Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. PENGERTIAN
Keadaan ketika individu mengalami hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari (Towsend, 2010). Kurang perawatan diri merupakan
keadaan ketika individu mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau funhsi kognitif,
yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima
aktivitas perawatan diri antara lain:
1. Makan
2. Mandi/Higiene
3. Berpakaian dan berhias
4. Toileting
5. Instrumental (menggunakan telepon, menggunakan transporttasi, menyetrika, mencuci
pakaian, menyiapkan makanan, berbelanja, mengelola keuangan, mengkomsumsi obat)
.
B. KARAKTERISTIK PERILAKU
Keliat dan Akemat (2010) karakteristik defisit perawatan diri yang dapat ditemukan
antara lain:
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau
serta kuku panjang dan kotor
2. Ketidakmampuan berhia/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakkan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaan tidak sesuai pada klien laki-laki tidak bercukur, pada klien
perempuan tidak berdandan
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan: ketidakmampuan mengambil
makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya
4. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang
air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak dibersihkan diri dengan baik setelah BAB dan
BAK

C. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1) Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, Diturunkan melalui kromosom orangtua
(kromosom keberapa masih dalam penelitian). Diduga kromosom no.6 dengan
kontribusi genetik tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak yang kedua
orangtuanya tidak menderita, kemungkinan terkena penyakit adalah satu persen.
Sementara pada anak yang salah satu orangtuanya menderita kemungkinan
terkena adalah 15%. Dan jika kedua orangtuanya penderita maka resiko terkena
adalah 35 persen.
2) Kembar indentik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%, sedangkan kembar
fraterna berisiko mengalami gangguan 15%
3) Riwayat janin saat pranatal dan perinatal trauma, penurunan komsumsi oksigen
pada saat dilahirkan, prematur, preeklamsi, malnutrisi, stres, ibu perokok,
alkhohol, pemakaian obat-obatan, infeksi, hipertensi dan agen teratogenik. Anak
yang dilahirkan dalam kondisi seperti ini pada saat dewasa (25 tahun) mengalami
pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek otak.
4) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB, rambut
rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
5) Keadaan kesehatan secara umum: gangguan neuromuskuler, gangguan
muskuloskeletal, kelemahan dan kelelahan dan kecacatan,
6) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat, riwayat terkena infeksi dan trauma
kepala serta radiasi dan riwayat pengobatannya. Ketidakseimbangan dopamin
dengan serotonin neurotransmitter
7) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dan
riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu fisiologi otak
b. Psikologis
1) Adanya riwayat kerusakan struktur dilobus frontal yang menyebabkan suplay
oksigen dan glukosa terganggu di mana lobus tersebut berpengaruh kepada proses
kognitif sehingga anak mempunyai intelegensi dibawah rata-rata dan
menyebabkan kurangnya kemampuan menerima informasi dari luar.
2) Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak mampu
berkomunikasi, komunikasi tertutup (non verbal), gagap, riwayat kerusakan yang
mempunyai fungsi bicara, misalnya trauma kepala dan berdampak kerusakan pada
area broca dan area wernich.
3) Moral: Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral individu,
misalnya keluarga broken home, ada konflik keluarga ataupun di masayarakat
4) Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang tinggi
dan menutup diri
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
a) Orang tua otoriter, selalu membandingkan, yang mengambil jarak dengan
anaknya, penilaian negatif yang terus menerus
b) Anak yang diasuh oleh orang tua yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin
dan tidak berperasaan
c) Penolakan atau tindak kekerasan dalam rentang hidup klien
d) Konflik orang tua, disfungsi sistem keluarga
e) Kematian orang terdekat, adanya perceraian
f) Takut penolakan sekunder akibat obesitas, penyakit terminal, sangat miskin
dan pengangguran, putus sekolah.
g) Riwayat ketidakpuasan yang berhubungan dengan penyalahgunaan obat,
perilaku yang tidak matang, pikiran delusi, penyalahgunaan alkhohol
6) Konsep diri: Ideal diri yang tidak realistis, harga diri rendah, identitas diri tidak
jelas, krisis peran, gambaran diri negatif
7) Motivasi: adanya riwayat kegagalan dan kurangnya pernghargaan
8) Pertahanan psikologis, ambang toleransi terhadap stres yang rendah, riwayat
gangguan perkembangan sebelumnya
9) Self kontrol: tidak mampu melawan terhadap dorongan untuk menyendiri
c. Sosialbudaya
1) Usia: Ada riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender: Riwaya ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
3) Pendidikan: pendidikan yang rendah dan riwayat putus sekolah atau gagal sekolah
4) Pendapatan: penghasilan rendah
5) Pekerjaan: stressfull dan berisiko tinggi
6) Status sosial: Tuna wisma, kehidupan terisolasi (kehilangan kontak sosial,
misalnya pada lansia)
7) Latar belakang budaya: tuntutan sosial budaya tertentu adanya stigma masyarakat,
budaya yang berbeda (bahasa tidak dikenal)
8) Agama dan keyakinan: Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan
secara rutin
9) Keikutsertaan dalam politik: Riwayat kegagalan berpolitik
10) Pengalaman sosial: perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana, kerusuhan.
Kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan ketidakutuhan keluarga
11) Peran sosial: isolasi sosial: khususnya usia lanjut, stigma negatif dari masyarakat,
praduga negatif dan stereotipi, perilaku sosial tidak diterima oleh masyarakat.
2. Faktor Presipitasi
a. Nature
1) Biologi:
a) Dalam enam bulan terakhir mengalami penyakit infeksi otak (enchepalitis)
atau trauma kepala yang mengakibatkan lesi daerah frontal, temporal dan
limbic sehingga terjadi ketidakseimbangann dopamin dan serotonin
neurotransmitter
b) Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa yang berdampak
pada pemenuhan glukosa di otak yang dapat mempengaruhi fisiologi otak
terutama bagian fungsi kognitif
c) Sensitivitas biologi: putus obat atau mengalami obesitas, kecacatan fisik,
kanker dan pengobatannya yang dapat menyebabkan perubahan penampilan
fisik
d) Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang dapat
mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mempengaruhi fisiologis otak
2) Psikologis
a) Dalam enam bulan terakhir terjadi trauma atau kerusakan struktur di lobus
frontal dan terjadi suplay oksigen dan glukosa terganggu sehingga
mempengaruhi kemampuan dalam memahami informasi atau mengalami
gangguan persepsi dan kognitif
b) Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap, mengalami kerusakan
yang mempengaruhi fungsi bicara
c) Dalam enam bulan terakhir tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi
moral: lingkungan keluarga yang broken home, konflik atau tinggal dalam
lingkungan dengan perilaku sosial yang tidak diharapkan
d) Konsep diri: Harga diri rendah, perubahan penampilan fisik, ideal diri tidak
realistik, gangguan pelaksanaan peran (konflik peran, peran ganda,
ketidakmampuan menjalankan peran, tuntutan peran tidak sesuai dengan usia)
e) Self kontrol: tidak mampu melawan dorongan untuk menyendiri dan
ketidakmampuan mempercayai orang lain
f) Motivasi: tidak mempunyai motivasi untuk melakukan aktivitas
g) Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang tinggi sampai
panik, menutup diri
3) Sosial budaya
a) Usia: Dalam enam bulan terakhir alami ketidaksesuaian tugas perkembangan
dengan usia, atau terjadi perlambatan dalam penyelesaian tugas
perkembangan atau regresi ketahap perkembangan sebelumnya
b) Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas dan kegagalan
peran gender (model peran negatif)
c) Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus sekolah dan gagal
sekolah
d) Pekerjaan : pekerjaan stressfull dan beresiko atau tidak bekerja (PHK)
e) Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan terakhir tidak
mempunyai pendapatan atau terjadi perubahan status kesejahteraan
f) Status sosial: Tuna wisma dan kehidupan isolasi, tidak mempunyai sistem
pendukung dan menarik diri
g) Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan secara
rutin. Terdapat nilai-nilai sosial di masyarakat yang tidak diharapkan
h) Kegagalan dalam berpolitik: kegagalan dalam berpolitik
i) Kejadian sosial saat ini: perubahan dalam kehidupan: perang, bencana,
kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan, kesulitan mendapatkan pekerjaan,
sumber-sumber personal yang tidak adekuat akibat perang, bencana
j) Peran sosial: Dalam enam bulan terakhir isolasi sosial, diskriminasi dan
praduga negatif, ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain
b. Origin
Internal: Persepsi klien yang buruk tentang personal higiene, toileting, berdandan dan
berhias
Eksternal: Kurangnya dukungan sosial keluarga dan ketersediaan alat/fasilitas
c. Time
1) Waktu terjadinya stressor pada waktu yang tidak tepat
2) Stressor terjadi secara tiba-tiba atau bisa juga secara bertahap
3) Stressor terjadi berulang kali dan antara satu stressor dengan stressor yang lain
saling berdekatan
d. Number
1) Sumber stress lebih dari satu (banyak)
2) Stress dirasakan sebagai masalah yang berat

3. Penilaian Terhadap Stressor


a. Kognitif
1) Mengatakan penolakan atau tidak mampu untuk membersihkan tubuh atau bagian
tubuh
2) Mengatakan malas melakukan perawatan diri
3) Kurang konsentrasi saat melakukan aktivitas
4) Bingung
5) Kerusakan / gangguan perhatian
6) Kesadaran menurun
7) Tidak bersedia melakukan defekasi dan urinasi tanpa bantuan
b. Afektif
1) Merasa malu, marah dan perasaan bersalah
2) Merasa tidak punya harapan
3) Merasa frustasi
c. Fisiologis
1) Ketidakseimbangan neurotransmitter dopamin dan serotonin
2) Peningkatan efinefrin dan non efinefrin
3) Peningkaan denyut nadi, TD, pernafasan jika terjadi kecemasan
4) Gangguan tidur
5) Kelemahan otot, kekakuan sendi
6) Adanya kecacatan
7) Badan kotor, bau, tidak rapi
d. Perilaku
1) Menggaruk badan
2) Banyak diam
3) Kadang gelisah
4) Hambatan kemampuan atau kurang minat dalam memilih pakaian yang tepat
untuk dikenakan
5) Tidak mampu melakukan defekasi atau urinasi pada tempat yang tepat
e. Sosial
1) Menarik diri dari hubungan sosial
2) Kadang menghindari kontak/aktivitas sosial

4. Sumber Koping
a. Personal ability
1) Tidak komunikatif dan cenderung menarik diri
2) Kesehatan umum klien, terdapat kecacatan,atau kelemahan otot
3) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah
4) Kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat
5) Pengetahuan tentang masalah perawatan diri
6) Kurang mampu melakukan perawatan diri
7) Integritas ego yang tidak adekuat
b. Sosial Support
1) Tidak adanya orang terdekat yang mendukung keluarga, teman, kelompok
2) Hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat tidak adekuat
3) Kurang terlibat dalam organisasi sosial
4) Adanya konflik nilai budaya
c. Material asset
1) Penghasilan individu atau keluarga yang tidak mencukupi
2) Sulit mendapatkan pelayanan kesehatan
3) Tidak memiliki pekerjaan
4) Tidak punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan
5) Tidak memiliki kekayaan dalam bentuk barang berharga
d. Positif belief
1) Tidak memiliki keyakinan dan nilai positif terhadap kesehatan
2) Tidak memilki motivasi untuk sembuh
3) Penilaian negatif tentang pelayanan kesehatan
4) Tidak menganggap apa yang dialami merupakan sebuah masalah

5. Mekanisme Koping
a. Konstruktif: Negosiasi, kompromi, meminta saran, perbandingan yang positif,
penggantian reward, dan antisipasi
b. Destruktif: Regresi, proyeksi, supresi, Withdrawl, isolasi, represi, kompensasi,
displacement

D. POHON MASALAH / PATHWAY

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri

F. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk klien.
a. Tujuan:
1) Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Klien mampu melakukan berhias secara baik
3) Klien mampu melakukan makan dengan baik
4) Klien mampu melakukan eliminasi secara mandiri
b. Tindakan:
1) Melatih klien cara perawatan kebersihan diri dengan cara:
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
2) Membantu klien latihan berhias:
a) Latihan berhias bagi pria harus dibedakan dengan wanita. Pada klien laki-laki,
latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur, sedangkan
pada klien perempuan larihan meliputi latihan berpakaian. Menyisir rambut
dan berhias/berdandan
3) Melatih klien makan secara mandiri dengan cara
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjealsakan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
d) Mempraktikkan cara makan yang baik

4) Mengajarkan klien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara:


a) Menjelaskan tempat BAK/BAB yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAK dan BAB
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAK dan BAB

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga.


a. Tujuan:
Keluarga mampu merawat klien yang mengalami masalah defisit perawatan diri
b. Tindakan:
Untuk memantau kemampuan klien dalam melakjukan cara perawatan diri yang baik,
perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan melatih dan
mendukung klien sehingga kemampuan klien dalam perawatan diri meningkat.
Tindakan yang dapat perawat lakukan adalah sebagai berikut:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat klien
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh
klien untuk menjaga perawatan diri klien
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan membantu
mengingatkan klien dalam merawat diri sesuai jadwal yang disepakati
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam
perawatan diri
6) Bantu keluarga melatih cara merawat klien dengan defisit perawatan diri
SP 1 untuk pasien

pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri: mandi (gosok gigi, keramas,
mandi pakai sabun, pakai handuk, ganti baju, potong kuku)

Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya suster X, senang dipanggil X, nama Mbak siapa?
Senang dipanggil apa?”
“Baik A, apa yang terjadi di rumah sehingga A dibawa kesini?”
“Apa yang sudah dilakukan A di rumah?”
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang penyebab A kesini?”
“Saya disini akan membantu A untuk mengatasi apa yang A keluhkan tadi yaitu tidak mau
merawat diri supaya A dapat merawat diri secara mandiri”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit?”
“Dimana? Disini saja?”

Kerja
Baiklah, coba kita telaah masalah yang terjadi pada A.

“Coba A ceritakan apa alasan A tidak mau merawat diri? Apa manfaat merawat diri? Apa
kerugian tidak mau merawat diri?”

Masalah kebersihan diri: mandi:


“Berapa kali A mandi dalam sehari? Menurut A apa manfaat mandi? Mandi itu apa saja? Apa
saja alat yang harus didiapkan untuk mandi? Bagaimana cara mandi?”

Masalah berdandan untuk wanita:


“Apa saja yang dilakukan ketika berdandan? Kapan saja berdandan? Apa saja alat untuk
berdandan? Apa manfaat berdandan? Apa kerugian jika tidak berdandan? Bagaimana cara
berdandan?”

Masalah berdandan untuk laki-laki:


“Apa saja yang dilakukan ketika bercukur? Apa saja alat yang dibutuhkan ketika bercukur?
Kapan saja bercukur? Apa manfaat bercukur? Apa kerugian tidak bercukur? Bagaimana cara
bercukur?

Masalah makan dan minum:


“Berapa kali makan sehari? Kalau minum sehari berapa gelas? Apa saja alat yang disiapkan?
Apa manfaat makan dan minum? Apa kerugian jika tidak makan dan minum? Bagaimana
cara makan dan minum dengan baik? Apa kerugian jika tidak makan dan minum dengan
baik? Apa yang dilakukan setelah makan dan minum?”

Masalah BAB dan BAK:

0
“Berapa kali BAB? Berapa kali BAK? Dimana BAB dan BAK? Bagaimana cara BAB dan
BAK yang baik? Apa manfaat BAB dan BAK? Apa kerugian tidak BAB dan BAK dengan
baik?”

“Baiklah A, ternyata kita sudah menemukan masalah dalam merawat diri A yaitu masalah
mandi, berdandan, makan dan minum serta BAB dan BAK.

Hari ini kita akan lakukan latihan untuk masalah yang pertama yaitu mandi. Coba A ceritakan
bagaimana cara mandi yang benar? ...Ya bagus...gosok gigi dimulai dengan membersihkan
sikat gigi, kemudian menaruh pasta gigi ke sikat gigi, berkumur, kemudian digosokkan secara
merata di gigi, mulai dari gigi depan, gigi samping, gigi dalam, geraham minimal 8 kali
gosokan. Baik, kalau keramas, bagaimana caranya? ...Bagus sekali...mulai dengan membasuh
rambut, menuangkan sampo secukupnya ke tangan, menggosokkan ke rambut secara merata,
jika sudah dibilas dengan air bersih sampai bersih dan tidak terasa ada samponya. Baik, kalau
mandi, bagaimana? ...Bagus sekali...badan sudah dibasahi air, kemudian sabun dibasahi air
dan disabunkan ke seluruh tubuh secara merata, sesudah itu dibilas dengan air bersih hingga
tak terasa sabunnya. Sesudah itu apa lagi? ...Ya...pakai handuk sampai kering. Kemudian?
...Ya betul...ganti baju yang baru dan sesuai. Kemudian apa lagi? Ya...gunting kuku.

Baiklah, karena A sudah dapat menyebutkan cara-cara mandi dengan baik, kita akan ke
kamar mandi untuk mempraktikkannya. (Bimbing A untuk mandi).

Bagus sekali A sudah mandi. Sekarang kita akan masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Mandi, gosok gigi, ganti baju sehari 2 kali, jam berapa? Ya, jam 07.00 WIB dan jam 15.00
WIB. Kalau keramas? Ya, 2 hari sekali secara bergantian, hari ini keramas, besok tidak,
begitu seterusnya. Kalau gunting kuku? Ya, seminggu sekali. Mau hari apa? Jum’at? Baik,
gunting kuku hari jum’at.”

Terminasi
“Apa yang rasakan setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba A jelaskan kembali apa yang sudah kita bicarakan dan lakukan tadi?”
“Nanti jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal yang sudah kita susun, yaitu mandi,
gosok gigi, dan ganti baju sehari 2 kali, keramas 2 hari sekali, gunting kuku seminggu
sekali.”
“ Baik A, kita akan bertemu lagi besok, jam berapa? Baik, jam 09.00 WIB ya? Dimana?
Disini? Kita akan bercakap-cakap tentang masalah yang kedua yaitu berdandan.”

1
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams
& Wilkins
Keliat, B. A & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Kim, M.J. Mc Farland, G.K, dan McLane, A.M. (2006). Diagnosa Keperawatan. Edisi 7.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stuart & Sundeen. (1991). Principles and practice of psychiatric nursing. Mosby Year Book:
Missouri

Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8. Philadelphia:
Elsevier Mosby

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing ed.8. F. A. Davis
Company: Philadelphia

Townsent, M.C. (2010). Buku saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai