Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat… (Senny Widyaningsih, dkk)

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL DAN KALSIUM KARBONAT


TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT BIODEGRADASI FILM
DARI PATI KULIT PISANG

Senny Widyaningsih, Dwi Kartika, Yuni Tri Nurhayati


Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknik, Unsoed, Purwokerto
Email : sennysetiadi@yahoo.com

ABSTRAK
Kulit pisang merupakan limbah dari industri pembuatan keripik pisang. Kandungan
pati dalam kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk dibuat menjadi film biogedradable.
Untuk memperbaiki sifat film yang dihasilkan maka ditambahkan sorbitol sebagai
plasticizer dan kalsium karbonat sebagai filler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film
berbahan dasar pati dari kulit pisang memiliki densitas antara 3,11-6,12 g/cm3 ;
higroskopisitas antara 3,55-7,59%; laju transmisi uap air antara 0,0017-0,0021 g/jam cm2 ;
kelarutan dalam air antara 2,54-59,01%; kelarutan dalam asam 4,05-87,86%; daya regang
antara 2,73-179,61 MPa; panjang putus antara 1,95-19,81 MPa; ketahanan sobek antara
2,50-26,32 MPa; dan pada uji biodegradasi dalam tanah mengalami penurunan berat film
antara 5,73-85,08%.

Kata kunci : film, biodegradable, sorbitol, kalsium karbonat

THE EFFECT OF SORBITOL AND POTASSIUM CARBONATE ADDITION TO


CHARACTERISTIC AND BIODEGRADABLE OF FILM BANANA SKIN
STARCH

ABSTRACT
Banana skin is a waste from crispy chips of banana production industry. Starch
content from banana skin can be made to biodegradable film. In order to repaire the
characteristic film, it needs additive. The additive is sorbitol as plasticizer and sodium
carbonate as filler. The results showed that the film had 3.11- 6.12 g/cm3 of density,
3.55-7.59% of hygroscopicity, 0.0017-0.0021 g/jam cm2 of water vapour of transmission
rate (WVTR), 2.54-59.01% of water solubility, 4.05-87.86% of acidic solubility,
2.73-179.61 MPa of tensile strength, 1.95 -19.81 MPa of elongation at break, and
5.73-85.08% of tear resistence. Biodegradable test showed that the range of film weight
loss was 5.73-85.08%.

Keywords : film, biodegradable, sorbitol, sodium carbonate

69
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 69 - 81

PENDAHULUAN Bioplastik berbahan dasar pati


Plastik mulai dikenal masyarakat memiliki kekuatan mekanik yang rendah
sejak abad ke-19. Kebutuhan akan plastik sehingga diperlukan zat tambahan untuk
semakin meningkat dari waktu ke waktu. memperbaiki hal tersebut. Platicizer
Kebutuhan plastik masyarakat Indonesia sering digunakan untuk memperbaiki
tahun 2002 sekitar 1,9 juta ton kemudian sifat elastisitas dan mengurangi sifat
meningkat menjadi 2,1 juta ton di tahun barrier film dari pati (Gontard et al.,
2003 dan di tahun 2004 meningkat lagi 1993). McHugh dan Krochta (1994),
menjadi 2,3 juta ton (Darni, 2008). menyatakan bahwa poliol seperti sorbitol
Jenis plastik yang beredar di dan gliserol adalah plasticizer yang
masyarakat merupakan plastik sintetik cukup baik untuk mengurangi ikatan
dari bahan baku minyak bumi yang hidrogen internal sehingga akan
terbatas jumlahnya dan tidak dapat meningkatkan jarak intermolekul.
diperbaharui. Plastik jenis ini tidak dapat Penggunaan sorbitol sebagai plasticizer
terdegradasi oleh mikroorganisme atau diketahui lebih efektif, sehingga
sukar dirombak secara hayati dihasilkan film dengan permeabilitas
(nonbiodegradable) di lingkungan karena oksigen yang lebih rendah bila
mikroorganisme tidak mampu mengubah dibandingkan dengan menggunakan
dan mensintesis enzim yang khusus untuk gliserol. Oleh karena itu pada penelitian
mendegradasi polimer berbahan dasar ini yang digunakan sebagai plasticizer
petrokimia (Darni, 2008). adalah sorbitol.
Banyak penelitian telah mencoba Selain itu penambahan bahan
mencari bahan dasar pembuatan plastik pengisi seperti kalsium karbonat (CaCO3)
ramah lingkungan atau dikenal dengan juga diperlukan untuk mengatasi
istilah bioplastik (plastic biodegradable). kekurangan sifat film seperti kekuatan
Plastik jenis ini merupakan plastik yang sifat film. Berdasarkan fungsinya bahan
dapat diuraikan oleh jamur atau pengisi digunakan untuk menekan biaya
mikroorganisme di dalam tanah sehingga produksi apabila harganya lebih murah
akan mengurangi dampak negatif yang dibandingkan harga polimernya.
ditimbulkan oleh plastik sintetik. Penambahan bahan pengisi dapat
Bioplastik merupakan plastik yang dapat meningkatkan kekakuan plastik yang
diperbaharui karena senyawa-senyawa terlalu lentur, meningkatkan kekuatan,
penyusunnya berasal dari tanaman seperti mengurangi kelarutan dan kecenderungan
pati, selulosa, dan lignin serta hewan untuk bengkok. Kalsium karbonat
seperti kasein, protein dan lipid (Averous, memiliki harga yang relatif lebih murah
2004). dibandingkan dengan bahan pengisi lain.
Kulit pisang dapat dimanfaatkan Pengujian sifat biodegradable
sebagai bahan baku pembuatan bioplastik juga dilakukan untuk mengetahui
karena kulit pisang mengandung pati. keteruraian film dari pati kulit pisang.
Kulit pisang merupakan limbah karena Beberapa faktor yang mempengaruhi
sisa produksi makanan ringan (seperti tingkat biodegradabilitas plastik setelah
sriping pisang, sale pisang, dan lain-lain) kontak dengan mikroba yakni sifat
yang biasanya hanya dijadikan sebagai hidrofob, bahan aditif, proses produksi,
pakan ternak. Komposisi kulit pisang struktur polimer, morfologi dan berat
yaitu air 68,90%, karbohidrat 18,50%, molekul bahan plastik. Makin besar
lemak 2,11%, protein 0,32% dan bobot molekul suatu bahan makin rendah
komposisi kandungan kimia lainnya biodegradabilitasnya. Bentuk film
(Munadjim, 1983). memiliki tingkat biodegradabilitas paling
rendah. Reaksi degradasi kimia dalam

70
Pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat… (Senny Widyaningsih, dkk)

polimer linier menyebabkan turunnya sanpel. Sedangkan untuk uji iod


berat molekul atau pemendekan panjang dilakukan dengan cara sampel pati dari
rantai (Surdia, 2000). kulit pisang mentah sebanyak 0,5 gram
dimasukkan kedalam papan uji,
ditambahkan satu tetes lautan iod encer.
METODE PENELITIAN Kemudian dicampur secara merata.
Timbulnya warna biru menujukkan
Bahan-bahan yang digunakan
adanya pati dalam sampel.
pada penelitian ini yaitu pati dari kulit
Karakterisasi pati yang dihasilkan
pisang mentah, sorbitol, kalsium
meliputi kadar air dan kadar abu (AOAC,
karbonat, pereaksi molish, asam sulfat
1995). Penentuan kadar air didasarkan
pekat, larutan iod encer, dan NaCl.
pada perbedaan berat sampel sebelum
Peralatan yang digunakan meliputi
dan sesudah dikeringkan. Cawan porselin
peralatan gelas, hot plate stirrer, dan alat
yang digunakan dikeringkan terlebih
uji tarik merk Zwick/Z0.5.
dahulu kira-kira 1 jam pada suhu 105oC,
a. Pembuatan film lalu didinginkan dalam desikator selama
Langkah pertama dalam 30 menit dan ditimbang sehingga
pembuatan film adalah mengisolasi pati beratnya tetap. Sampel ditimbang kira-
dari kulit pisang. Kulit pisang dicuci, kira 2 gram dalam cawan tersebut,
dipotong-potong, dan dihancurkan. Kulit dikeringkan dalam oven pada suhu
pisang yang telah lumat kemudian 100-105oC selama 5 jam atau beratnya
disaring dan diperas menggunakan kain tetap. Cawan yang berisi sampel
penyaring ke dalam wadah hingga ampas didinginkan di dalam desikator selama 30
tidak mengeluarkan air perasan lagi. menit lalu ditimbang hingga beratnya
Filtrat yang dihasilkan kemudian tetap. Kadar air ditentukan dengan
didekantasi (diendapkan) selama 24–48 menghitung selisih berat per berat awal
jam hingga pati mengendap sempurna. dikalikan 100%.
Cairan supernatan dibuang dan Penentuan kadar abu didasarkan
endapannya dicuci berulang-ulang dengan menimbang sisa mineral sebagai
dengan air hingga diperoleh endapan pati hasil pembakaran bahan organik pada
yang lebih jernih. Kemudian endapan pati suhu sekitar 550oC, lalu didinginkan
dikeringkan menggunakan oven pada selama 30 menit didalam desikator dan
suhu ±50oC selama 2 jam hingga kering. ditimbang hingga didapatkan berat tetap.
Endapan serbuk pati yang sudah kering sampel ditimbang sebanyak 2 gram,
kemudian dihaluskan. dimasukkan kedalam cawan porselin dan
Untuk menguji pati yang dipijarkan di atas nyala api pembakar
dihasilkan dilakukan uji Molish dan uji Bunsen hingga tidak berasap lagi. Setelah
iod. Uji Molish dilakukan dengan cara dimasukkan kedalam furnance dengan
larutan pati kulit pisang sebanyak 5 mL suhu 650oC selama ±12 jam kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan cawan didinginkan selama 30 menit pada
ditambahkan 2 tetes pereaksi Molish dan desikator, setelah itu ditimbang hingga
dikocok merata. Secara hati-hati 2 mL didapatkan berat tetap. Kadar abu
H2S04 pekat ditambahkan kedalam ditentukan dengan menghitung selisih
tabung reaksi tersebut, sehingga berat per berat awal dikalikan 100%.
menghasilkan dua lapisan cairan dalam Langkah berikutnya adalah
tabung reaksi dimana larutan contoh akan pembuatan film dengan cara melarutkan
berada di lapisan atas. Cincin berwarna pati dengan air kemudian dipanaskan
merah ungu pada batas kedua cairan disertai penambahan kalsium karbonat.
menujukkan adanya karbohidrat dalam Setelah terjadi gelatinisasi dilakukan

71
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 69 - 81

penambahan sorbitol. Kemudian setelah Penimbangan dilakukan setiap satu jam,


dingin larutan dituang dalam cetakan dan penimbangan ini dilakukan hingga jam
dikeringkan. ke-10. Data yang diperoleh dibuat
persamaan regresi linier, sehingga
diperoleh garis slope. Laju transmisi uap
b. Karakteristik film
air (water vapour transmission
Film yang dihasilkan dilakukan rate/WTVR) dihitung dengan membagi
karakterisasi untuk mengetahui sifat fisik slope kenaikan berat cawan terhadap luas
dan mekaniknya. Pengujian sifat fisik permukaan film.
meliputi densitas, higroskopisitas, laju Penentuan kelarutan dalam air
transmisi uap air (WVTR), kelarutan bertujuan untuk memprediksi kestabilan
dalam air, dan kelarutan dalam asam. bioplastik terhadap pengaruh air. Berikut
Penentuan rapat massa (densitas) ini adalah langkah-langkah yang harus
film dilakukan dengan cara film dipotong dilakukan yaitu produk bioplastik
dengan ukuran dan tebal tertentu, dipotong berbentuk lingkaran dengan
kemudian dihitung volumenya. Potongan diameter 2 cm, sebanyak dua buah.
film ditimbang dan rapat massa film Potongan uji dikeringkan pada suhu
ditentukan dengan membagi rapat 105oC selama 24 jam. Potongan uji
potongan uji dengan volumenya (g/cm3). ditimbang dan selanjutnya direndam
Penentuan sifat higroskopisitas dalam air distilasi sebanyak 50 mL
dilakukan untuk mengkaji sifat hidrofil selama 24 jam pada suhu 25 oC . Selama
suatu film bioplastik. Cawan petri proses perendaman, potongan uji secara
dibersihkan dan ditimbang, selanjutnya periodik digoyang perlahan-lahan.
cawan tersebut digunakan untuk Potongan uji dikeringkan pada suhu
menimbang produk seberat 1,5 gram. 105oC selama 24 jam kemudian
Cawan petri yang telah berisi produk ditimbang. Kelarutan dalam air dihitung
selanjutnya dimasukkan dalam stoples dengan membagi selisih berat dengan
yang berisi air. Volume air dalam stoples berat awal dikalikan 100%.
yang digunakan yaitu setinggi dasar Kelarutan dalam asam dilakukan
cawan petri yang berisi produk. Produk untuk memprediksi kestabilan bioplastik
pada cawan dijaga agar tidak kontak terhadap hidrolisis oleh senyawa asam
dengan air, sehingga cawan petri yang yang kemungkinan keluar dari bahan
berisi produk disangga dengan cawan pangan selama penyimpanan. Prosedur
petri lainnya pada posisi terbalik.. Stoples penentuan kelarutan dalam asam sama
ditutup rapat selama 4 jam, kemudian seperti kelarutan dalam air, hanya saja
sampel diambil, ditimbang, dan bahan pelarut yang digunakan pada
ditentukan higroskopisitasnya dengan prosedur ini menggunakan HCl 1 N.
cara menentukan selisih berat per berat Pengujian sifat mekanik meliputi
awal dikalikan 100%. daya regang, perpanjangan putus, dan
Laju Transmisi Uap Air (water ketahanan sobek. Pengujian dilakukan
vapour transmission rate/WVTR) menggunakan alat uji tarik. Film
ditentukan dengan cara film yang akan dipotong berbentuk dayung dengan
diuji dilapisi pada cawan yang berisi 10 cetakan khusus (super dumbbell cutter),
gram gel silika kering dan ditempatkan kemudian dipasang pada rahang alat. Alat
pada stoples plastik, yang didalamnya dioperasikan, sehingga terbaca gaya yang
berisi larutan NaCl jenuh (RH ± 75% ), diberikan sampai bioplastik putus /robek.
uap air yang terdifusi melaui film akan Alat uji tarik memberikan data gaya
diserap oleh gel silika sehingga akan maksimum yang digunakan sampai film
menambah berat gel silika tersebut.

72
Pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat… (Senny Widyaningsih, dkk)

putus, perpanjangan film, dan ketahanan menahan kerusakan akibat mikroba


sobek. maupun serangga.

b. Karakteristik film
c. Sifat biodegradable film
Film yang dihasilkan pada
Sifat biodegradable film diuji
penelitian ini berwarna putih kecoklatan.
dengan cara mengubur film dalam tanah
Karakteristik film yang pertama adalah
dengan kelembaban relative 70%.
densitas. Densitas merupakan nilai yang
Pengujian biodegradable dilakukan
menunjukkan massa bahan per satuan
dengan menimbang film sebelum dan
volume (g/m3). Hasil analisis uji F (sidik
sesudah penguburan dalam tanah untuk
ragam) pada densitas menunjukkan
diketahui berat susut film. Analisis data
bahwa adanya variasi komposisi
dilakukan menggunakan metode Duncan
penambahan sorbitol dan kalsium
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
karbonat memberikan pengaruh sangat
kesalahan 5%.
nyata. Gambar 2 menunjukkan dengan
adanya penambahan sorbitol dan kalsium
karbonat pada berbagai variasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi penambahan mempengaruhi
a. Pembuatan film nilai densitas. Penambahan kalsium
Pati yang dihasilkan dari bahan karbonat dan sorbitol menghasilkan nilai
dasar kulit pisang berwarna putih densitas lebih besar. Densitas berbanding
kecokelatan seperti terlihat pada Gambar lurus dengan massa suatu bahan,
1. Hasil pada uji Molish ditandai dengan sehingga semakin besar massa suatu
terbentuknya cincin berwarna merah bahan maka nilai densitas semakin besar.
ungu pada batas kedua cairan, dan pada Berdasarkan pengamatan dari berbagai
uji iod ditandai dengan adanya warna variasi komposisi penambahan sorbitol
biru pada sampel setelah ditambahkan iod dan kalsium karbonat perlakuan T2N2
pada sampel. Hal ini menunjukkan bahwa (penambahan 0,4% kalsium karbonat dan
sampel mengandung karbohidrat. 40% sorbitol b/b pati) menghasilkan nilai
densitas terbesar yaitu sebesar 6,12
g/cm3.
Higroskopisitas adalah
kemampuan suatu bahan untuk
melakukan penyerapan uap air dari
lingkungan. Semakin besar
higroskopisitas, maka akan
mempengaruhi ketahanan dari bahan
yang disimpan oleh film yang dihasilkan.
Hasil analisis uji F (sidik ragam) pada
Gambar 1. Pati Kulit Pisang
higroskopisitas menunjukkan bahwa
variasi penambahan sorbitol dan kalsium
Persentase kadar air dan abu pati
karbonat berpengaruh sangat beda nyata.
kulit pisang berturut-turut sebesar 0,15%
Semakin banyak sorbitol dan kalsium
dan 0,98%. Jumlah air dalam bahan akan
karbonat yang ditambahkan nilai
mempengaruhi daya tahan bahan
higroskopisitas film semakin besar.
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh
Berikut ini adalah Gambar 3 yang
mikroba maupun serangga. Berdasarkan
memperlihatkan sifat bioplastik berbahan
hasil yang didapatkan kadar air dalam
dasar pati dengan variasi komposisi
sampel relatif kecil sehingga cukup untuk
sorbitol dan kalsium karbonat

73
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 69 - 81

higroskopisitas. Persentase higroskopis 3,55-7,59%.


film dari pati kulit pisang berkisar antara

Gambar 2. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap


densitas film

Gambar 3. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap


higroskopisitas film

Gambar 4. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap


WVTR film

74
Pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat… (Senny Widyaningsih, dkk)

Pengukuran laju transmisi uap air penambahan masing-masing variasi


suatu bahan merupakan faktor yang komposisi mempengaruhi sifat fisik
penting dalam menilai permeabilitas film kelarutan dalam air. Besarnya kelarutan
terhadap uap air. Laju transmisi uap air suatu zat dalam suatu pelarut dipengaruhi
yang dihasilkan berkisar antara oleh sifat dan intensitas kekuatan serta
2
0,00167-0,00214 g/jam cm . Hasil interaksi antara zat terlarut dan
analisis uji F (sidik ragam) laju transmisi pelarutnya. Menurut Thirathumthavorn
uap air menunjukkan sangat beda nyata. dan Charoenrein (2006), menurunnya
Gambar 4 menunjukkan bahwa adanya daya larut juga disebabkan karena
penambahan variasi komposisi sorbitol amilosa dengan gugus subtituen
dan kalsium karbonat pada film berbahan membentuk ikatan yang sangat kuat
dasar pati dari kulit pisang sehingga menyebabkan terjadi
mempengaruhi sifat laju transmisi uap pemerangkapan molekul air di dalam
air. Menurut McHugh dan Krochta molekul pati, yang mengakibatkan
(1994), laju transmisi uap air suatu bahan swelling power meningkat dan mencegah
dipengaruhi oleh sifat kimia dan struktur molekul amilosa untuk terlarut dalam
bahan pembentuk, konsentrasi plasticizer sistem yang menyebabkan daya larut pati
dan kondisi lingkungan seperti menurun. Gambar 5 memperlihatkan
kelembaban dan temperatur. Gelembung pengaruh penambahan sorbitol dan
udara yang terdapat pada lapisan dapat kalsium karbonat dari berbagai variasi
meningkatkan laju transmisi uap air. komposisi terhadap persentase kelarutan
Peningkatan nilai laju transmisi uap air dalam air. Penambahan kalsium karbonat
dapat juga disebabkan oleh bertambahnya meningkatkan kelarutan dalam air
komponen hidrofilik yang terdapat pada walaupun tidak begitu signifikan. Hal ini
film sehingga memudahkan uap air diduga karena ion kalsium (Ca2+)
melewatinya. Menurut Santoso (2004), berikatan dengan dengan gugus hidroksil
pori-pori kecil mengakibatkan film pada pati sehingga membentuk suatu
berbahan dasar pati memiliki laju jaringan. Kalsium karbonat yang
transmisi rendah terhadap uap air dan dilarutkan dalam larutan pati dari kulit
gas. Film berbahan dasar pati dengan pisang akan berbentuk partikel-partikel
penambahan sorbitol sebagai plasticizer kecil, apabila partikel tersebut masuk
memiliki permeabilitas yang rendah kedalam struktur pati maka struktur
terhadap uap air jika dibandingkan tersebut akan meregang membentuk
dengan glikol, gliserol, polietilen glikol, rongga-rongga yang memudahkan air
maupun sukrosa pada konsentrasi yang masuk ke dalam struktur. Semakin
sama (McHugh dan Krochta, 1994). banyak air yang masuk ke dalam struktur
Faktor-faktor yang mempengaruhi pati akan meningkatkan kelarutan dalam
konstanta permeabilitas kemasan adalah air dan asam. Penambahan sorbitol pada
jenis film, ada tidaknya “cross linking”, film meningkatkan kelarutan dalam air.
ada tidaknya plasticizer, jenis polimer Hal ini karena sorbitol memiliki sifat
film, sifat dan besar molekul gas, hidrofil. Menurut Bourtoom (2007), jenis
solubilitas atau kelarutan gas (Syarief et dan konsentrasi dari plasticizer yang
al., 1989). digunakan akan memberikan pengaruh
Kelarutan dalam air yaitu untuk terhadap kelarutan dari film berbahan
memprediksi kestabilan bioplastik dasar pati. Semakin banyak penggunaan
terhadap pengaruh air. Hasil analisis plasticizer maka akan meningkatkan
menunjukkan bahwa dengan adanya kelarutan.

75
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 69 - 81

Gambar 5. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap sifat
kelarutan dalam air film

Kelarutan dalam asam yaitu untuk sehingga struktur akan meregang


memprediksi kestabilan bioplastik membentuk rongga dan air atau asam
terhadap hidrolisis oleh senyawa asam akan mudah masuk dan menyebabkan
yang kemungkinan keluar dari bahan kelarutan meningkat. Ketebalan film
pangan selama penyimpanan. Persentase mempengaruhi kelarutannya, artinya
kelarutan bioplastik dalam asam lebih semakin tebal film maka semakin rendah
besar daripada air, hal ini karena pati daya larutnya karena kekompakan film
lebih mudah terdegradasi oleh asam dan sebagai akibat dari meningkatnya ikatan
pati tidak tahan dalam kondisi asam. hidrogen seiring dengan meningkatnya
Hasil analisis persentase kelarutan dalam ketebalan film. Ikatan hidrogen yang
asam terbesar yaitu pada T2N2 semakin meningkat mengakibatkan
(penambahan 0,4% kalsium karbonat dan struktur molekul pati saling kuat
40% sorbitol) yaitu sebesar 87,86%. Hal berikatan membentuk jaringan yang
ini karena plasticizer yang digunakan kompak, sehingga menurunkan daya larut
yaitu bersifat hidrofil dan dengan adanya film. Gambar 6 adalah diagram yang
penambahan CaCO3 pada larutan pati, menunjukkan pengaruh penambahan
akan membentuk partikel-partikel yang sorbitol dan kalsium karbonat terhadap
akan masuk ke dalam struktur pati film.

Gambar 6. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap sifat
kelarutan dalam asam film

76
Pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat… (Senny Widyaningsih, dkk)

Gambar 7. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap daya
regang film
Penentuan daya regang (tensile dalam jumlah lebih besar akan
strength) atau sering dikenal juga sebagai menghasilkan nilai persen pemanjangan
kuat tarik merupakan gaya maksimum suatu film semakin lebih besar. Menurut
yang terjadi pada film selama pengukuran Liu dan Han (2005), tanpa penambahan
berlangsung. Hasil pengukuran ini plasticizer, amilosa dan amilopektin akan
berhubungan erat dengan jumlah membentuk suatu film dan struktur
plasticizer yang ditambahkan pada proses dengan satu daerah kaya amilosa dan
pembuatan film. Berdasarkan penelitian amilopektin. Interaksi-interaksi antara
nilai daya regang tanpa penambahan molekul-molekul amilosa dan
sorbitol memiliki nilai lebih besar amilopektin mendukung formasi film,
dibandingkan dengan adanya menjadikan film pati jadi rapuh dan kaku
penambahan sorbitol. Plasticizer dapat (Zhang dan Han, 2006). Persentase strain
mengurangi ikatan hidrogen internal atau elongation terbesar pada film
molekul dan menyebabkan melemahnya bioplastik berbahan dasar pati dari kulit
gaya tarik intermolekul rantai polimer pisang pada berbagai variasi komposisi
yang berdekatan sehingga mengurangi yaitu T2N2 (penambahan 0,4% kalsium
daya regang putus. Penambahan karbonat dan 40% sorbitol) sebesar
plasticizer lebih dari jumlah tertentu akan 19,81% (Gambar 8). Hasil analisis
menghasilkan film dengan kuat tarik memperlihatkan bahwa penambahan
yang lebih rendah (Lai et al., 1997). sorbitol berbanding lurus dengan
Kalsium karbonat merupakan bahan persentase strain atau elongation, artinya
pengisi pada penelitian ini. Secara umum, semakin besar penambahan sorbitol maka
pengisi merupakan berbagai padatan, semakin besar nilai persentase strain atau
cairan, atau gas. Kalsium karbonat elongation. Penambahan plasticizer
ditambahkan ke dalam matriks dengan mampu mengurangi kerapuhan dan
tujuan meningkatkan sifat-sifat mekanik meningkatkan fleksibilitas film polimer
plastik melalui penyebaran tekanan yang dengan cara mengganggu ikatan hidrogen
efektif di antara serat dan matriks. antara molekul polimer yang berdekatan
Gambar 7 menunjukkan bahwa sehingga kekuatan tarik-menarik
penambahan sorbitol dan kalsium intermolekul rantai polimer menjadi
karbonat menurunkan daya regang film. berkurang. Mekanisme proses plasticizer
Panjang putus (elongation at polimer sebagai akibat penambahan
break) atau proses pemanjangan plasticizer berdasarkan Di Gioia dan
merupakan perubahan panjang Guilbert (1999), yaitu melalui adsorbsi,
maksimum pada saat terjadi peregangan pemecahan, difusi, pemutusan pada
hingga sampel film terputus. Pada bagian amorf, dan pemotongan struktur.
umumnya adanya penambahan plasticizer

77
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 69 - 81

Gambar 8. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap nilai
perpanjangan putus film

Gambar 9. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap sifat
ketahanan sobek film

Hasil analisis uji F (sidik ragam) akan mempengaruhi sifat mekanis suatu
pada ketahanan sobek menunjukan film. Penambahan plasticizer akan
bahwa adanya variasi komposisi mengurangi kekuatan ikatan hidrogen
penambahan sorbitol dan kalsium intermolekul polimer sehingga
karbonat memberikan pengaruh sangat mengurangi ketahanan sobek dan
nyata. Ketahanan sobek merupakan gaya meningkatkan fleksibilitas film
tarik maksimum yang dapat dicapai
sampai film tetap bertahan sebelum film c. Sifat biodegradable film
kemudian putus atau sobek (Krochta dan Suatu bahan dikatakan
Johnson, 1997). Hasil penelitian biodegradable apabila bahan tersebut
menunjukkan bahwa ketahanan sobek dapat mengikuti siklus hidup biomassa,
pada film bioplastik dari berbagai variasi
termasuk konversi sumber fosil, air, dan
komposisi kalsium karbonat dan sorbitol produksi CO2. Kecepatan biodegradasi
berkisar antara 2,50-26,32 MPa seperti tergantung pada temperature (50-60oC),
pada Gambar 9. Penambahan konsentrasi kelembaban, jumlah dan tipe mikroba.
sorbitol meurunkan nilai ketahanan Biodegradasi berjalan cepat jika ketiga
sobek. Bentuk, jumlah atom karbon persyaratan tersebut terpenuhi (Siracusa,
dalam rantai dan jumlah gugus hidroksil 2008).
yang terdapat dalam molekul plasticizer

78
Pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat… (Senny Widyaningsih, dkk)

Gambar 10. Diagram pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat terhadap sifat
biodegradasi film

Uji biodegradasi film bioplastik berat molekul atau pemendekan panjang


berbahan dasar pati kulit pisang rantai. Penambahan sorbitol dan kalsium
dilakukan dengan cara penguburan film karbonat mempengaruhi sifat
bioplastik dalam tanah. Tanah yang biodegradable flim. Semakin besar
digunakan pada penelitian ini yaitu tanah penambahan maka semakin besar pula
andesol. Penguburan film dilakukan persentase penurunan berat film.
selama 30 hari dan dilakukan
penimbangan film setiap 10 hari.
Persentase biodegradasi film bioplastik KESIMPULAN
berbahan dasar pati dengan penambahan Penambahan sorbitol sebagai
variasi komposisi kalsium karbonat dan plasticizer dan kalsium karbonat sebagai
sorbitol dapat dilihat pada Gambar 10. filler mempengaruhi sifat fisik dan
Hasil uji biodegradasi bioplastik mekanik film dari pati kulit pisang.
berbahan dasar pati dari kulit pisang Penambahan sorbitol dan kalsium
menunjukkan pada hari ke-10 sudah karbonat akan menambah nilai densitas,
mengalami penurunan berat film higroskopisitas, WVTR, kelarutan dalam
bioplastik dan mengalami meningkatan air, kelarutan dalam asam, perpanjangan
persentase penurunan berat film putus, dan ketahanan sobek serta
bioplastik terbesar yaitu setelah menurunkan nilai daya regang putus film.
penguburan pada hari ke-30. Pati Penambahan sorbitol dan kalsium
memiliki ikatan-ikatan asetal yang sangat karbonat juga mempengaruhi sifat
mudah untuk diuraikan. Menurut Surdia biodegradasi film. Semakin banyak
(2000), degradasi polimer digunakan penambahan sorbitol dan kalsium
untuk menyatakan perubahan fisik akibat karbonat maka semakin besar persentase
reaksi kimia yang mencakup pemutusan kehilangan berat film dari pati kulit
ikatan dalam tulang punggung dari makro pisang.
molekul. Reaksi degradasi kimia dalam
polimer linier menyebabkan turunnya

79
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 69 - 81

DAFTAR PUSTAKA Opportunities, J. Food


Technologi, Vol. 51, No. 2, 61-74.
AOAC, 1995, Official Methods of
Analysis, Association of Lai, H.M., G.W., Padua & L.S., Wei,
Analitical Chemist, Washington 1997, Properties and
D.C. Microsrucure of Zein Sheets
Plastisized With Palmitic And
Averous, L., 2004, Biodegradable
Stearic Acids, Cereal Chem,
Multiphase System Based on
Vol. 74, No. 1, 83-90.
Plasticized Starch : A Review,
Journal of Macromolecular Liu, Z. & J.H., Han, 2005, Film Forming
Science, United Kingdom. Characteristics of Starches, J.
Food Science, Vol. 70, No. 1, E31-
Bourtoom, T., 2007, Effect of Some
E36.
Process Parameters on The
Properties of Edible Film McHugh, T.H. & J.M., Krochta, 1994,
Prepared From Starch, Sorbitol vs Glycerol Plasticed
Department of Material Product Whey Protein Edible Film :
Technology, Songkhala. Integrated Oxygen Permeability
and Tensite Property Evaluation.
Careda, M.P., C.M., Henrique, M.A., de
J.Agic and food Chem, Vol. 2,
Oliveira, M.V., Ferraz, N.M.,
No.4, 841-845.
Vincentini, 2000,
Characterization of Edible Films Munadjim, 1983, Teknologi Pengolahan
of Cassava Starch by Electron Pisang, PT Gramedia Pustaka
Microscopy, Braz, J. Food Utama, Jakarta.
Technol, Vol. 3, 91-95. Santoso, B., D., Saputra, & R.,
Darni, Y., A., Chici, & I.D., Sri., 2008, Pambayun, 2004, Kajian
Sintesa Bioplastik dari Pati Pisang Teknologi Edible Coating dari
dan Gelatin dengan Plasticizer Pati dan Aplikasinya Untuk
Gliserol, Seminar Nasional Sains Pengemas Primer Lempok
dan Teknologi-II, Universitas Durian, Jurnal Teknol dan
Lampung, 17-18 November 2008 Industri Pangan XV (3).
Di Gioia, L., & Guilbert, S., 1999, Corn Siracusa, V., P., Rocculi, S., Romani,
Protein-Based M.D., Rosa, 2008, Biodegradable
Thermoplasticresins: Effect of Polymers for Food Packaging: A
Some Polar and Amphiphilic Review, Trendsin Food Science &
Plasticizers, J. Agric.Food Chem, Technology, doi:
Vol. 47, 1254-1261. 10.1016/j.tift.2008.07.003.
Gontard, N.S., Guilbert, & J.L., Cuq, Surdia, N.M., 2000, Degradasi Polimer,
1993, Water and Glycerol as Majalah Polimer Indonesia,
Plasticizer effect mechanical and Vol. 3, No.1, 20-21.
Water Vapor Barrier Properties of Syarief, R., Sasya, S., & St. Isyana. B.,
an Edible Wheat Gluten Film, J. 1989, Teknologi Penyimpanan
Food Sci., Vol. 58, No. 1, Pangan. Penerbit, Pusat Antar
206-211. Unit Pangan dan Gizi, ITB,
Krochta & D.M., Johnston, 1997, Edible Bandung, 376 hal.
and Biodegradable Polymers Thirathumthavorn, D., & S., Charoenrein,
Film: Challenges and 2006, Thermal and Pasting

80
Pengaruh penambahan sorbitol dan kalsium karbonat… (Senny Widyaningsih, dkk)

Properties of native and acid- Zhang, V., & J.H., Han, 2006,
treated starches derivatizdeed by Plastikization of Pes Starch Film
I-Octenyl Succinicanhydride, With Monosaccharide and
Carbohydrate Polimer, 66:258- Polyols, Jurnal Food ist, Vol. 71,
265.doi:10.1016, j.carbpol, No. 6, 253-260.
2006,03,016.

81

Anda mungkin juga menyukai