Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.Seksualitas di defenisikan

sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam,

dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual.

Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya

sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan

aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas total manusia, dan berkembang terus dari

mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait dengan keseimbangan seks

dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut termasuk elemen biologis; yang terkait dengan identitas

dan peran gender berdasarkan ciri seks sekundernya dipandang dari aspekbiologis. Elemen

sosiokultural, yang terkait dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran

dan kegiatan seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang terakhir adalah

elemen perkembanganpsikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan

beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek

psikososial. Termasuk tahapan perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh

individu berdasarkan gendernya (Anurogo, 2013).

Masalah nyeri selama berhubungan seksual telah dikenal sejak 3000 tahun yang

lalu.Deskripsi detail tentang dispareunia bermula dari surat papirus Ramesseum dari jaman Mesir

kuno dan kondisi dispareunia berat disebutkan di Talmud sebagai penyebab (yang cukup

dijadikan alasan ) untuk bercerai lebih lanjut Rammesseum Papyr menghubungkan antara nyeri
vulva selama bersenggama dengan nyeri haid dan ketidakteraturan haid. Hubungan tradisional

antara semua permasalahan wanita dengan rahim (uterus) dan menstruasi rupanya ditolak oleh

Soranus dari Ephesus, seorang dokter Romawi, yang mendeskripsikan kondisi vulva yang

menyebabkan nyeri selama bersenggama. Istilah dyspareunia dirumuskan oleh Barnes pada

tahuan 1874 yang mengacu ke berbagai kondisi atau gangguan atau penyakit fisik yang dapat

menyebabkan nyeri (Anurogo, 2013)

Dispareunia awalnya lebih dilihat sebagai masalah psikologis dan memerlukan perawatan

psikologis. Untungnya, pandangan itu sudah usang. Para peneliti dan dokter sekarang lebih

memahami banyak penyebab dispareunia dan merekomendasikan pendekatan pengobatan yang

terpadu. Pengobatan tertentu tergantung pada penyebab yang mendasari rasa sakit (Anurogo,

2013).

1.2 Tujuan

1. 2.1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari dan memahami asuhan keperawatan maternitas pada Nn.R dengan

Dyspareunia di ruangan poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam.

1.2.2 Tujuan Khusus

2. Mahasiswa/I mampu melakukan pengkajian pada Nn.R dengan Dyspareunia

3. Mahasiswa/I mampu menentukan diagnosa pada Nn.R dengan Dyspareunia

4. Mahasiswa/I mampu menyusun intervensi keperawatan pada Nn.R dengan

Dyspareunia

5. Mahasiswa/I mampu melakukan implementasi keperawatan kepada Nn.R dengan

Dyspareunia
6. Mahasiswa/I mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada

Nn.R dengan Dyspareunia


BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Medis

2.1.1 Pengertian

Dispareunia adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual

dispareunia lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, tetapi dapat menjadi penghambat

aktivitas seksual genital pada kedua jenis kelamin (Anurogo, 2013).

2.1.2 Gejala

Para peneliti memperkirakan bahwa 1 di antara 5 perempuan mengalami nyeri pada organ

genitalnya tepat sebelum, selama atau setelah berhubungan seksual. Lokasi rasa sakit dan

frekuensi nyeri sangat bervariasi. Gejalanya dapat terasa:  Nyeri setiap kali penetrasi  Nyeri

hanya dalam kondisi tertentu  Nyeri baru setelah melakukan hubungan yang sebelumnya tidak

sakit (Anurogo, 2013).

2.1.4 Penyebab

Nyeri saat penetrasi dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk kurangnya cairan

pelumas atau lubrikasi. Sering disebabkan karena foreplay yang kurang. Kurangnya lubrikasi

juga umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen setelah menopause, setelah

melahirkan atau selama menyusui. Cedera, trauma atau iritasi, dapat meliputi cedera atau iritasi

akibat kecelakaan, operasi panggul, sunat wanita, episiotomy atau kelainan bawaan.
Peradangan, infeksi atau kelainan kulit. Infeksi pada daerah genital atau saluran kemih dapat

menyebabkan Dispareunia. Eksim atau masalah kulit lainnya di daerah genital juga bisa menjadi

masalah.

Reaksi terhadap produk-produk pengendali kelahiran. Vaginusmus, yaitu kejang otot-

otot dinding vagina yang tak terkendali. Vestibulitis, ditandai dengan rasa tersengat atau terbakar

di sekitar vagina (Anurogo, 2013).

Jika rasa sakitnya terasa sangat dalam, faktor penyebabnya dapat berupa Beberapa

penyakit seperti endometriosis, radang panggul, prolaps rahim, retroversi rahim, uterine fibroids,

cystitis, sindrom iritasi usus, wasir dan kista ovarium. Infeksi rahim atau leher rahim tuba falopi

dapat menyebabkan nyeri yang mendalam.Operasi atau perawatan medis. Luka dari operasi pada

daerah panggul kadang-kadang dapat menyebabkan Dispareunia (Anurogo, 2013).

Emosi sangat terkait dengan aktivitas seksual dan berperan atas setiap jenis rasa sakit

seksual. Faktor emosional meliputi: Masalah kejiwaan seperti kecemasan, depresi, kekhawatiran

tentang penampilan fisik, dan ketidaknyamanan. Stres. Otot dasar panggul sangat sensitif

terhadap stres. Jadi stres dapat menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan. Terkadang

sulit untuk mengetahui apa saja kah faktor-faktor psikologis yang terkait dengan dispareunia

(Anurogo, 2013).

2.1.5 Perawatan dan obat-obatan

Dispareunia awalnya lebih dilihat sebagai masalah psikologis dan memerlukan perawatan

psikologis. Untungnya, pandangan itu sudah usang. Teknik seksual dan konseling. Pasangan

mungkin dapat meminimalkan rasa sakit dengan beberapa perubahan rutinitas seksual: Beralih
posisi. Jika nyeri dialami selama dorongan penetrasi, penis mungkin menekan serviks atau otot-

otot dasar panggul sehingga menyebabkan sakit atau nyeri perut. Berkomunikasi. Bicarakan

dengan pasangan tentang apa yang terasa baik dan apa yang tidak. Foreplay lebih lama dapat

membantu merangsang pelumasan alami. Rasa sakit dapat dikurangi dengan menunda penetrasi

sampai wanita benar-benar merasa terangsang. Gunakan pelumas. Pada beberapa wanita,

pelumas yang mengandung gliserin dapat menyebabkan infeksi jamur (Anurogo, 2013).

2.1.6 Obat dan terapi

Pengobatan dan terapi dilihat kondisi yang mendasarinya. Jika infeksi atau kondisi medis

yang memberikan kontribusi terhadap rasa sakit, mengobati penyebab yang mendasari dapat

mengatasi masalah. Terapi Estrogen. Bagi kebanyakan wanita menopause, dispareunia

disebabkan oleh pelumasan yang tidak memadai akibat tingkat estrogen yang rendah. Terapi

Desensitisasi. Selama terapi, pasien belajar latihan relaksasi vagina yang dapat mengurangi

nyeri. Konseling atau terapi seks. Jika seks telah terasa menyakitkan untuk waktu yang lama,

pasien mungkin mengalami respons emosional yang negatif terhadap rangsangan seksual

(Anurogo, 2013).

2.2 Konsep Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Kategori :

a. klien menerima pelayanan kesehatan untuk kehamilan, dll, atau PMS

b. klien yang sakit atau dalam mendapat terapi yang kemungkinan dapatmempengaruhi

fungsi seksualnya
c. klien yang secara jelas mempunyai masalah seksual

Pengkajian seksual mencakup:

a. Riwayat Kesehatan

· Seksual pertanyaan masa lalu atau tidak mengetahui apakah klien mempunyai

masalah kekhawatiran seksual.

b. PengkajianFisik

· inspeksi dan palpasi

c. Identfkasi klien yang beresiko

Misalnya :

a. adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma, dll

b. riwayat pnganiayaan seksual.

c. kondisi yang tidak menyenangkan

d. terapi medikasi spesifik yang dapat menyenangkan masalah seksual.

e. gangguan aktivitas fisik sementara maupun permanen

f. konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d) Ketakutan kehamilan, Efek

antihipertensi, Depresi perpisahan dengan perceraian


b. Disfungsi seksual b.d cedera medulla spinalis, penyakit kronis, nyeri ansietas mengenai

penempatan di RS.

c. Gangguan Citra tubuh b.d efek masektomi, disfungsi seksual , perubahan pasca persalinan

d.Ganguan harga diri b.d kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infrak

miokardium, pola penganiayan ketika masih kecil.

2.2.3 Perencanaan

Tujuan yang dicapai mencakup :

a. mempertahankan, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan seksual

b. meningkatkan pengtahuan seksualitas dan kesehatan

c. mencegah PMS

d. mecegah kehamilan yang tidak diinginkan

e. meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual

f.memperbaiki konsep seksual diri

2.2.4 Implementasi

Proses kesehatan seksual

a. perawat : keterampilan komuniksi yang baik


b. Topik tentang penyuluhan tergantung

c. karakteristik dan faktor yang berhubungn

d. Rujukan mungkin diperlukan

2.2.5 Evaluasi

a. Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan

b. Klien, pasangan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka waktu

yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

c. Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif dalam artian penting.

Anda mungkin juga menyukai