Anda di halaman 1dari 1

Dakriosistitis merupakan infeksi pada sakus lakrimalis.

Mata yang terkena infeksi ini biasanya


unilateral akibat obstruksi pada duktus nasolakrimalis. Penyakit ini biasanya terdapat pada bayi
atau wanita postmenopause. Dakriosistitis yang menyerang bayi biasanya disebabkan oleh
infeksi Haemophilus influenzae atau obstruksi dari duktus nasolakrimalis. Penyakit ini jarang
pada usia dewasa, kecuali bila terdapat faktor risiko seperti adanya trauma, dakrolith, atau
infeksi. Mikroorganisme patogen yang menyebabkan dakriosistitis yaitu StaphlococcuS aureus,
Streptococcus β-hemolitikus, dan Candida albicans.

Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan untuk menemukan mikroorganisme patogen tersebut.


Spesimen yang dibutuhkan berasal dari swab air mata pada konjungtiva.

Tanda dan gejala dari dakriosistitis yaitu ekskresi air mata berlebih (epifora) dan keluarnya
sekret (discharge). Pada infeksi akut, terdapat inflamasi, nyeri, bengkak, tenderness, dan sekret
purulen pada sakus lakrimalis. Sedangkan, pada infeksi kronik, biasanya gejalanya hanya berupa
ekskresi air mata berlebih. Epifora yang terjadi diakibatkan oleh stenosis kanalikular atau
obstruksi pada peralihan kanalikulus dengan sakus lakrimalis. Obstruksi yang terdapat pada
duktus nasolakrimalis dapat menyebabkan mucocele, yaitu kista pada orbita yang berisi cairan.
Sedangkan, obstruksi pada peralihan kanalikulus dengan sakus lakrimalis tidak menyebabkan
mucocele. Pada dakriosistitis pneumokokus, dapat ditemukan adanya ulkus kornea akibat trauma
minor pada kornea.

Penanganan pada dakriosistitis akut dapat menggunakan antibiotik sistemik, sedangkan


dakriosistitis kronik dapat digunakan tetes antibiotik. Obstruksi pada saluran air mata dapat
dideteksi menggunakan teknik dakriokistografi, yaitu teknik intubasi dan irigasi pada saluran
kanalikular yang menggunakan media kontras pada pencitraan X-Ray dan kanula lakrimalis.
Sumbatan pada saluran kanalikular dapat ditangani dengan pemasangan balon silikon selama 3-6
bulan. Namun, pada sumbatan yang cukup tebal, penanganan yang dapat dilakukan yaitu
dakriokistohinostomi dan kanalikuloplasti.

Pada pasien dewasa yang memiliki mucocele, dapat ditatalaksana dengan dakriokistorhinostomi,
yaitu teknik penyatuan sakus lakrimalis dengan ruang nasalis. Teknik penyatuan tersebut
dilakukan dengan insisi pada krista lakrimalis anterior dan penyambungan mukosa nasal dengan
mukosa sakus lakrimalis. Selain dakriokistorhinostomi, dapat dilakukan teknik balon
transluminal pada nasolakrimal bagian distal.

Sedangkan, pada pasien bayi, obstruksi yang terjadi biasanya akan terbuka kembali dalam satu
bulan. Namun, jika penyakit tersebut bertambah berat, dapat dilakukan pemasangan silikon
sementara pada sakus lakrimalis.

Anda mungkin juga menyukai