Laporan Kasus 2 GEA
Laporan Kasus 2 GEA
GASTROENTERITIS AKUT
OLEH
Erix Firmando
1210313081
Pembimbing :
dr. Fadrian Sp. PD
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastroenteritis akut adalah peradangan pada lambung dan usus yang ditandai
dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah dan seringkali
disertai peningkatan suhu tubuh. Gastoenteritis terdiri dari peradangan pada
lambung (gastritis) dan usus (enteritis).3
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa atau sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau lokal. Gastritis merupakan
penyakit yang sering ditemukan dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai
iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alcohol dan
aspirin merupakan pencetus yang lazim. Infeksi Helicobacter pylori lebih sering
dianggap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non
steroid (OAINS), sulfonamid, steroid juga diketahui menggangu sawar mukosa
lambung.4
Enteritis merupakan peradangan pada usus yang ditandai dengan gejala diare.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gram atau 200ml/24 jam. Defenisi lain buang air besar cair lebih dari 3 kali
sehari, buang air besar tersebut bisa/tanpa disertai oleh lendir ataupun darah.5
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidlines 2005, diare akut
didefenisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan diare kronis
adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.5
Diare infektif adalah bisa penyebabnya adalah infeksi. Sedangkan diare non
infektif adalah apabila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab diare. Dare
organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau
toksikologik. Diare fungsional adalah apabila tidak ditemukan penyebab organik.5
2
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi4,5
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar
10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, dan
sebagainya
1. Bakteri
Jenis bakteri penyebab yaitu: Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella
dysentriae, Vibrio cholera non 01, Vibrio parachemolyticus, Yersinia
entero colityca, klebsiella,pseudomonas, aeromonas
3
2. Parasit
Jenis protozoa penyebab yaitu: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomanes hominis, Isospora sp. Jenis cacing penyebab yaitu: A.
lumbricoides, trichuris trichiura, strongiloides stercoralis.
3. Virus
Jenis virus penyebab yaitu: rotavirus, adenovirus, norwalk virus
Pola mikro organisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan
umur, tempat, dan waktu. Dinegara maju, diare akut paling sering disebabkan oleh
norwalk virus, Helicobacteri jejuni, Salmonella sp, Clostridum difficle, sedangkan
penyebab paling sering dinegara berkembang adalah Enterotoxicgenic eshericia
coli, rotavirus dan V. cholerae.
2.4 Patofisiologis6
Sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cema setiap harinya,berasal dari
luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung,empedu dan
sebagainya). Sebagaian besar(75-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi
kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus
besar.sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi,sehingga
tersisa jumlah 150-250 ml caran yang akan ikut membentuk tinja.
2.5 Patogenesis4,7
Dua hal yang harus diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi
adalah faktor kausal(agent) dan faktor penjamu(host).Faktor penjamu adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut,terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan
interntraktus intestinalis seperti keasaman lambung,motilitas usus,imunitas dan
4
juga mencakup lingkungan mikroflora usus,sekresi mukosa,dan enzim
pencernaan.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi Shigella sp.terbukti dapat
menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi oleh V.cholera.Hipomotilitas usus pada infeksi usus dapat
memperpanjang waktu diaredan gejala penyakit,serta mengurangi absorbsi
elektrolit dan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi.Peran imunitas
dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien giardiasis pada mereka yang
kekurangan IgA,demikian pula diare yang terjadi pada penderita HIV/AIDS
karena gangguan imunitas.Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus
dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali,akan terjadi sekresi antibodi.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya
lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,kemampuan memproduksi
toksin yang mepengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat
membentuk koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan
menjadi:
1. Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri
yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri
non invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau 0139,
Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus,
Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini
mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid
pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3′,5′-siklik
mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation
natrium dan kalium.
Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pompa
Na tidak terganggu, karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+
5
dan K+) dapat dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh
H2O, K+, HCO3-, dan Cl-). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian
larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa
tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl- dan
HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan
keluar secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai
diare sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).
ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin yaitu labile toxin (LT) dan
stable toxin (ST). LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi
hanya memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat siklase.
Dengan demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E. coli lebih ringan
dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae.
Clostridium perfringens (tipe A) yang sering menyebabkan keracunan
makanan menghasilkan enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera
yang menyebabkan diare yang singkat dan dahsyat.
2. Infeksi Invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare
inflammatory. Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia, C.
perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P. shigelloides, C. difficile,
Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulserasi, sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
bercampur dengan lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kuman-
kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pada
pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.
Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung
dari penderita diare atau melalui makanan/minuman yang terkontaminasi
bakteri patogen yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan
penderita. Penularan dapat juga berupa transmisi dari manusia ke manusia
6
melalui udara (droplet infection) misalnya: rota virus, atau melalui aktivitas
seksual kontak oral-genital atau oral-anal.
Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau memproduksi
toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarrhea) dengan gejala-
gejala: mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan
disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair.
Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan
atau minuman yang terkontaminasi.
Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan
medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan
yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit turun, serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Kehilangan bikarbonas menyebabkan perbandingan bikarbonas dan asam
karbonas berkurang yang menyebabkan penurunan pH darah. Penurunan ini
akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas menjadi lebih
cepat dari biasa (pernapasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk
mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan
kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat lebih dari 120x/mnt, tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung
eksterimitas dingin, dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium, pada
diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal sangat
menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan
timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat
mengakibatkan gagal ginjal akut.
Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi
kepincangan pada pembagian darah dengan pemusatan darah yang lebih
banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting sekali karena dapat
7
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan
intravena tanpa alkali.
Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut sebagai diare
inflamasi dengan gejala mual, muntah dan demam yang tinggi, disertai nyeri
perut, tenesmus, diare disertai darah dan lendir. Pada diare akut karena
infeksi, dugaan terhadap bakteri penyebab dapat diperkirakan berdasarkan
anamnesis makanan atau minuman dalam beberapa jam atau hari terakhir, dan
anamnesis atau observasi bentuk diare (pada tabel 1).
Yersinia dapat menginvasi mukosa ileum terminalis dan kolon bagian
proksimal, dengan nyeri abdomen disertai nyeri tekan di regio titik Mc.Burney
dengan gejala seperti apendisitis akut.
Diare akut karena infeksi dapat disertai gejala-gejala sistemik lainnya
seperti Reiter’s syndrome (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis) yang dapat
disebabkan oleh Salmonella, Campylobacter, Shigella, dan Yersinia. Shigella
dapat menyebabkan hemolytic-uremic syndrome. Diare akut dapat juga
sebagai gejala utama beberapa infeksi sistemik antara lain hepatitis virus akut,
listeriosis, legionellosis, dan toksik renjatan sindrom.
8
Telur Salmonella spp.
Mayoinase + Staphylococcus dan Clostridium
makanan & cream
Nasi goreng Bacillus cereus
Berrie segar Cycklospora spp.
Sayuran atau buah- Clostridium spp.
buahan kaleng
Kecambah Enterohemorrhagic E. coli dan Salmonella spp.
Lingkungan
Hewan ke manusia Salmonella, Campylobacter, Cryptosporodium,
Giardia spp.
Manusia ke manusia Semua bakteri enterik, virus, parasit
(termasuk seksual
kontak)
Rumah C. difficile
sakit/antibiotik
Kolam renang Giardia dan Crytosporodium spp.
Wisatawan asing E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Giardia, Entamoeba histolytica
2.7 Diagnosis4,8
9
Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease.
Indikasi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai
dehidrasi, tampak darah pada feses, panas > 38,5o C diare > 48 jam tanpa tanda-
tanda perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada penderita
berusia > 50 tahun, penderita usia lanjut > 70 tahun, dan pada penderita dengan
daya tahan tubuh yang rendah.
Penentuan derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan
menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice king, dan lain-lain.
Derajat dehidrasi berdasarkan defisit berat badan:
Dehidrasi ringan: defisit 2½ – 5 %
Dehidrasi sedang: defisit 5 – 10 %
Dehidrasi berat: defisit > 10 %
Kering dan
Mulut Normal Kering
sianosis
Sedang (120 -
Denyut nadi/menit Kuat > 120 > 140
140)
10
2.8 Penatalaksanaan1,5
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
2. Memberikan terapi simptomatik
3. Memberikan terapi definitive
11
Rasa haus/muntah 1
Suara serak 2
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekwensi Nadi > 120 x/menit 1
Frekwensi nafas > 30 x/menit 1
Turgor kulit menurun 1
Facies cholerica/wajah keriput 2
Ekstremitas dingin 1
Washer’s woman’s hand 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
12
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya,
rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
13
membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi
frekuensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan
cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc atau 2x sehari
dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
II. Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria
atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di
saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk
nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi atau menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang
adekuat.
14
Shigellosis: Ampisilin 4 x 1 g/hr atau Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr
selama 5 hari.
Helicobacter jejuni (C. jejuni): Eritromisin, dewasa: 3 x 500 mg atau 4 x
250 mg, anak: 30-50 mg/kgBB/hr dalam dosis terbagi selama 5-7 hari
atau Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr selama 5-7 hari.
Amoebiasis: 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau Tinidazol dosis tunggal 2
g/hr selama 3 hari.
Giardiasis: Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu atau Chloroquin 3
x 100 mg/hr selama 5 hari.
Balantidiasis: Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari
Virus: simptomatik dan suportif.
2.9 Komplikasi1,5
15
2.10 Prognosis5
2.11 Pencegahan5,6
16
tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini
tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral
kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid
parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping.
Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, hanya memerlukan 1 dosis dan
memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia,
hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi
yang mirip dengan dua vaksin lainnya.
17
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Alamat : Lubuk Basung
Tanggal Masuk RS : 2 Januari 2018
Keluhan Utama
Mencret dan muntah semakin meningkat sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
(SMRS)
18
Pasien juga mengeluhkan muntah sebanyak 5x berisi cairan dan makanan,
muntah didahului dengan mencret terlebih dahulu
Demam (+) Pada awal keluhan mencret, pasien mengeluhkan demam,
demam tidak terlalu tinggi, terus menerus, menggigil (-), keringat dingin (-
).
Pasien juga merasakan nyeri perut. Nyeri perut terasa hilang timbul, di
seluruh bagian perut, semakin berat saat ingin buang air besar.
BAK lancar tidak ada keluhan., nyeri saat makan dan setelah makan (-),
Nafsu makan menurun, pasien masih mau minum, badan terasa lemas,
Pasien dibawa ke berobat ke RSUD Lubuk Basung, di IGD pasien
mendapat terapi rehidrasi IVFD RL sebanyak 3 kolf, oralit 1 sachet,
ciprofloxacin 500 mg tab, Domperidon10 mg.
19
Nadi : 90x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 37,8°C
BB = 56 kg
Tinggi badan = 160 cm
BMI = 19.6
Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher
Kulit dan wajah : Wajah tidak pucat
Mata : Mata cekung (-)Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil bulat, isokor dengan diameter
3/3 mm, reflek cahaya (+/+), mata cekung (-)
Mulut : bibir kering (-),sianosis (-), lidah tidak kotor,
suara serak (-), gusi tidak ada perdarahan, faring
tidak hiperemis
Leher : KGB tidak membesar, JVP 5-2 cmH2O
Thorak
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan,
gerak nafas simetris, tidak ada bagian yang
tertinggal.
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru,ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada RIC V, 1 jari medial linea
midclavicularis sinistra
Perkusi :
20
o Batas jantung kiri : RIC V linea midclavicularis
sinistra
o Batas jantung atas : RIC II
o Batas jantung kanan : LSD
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, turgor kulit dalam batas normal, nyeri
tekan disemua kuadran abdomen (+), hepar dan
lien tidak teraba
Ektremitas
akral hangat, capillary refilling time < 2 detik,washer womens hand (-),edema
tidak ada.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit : 11.800/ul (↑)
Hemoglobin : 11,8 gr/dl
Hematokrit : 43,4 %
Trombosit : 214.000/ul
Na+ : 136 mmol/L
K+ : 3,1 mmol/L
Cl- :108,5 mmol/L
RESUME
21
Ny . A 37 tahun mengeluhkan mencret dan muntah sejak 2 hari SMRS. lebih dari
6 kali perhari. 3 jam SMRS mengeluhkan diarenya semakin sering > 10x,
diarenya berisi cairan bercampur sedikit ampas, lendir (+), Pasien juga
mengeluhkan muntah sebanyak 5 kali berisi cairan dan makanan, muntah
didahului dengan mencret terlebih dahulu, sekali muntah lebih kurang setengah
gelas. Pada awal keluhan mencret, pasien mengeluhkan demam, demam tidak
terlalu tinggi, terus menerus. BAK lancar tidak ada keluhan. Pasien juga
merasakan nyeri perut. Nyeri perut terasa hilang timbul, di seluruh bagian perut,
semakin berat saat ingin buang air besar, nyeri saat makan dan setelah makan (-),
Nafsu makan menurun, pasien masih mau minum, badan terasa lemas.
Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan mata cekung, bibir kering (-), faring
hiperemis (-), lidah kotor (-), bising usus 24x/menit dan nyeri tekan pada seluruh
abdomen (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan leukosit
(11800/ul).
DAFTAR MASALAH
1. Vomitus dan Diare
2. nyeri perut
3. Leukositosis dan febris
Keluhan diare pada pasien ini diduga disebabkan oleh infeksi, ditandai
dengan adanya demam dan peningkatan leukosit. Pada literatur disebutkan lebih
22
dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi. Pada pasien dengan infeksi bakteri
biasanya terdapat leukositosis, berbeda dengan diare karena virus yang biasanya
memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit normal.4,7
Muntah dan diare yang terjadi pada pasien ini disebabkan oleh toksin
bakteri pada saluran pencernaan pasien, bakteri masuk bersama makanan yang
dikonsumsi pasien, sehingga akan menimbulkan iritan pada gatrointestinal
sehingga terjadilah ransangan pada pusat muntah yaitu pada chemoreseptor
trigger zone (CTZ), sehingga memungkinkan mengeluarkan toksin dari lambung.
Adanya nyeri perut pada pasien diduga akibat peningkatan motilitas usus
dan organisme yang menempel pada epitel intestinal. Nyeri perut yang dirasakan
terutama saat mencret juga bisa mengarahkan kita pada suatu infeksi Shigella sp,
sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan feses/tinja untuk mengetahui patogen
penyebab diare.4,7 Namun pada kasus ini hal tersebut belum dilakukan.
Peningkatan kadar leukosit pada pasien ini disebabkan oleh suatu proses
infeksi. Pada pasien dengan infeksi biasanya didapatkan peningkatan leukosit,
berbeda dengan diare akibat virus yang biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit normal.
DIAGNOSIS KERJA
Gastroenteritis akut
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non farmakologis :
Bedrest total
Diet ML (makanan mudah dicerna)
Farmakologis:
IVFD RL 10 tpm / 24 jam
Oralit 1 sachet tiap kali mencret
Ciprofloxacin 2x500mg tab
Inj ranitidin 2x1g
Inj Ondansentron 1x1
23
Loperamid 2x4 mg
FOLLOW UP
(03/1/2018)
S : mencret (+), demam (-),muntah (-), nyeri perut sudah berkurang.
O : Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD: 90/70mmHg, Nadi: 100 kali/menit, Pernafasan: 22
kali/menit, Suhu: 36,50C
Mata : Mata cekung (-)
Abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 16 kali permenit,
Palpasi : Nyeri tekan (+)
A : Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi
P : IVFD RL 10 tpm/ 24 jam
Jika mencret, berikan oralit 1 sachet tiap kali mencret
Inj ranitidin 20 mg 2x1
Loperamid 1x4 mg
Observasi tanda dehidrasi
(04/1/2018)
S : mencret (-) muntah (-), nyeri perut (-)
O : Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD: 100/70mmHg, Nadi: 96 kali/menit, Pernafasan: 18
kali/menit, Suhu: 36,5OC
Abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 12 kali permenit,
Palpasi : nyeri tekan (-)
A : gastroenteritis akut
P : IVFD RL 10 tpm/24jam
Ceftriakson injeksi 2x1gram
24
(05/1/2018)
S : mencret (-) muntah (-), nyeri perut (-)
O : Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD: 100/70mmHg, Nadi: 84 kali/menit, Pernafasan: 20
kali/menit, Suhu: 36,5OC
Abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 10 kali permenit,
Palpasi : nyeri tekan (-)
A :-
P : Pasien diperbolehkan pulang siangnya...
Jika mencret, berikan oralit 1 sachet tiap kali mencret
PEMBAHASAN
25
Bakteri ini menghasilkan toksin sehingga merangsang usus halus sehingga
terjadi peningkatan aktifitas enzim adenil siklase. Sebagai akibat peningkatan
aktivitas enzim-enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP atau cGMP, yang
mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium, dan air dari dalam
sel ke lumen usus (sekresi cairan yang isotonis) serta menghambat absorpsi
natrium, klorida, dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik di dalam lumen usus (hiperosmoler). Kemudian
akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan di
dalam lumen usus tersebut, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus
ke lumen usus besar (kolon).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan pernafasan cepat dan dalam,
penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi serta nyeri pada seluruh
abdomen. Pernafasan cepat dan dalam (Kusmaul) terjadi karena pada pasien ini
terjadi sekresi bikarbonat melalul BAB dan muntah pasien, sehingga terjadi
peningkatan keasaman pada darah pasien, oleh karena itu dikompensasi oleh
pernafasan cepat dan dalam. Peningkatan denyut nadi merupakan kompensasi
tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Adanya nyeri perut pada
pasien diduga akibat peningkatan motilitas usus dan organisme yang menempel
pada epitel intestinal. Nyeri perut yang dirasakan terutama saat mencret juga bisa
mengarahkan kita pada suatu infeksi Shigella sp, sehingga dianjurkan untuk
pemeriksaan feses/tinja untuk mengetahui patogen penyebab diare.4,7 Namun pada
kasus ini hal tersebut belum dilakukan
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peningkatan kadar leukosit
Peningkatan kadar leukosit pada pasien ini disebabkan oleh suatu proses infeksi.
Pada pasien dengan infeksi biasanya didapatkan peningkatan leukosit, berbeda
dengan diare akibat virus yang biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
normal.
Rencana pemeriksaan untuk pasien ini adalah kultur feses untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab diare, pemeriksaan kultur feses ini juga
bermanfaat untuk penentuan terapi yang cocok untuk pasien ini. selain itu juga
perlu dilakukan pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui keasaman darah
apakah berhubungan dengan pernafasan pasien yang cepat dan dalam.
26
Komplikasi utama pada diare akut adalah kehilangan cairan dan kelainan
elektrolit yang mendadak sehingga dapat menyebabkan dehidrasi, apabila tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok hipovolemik.1,5 Pada pasien ini
saat diperiksa tidak tampak adanya tanda-tanda dehidrasi. Hal ini dibuktikan dari
keadaan umum pasien tidak gelisah atau bahkan koma, turgor kulit masih normal,
mata tidak cekung, mulut tidak kering, dan denyut nadi masih dalam batas
normal. Sedangkan pada skor Daldiyono, didapatkan 2 karena ada rasa haus dan
muntah, dan tekanan darah sistolik 90 mmHg. Prinsip pengobatan diare pada
pasien ini ada 3 yaitu pertama, penanganan dehidrasi melalui rehidrasi oral
dengan oralit dan banyak minum, ataupun parenteral dengan infus cairan. Kedua
yaitu mengatasi penyebabnya dengan memberikan antibiotikciprofloksasin,
preparat kuinolon dipilih karena efektif terhadap bakteri patogen non-invasif dan
invasif termasuk Shigella spp. Ketiga terapi simtomatis gejala diarenya dengan
obat anti diare, preparat yang dapat digunakan adalah loperamid karena tidak
adiktif dan memiliki efek samping paling kecil.1,5
27
DAFTAR PUSTAKA
28