Anda di halaman 1dari 18

Abses Mamae

Agung Rondonuwu
NIM : 102010396
D-5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Barat


Alamat Korespondensi : Jalan Terusan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11470
Email : agunkjuve10@gmail.com

Pendahuluan
Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara
kronik, akumulasi nanah pada jaringan payudara yang dapat disebabkan oleh bakteri.
Merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. peluang
kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka
pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan
payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan),
karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.

Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak
tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan
oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala
yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung
memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista 1-3

1
Anamnesis
Penyebaran informasi sesungguhnya tentang riwayat alamiah dan insidens kanker payudara
sering bertanggung jawab untuk kewaspadaan pasien akan penyakit payudara. Anamnesis
terpadu harus didapatkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik. Penyelidikan terinci tentang
faktor resiko penyerta seperti usia, paritas serta riwayat menstruasi dan menyusui, bersifat
penting. Usia menarke dan perubahan siklik dengan menstruasi berkorelasi bermakna dengan
penyakit jinak dan ganas. Pertanyaan tentang tindakan bedah sebelumnya, terutama
ooforektomi, adrenalektomi atau pembedahan pelvis, penting untuk memastikan
kemungkinan efek penghentian sekresi estrogen endogen. Penting riwayat terapi hormon
sebelumnya, yang mencakup kontrasepsi oral dan estrogen eksogen. Kehadiran dan sifat
sekret puting susu maupun hubungannya dengan ovulasi siklik bisa memberikan petunjuk
penting tentang etiologi.

Sekitar 75 sampai 85 persen massa payudara dikenal pasien sebekum mencari pertolongan
medis. Sifat pertumbuhan, reprodusibilitas pemeriksaan selama siklus menstruasi dan sekret
puting susu merupakan pokok informasi bersangkut paut. Nyeri (mastodinia) dengan
pembengkakan dan rasa penuh payudara dalam masa segera pramenstruasi atau
pascamenstruasi menggambarkan lesi payudara sensitif hormon yang jinak. Penyelidikan
riwayat penyakit keluarga kanker payudara dan gejala konstitusional yang mencakup
penurunan berat badan, demam, hemoptisis, nyeri dada, anoreksia dan nyeri tulang rangka
penting bila indeks kecurigaan keganasan tinggi.4

Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Sebelum palpasi, dokter seharusnya duduk menghadapi pasien yang harus membuka pakaian
sampai pinggang serta mengamati simetri dan perubahan kulit seperti fiksasi, elevasi, retraksi
dan warna. Pertama dilakukan pemeriksaan dengan lengan pasien di samping tubuhnya dan
kemudian di atas pinggulnya. Kontraksi musculus pectoralis akan meningkatkan bentuk
payudara. Penting pengenalan edema difus sebagai hasil selulitis bakterialis atau akibat
peresapan endolimfe dari pembuluh limfe dermis dengan emboli tumor. Terperangkapnya
ligamentum cooper segmental bisa menimbulkan retraksi kulit dan lesung serta bisa disertai
dengan “peau d’ orange”. Gambaran fisik ini biasanya menyertai massa padat yang dapat
teraba profunda, yang terlazim menggambarkan neoplasma maligna, tetapi kadang-kadang
bisa nekrosis lemak.

2
Palpasi
Palpasi sistematik atas tempat metastasis yang lazim harus dilakukan sebelum pemeriksaan
payudara. Pemeriksaan fossa axillaris dan supraclavicularis memerlukan palpasi superfisialis
dan profunda untuk mengenal metastasis kelenjar limfe. Pasien harus didudukkan dengan
lengan disokong oleh pemeriksa. Relaksasi otot gelang bahu penting dan tekanan ujung jari
tangan yang lembut terbaik mengenal kelenjar limfe kecil. Metastasis ekstramamma besar
bermassa besar bisa jelas ke pasien dan dokter serta penting dokumentasi lokasi dan ukuran
yang tepat selama pemeriksaan klinik awal. Lima kelompok kelenjar limfe yang sebelumnya
disebutkan harus diperiksa dan jari tangan yang mempalpasi harus ditempatkan dalam lipat
axilla, sehingga semua struktur infraclavicularis di lateral ligamentum Halsted telah
dievaluasi. Ujung jari tangan pemeriksa menekan isi axilla pada otot dinding dada dan
sangkar iga.

Ekstensi lengan penuh dengan tangan istirahat pada puncak kepala meratakan payudara pada
dinding dada dan nyaman bagi pasien. Penempatan pasien kembali dalam posisi terlentang
bisa memungkinkan pemeriksaan lebih menyeluruh, terutama dengan ekstensi dan rotasi
eksterna bahu. Pemeriksaan sistematik semua kuadran payudara diselesaikan. Evaluasi
bertujuan untuk mendeteksi lesi kecil yang berbeda dari lemak dan stroma payudara
sekelilingnya. Lesi yang berbatas tegas, nyeri dan sama sekali terpisah dari parenkima
berdekatan biasanya tidak ganas, sedangkan lesi tak nyeri dengan batas tak tegas secara
klasik mungkin ganas. Pembedaan antara sifat jinak dan ganas tidak mungkin dilakukan atas
pemeriksaan fisik saja. Penilaian klinik dan biopsi diperlukan. Selama tahun reproduktif
wanita, payudara mempunyai arsitektur lobulus normal, yang dapat membingungkan pasien
selama pemeriksaan payudara sendiri. Pasien harus diinstruksikan cara memeriksa
payudaranya. Penemuan lesi dengan sifat tiga dimensi seharusnya menyadarkan pasien untuk
kembali ke dokternya.

Puting susu dan areola harus diperiksa dengan cermat. Adanya inversi puting susu harus
dicatat dan jika unilateral, harus dicurigai karsinoma. Puting susu normal terinversi biasanya
dapat dieversikan ke posisi anatomi yang tepat. Ketidak-mampuan melakukan perasatini
membenarkan biopsi. Penyakit jinak dapat juga melibatkan kompleks puting susu-areola.
Eksema dan keadaan peradangan subareola lazim dalam masa pasca persalinan selama
laktasi. Adanya erupsi areola bersisik, berkrusta, ekzematoid patognomonik bagi penyakit

3
paget puting susu. Lesi ini lazim basah atau berdarah bila kontak. Biopsi penyakit paget
mengkonfirmasi karsinoma duktus primer yang telah menginvasi puting susu dan kulit areola
untuk memberi gambaran klinik yang digambarkan.4

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu
diperlukan. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji
sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila:

 Pengobatan dengan antibiotik tidak -- memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
 Terjadi mastitis berulang
 Mastitis terjadi di rumah sakit
 Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung
ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan
bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari
kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa
penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri. 7

Abses Mamae
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati
dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel
darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah
yang mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
4
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan
oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala
yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung
memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.

Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul
abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri,
dengan kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka
pus akan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus
seperti ini demam biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum
berlubang besar. Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan
karsinoma.

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa
awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting
susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok.

Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali
sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika
tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.1

Mastitis purpuralis
Mastitis purpuralis biasanya ditandai oleh peradangan unilateral, umumnya terlokalisir,
disertai demam, nyeri setempat, nyeri tekan dan eritema segmental. Seringkali masih terdapat
fisura pada puting (tempat masuk bakteri). Kuman penyebab yang umum adalah
Staphylococcus aureus hemolitikus. Karena itu harus menggunakan terapi antibiotika yang
resisten terhadap penisilinase (misalnya oksasilin, sefalotin). Primigravida lebih sering

5
terkena. Mastitis purpuralis cenderung terjadi dalam dua tipe epidemiologik, yaitu tipe
epidemik dan sporadik. Pada tipe epidemik, infeksi seringkali dapat ditemukan pada karier
(pembawa), dan tipe ini cenderung berbahaya. Karena itu diperlukan terapi intensif. Ibu
dianjurkan untuk berhenti menyusui, mendapat terapi antibiotika, penekan laktasi, kompres
dingin payudara dan mengenakan bh siang dan malam.

Pada tipe mastitis purpuralis sporadik, bayi (merupakan sumber organisme penginfeksi yang
paling sering) dapat terus menyusu. Dengan berkurangnya pembengkakan, kemungkinan
pembentukan abses juga menurun. Pelindung puting dapat membantu mengendalikan rasa
tidak nyaman. Pengobatan antibiotika sama dengan untuk tipe epidemik.

Pada kedua tipe, jika pemberian antibiotika dimulai sebelum terjadi supurasi, infeksi biasanya
dapat dikendalikan dalam 24 jam. Jika infeksi berkembang membentuk abses, diperlukan
drainase dengan pembedahan.3

Mastitis tuberkulosa
Mastitis spesifik ini jarang ditemukan. Mungkin dapat timbul abses dingin yang tidak begitu
nyeri. Mastitis tuberkulosa dapat dikacaukan dengan karsinoma mamma. Dalam hal ini, perlu
anamnesis yang teliti dan biopsi di tempat yang tepat, yaitu pada mamae yang tersisi setelah
nanah dialirkan. Kadang mastitis tuberkulosa membentuk fistel. Diagnosis dipastikan dengan
pemeriksaan histologi biopsi. Pengobatan dengan tuberkulostatik.1

Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Kadang timbul infeksi di dalam kista
tersebut.1

Penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi.
Sedangkan mastitis berdasarkan tempatnya dapat dibedakan menjadi:
a. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
b. Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.
c. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses
antara mammae dan otot-otot dibawahnya.

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari.
Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di

6
pengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi
untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang
mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi
menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan
sempurna, maka terjadi bendungan air susu yang merupakan awal dari terjadinya mastitis dan
jika tidak mendapatkan penanganan yang baik maka akan timbul abses. Mastitis juga dapat
disebabkan karena payudara yang tidak dirawat dengan baik, sehingga mengakibatkan
putting susu pecah yang merupakan porte de entre dari kuman Stafilokokus Aureus, dan jika
tidak mendapatkan penanganan yang tidak baik maka akan berlanjut ke abses.

Pada awalnya bermula dari kuman penyebab mastitis yaitu puting susu yang luka atau lecet
dan kuman tersebut berkelanjutan menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus sehingga
mengakibatkan radang pada mamae. Radang duktulus-duktulus menjadi edematus dan
akibatnya air susu tersebut terbendung.

Mastitis / abses payudara selama laktasi, gejalanya merah, panas, benjolan yang nyeri tekan,
gejala sistemik. Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan terasa nyeri, terasa keras
saat diraba dan tampak memerah, permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga
tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti terserang flu. Namun bila karena
sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara
juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta merah.1,4

Pencegahan mastitis
- Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup banyak istirahat dan bisa
secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi bengkak.Gunakan BH
yang sesuai ukuran payudara.serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan
payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan
sesudah menyusui.
- Hampir semua kasus mastitis akut dapat dihindari melalui upaya menyusui dengan
benar. Kebersihan harus dipraktekkan oleh semua yang berkontak dengan bayi baru
lahir dan ibu baru,juga mengurangi insiden mastitis.Tindakan pencegahan termasuk
usaha yang cermat untuk menghindari kintaminasi tersebut dengan menyingkirkan

7
individual yang diketahui atau dicuigai sebagai karir dari tempat perawatan.Mencuci
tangan engan baik adalah penting untuk mencegh terjadinya infeksi.

Tingkat mastitis ini ada 2 yaitu:


a. Tingkat awal peradangan (non infeksi).
Pada tingkatan ini mastitis sering diakibatkan oleh bendungan ASI. Hal ini terjadi karena
proses menyusui yang tidak berjalan dengan baik, dimana bayi tidak secara maksimal
mendapatkan ASI. Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri
setempat, taraf ini cukup memberi penyangga pada mammae itu dengan kain tiga segi,
agar tidak menggantung yang memberika rasa nyeri, dan disamping itu perlu diberikan
antibiotika. Dalam hal antibiotika dapat dikemukakan bahwa kuman dari abses yang
dibiakkan dan diperiksa resistensinya terhadap antibiotika ternyata banyak yang
resistensi terhadap penisilin dan streptomisin. Knight dan Nolan dari Royal Infirmary di
Edinburgh mengemukakan bahwa stafilokokus aureus yang dibiakkan, 93% resisten
terhadap penisilin dan 55% terhadap streptomisin, akan tetapi hampir tidak resisten
terhadap linkosin dan oksasilin, yang diberikan 500 mg setiap 6 jam selama 7-10 hari
dan kalau ternyata alergis terhadap obat-obat ini, eritromisin 250 mg per oral 3 kali
sehari selama 10 hari. Bantu agar ibu tetap meneteki, dianjurkan untuk menyangga
payudaranya dan melakukan kompres hangat sebelum meneteki untuk mengurangi
bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol 500 mg dan ibu perlu dievaluasi selama 3 hari.

b. Tingkat abses (infeksi)


Infeksi payudara dapat berlanjut menjadi abses. Dari tingkat radang ke abses berlangsung
sangat cepat karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi edematous, air susu
terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah. Gejala
abses ini pada ibu yang menderita mastitis infeksi adalah warna kulit menjadi merah,
nyeri bertambah hebat di payudara, kulit diatas abses mengkilap dan suhu tinggi (39-
400C), sehingga ibu mengalami demam, dan pada pemeriksaan ada pembengkakan, dan
dibawah kulit teraba cairan. Dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada
payudara yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa susu yang sebelah itu campur nanah.
Didaerah payudara ini akan terlihat daerah kemerahan yang jelas. Meskipun demikian
laktasi tidak harus disupresi karena mastitis. Ibu harus didorong untuk selalu
mengeluarkan ASInya dengan menggunakan pompa atau secara manual, karena tindakan
mempertahankan aliran ASI akan mengurangi jumlah mikroorganisme. Kompres hangat

8
sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol bila perlu
dan lakukan evaluasi selama 3 hari. Berikan antibiotika kloksasilin 500mg per oral 4 kali
sehari selama 10 hari, atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari.
Lakukan insisi. Lakukan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari
cedera. Anestesia umum dianjurkan. Tampon dan drain dilepaskan setelah 24 jam, ganti
dengan tampon kecil. Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang.

Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa
awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting
susu).

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai berikut :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses.1

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :


1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

Faktor risiko:
Masalah-masalah yang sering terjadi pada saat menyusui sering terjadi terutama pada ibu
primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberikan penjelasan tentang pentingnya
bagaimana perawatan payudara yang baik dan benar, cara menyusui yang benar dan hal-hal
lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui. Masalah-masalah menyusui yang

9
sering terjadi dan merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada
payudara adalah puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat yang dapat
menyebabkan terjadinya mastitis dan abses.
1. Puting nyeri/lecet
Kebanyakan puting yang nyeri atau lecet disebabakan oleh kesalahan dalam teknik
menyusui, yaitu bayi yang tidak mengisap susu sampai ke areola payudara melainkan
hanya terbatas pada puting saja. Bila hal tersebut terjadi maka bayi hanya akan mendapat
ASI dalam jumlah sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus.
Bila hal ini terus berlanjut maka akan menyebabkan terjadinya lecet pada daerah puting
susu ibu.

2. Payudara bengkak
Pembengkakan atau enorgement payudara terjadi karena ASI tidak diisap oleh bayi
secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang akan
mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
stasis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
intraduktal, yang akan mempengaruhi beberapa segmen pada payudara, sehingga
menyebabkan tekanan seluruh payudara menjadi meningkat. Akibatnya payudara sering
terasa penuh , tegang, dan nyeri. Selanjutnya hal tersebut akan diikuti oleh penurunan
produksi ASI dan penurunan refleks Let down. Bra yang terlalu ketat juga dapat
menyebabkan pmbengkakan segmental, demikian pula puting yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus.

Gejala pembengkakan akan tampak sebagai bentuk areola payudara yang lebih menonjol
dan puting yang lebih mendatar, sehingga membuat puting lebih mendatar, sehingga
menyebabkan puting sukar diisap oleh bayi. Bila keadaan sudah demikian kulit pada
payudara akan tampak lebih mengkilap, ibu mengalami demam, dan payudara terasa
nyeri.

3. Saluran susu tersumbat


Saluran susu tersumbat (obstruction duct) adalah merupakan suatu keadaan ketika terjadi
sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus. Penyebabnya meliputi tekanan jari ibu
pada waktu menyusui, pamakaian bra yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara

10
bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi suatu
sumbatan.

Gejala pada gangguan ini mudah terlihat pada ibu yang kurus akan terlihat benjolan yang
jelas dan lunak pada perabaan. Payudara pada daerah yang mengalami sumbtan terasa
bengkak yang terlokalisasi.5,6

Epidemiologi
Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan sekitar
3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang mendasari kita
memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan
menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi
meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit (terutama AIDS).

Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering pada
minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang masa menyusui bahkan
pada wanita yang sementara tidak menyusui.

Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat
atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun
ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3%
dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.7

Patofisiologi
Adapun patogenesis dari abses payudara adalah luka atau lesi pada putting terjadi 
peradangan  masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi)  pengeluaran susu
terhambat & produksi susu normal  penyumbatan duktus  terbentuk abses.

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat
stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan
dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga
permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan
tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel

11
sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan
jaringan memudahkan terjadinya infeksi.4

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
penyebaran hematogen pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah
Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadang-kadang ditemukan pula
mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada
daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.4

Apabila kekebalan dan daya tahan tubuh ibu baik maka dengan penanganan yang cepat dan
tepat maka peradangan akan segera berhenti. Tetapi apabila peradangan pada payudara tidak
diatasi dengan baik dan bila diikuti oleh terjadi infeksi maka peradangan akan meluas. dan
akan terbentuk abses yang menyebabkan peradangan akan berlanjut dan menimbulkan gejala
klinis yang lebih berat dari sebelumnya. 4

Gambaran klinis
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau
syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
- Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
- Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
putih karena kulit diatasnya menipis.
- Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
- Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
- Gatal- gatal
- Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.

Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
- Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi
- Fisura putting susu

12
- Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
- Warna kemerahan pada seluruh payudara atau local
- Limfadenopati aksilaris yang nyeri
- Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit
- Suhu badan meningkat dan menggigil
- Payudara membesar, keras dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan
nanah bercampur air susu serta darah.

Komplikasi
Penghentian menyusui dini
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu memutuskan
untuk berhenti menyusui.Penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan risiko
terjadinya abses.Selain itu ibu juga khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman
untuk bayi mereka.Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan
dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini. 4

Abses
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat
atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun
ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3%
dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk
mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul.Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi
jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan
aspirasi jarum secara serial.Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan
bedah.Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik.ASI dari sekitar tempat
abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.4

Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat.Ibu
harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta
mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui.4

13
Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida
albicans.Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik.Infeksi jamur
biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang
saluran ASI.Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal.Puting mungkin tidak
nampak kelainan.Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin
krem yang juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.4

Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang
baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan masalah
yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering menyusui
dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai
menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke
payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang.
Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada pada
tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah
tersebut. 4

Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat
terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu khawatir
terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan pada bayi
yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu yang tidak mampu
melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan tangan atau pompa.
Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap terjadinya
abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang dilakukan dengan
jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke
arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.4

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan
yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di
rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat

14
membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat
dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres
panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru
membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih
tergantung pada kenyamanan ibu.

Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat
membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar
proses menyusui terus berlangsung. 7

Medikamentosa
Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis
dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.

Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam
proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis.
Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih
efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan
parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi
pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

Antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan
konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika tidak
terlihat perbaikan gejala dalam 12 – 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus
segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau
flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang
lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan
flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena sering
menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang
alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih
dianjurkan klindamisin. 4

15
Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 – 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik
sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya
mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama
dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.

Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik disertai
dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila dibandingkan
dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk. memperlihatkan
bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri mempercepat perbaikan
kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat antibiotik. 7

Penatalaksanaan abses payudara


Bila sampai terjadi abses, penatalaksanaan sama seperti pada radang payudara. Pemeriksaan
USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus
terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar
terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat
antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan
sesuai dengan jenis kumannya Selama luka bekas insisi belum sembuh bayi disusukan dari
payudara yang sehat.3,7

Sebagian penderita yang hamil atau menyusui, terdapat kecenderungan mengalami abses
payudara, yang mana dianjurkan padanya dilakukan pengaliran isi abses (drainase) dengan
anestesi umum (biasanya sebagian besar terdiri dari jaringan superfisialis). Biasanya tak
diperlukan bukan abses dengan insisi tunggal yang panjang, tetapi dibuat dua insisi terpisah
yang kecil, dan dilalui oleh pipa karet lunak, untuk memastikan pengaliran yang adekuat,
dengan kemungkinan deformitas yang minimal, dan akhirnya harus dilakukan biopsi. 8

Pencegahan
Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang sulit
atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai sejak 38
minggu kehamilan.

16
Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan dengan
arah jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik horizontal.
Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa
kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali per hari, akan membantu mengeluarkan puting
susu.

Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra
pada saat kehamilan.
• Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
• Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D
• Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara 5,6

Prognosis
Dengan pengobatan yang baik akan menghasilkan prognosis yang baik.

Kesimpulan
Hipotesis diterima. Wanita berusia 28 tahun tersebut menderita abses mamae. Diagnosis
ditentukan dengan dilihat dari gejala klinis pasien dimana terdapat peradangan pada
payudara. Abses mamae merupakan mastitis yang tidak mendapat penanganan yang baik
sehingga terjadi abses. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan yang baik untuk
mencegah komplikasi buruk terjadinya abses pada payudara. Dengan pengobatan yang baik,
prognosisnya juga akan baik.

Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu
bedah Sjamsuhidajat-de jong. Ed.3. Jakarta: EGC; 2010.h. 473-5.
2. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Editor: Safitri A. Jakarta:
Erlangga; 2006. h. 18-9.
3. Benson RC, Martin L. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Editor: Primarianti
S, Resmisari T. Jakarta: EGC; 2008. h. 487-91.
4. Sabiston DC. Buku ajar bedah: sabiston’s essentials surgery. Jakarta: EGC; 1992. h.
373-83.

17
5. Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 109-
110.
6. Suherni. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2007. h. 56-7.
7. Alasiry E (2009). Mastitis: pencegahan dan penanganan. Diunduh dari:
http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201252114142, pada tanggal 17 April 2013.
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
Volume 2. Jakarta : EGC; 2005. h. 130-2.

18

Anda mungkin juga menyukai