Anda di halaman 1dari 5

KYOTO PROTOCOL

Protokol Kyoto adalah sebuah amendemen terhadap Konvensi Rangka Kerja


PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional
mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini
berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan
lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi
jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang
telah dikaitkan dengan pemanasan global. Menyadari bahwa negara-negara
maju yang bertangungjawab terhadap tingkat emisi gas rumah kaca di
atmosfir sebagai akibat dari kegiatan industri lebih dari 150tahun, protokol
ini menempatkan beban yang lebih berat untuk negara-negara maju
dibahwa prinsip “common but differentiated responsibilities”. Protokol Kyoto
diadopsi di kyoto, jepang pada tanggal 11 Desember 1997 dan mullai
berlaku tanggal 16 Februari 2005. Detail aturan implemntasi protokol yang
diadopsi COP 7 DI marrakesh, moroko di tahun 2001 dan disebut sebagai
“Marrakesh Accords”. Sebagian besar ketetapan Protokol Kyoto berlaku
terhadap negara-negara maju yang diterdapat dalam Annex I dalam
UNFCCC.

PROTOKOL MONTREAL

Protokol Montreal (lengkapnya: Protokol Montreal atas Zat-Zat yang


mengurangi Lapisan Ozon) adalah sebuah traktat internasional yang
dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi
sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan
ozon. Traktat ini terbuka untuk ditandatangani pada 16 September 1987
dan berlaku sejak 1 Januari 1989. Sejak itu, traktat ini telah mengalami
lima kali revisi yaitu pada 1990 di London, 1992 di Kopenhagen, 1995 di
Vienna, 1997 di Montreal dan 1999 di Beijing. Dikarenakan tingkat
penerapan dan implementasinya yang luas, traktat ini dianggap sebagai
contoh kesuksesan kerjasama internasional. Kofi Annan pernah
menyebutnya sebagai "Kemungkinan merupakan persetujuan internasional
tersukses sampai hari ini..".

Traktat ini difokuskan pada beberapa kelompok senyawa hidrokarbon


halogen yang diyakini memainkan peranan penting dalam pengikisan
lapisan ozon. Semua zat tersebut memiliki klorin atau bromin (zat yang
hanya memiliki fluorin saja tidak berbahaya bagi lapisan ozon).

BALI ROADMAP

“Bali Roadmap” merupakan hasil kesepakatan dari Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim
(UNFCCC) dalam upaya menyelamatkan bumi. “Bali Roadmap” adalah sebuah jalan untuk
semua negara yang telah menyepakati untuk dapat menjalankan tugasnya dalam
penyelamatan planet bumi ini, dengan langkah-langkah mengurangi emisi CO2. Menyepakati
4 agenda sebagai berikut.
 Tercapainya kesepakatan dunia.
 Aksi untuk melakukan kegiatan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim
(misalnya banjir dan kekeringan).

1. Cara mengurangi emisi GRK.


2. Cara mengembangkan dan memanfaatkan teknologi yang bersahabat dengan iklim.
3. Pendanaan untuk mitigasi dan adaptasi.

 Menyepakati target waktu pelaksanaan, yaitu pada tahun 2009.

Adapun Bali Roadmap sendiri terdiri atas lima hal, yaitu komitmen pasca 2012, dana
adaptasi, alih teknologi, REDD (Reducing Emission from Deforestation in Developing
Countries atau dalam bahasa Indonesia mengurangi emisi akibat penggundulan hutan di
negara berkembang), dan CDM (Clean Development Mechanism).

REDD (Reducing Emissions From Deforestation and Forest Degradation in


Developing Countries) kemudian terbentuk setelah bali roadmap pada 2007. REDD
dimaksudkan sebagai tindak lanjut dari Protokol Kyoto, Bali roadmap untuk tindakan
mitigasi iklim di sektor kehutanan.

manfaat REDD bagi indonesia

 sisi tanggung jawab indonesia sebagai anggota komunitas internasional (PBB)


 sisi kewajiban seluruh komponen bangsa untuk kepentingan nasional, terlepas
ada tidaknya mekanisme internasional yang mendorong/memaksa indonesia
melakukannya
 kerusakan hutan di indonesia dapat diminimalisir dengan skema REDD
(pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan)
 dapat mendukung upaya indonesia dalam mencapai tujuan reformasi yang
telah/sedang dilakukan di sektor kehutanan.

REDD in Indonesia (REDDI)

 Diimplementasikan melalui beberapa fase:


 Persiapan: 2007;
 Readiness: 2008-2012;
 Implementasi penuh: 2013 — tergantung pada kesiapan

Indonesia dan keputusan COP),

 Pendekatan nasional dengan implementasi di tingkat

sub-nasional (national approach with sub national


implementation),

 REDDI Readiness Strategy telah selesai disusun.

STRATEGI Readiness REDDI


Tingkat KATEGORI

NASIONAL
1. Intervensi Kebijakan untuk Mengatasi Pemicu Deforestasi dan Degradasi Hutan (di 5
landscapes) e.g.

2. Peraturan REDD (Petunjuk REDD dan Komisi REDD) Permenhut No. P 68/2008,
P30/2009. e.g.

3. Metodologi (pembangunan REL Nasional dan sistem MRV) kerjasama Idn – Australia,
4. Kelembagaan (Penyiapan Registrasi Nasional, Pengaturan Distribusi
Insentif/tanggung jawab, peningkatan kapasitas, komunikasi dan
dalam proses,koordinasi para pihak terkait REDD)
5. Analisis (REL, Measurable Reportable Verifiable (MRV), kolateral kerjasama dengan
FCPFbenefit, resiko ,dll)

Propinsi
1. Metodologi (pembangunan REL dan sistem MRV propinsi)
2. Kelembagaan (peningkatan kapasitas, komunikasi dankoordinasi para pihak terkait REDD)
3. Demonstration activity, Voluntary carbon projects Contoh : DA KFCP (kerjasama Idn –
Australia)

Kabupaten
1. Metodologi (pembangunan REL dan sistem MRV kabupaten)
2. Kelembagaan (peningkatan kapasitas, komunikasi dan
koordinasi para pihak terkait REDD)
3. Demonstration activity, Voluntary carbon projects
Contoh : kerjasama Idn – TNC, Idn – Jerman, Idn –ITTO

Pada dasarnya, Bali Roadmap ialah langkah-langkah yang didalamnya tercakup


kesepakatan aksi adaptasi, jalan pengurangan emisi gas rumah kaca, dan transfer teknologi
dan keuangan yang meliputi adaptasi dan mitigasi. Berikut ini ialah poin-poin Bali Roadmap:

1. Adaptasi
Negara-negara peserta konferensi bersepakat untuk membiayai proyek adaptasi di negara-
negara berkembang melalui metode clean development mechanism (CDM). CDM ialah
salah satu dari ketiga metode pengurangan emisi CO2 yang ditetapkan dalam Kyoto
Protocol. Proyek ini dilaksanakan oleh Global Environment Facility (GEF). Kesepakatan
ini memastikan adanya dana adaptasi pada tahap awal periode komitmen pertama Kyoto
Protocol (2008-2012). Dana yang tersedia berjumlah sekitar 37 juta euro dan mengingat
banyaknya jumlah proyek CDM, angka ini akan bertambah menjadi sekitar US$ 80-300
juta dalam periode 2008-2012. Beberapa negara peserta konferensi belum menyepakati
pelaksanaan proyek adaptasi ini dikarenakan sulitnya regulasi dan penyatuan kebijakan
nasional. Isu tersebut akan diagendakan untuk dibahas selanjutnya di Bonn (Jerman) pada
tahun 2008.
2. Teknologi
Negara-negara peserta konferensi bersepakat untuk memulai program strategis untuk
memfasilitasi teknologi mitigasi dan adaptasi yang dibutuhkan negara-negara berkembang.
Tujuan program ini adalah untuk memberikan contoh proyek yang konkrit, menciptakan
lingkungan investasi yang menarik, dan juga termasuk memberikan insentif untuk sektor
swasta untuk melakukan alih teknologi. Global Environment Facility (GEF) akan
menyusun program ini bersama dengan lembaga keuangan internasional dan perwakilan-
perwakilan dari sektor keuangan swasta. Negara-negara peserta konferensi juga bersepakat
untuk memperpanjang mandat Expert Group on Technology Transfer selama 5 tahun.
Grup ini diminta memberikan perhatian khusus pada kesenjangan dan hambatan pada
penggunaan dan pengaksesan lembaga-lembaga keuangan.
3. Reducing emissions from deforestation in developing countries (REDD)
Emisi karbon yang disebabkan karena deforestasi hutan merupakan isu utama di Bali.
Negara-negara peserta konferensi bersepakat untuk menyusun sebuah program REDD dan
menurunkan hingga tahapan metodologi. REDD akan memfokuskan diri kepada penilaian
perubahan cakupan hutan dan kaitannya dengan emisi gas rumah kaca, metode
pengurangan emisi dari deforestasi, dan perkiraan jumlah pengurangan emisi dari
deforestasi. Deforestasi dianggap sebagai komponen penting dalam perubahan iklim
sampai 2012.
4. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

Negara-negara peserta konferensi bersepakat untuk mengakui Fourth Assessment Report


of the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sebagai assessment yang
paling komprehensif dan otoritatif.

5. Clean Development Mechanisms (CDM)

Negara-negara peserta konferensi bersepakat untuk menggandakan batas ukuran proyek


penghutanan kembali menjadi 16 kiloton CO2 per tahun. Peningkatan ini akan
mengembangkan angka dan jangkauan wilayah negara CDM ke negara yang sebelumnya
tak bisa ikut mengimplementasikan mekanisme pengurangan emisi CO2 ini.

6. Negara Miskin
Negara-negara peserta konferensi bersepakat untuk memperpanjang mandat Least
Developed Countries (LDCs) Expert Group. Grup ini akan menyediakan saran kritis bagi
negara miskin dalam menentukan kebutuhan adaptasi. Hal tersebut didasari fakta bahwa
negara-negara miskin memiliki kapasitas adaptasi yang rendah.
Setelah mundurnya jadwal konferensi selama satu hari dan setelah diadakannya perpanjangan
waktu selama 23 jam, delegasi dari 189 negara, termasuk Amerika Serikat, akhirnya dapat
menyepakati Bali Roadmap. Keikutsertaan Amerika Serikat dalam Bali Roadmap memberikan sinyal
positif bagi keberhasilan menyatukan seluruh bangsa dalam satu aksi bersama untuk
menyelamatkan bumi. Seperti yang kita ketahui, Amerika Serikat ialah negara emiten karbon dan
negara industri yang sangat besar dan tanpa keikutsertaan AS dalam Bali Roadmap, upaya
penyelamatan bumi tidak akan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai