REVISI MAKALAH EPILEPSI Dan POLIO
REVISI MAKALAH EPILEPSI Dan POLIO
MAKALAH
Oleh:
SHINTYA AGUSTINA
AKF16158
AKFAR 4-D
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat memahami hakikat dari penyakit epilepsi dan polio
b. Dapat memahami penyebab penyakit epilepsi dan polio
c. Dapat memahami perjalanan penyakit epilepsi dan polio
d. Dapat memahami gejala klinis dari penyakit epilepsi dan polio
e. Dapat memahami pengobatan/ terapi yang dapat dilakukan untuk
penyakit epilepsi dan polio
f. Dapat memahami langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
pecegahan penyakit epilepsi dan polio
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Epilepsi
Seizure, adalah perubahan sementara pada perilaku akibat stimulasi
populasi neuron otak yang tidak teratur, sinkron, dan ritmis. Epilepsi
menunjukkan gangguan fungsi otak yang dikarakterisasi oleh
kemunculan seizure secara periodik dan tidak dapat diprediksi. Seizure
epileptik telah diklasifikasikan menjadi seizure parsial, yang dimulai
berpusat di situs kortikal, dan seizure menyeluruh, yang melibatkan
kedua hemisfer secara luas dari awal. 1
Epilepsi (Yun.= serangan) atau sawan/penyakit ayan adalah suatu
gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya
dengan perubahan kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak dan
mendadak dari sekelompok besar sel-sel saraf di otak. Aksi ini disertai
pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron – neuron
tersebut. Lazimnya, pelepasan muatan listrik ini terjadi secara teratur
dan terbatas dalam kelompok-kelompok kecil, yang memberikan ritme
normal pada elektroencefalogram (EEG). Serangan ini kadangkala
bergejala ringan dan hampir tidak kentara. Pada serangan parsial,
hiperaktivitas terbatas pada hanya satu bagian dari kulit otak,
sedangkan bila menjalar ke seluruh otak disebut serangan luas
(‘generalized’). 30% dari penderita epilepsi mempunyai keluarga dekat
yang juga memiliki gangguan konvulsi. 1
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang
dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang
bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan dapat diartikan
sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas,
yang berasal dari sekelompok besar sel-sel otak, bersifat sinkron dan
berirama. Istilah epilepsi tidak boleh digunakan untuk bangkitan yang
terjadi selama penyakit akut berlangsung, dan occasional provoked
seizures misalnya kejang atau bangkitan pada hipoglikemi. Bangkitan
epilepsi didefinisikan sebagai tanda dan atau gejala yang timbul
sepintas (transien) akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron
yang terjadi di otak. 1
Gambar otak penderita epilepsi.
2.1.2 Polio
Polio atau poliomyelitis adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan Poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut , dan
menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan ( paralisis ).2
2.2 Etiologi
2.2.1 Etiologi Epilepsi
Lebih dari 40 sindrom epileptik yang berbeda telah
dikategorikan menjadi epilepsi parsial dan epilepsi umum. Epilepsi
parsial terdiri dari jenis seizure parsial dan menyebabkan 60% semua
epilepsi. Etiologi dari epilepsi parsial ini umumnya terdiri dari lesi
pada beberapa bagian korteks (misalnya tumor, timbulnya malforasi,
kerusakan akibat trauma atau stroke), tetapi juga bisa disebabkan
oleh genetis. 1
Epilepsi umum menyebabkan 40% keseluruhan epilepsi dan
biasanya bersifat genetis. Epilepsi umum yang paling banyak terjadi
adalah epilepsi miklonik remaja. Gangguan ini terjadi pada awal
remaja dan dikarakterisasi oleh seizure mioklonik, tonik-klonik, dan
sering absence seizure. Seperti sebagian epilepsi onset-umum,
epilepsi mioklonik remaja kemungkinan disebabkan oleh pewarisan
berbagai gen yang rentan. 1
2.2.2 Etiologi Polio
Virus poliomyelitis (virus RNA) tergolong dalam genus
enterovirus dan famili picornaviridae, mempunyai 3 strain yatu tipe
1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat
terjadi oleh satu atau lebih dari tipe virus tersebut. Epidemi yang
luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1. Imunitas yang
diperoleh setelah terinfeksi maupun imunisasi bersifat seumur hidup
dari spesifik untuk satu tipe.7
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Penatalaksanaan Epilepsi
a. Pengobatan Kausal
Pada setiap penderita epilepsi, harus diselidiki terlebih dulu
apakah penderita masih menderita penyakit aktif misalnya tumor
serebri, hematoma subdural kronik. Apabila demikian, kelainan
ini dapat segera diobati. Terkadang didapati lesi aktif/progesif
yang belum ada obatnya, misalnya penyakit degeneratif. Pada
sebagian besar penderita epilepsi, tidak dapat langsung
ditentukan adanya lesi (idiopatik, kriptogenik) atau lesinya sudah
inaktif (sekuele), misalnya sekuele karena “brith trauma”.8
b. Pengobatan Pemeliharaan
Diberikan obat anti-konvulsan sebagai pemeliharaan
terhadap penderita epilepsi. Pada saat ini banyak macam obat
anti-konvulsan yang dapat digunakan. Mengenai lama
pengobatan, didapati perbedaan pendapat. Umumnya berkisar 2-
4 tahun bebas serangan, kemudian obat dikurangi secara
bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan.8
2.6 Pencegahan
2.6.1 Pencegahan Epilepsi
Terdapat 3 macam pencegahan epilepsi, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya
faktor predisposisi terhadap epilepsi dimana belum tampak
adanya faktor yang menjadi risiko. Hal yang dapat dilakukan
adalah pendidikan kepada masyarakat luas, diberi informasi
mengenai sifat, penyebab, dan cara pencegahan. Upaya ini
dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan pencegahan terjadinya epilepsi yang dapat
dilakukan melalui pendekatan kepada masyarakat atau
perorangan.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap
faktor risiko yang tampak pada individu atau masyarakat.
Pencegahan Primer penyebab epilepsi adalah sebagai berikut:
a. Mencegah terjadinya cedera di kepala. Hal ini sangat efektif
untuk mencegah terjadinya epilepsi. Misalnya dengan cara
memakai alat pelindung diri di kepala jika pekerjaan yang
dilakukan beresiko untuk mengalami cedera kepala.
b. Merawat kehamilan saat perinatal dengan baik sehingga dapat
mengurangi kasus baru epilepsi yang disebabkan oleh cedera
saat lahir.
c. Mengutamakan sanitasi lingkungan agar terhindar dari bakteri
atau virus yang dapat menyerang otak.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan pencegahan
terhadap penderita yang mengalami suatu penyakit agar tidak
memperburuk kondisi individu atau masyarakat. Pencegahan
sekunder dapat dilakukan dengan cara:
a. Minum obat anti epilepsi (OAE) secara teratur dan taat
sesuai dengan serangan epilepsi yang diderita.
b. Menghindari faktor-faktor pencetus serangan seperti
alkohol, cahaya, stres, dan lainnya.
c. Tidak mengemudikan kendaraan bermotor selama penderita
masih minum obat-obatan anti- konvulsan.
d. Makan dengan teratur dan istrahat yang cukup.
4. Pencegahan Tersier
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan
mencegah cacat/kelumpuhan karena penyakit epilepsi. Pencegahan
tersier penyakit epilepsi adalah :
a. Rehabilitasi medik/Terapi Antikonvulsan
b. Pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk pasien yang gagal
dengan penatalaksanaan medis.
2.6.2 Pencegahan Polio
Untuk pecegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan pemberian
imunisasi aktif terhadap anak-anak yang berusia dibawah 5 tahun.7
Terdapat 2 macam vaksin polio, yaitu vaksin virus polio oral (OPV=
Oral Polio Vaccine) atau yang lebih dikenal vaksin tetes dan
Incativated Polio Vaccine (IPV) yang diberikan dengan cara
disuntikkan. Vaksin polio tetes diberikan saat lahir, usia 2, 3, 4 bulan
sesuai dengan program pemerintah, sedangkan untuk vaksin polio
suntik diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan usia 6-8 tahun.
2.7 Obat-obat
2.7.1 Obat-obat epilepsi
Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan
epilepsi berkat khasiat antikonvulsifnya, yakni meredakan konvulsi
(kejang klonus hebat). Di samping itu, kebanyakan obat juga
berdaya sedatif (meredakan). Semua obat antikonvulsi memiliki
masa paruh panjang, dieliminasi dengan lambat, dan berakumulasi
dalam tubuh pada penggunaan kronis.1
Tabel obat-obat yang dapat dipakai untuk epilepsi.8
Dosis
Nama Obat Bentuk Kejang mg/kg
bb/hari
Fenobarbital Semua bentuk kejang 3–8
Dilantin (Difenilhidantoin) Semua bentuk kejang, 5 - 10
kecuali bangkitan petitmal,
mioklonik atau akinetik
Misolin (Primidone) Semua bentuk kejang, 12 - 25
kecuali petitmal
Zarotin (Etosuksimid) Petitmal 20 - 60
Diazepam Semua bentuk kejang 0,2 - 0,5
Diamoks (Asetasolamid) Semua bentuk kejang 10 - 190
Prednison Spasme infantil 2–3
Deksametason Spasme infantil 0,2 - 0,3
Adrenokortikotropin Spasme infantil 2–4
TABEL RESUME
Epilepsi Polio
Definisi Menunjukkan gangguan Polio atau poliomyelitis
fungsi otak yang adalah penyakit paralisis
dikarakterisasi oleh atau lumpuh yang
kemunculan seizure secara disebabkan oleh virus.
periodik dan tidak dapat
diprediksi.
Etiologi Cedera kepala, radang atau Virus poliomyelitis (virus
infeksi, penyumbatan RNA) tergolong dalam
pembuluh darah otak, dan genus enterovirus dan famili
pewarisan genetis picornaviridae.
Patogenesis Cedera kepala, penyakit Virus polio masuk melalui
lain, genetis mulut dan hidung
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Menurut saya masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dalam
meningkatkan kualitas kehidupan khususnya dibidang kesehatan.
Seiring dengan berkembangannya IPTEK dan masuknya berbagai arus
globalisasi yang semakin modern maka bidang kesehatan juga harus
ikut serta untuk memajukan dan mengembangkan bangsa.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA