Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etnosains sebagai sebuah pengetahuan yang terakumulasi dari pengalaman masing-
masing etnik, bukan sebagai bentuk fisik. Kajian etnosains lebih kepada kajian perilaku
manusia terhadap lingkungan yang berupa benda yang di pandang melalui aspek budaya
dan persepsi masyarakat lokal dengan menggunakan Bahasa lokal. Dalam hal itu,
etnosains dieksplorasi dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, baik dalam bidang
pertanian, pembangunan, kesenian, sistem religi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Berbicara mengenai budaya, sebagai contoh masyarakat Bali dalam menjalankan aktivitas
sehari-harinya tanpa disadari kaya dengan Etnosains. Salah satunya yaitu budaya yang
masih lestari sampai saat ini yaitu penanaman beras merah di Jatiluwih.
Beras merah merupakan bahan pangan yang memiliki komponen penyusun yang
dibutuhkan oleh tubuh. Komponen-komponen tersebut antara lain protein 7,5 g, lemak
0,9 g, karbohidrat 77,6 g, kalsium 16 mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, vitamin B1 0,21
mg dan antosianin (Indriyani dkk, 2013).
Candra (2012) menyatakan bahwa beras merah juga kaya akan vitamin B dan E
sehingga tidak mudah menimbulkan kembung saat dikonsumsi. Kekhasan beras merah
adalah memiliki sifat fungsional sebagai antioksidan karena kandungan antosianinnya
yang cukup tinggi.
Daerah Jatiluwih merupakan merupakan daerah penghasil beras merah dan kawasan
wisata terasering yang terkenal di Provinsi Bali, areal persawahan seluas 305 hektar yang
ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2012. Salah satu produksi
unggulan di Jatiluwih adalah beras merah. Biasanya beras merah ditanam pada bulan
Desember sampai Januari sedangkan beras hibrida ditanam pada musim gadu yakni bulan
Juli. Warna, bau dan rasa beras merah yang dihasilkan sangat khas dan berbeda dengan
desa sekitarnya tak heran bila beras merah ini sangat laku di pasaran. Sawah seluas 303
ha di jatiluwih mampu menghsilkan beras merah 1.515 ton. Sehingga, berdasarkan latar
belakang ini kami ingin mengkaji budaya masyarakat menanan beras berah di wilayah
Jatiluwih, Tabanan dalam pendidikan sains.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :

a. Apasajakah karakteristik tanaman beras merah di Jatiluwih?


b. Apasajakah manfaat beras merah bagi tubuh jika di konsumsi?
c. Bagaimanakah hubungan cara penanaman beras merah dalam perspektif etika?
d. Bagaimanakah hubungan beras merah dalam perspektif sains?
e. Bagaimanakah hubungan beras merah dalam perspektif ritual?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini yaitu sebagai
beriku :
a. Mendeskripsikan karakteristik beras merah..
b. Menjelaskan manfaat beras merah.
c. Menjelaskan hubungan cara penanaman beras merah dalam perspektif etika.
d. Menjelaskan hubungan beras merah dalam perspektif etika.
e. Menjelaskan hubungan beras merah dalam perspektif ritual.

1.4 Manfaat
a. Bagi Penulis
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan bermanfaat sebagai pelatihan menulis
dalam bentuk karya tulis kepada penulis dan menambah wawasan penulis sendiri,
sehingga lebih berpotensi dalam menanggapi permasalahan kearifan lokal. Khususnya
budaya menanan padi beras merah di daerah Jatiluwih Tabanan
b. Bagi Siswa/Mahasiswa/Pembaca
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat kepada siswa maupun
mahasiswa sebagai sumber referensi belajar tambahan dan sharing pengetahuan
mengenai budaya menanan padi beras merah di daerah Jatiluwih Tabanan.

Anda mungkin juga menyukai