APENDISITIS AKUT
Disusun Oleh :
Amaryllis Anandini
Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun judul makalah ini adalah ”ApendisitisAkut”.Semoga dengan makalah ini, dapat
memberikan ilmu kepada teman-teman. Sehingga teman-teman dapat menangani kasus apendisitis akut
yang sering terjadi di kemudian hari.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Toni Agus Setiono, SpB, selaku pembimbing
makalah dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada unit gawat darurat.
Apendisitis termasuk salah satu penyebab akut abdomen yang memerlukan tindakan
pembedahan segera. Risiko seseorang mengalami apendisitis sekitar 7-8%. Departemen
Kesehatan RI pada tahun 2006 menyebutkan bahwa apendisitis menempati urutan keempat
penyakit terbanyak di Indonesia setelah dispepsia, gastritis, dan duodenitis, dengan jumlah
pasien rawat inap sebanyak 28.040 orang.1
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis.2 Peradangan ini onsetnya
sangat cepat dan membutuhkan penanganan segera. Apendisitis yang terlambat ditangani
dapat mengalami perforasi kemudian mengakibatkan peritonitis. Oleh karena itu penting
untuk memahami riwayat klinis dan pemeriksaan fisik kasus apendisitis supaya dapat
ditangani lebih cepat.
Pasien apendisitis biasanya datang dengan keluhan nyeri perut.3 Gejala dan tanda khas
apendisitis perlu dipelajari dengan cermat. Berbagai diagnosis banding harus disingkirkan
untuk memastikan diagnosa apendisitis. Diagnosa tepat diperlukan segera untuk menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas. Penatalaksanaan apendisitis meliputi tindakan konservatif
dan pembedahan. Pembedahan merupakan pilihan utama penanganan apendisitis. Prognosis
paska pembedahan salah satunya dipengaruhi oleh stadium apendisitis preoperasi. Pasien
apendisitis perforasi memiliki angka mortalitas lebih tinggi dibandingkan apendisitis yang
tidak mengalami perforasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.2 Definisi
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis.
2.3 Epidemiologi
Apendisitis paling sering dialami pada usia dekade kedua hingga keempat. Laki-laki
sedikit lebih sering dibanding perempuan 1,3:1.
2.4 Patofisiologi
Penyebab utamanya adalah obstruksi lumen apendiks yang dapat diakibatkan
oleh fecalith atau appendicolith, hiperplasi limfoid, sisa bahan sayuran atau biji-bijian,
parasit, maupun neoplasma. Obstruksi lumen apendiks berkontribusi pada
pertumbuhan kuman. Mukus yang terus disekresikan pada lumen yang obstruksi
mengakibatkan distensi dan peningkatan tekanan dinding apendiks. Selanjutnya timbul
gangguan drainase limfe, mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi
mokusa Distensi lumen apendiks menyebabkan nyeri viseral yang dirasakan pasien
pada bagian periumbilikal. Stadium ini disebut apendisitis akut fokal.2
Gejala
Nyeri Perut
Nyeri perut merupakan keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien dengan
apendisitis akut. Karakteristik nyeri perut penting untuk diperhatikan klinisi
karena nyeri perut pada apendisitis memiliki ciri-ciri dan perjalanan penyakit yang
cukup jelas. Nyeri pada apendisitis muncul mendadak (sebagai salah satu jenis
dari akut abdomen) yang kemudian nyeri dirasakan samar-samar dan tumpul.
Nyeri merupakan suatu nyeri viseral yang dirasakan biasanya pada daerah
epigastrium atau periumbilikus. Nyeri viseral terjadi terus menerus kemudian
nyeri berubah menjadi nyeri somatik dalam beberapa jam. Lokasi nyeri somatik
umumnya berada di titik McBurney, yaitu pada 1/3 lateral dari garis khayalan dari
spina iliaka anterior superior (SIAS) dan umbilikus. Nyeri somatik dirasakan lebih
tajam, dengan intesitas sedang sampai berat. Pada suatu metaanalisis, ditemukan
bahwa nyeri perut yang berpindah dan berubah dari viseral menjadi somatik
merupakan salah satu bukti kuat untuk menegakkan diagnosis apendisitis.
Sesuai dengan anatomi apendiks, pada beberapa manusia letak apendiks berada
retrosekal atau berada pada rongga retroperitoneal. Keberadaan apendiks
retrosekal menimbulkan gejala nyeri perut yang tidak khas apendisitis karena
terlindungi sekum sehingga rangsangan ke peritoneum minimal. Nyeri perut pada
apendisitis jenis ini biasanya muncul apabila pasien berjalan dan terdapat
kontraksi musculus psoas mayor secara dorsal.
Gejala mual dan muntah sering menyertai pasien apendisitis.Nafsu makan atau
anoreksia merupakan tanda-tanda awal terjadinya apendisitis.
Gejala Gastrointestinal
Pada pasien apendisitis akut, keluhan gastrointestinal dapat terjadi baik dalam
bentuk diare maupun konstipasi. Pada awal terjadinya penyakit, sering ditemukan
adanya diare 1-2 kali akibat respons dari nyeri viseral.Diare terjadi karena
perangsangan dinding rektum oleh peradangan pada apendiks pelvis atau
perangsangan ileum terminalis oleh peradangan apendiks retrosekal. Akan tetapi,
apabila diare terjadi terus menerus perlu dipikirkan terdapat penyakit penyerta
lain. Konstipasi juga seringkali terjadi pada pasien apendisitis, terutama
dilaporkan ketika pasien sudah mengalami nyeri somatik.
Tanda
Keadaan Umum
Secara umum, pasien apendisitis akut memiliki tanda-tanda pasien dengan radang
atau nyeri akut.Takikardia dan demam ringan-sedang sering ditemukan. Demam
pada apendisitis umumnya sekitar 37,5 – 38,5°C. Demam yang terus memberat
dan mencapai demam tinggi perlu dipikirkan sudah terjadinya perforasi.
Keadaan Lokal
Nyeri pada perut kanan bawah, terutama pada titik McBurney. Selain itu pada
inspeksi dan palpasi abdomen akan mudah dilihat terdapat deffense muscular
sebagai respons dari nyeri somatik yang terjadi secara lokal. Rovsing sign yang
menandakan nyeri pada perut kanan bawah apabila dilakukan penekanan pada
perut kiri bawah.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologi
2.8 Diagnosis
Dengan penemuan klinis dan pemeriksaan laboratorium, dapat digunakan
suatu alat bantu untuk diagnosis apendisitis akut, yaitu Alvarado Score.
Dengan memperoleh nilai lebih dari 7, maka apendisitis akut sudah
umumnya dapat ditegakkan.
Manifestasi Skor
Anoreksia 1
kanan bawah
Rebound 1
Peningkatan suhu 1
Tubuh
Nilai laboratorium Leukositosis 2
Hitung leukosit 1
bergeser kekiri
Total skor 10
2.9 Penatalaksanaan
Pembedahan
Apendisitis akut ditangani dengan pembedahan segera. Pembedahan dapat
dilakukan dengan open appendectomy atau laparoscopic.
ILUSTRASI KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. JA
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Cipete
Suku : Jawa
No. RM : 1498151
Tanggal Masuk : 14 Agustus2017
II. Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri pada seluruh lapang perut sejak 3 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUP Fatmawati dengan keluhan nyeri pada seluruh
perut tiga hari SMRS. Pasien mengatakan nyeri perut awalnya dirasakan di tengah
perut yang dirasakan hilang timbul. Kemudian nyeri berpindah ke perut bagian kanan
hingga ke seluruh lapang perut. Nyeri disertai dengan keluhan mual dan muntah.
Muntah sebanyak dua kali. Muntahan berupa ampas makanan dan cairan. Tidak ada
muntah berdarah atau kehijauan. Pasien juga mengatakan adanya penurunan nafsu
makan. Satu hari SMRS, pasien mengeluhkan demam. Demam dirasakan terus
menerus. BAB tidak ada keluhan. BAK tidak ada keluhan.Tidak adanyeri saat
berkemih, BAKberpasir atau berdarah. Tidak ada keluhan keluar cairan dari vagina
dan gatal pada kemaluan.
Tiga hari SMRS, pasien berobat ke klinik dan dikatakan sakit maag kemudian
diberikan anti nyeri dan anti muntah. Keluhan nyeri perut tidak berkurang hingga
akhirnya pasien datang ke IGD.
Pasien menderita kencing manis sejak 2 tahun yang lalu. Pasien diberikan dua
macam obat oleh dokter namun tidak diminum teratur. Tidak ada penyakit darah
tinggi, sakit kuning, jantung, paru, dan ginjal.
Nyeri perut seperti ini sebelumnya tidak ada. Alergi obat tidak ada. Pasien pernah
menjalani operasi tumor jinak payudara kanan pada Desember 2015. Pasien pernah
mengalami keguguran pada usia kehamilan 20 minggu dan dirawat di RSUP Fatmawati
pada Febuari 2017
Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien mengatakan makan tidak teratur.
Pasien jarang makan sayuran. Pasien juga jarang berolahraga. Merokok dan
mengkonsumsi alkohol disangkal.
III. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalisata
B. Tanda vital
C. Pemeriksaan
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, tidak tampak massa atau jejas
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
Palpasi : Nyeri tekan pada seluruh lapang abdomen dengan punctum
maksimum di regio ilika dekstra, defans muskular (+), Psoas Sign(+), Obturator
Sign (+),
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,4 11,7 – 15,5 g/Dl
Hematokrit 42 33 – 45 %
Leukosit 14.200 5,0 – 10,0 ribu/µL
Trombosit 399.000 150 – 440 ribu/µL
Eritrosit 4,77 4,40 – 5,90 juta/µL
VER/HER/KHER/RDW
VER 87,3 80.0 – 100.0 fl
HER 30,3 26.0 – 34.0 pg
KHER 34,7 32.0 – 36.0 g/Dl
RDW 11.7 11,5 – 14,5 %
HEMOSTASIS
APTT 28,7 26,3 – 40,3
Kontrol APTT 30,7
PT 14,4 11,5 – 14,5
Kontrol PT 13,6
INR 1,08
FUNGSI HATI
SGOT 20 0 – 34 U/l
SGPT 16 0 – 40 U/l
FUNGSI GINJAL
Ureum 24 20 – 40 mg/Dl
Creatinin 0,9 0,6 – 1,5 mg/Dl
ELEKTROLIT
Natrium 130 135 – 147 mmol/l
Kalium 4,66 3,10 – 5,10 mmol/l
Clorida 94 95 – 108 mmol/l
Golongan darah O/Rh (+)
Rontgen thoraxAP
USG abdomen
Kesan: appendix dengan diameter 1,4 cm disertai lesi hipoekoik di
sekitarnya suspek apendisitis. Tidak tampak kelainan pada organ
intraabdomen lainnya yang tervisualisasi
V. Resume
Ny. JA, perempuan, 35 tahun, keluhan utama nyeri pada seluruh lapang
perut 3 hari SMRS. Nyeri perut menjalar dari ulu hati, perut kanan hingga ke
seluruh lapang perut. Mual (+) dan muntah (+), anoreksia (+),demam
(+).Keluhan BAB, BAK, sakit kuning, keluar keputihan dan gatal di kemaluan
tidak ada.
Pada pemeriksaanfisik, didapatkan tanda vital dan status generalis
dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis abdomen didapatkan
perut datar, bising usus (+) menurun, nyeri tekan pada seluruh lapangabdomen
dengan punctum maksimum di regio ilika dekstra, defans muskular (+), Psoas
Sign(+), Obturator Sign (+), timpani di seluruh lapang abdomen.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis 14.400/µL. Hasil
USG abdomen menunjukkan appendix dengan diameter 1,4 cm disertai lesi
hipoekoik di sekitarnya suspek apendisitis.
VI. Diagnosa
Apendisitis akut dd peritonitis
VII. Penatalaksanaan
X. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB IV
ANALISIS KASUS
Gejala klasik apendisitis adalah nyeri viseral pada regio epigastrium atau
umbilikus. Umumnya pasien juga mengeluh tidak nafsu makan dan sering disertai mual,
muntah. Nyeri viseral timbul akibat distensi apendiks yang mengalami inflamasi.
Inflamasi ini disebakan oleh obstruksi lumen apendiks yang dapat diakibatkan oleh
fecalith atau appendicolith, hyperplasia limfoid, sisa makanan, parasit maupun
neoplasma. Obstruksi lumen apendiks berkontribusi pada pertumbuhan kuman.Mukus
yang terus disekresikan oleh sel goblet mukosa apendiks pada lumen yang obstruksi
mengakibatkan distensi dan peningkatan tekanan dinding apendiks. Selanjutnya timbul
gangguan drainase limfe, mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi
mukosa. Distensi tersebut yang menimbulkan nyeri viseral periumbilikal.
Nyeri perlahan berubah menjadi nyeri parietal pada regio kuadran kanan bawah,
dalam 1-12jam sering kali dalam jangka waktu 4-6jam, yang timbul akibat peradangan
peritoneum parietal di sekitarnya. Nyeri dirasakan terus menerus kadang disertai kram.
Letak nyeri abdomen dapat tergantung pada letak anatomi apendiks.