FISIOTERAPI KOMUNITAS
DI SUSUN OLEH :
JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TA 2017/2018
URAIAN DAN ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KERJA, BEBAN
KERJA DAN BEBAN TAMBAHAN KERJA PADA :
a. Tenaga Fisioterapis
Kapasitas kerja tenaga fisioterapis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
jenis kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja fiisoterapis,
semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban kerja yang
diperoleh akan semakin meningkat. Jenis kelamin laki-laki memiliki kapasitas kerja yang
lebih baik dari perempuan , dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi dalam proses
penanganan pasien, karena ketika fisioterapis sakit, maka fisioterapis tidak dapat
menangani pasien secara maksimal. Beban kerja fisioterapis lebih banyak menggunakan
beban fisik dalam menangani pasien, saat fisioterapis secara bergilir memberikan terapi
pada semua pasien tanpa adanya isirahatakan memberikan pembebanan yang besar dan
menyebabkan kelelahan.beban tambahan kerja fisioterapis seperti Lingkungan kerja yang
diperhatikan adalah tata cahaya ruangan dan tata letak modalitas sehingga mempermudah
dalam melakukan reatment menjadi lebih efisien dan efektif
Kapasitas kerja pada tenaga fisioterapi yaitu mampu menangani pasien dengan
beban kerja tergantung pada kasus yang ditangani oleh fisioterapis dan modalitas apa
yang digunakan fisioterapis, contohnya pasien obesitas dengan keluhan LBP, maka beban
kerja fisioterapis akan bertambah.
b. Tenaga Gizi
Kapasitas kerja tenaga gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis
kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja tenaga gizi,
semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban kerja yang
diperoleh akan semakin meningkat. Jenis kelamin perempuan memiliki kapasitas kerja
yang lebih baik dari laki laki karena perempuan lebih teliti dalam hal pengelohan dan
penyusunan menu dibandingkan laki laki , dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi
dalam proses aktivitas tenaga gizi seperti melakukan penyusunan standar dietic dan
informasi gizi, dan melaksanakan pelayanan gizi.
Beban kerja yang rentan dialami oleh tenaga gizi adalah beban mental yang
mempengaruhi pikiran karena lebih banyak bekerja dengan menggunakan pikiran,
apalagi pada saat menyusun menu diet pada pasien obesitas.Beban kerja tambahan tenaga
gizi yaitu lingkungan yang panas pada dapur untuk mengukur kadar gizi pada makanan
yang mempengaruhi beban kerja, dan beban tambahan psikologis, karena tenaga gizi
akan lebih mudah terganggu psikologisnya seperti halnya mengalami stress.
Pengaruh beban kerja tambahan diatas dapat menimbulkan hasil kerja yang tidak
optimal pada tenaga gizi.
c. Tenaga Laboratorium
Kapasitas kerja tenaga fisioterapis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
jenis kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja tenaga
laboratorium, semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban
kerja yang diperoleh akan semakin meningkat.kondisi kesehatan juga mempengaruhi
dalam proses aktivitas tenaga laboratorium seperti pada saat sakit, tidak akan melakukan
aktifitasnya untuk melakukan pemeriksaan lab(sampel) dalam rangka membantu
menegakkan diagnose dokter. Beban kerja tenaga laboratorium adalah beban fisik dan
mental dimana tenaga laboratorium harus melakukan hal dalam pekerjaannya secara teliti
.
Beban kerja tambahan mempengaruhi juga beban kerja dan kapasitas kerja tenaga
laboratorium yaitu penggunaan tata cahaya pada ruangan laboratorium, karena ketika
cahaya redup, akan mempengaruhi proses pelaksanaan kerjanya sehingga menimbulkan
kerja yang tidak maksimal, selain itu pemaparan zat kimia menjadi beban tambahan kerja
karena ketika tidak berhati hati akan terpapar zat kimia yang dapat membahayakan tubuh.
d. Tenaga Farmasi
Kapasitas kerja tenaga farmasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis
kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja apoteker,
semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban kerja yang
diperoleh akan semakin meningkat. dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi dalam
proses pelayanan , karena ketika tenaga farmasi sakit, maka tidak dapat melayani resep
dokter yang akan diberikan kepada pasien secara maksimal.
Beban kerja farmasi lebih banyak menggunakan beban fisik dan mental dalam
melayani pelayanan, karena saat melakukan pelayanan akan mempengaruhi fisik seperti
pada saat jaga malam dan mempengaruhi mental karena harus teliti pada saat peracikan
obat. Permintaan resep yang meningkat tetapi tenaga farmasi yang sedikit akan
mepengaruhi beban kerja tenaga farmasi pada RS tersebut
Beban tambahan kerja tenagafarmasi seperti Lingkungan kerja yang terpenuhi
oleh bau-bauan zat kimia yang dapat mempengaruhi pernapasan dan dapat menimbulkan
penyakit-penyakit pada pernapasan.
e. Tenaga Keperawatan
Kapasitas kerja tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
jenis kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja tenagaa
keperawatan, semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban
kerja yang diperoleh akan semakin meningkat apalagi tenaga keperawatan mempunyai
shift malam, ketika umur sudah menua, maka kualitas kerja untuk shif malam akan
berkurang. dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi dalam proses menolong pasien ,
karena ketika tenaga keperawatan sakit, maka tidak dapat menolong pasien secara
maksimal.
Beban kerja keperawatan yaitu melaksanakan obsevasi pasien secara ketat selama jam
kerja, kontak langsung perawat dan pasien secara terus menerus selamajam kerja dan
adanya tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.Beban kerja yang berat
mempengaruhi fisik dan mental seorang tenaga kesehatan.
a. Tenaga fisioterapi :
1. Nyeri pinggang akibat kesalahan postur saat menangani pasien
2. Lengan terasa lemah (pembebanan yang berlebihan) akibat menangani pasien dalam
jumlah yang banyak dan waktu yang lama.
3. Pembebanan yang berlebihan pada lutut saat menangani pasien yang akan
menyebabkan Osteoarthritis. Terutama pada pasien obesitas
4. Pembebanan yang berlebihan pada bahu saat memberikan exercise pada pasien
sehingga menyebabkan nyeri bahu.
b. Tenaga gizi
1. Penggunaan pergelangan tangan yang berlebihan saat menyusun kadar gizi makanan
pasien secara berulang-ulang akan memicu adanya cedera yang menyebabkan CTS
d. Tenaga farmasi
1. Penggunaan pergelangan tangan yang berlebihan saat menggunakan mortar (alat
penumbuk obat) secara berulang-ulang akan memicu adanya cedera yang
menyebabkan CTS
2. Spasme pada otot gastrognemius akibat terlalu lama berdiri
3. Pembebanan yang berlebihan saat berdiri terlalu lalu akan menimbulkan nyeri lutut.
e. Perawat
1. Overuse pada pergelangan tangan saat menulis Askep dapat memicu adanya cedera
yang menyebabkan CTS
2. Nyeri leher timbul akibat terlalu lama berada di depan komputer
3. Cedera pada tulang belakang saat mengangkat pasien yang menderita obesitas (over
weight) akan menyebabkan LBP
4. Spasme pada otot gastrognemius akibat terlalu lama berdiri dan berlari ketika ada
pasien gawat darurat
f. Bidan
1. Spasme pada otot erector spine lumbal akibat gerakan fleksi lumbal saat proses
persalinan.
2. Otot-otot leher mengalami ketegangan saat proses persalinan karena mempertahankan
posisi fleksi cervical.
3. Spasme pada otot fleksor bahu akibat gerakan fleksi shoulder saat menarik bayi pada
proses persalinan.
4. Tungkai terasa kesemutan atau kram akibat terlalu lama berdiri pada proses persalinan.
SENAM ERGONOMIK AKIBAT RSI PADA PENGGUNA KOMPUTER
Dari posisi berdiri tegak dengan menarik napas dalam secara rileks, tahan
napas sambil membungkukkan badan ke depan (napas dada)
semampunya. Tangan berpegangan pada pergelangan kaki sampai
punggung terasa tertarik/teregang.Wajah menengadah sampai terasa
tegang/panas.Saat melepaskan napas, lakukan hal itu dengan rileks dan
perlahan.
2. Gerakan Duduk Perkasa: