara sirip berdekatan akan
membuat aliran udara tidak sempurna sehingga perlu ditambahkan sebuah
kipas untuk memperlancar aliran udara pada jenis heatsink tersebut.
3. Transfer panas yang baik pada setiap heatsink juga akan mempermudah
pelepasan panas dari sumber panas ke bagian sirip-sirip pendingin. Desain
sirip yang tipis memiliki konduktivitas yang lebih baik.
4. Desain permukaan dasar heatsink sampai pada tingkat kedataran yang tinggi
sehingga dapat menyentuh permukaan sumber panas lebih baik dan merata.
Hal ini dapat menyebabkan penyerapan panas lebih baik,tetapi untuk
menghindari resistansi dengan sumber panas heatsink tetap harus
menggunakan suatu pasta atau thermal compound agar permukaan sentuh
juga lebih merata.
Karena heatsink terdiri dari plat dasar dan sejumlah sirip,maka daya total yang
mampu diserap heatsink dinyatakan dengan rumus :
𝑃𝑃 = ℎ�𝑁𝑁 ∗ 𝜂𝜂 ∗ 𝐴𝐴𝑓𝑓 + �𝐴𝐴𝑡𝑡 − 𝑁𝑁 ∗ 𝐴𝐴𝑓𝑓 ��Δ𝑇𝑇 ............................................................. (2.34)
Dengan :
At : luas heatsink
Af : luas permukaan tiap sirip
N : jumlah sirip
ΔT : beda suhu dasar dengan lingkungan
H : koefisien konfeksi
η : efisiensi sirip

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai