Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

“HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA”


MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Affany Wahyudi Daulay 7163344001


Dwi Citra Ananda 7163344012
Fadzri Achmad 7163344015

PROGAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI ERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat,
taufik, dan hidayahNya kepada kami dengan mengerjakan tugas Makalah Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan dan dapat diselesaikan sesuai batas waktu yang ditentukan.
Penulisan Makalah ini kami susun berdasar tugas rutin yang telah disepakati. Kami berharap
solusi dari hasil penulisan makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Medan, Maret 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
warga negara merupakan salah satu unsur pokok dalam suatu negara, selain adanya wilayah
dan pemerintahan yang berdaulat. Semua orang yang berada di suatu negara tentu perlu
mengerti tentang status atau kedidilammua baik menyangkut hak dan kewajiban terhadap
negaranya.
Warga negara untuk suatu negara tidak mudah. Hal ini suatu suatu kenyataan karena
definisi warga negara untuk suatu negara berbeda dengan definisi warga negara untuk negara
lainnya, menjadi negara suatu negara tergantung konstitusi yang berlaku dinegara tersebut.
Suatu ketentuan tersebut adalah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Tahun 1950
Passal 144 sebagai berikut: sambil menunggu kewarganegaraan dengan Undang-Undang yang
tersebut dalam ayat suatu pasal 5 ayat (1), maka yang sudah warganera Republik Indonesia,
ialah mereka yang menurut atau berdasar atas persetujuan perihal pembagian warganegara
yang dilampirkan kepada persetujuan perpindahan memperoleh kebangsaan Indonesia, dan
mereka yang kebangsaan tidak ditetapkan oleh persetujuan tersebut, dan mereka yang
kebangsaan tidak ditetapkan oleh persetujuan tersebut, yang pada tanggal 27 Desember 1949
sudah menjadi warga Negara Indonesia menurut perundang-undang Republik Indonesia yang
berlaku pada tanggal tersebut”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Warga Negara
Warga negara dalam bahasa Inggris disebut citizen, dalam Bahasa Yunani, civics (asal
katanya civicus) yang berati penduduk sipil (citizen). Merujuk kepada bahasa Yunani Kuno
Polities atau latin Civis, yang didefinisikan sebagai anggota dari polis (kota) Yunani Kuno atau
res publica (perkumpulan orang-orang atau masayrakat. Jadi menurut Aristoteles, yang disebut
warga negara adalah orang yang secara aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup
bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai orang yang diperintah dan orang yang bisa
berperan sebagai yang memerintah (Sri Wuryan dan Syaifullah, 2009: 108).
Dalam waktu tertentu keadaan itu bisa bertukar posisi, dimana yang pemerintah diganti
menjadi yang memerintah. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa seluruh warga negara
itu adalah orang-orang bebas ddan sederajat sehingga mereka semua harus siap sedia untuk
memerintah dan diperintah, maka seluruh warga negara itu harus memiliki satu keutamaan dan
kebajikan yang sama.
B. Warga Negara Indonesia
Siapa warga negara Indonesia itu? Secara teoritis, upaya mendefinisikan warga negara dan
siapa yang menjadi warga negara untuk suatu negara tidak mudah. Hal ini suatu kenyataan
karena definisi warga negara untuk suatu kenyataan karena definisi warga negara untuk suatu
negara berbeda dengan definisi warga negara untuk negara lainnya. Namun demikian, ada
suatu landasan pikir yang dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk mengetahui pengertian
warga negara dan siapa yang menjadi warga negara.
Aristoteles menyatakan “different constittutions require different types of good citizen”.
Pernyataan ini memberikan indikasi bahwa untuk mengetahui pengertian warga negara serta
siapa yang menjadi warga negara suatu negara tergantung konstitusi yang berlaku di negara
tersebut.
Konstitusi adalah hukum dasar bagi suatu negara. Ada konstitusi tertulis (written
constitusion) dan ada konstitusi tidak tertulis (unwritten constitution). Undang-Undang Dasar
1945 sebagai hukum dasar tertulis memilki kedudukan yang penting bagi Indonesia. Dalam
UUD inilah ketentuan yang mengatur pokok-pokok kehidupan berbangsa diatur. Ada beberapa
UUD yang pernah berlaku di Indonesia dan mengatur tentang kewarganegaraan.
Salah satu ketentuan tersebut adalah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Tahun
1950 Passal 144 sebagai berikut : “Sambil menunggu pengaturan kewarganegaran dengan
undang-undang yang tersebut dalam ayat satu pasal 5 ayat (1) maka yang sudah warganegara
Republik Indonesia, ialah yang mereka yang menurut atau berdasar atas persetujuan perihal
pembagian warga Negara yang dilampirkan kepada persetujuan perpindahan memperoleh
kebangsaan Indonesia, dan mereka yang kebangsaan tidak ditetapkan oleh persetujuan tersebut,
yang pada tanggal 27 Desember 1949 sudah menjadi warga Negara Indonesia menurut
perundang-undang Republik Indonesia yang berlaku pada tanggal tersebut”.
Saat ini UU tentang kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku adalah UU No. 12
Tahun 2006 yang menurut para ahli mencerminkan penghargaan dan menghilangkan
diskriminasi. Tentang siapa warga negara Indonesia, dinyatakan pada passal 4 UU No. 12
Tahun 2006 yaitu:
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan / atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-
Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing;
d. Anak yang lahir darii perkawinan yang sah dari seorang ayah dari warga negara asing
dan ibu dari Warga Negara Indonesia;
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaran kepada anak tersebut;
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
g. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
diaku oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas)) tahun atau belum kawin;
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan
ibu Warga Negara Indonesia yang ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dilahirkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
C. Asas-Asas Kewarganegaraan
Seorang dapat dinyatakan sebagai warga negara apabila memenuhi ketentuan-ketentuan
dari suatu negara. Ketentuan ini biasanya ini menjadi asas atau sebagai pedoman untuk
menentukan kewarganegaraan seseorang. Setiap negara memiliki kebebasan dan kewenangan
untuk menentukan asas kewarganegaraannya. Dalam literatur hukum dan peraktek, dikenal
adanya tiga asas kewarganegaraan, masing-masing adalah ius soli, ius sanguinis dan asas
campuran.
Asas ius soli (asas kedaerahan) berasal dari bahasa latin; ius yang berati hukum atau
pedoman sedangkan Soli yang berati negeri, tanah, atau daerah. Ius soli adalah penentuan
status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Sedangkan ius
sanguinis dari kata sangius yang berati darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seorang
mendapat warga negara jika orang tuanya adalah warga negara satu negara
Sedangkan asas kewarganegaraan khusus ialah asas yang terdiri atas beberapa macam asas
atau pedoman kewarganegaraan, yaitu
1. Asas Kepentingan Nasional
Mengutamakan kepentingan nasional Indonesia dan mempertahankan kedaulatannya.

2. Asas Perlindungan Maksimum


Pemerintah harus memberikan perlindungan kepadad setiap warga negara.

3. Asas Persamaan didalam hukum dan Pemerintahan


Setiap warga negara memiliki kesamaan hukum dalam pemerintahan.

4. Asas Kebenaran Substantif


Asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif,
tetapi juga bersifat substansi.

5. Asas Non-Diskriminatif’
Tidak membedakan setiap warga negara diberi banyak hal seperti suku, ras, warna kulit,
dll.

6. Asas Pengakuan dan permohonan terhadap HAM


Menjamin dan melindungi warga negara dan memuliakannya pada persamaan HAM.

7. Asas Keterbukaan
Segala sesuatu yang berhubungan dengan warga negara harus bersifat terbuka.

8. Asas Publisitas
Bahwa seorang yang kehilangan kewarganegaraan RI akan diumumkan dan diberitakan
agar masyarkat mengetahui.
D. Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Dalam literatur hukum di Indonesia, biasanya cara memperoleh status kewarganegaraan
hanya terdiri atas dua cara, yaitu status kewarganegaraan dengan kelahiran di wilayah hukum
Indonesia dan dengan cara pewarganegaraan atau naturalisasi (naturalization).
Adapun 5 (lima) prosedur atau metode perolehan status kewarganegaraan yang dikenal
dalam praktik tersebut adalah :
1. Citizenship by birth
Adalah cara perolehan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran.

2. Citizenship by descent
Seorang yang lahir diluar wiilayah suatu negara dianggap sebagai warga negara karena
keturunan, apabila pada waktu yang bersangkutan dilahirkan, kedua orang tua nya
adalah warga negara dari negara tersebut.

3. Citizenship by naturalisation
Adalah pewarganegaraan orang asing melalui permohonan menjadi warga negara
setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

4. Citizenship by registration
Mereka yang telah memenuhi syarat tertentu dianggap cukup dilakukan melalui
prosedur administrasi pendaftaran yang sederhana dibandingkan dengan metode
natuuralisasi yang rumit.

5. Citizenship by incorporation of territo


Adalah proses pewarganegaraan karena terjadinya perluasan wilayah negara.

E. Konsep Dasar HAM


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, khususnya
dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan HAM adalah separangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dam
setiap orang demi kehormatan dan perliindungan harkat dan martabat manusia.
Dikatakan HAM ialah karena hak-hak itu bersumber pada sifat hakikat manusia sendiri
yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Sanusi, 2006:201). HAM itu bukan karena
diberikan oleh negara atau pemerintah. Karena itu, hak-hak itu tidak boleh dirampas atau
diasingkan oleh negara dan oleh siapapun.
Dalam ketentuan yang lain, yaitu pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, pengertian
HAM adalah sebagai berikut: “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukm, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Kewajiban yang dimaksud adalah kewajiban dasar manusia yang ditekankan dalam
undang-undang tersebut sebagai seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak
memungkinkan terlaksana dan tegaknya HAM (Sapriya & Winataputra 2003: 137).

F. Sejarah HAM
Pada masa kenabian, di Kota Madinah disusun sebuah Piagam Madinah. Piagam ini
merupakan dokumen kesepakatan masyarakat Madinah untuk melindungi dan menjamin hak-
hak sesama warga masyarakat tanpa memandang latar belakang, suku, dan agama. Di kawasan
Eropa, pada tahun 1215 lahir Magna Charta. Piagam ini merupakan perjanjian antara Raja John
dari Inggris dan sejumlah bangsawan. Sebagai imbalan untuk dukungan mereka dalam
membiayai penyelenggaraan pemerintah dan kegiatan perang. Hak yang diatur dalam
perjanjian itu meliputi hak-hak sipil dan politik mendasar, seperti hak untuk diperiksa dimuka
hakim (habeas corpus).
Perkembangan yang lebih kongkrit tentang HAM terjadi setelah lahirnya Bill Of Rights
pada tahun 1689 di Inggis. Piagam ini di tandatangani Raja William II. Perkembangan HAM
yang lebih modern ditandai dengan lahirnya Declaration of Independence yang merupakan
deklarasi kemerdekaan Amerika dari tanggan Inggris pada tahun 1776. Piagam ini disusun oleh
Thomas Jefferson yang bersumber dari ajaran Montesquieu.
Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Sebagai warga Negara yang baik kita mesti
menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan,
keturunan, jabatan, dan lain sbagainya.

G. Prinsip-Prinsip Pokok HAM


Ada beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan, pemenuhan, pemajuan dan
perlindahan HAM. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip Universal (berlaku bagi semua orang)
2. Prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), yaitu tidak boleh mengambil hak asasi
seseorang
3. Prinsip tidak dapat dipisahkan (indivisible), artinya hak apapun tidak dapat dipisah-
pisahkan baik dalam penerapan dan penegakkannya
4. Prinsip saling tergantung (inter dependent), yaitu suatu kategori HAM tertentu harus
mendapatkan prioritas terlebih dahulu dibandingkan dengan yang lainnya
5. Prinsip keseimbangan, yaitu perlu ada keseimbangan dan keselarasan diantara HAM
perorangan dan kolektif
6. Prinsip partikularisme, yaitu bahwa kekhususan nasional dan regional serta berbagai
latar belakang sejarah budaya dan agama adalah sesuatu yang penting dan harus
menjadi pertimbangan.
H. HAM dalam UUD 1945

Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam pembukaan UUD 1945
tersebut, Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia pada warganya.
Berikut rincian dari hak-hak asasi manusia yang terdapat pada pasal-pasal UUD 1945 yaitu
sebagai berikut:
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 A :
Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 B :
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah
Pasal 28 C :
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Pasal 28 D :
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hokum yang adil.
Pasal 28 E :
Setiap orang bebas memeluk agama dan beridabat menurut agamanya, memilih pendidikan,
memilih pekerjaan dan memilih kewarganegaraan.

Pasal 28 F :
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan social.
Pasal 28 G :
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dibawah
kekuasaannya
Pasal 28 H :
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin dan bertempat tinggal
Pasal 28 I :
Setiap orang berhak atas bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan tersebut.
Pasal 28 J :
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalan tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai