PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanggup hidup dalam kepadatan
tinggi. Ikan ini memiliki tingkat konversi pakan menjadi bobot tubuh yang baik.
Dengan sifat seperti ini, budidaya ikan lele akan sangat menguntungkan bila dilakukan
secara intensif.
Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk hidup. Darah
mengangkut oksigen, hormone, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan salah
satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat kelainan yang terjadi pada
ikan, baik yang terjadi karena penyakit ataupun karena keadaan lingkungan.
Sehingga dengan mengetahui kondisi gambaran darah kita dapat mengetahui
kondisi kesehatan suatu organisme (Delmann and Brown, 1989).
Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit,
kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih. Pemeriksaan
darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu
penyakit (Bastiawan, dkk., 2001). Studi hematologis merupakan kriteria penting
untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Lestari, 2001).
Oleh karena itu, penting bagi kita melakukan pengujian terhadap kualitas
darah dari suatu jenis ikan atau organisme akuatik lainnya untuk mengetahui dan
menyimpulkan kondisi dari organisme tersebut. Pengujian tersebut dapat dilakukan
dengan menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih dari suatu sampel
ikan.
1
2
3
4
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan
nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura
(Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish,
siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau
atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga,
waduk, sawah yang tergenang air.
a.Arteri
Adalah pembuluh darah yang aliran darahnya menjauhi jantung atau saluran
yang dilaluidarah yang keluar dari insang dan menuju ke bagian-bagian tubuh. Biasanya
membawa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Saluran darah ini
terdiri dari tiga lapisanyaitu bagian dalam (intima), memiliki lapisan endothelium dan
sub endothelium.
b.Vena
Adalah pembuluh darah balik yang aliran darahnya menuju ke jantung. Struktur
vena samahalnya dengan arteri, namun mempunyai dinding yang lebih tipis dan
rongga
yang lebih besar dibanding arteri pada ukuran diameter yang sama. Bagian dalam dari
vena yang mengalamitekanan hidrostatik tinggi, umumnya kaya akan jaringan elastis dan
sel otot licin.
c.Kapiler
Adalah bagian percabangan saluran darah yang merupakan tempat
terjadinya pertukaran zat(gas nutrien) antara darah dengan jaringan/sel. Ada tiga macam
kapiler darah yaitu, kapiler kontinyu, kapiler berpori dan kapiler diskontinyu
(sinusoid).
Darah berupa cairan yang dibangunkan oleh plasma darah, sel darah dan substansi
lainyang terlarut di dalamnya.Plasma darah berupa cairan zat putih telur yang
mengandung bagian –bagian dari sel darah, mineral terlarut. Di luar pembuluh darah,
darah akan membeku disebabkanoleh kerja ensim trhombokinase yang bereaksi dengan
garam kalsium menjadi trombin yangaktif (Affandi 2002).
Ikan memiliki kadar protein plasma berupa albumin (pengontrol tekanan
osmotik),lipoprotein (pembawa lemak), globulin (pengikat heme), ceruloplasmin
(pengikat Cu), fibrinogen (bahan pembeku darah), dan iodurophorine (sebagai yudium
anorganik).kan pada umumnya, vena utama yang membawa darah kembali ke jantung
ialah sepasang vena kardinalis anterior dan posterior.Vena yang pertama, membawa
darah dari bagiankepala berjalan berdampingan dengan sepasang vena jugularis
yang letaknya lebih ke tengah. Dari ekor berjalan vena caudalis yang tunggal, kemudian
bercabang dua menjadi vena portaerenalis menuju ke ginjal
(Yuwono 2001)
Di dalam ginjal vena potae renalis mempercabangkan banyak vena renalis
advehentes, dan masing-masing cabang ini pecah menjadi kapiler darah. Jaring kapiler
darah ini kemudian bersatu kembali menjadi beberapa vena renalis revehentis
yang mengalir ke permukaan tengahdari ginjal dan bermuara pada vena kardinalis
posterior.Sistem peredaran vena pada ikan teleostei Volume darah yang beredar dalam
tubuh ikan Teleostei berkisar antara 1,5 ± 3 % dari bobot tubuhnya(Affandi 2002)
berkisar antara 4 – 5 μm. Jumlah eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106
sel/ml (Angka et al., 1985). Jika diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan
berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut et al.
1991). Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan
tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan
Yasutake 1977).
mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada
Larutan Hayem’s
Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah
penggumpalan darah saat akan dihitung jumlah eritrositnya. Selain itu, larutan hayem
juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas bentuknya. Komposisi
larutan hayem menurut Anonim (2007) terdiri atas 5 gram Na2SO4, 1 gram NaCl, 0.5
gram HgCl2, dan 200 ml akuades atau larutan hayem’s terdiri dari HgCl 25 gram,
NaCl 5 gram, Na2SO4 2,5 gram dan Akuades 1000 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Yusuf. 2008. Efektivitas Ekstrak Daun Paci – Paci Leucas Lavandulaefolia
Untuk Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Penyakit Mas Motile Aeromonad
Septicaemia Ditunjau Dari Patologi makro Dan Hematologi Ikan Lele Dumbo
Clarias Sp. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB : Bogor.
Affandi R, Tang UM.2002. Fisiologi Hewan Air. Riau : Uni Press.
Amlacher E. 1970. Text Book of Fish Disease. D.A.T.F.H. Publication. New York.
USA. hlm 302.
Angka SL, GT Wongkar, Karwani. 1985. Blood Picture and Bacteria Isolated From
Ulcered and Crooked-Black Clarias Batrachus. Symposium On Pract. Measure for
Preventing and Controlling Fish Disease. BIOTROP. 17 P.
Anonim. 2007. Perhitungan Sel Darah Merah. http://www.unsjournal.com/. Diakses tanggal
5 Desember 2012 Pukul 20.15WIB.
Anonim. 2008. Haemacytometer. http//id.wikipedia.com/haemacytometer. Diakses tanggal 5
Desember 2012 Pukul 20.17WIB.
Arry. 2007. Pengaruh Suplementasi Zat Besi (Fe) Dalam Pakan Buatan Terhadap
Kinerja Pertumbuhan dan Imunitas Ikan Kerapu Bebek Cromileptes Altivelis.
Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Blaxhall PC. 1972. The Haemothological Assessment of The Health of Fresh Water
Fish. A Review of Selected Literature. Journal of Fish Biology 4 : 593-604.
Boyd CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Science
Publishing Company Inc, New York. Hal 146 – 159.
Chinabut S, Limsuwan C, and Kiswatat P. 1991. Histology of The Walking Catfish,
Clarias bathracus. IDRC Canada. hlm 96.
Dellman HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3. Hartono
(Penerjemah). UI Press, Jakarta.
Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta. Hal 95-109.
36
37
Ganong WF. 1995. Buku Ajar fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiologi). Ed
ke-4. Terjemahan P Adianto. EGC, Jakarta.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati Setiawan
(Penerjemah). Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta.
Hesser EF. 1960. Methods for Routine Fish Hematology. Progressive Fish
Culturist. Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Khairuman, K Amri. 2002. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. PT Agromedia
Pustaka, Tangerang.
Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John Willey and
Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.
Maryani M. 2003. Interaksi Antara Logam Berat Kadmium(Cd) dan Infeksi Bakteri
Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Mas Cyprinus Carpi. Skripsi Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan, IPB.
Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI
Press, Jakarta.
Moyle PB, Cech Jr JJ. 1988. Fishes An Introduction to Icthyology. Prentice Hall, Inc.
USA. hlm 559.
Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. PT Agromedia Pustaka,
Tangerang.
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. IPB
Primandaka JT. 1992. Pengaruh Penyuntikan Isolat Virulen Aeromonas hydrophila
Secara Intramuskular Terhadap Gambaran Darah Lele Dumbo (Clarias sp.)
Ukuran Fingerling. Skripsi. Fakultas Perikanan, IPB.
Puspowardoyo H dan Djarijah AS. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo
Hemat Air. Kanisius, Yogyakarta.
Roberts RJ. 1978. Fish Pathology. Ballier Tindall London.
38