Anda di halaman 1dari 3

SIKLUS REPRODUKSI MENCIT BETINA (Mus musculus)

Hanifa Finaura (130342615319)


Offering G / 2013
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang, Malang, Indonesia

PENDAHULUAN
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang
baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak
punah. Pada manusia dan mamalia lainnya untuk mengahasilkan keturunan yang baru
diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia
dan mamalia lain dilakukan dengan cara generatif atau seksual. Siklus reproduksi adalah
perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina)
hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan
yang lainnya.
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan siklus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus
ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan reseftif sebab di
dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi
untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus
mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari. Pada
mamalia khususnya pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu
uterus, ovarium, mame yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya
sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaturan/koordinasi yang disebut
dengan hormon (hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang
langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ target).

TUJUAN
Membedakan sel-sel hasil apusan vagina dan menentukan tahap siklus reproduksi
yang sedang dialami hewan betina.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 September 2014 berlokasi di
Laboratorium Zoologi FMIPA UM. Alat yang digunakan adalah kaca benda dan penutup,
pipet, papan bedah, dan mikroskop. Bahan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus),
larutan HBSS, dan larutan methylen blue. Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen atau percobaan langsung. Pada percobaan sistem reproduksi dilakukan
pengambilan sel epitel yang berasal dari vagina mencit dengan menggunakan pipet yang
telah diisi larutan HBSS. Ketika akan dibuat apusan, preparat ditambahkan dengan larutan
methylen blue.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada pengamatan apusan vagina pada mencit, dapat diambil hasil bahwa mencit
dalam fase estrus. Ciri khas dari fase estrus ini adalah tidak adanya leukosit pada ulasan
vagina mencit. Hasil apus vagina pada fase estrus ditandai dengan sel-sel epitel yang
mengalami penandukan (kornifikasi), tanpa inti dan berwarna pucat [1]. Namun, pada
pengamatan terlihat bahwa sel epitel yang ada telah mati (Gbr. 1). Matinya sel epitel ini
kemungkinan disebabkan karena terlalu lama dalam membuat apusan atau terlalu lama
terpapar panas yang berasal dari lampu mikroskop yang digunakan. Pada fase estrus betina
siap menerima hewan jantan untuk kawin dalam waktu yang singkat, yaitu pada masa
ovulasi (akhir fase estrus selama 18 jam).

Gambar 1. Sel epitel yang telah mati ditunjukkan dengan panah hitam (dok. pribadi)

Siklus estrus merupakan proses yang dikendalikan oleh berbagai hormon, baik
hormon dari hiptalamus-hipofisis maupun dari ovarium [2]. Pertumbuhan yang cepat dan
kornifikasi epithelium vagina selama dan pada akhir estrus telah diketahui disebabkan oleh
estrogen. Bila pada siklus yang normal aras estrogen menurun setelah ovulasi, atau pada
betina yang dikastrasi, injeksi estrogen dihentikan, maka akan tampak epithelium vagina
dengan kornifikasi mulai berkurang, gambaran sisik menghilang dan leukosit dominan.
Epithelium vagina secara histologis berubah dari tipe skuama berlapis tebal karena estrogen
ke epithelium kuboid rendah tipis yang menandakan fase anestrus dari siklus estrus [3].
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan”
atau “gairah” [4], hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing
hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin
menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi Follicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
kandungan Luteinizing Hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan
mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif,
dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan.
Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan
melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi
kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang
suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan
mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang
dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi
untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena
terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini
vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada
mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel
sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap
ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya
berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap
tersebut akan berpindah pada tahap matesterus [5].

KESIMPULAN
Mencit betina yang diamati sedang mengalami fase estrus yang ditandai dengan sel-
sel epitel yang mengalami penandukan (kornifikasi), tanpa inti dan berwarna pucat namun
pada hasil pengamatan sel-sel epitel tersebut telah mati.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Sitasiwi, A.J. 2010. Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17-β dan Tebal Endometrium
Uterus Mencit (Mus musculus l.) selama Satu Siklus Estrus. Vol. 38-45. Hlm, 2-3.
[2] Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
[3] Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
[4] Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2004. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
[5] Waluyo, P.D. 2009. Siklus Estrus Pada Tikus. Hal. 4, 9-11.

Anda mungkin juga menyukai