Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sehat
Sehat adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan bekerja sesuai
fungsinya dan sebagaimana mestinya. Secara sederhana, sehat bersinonim dengan kondisi
tidak sakit. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi sehat adalah baik seluruh badan
serta bagian-bagiannya. Ada beberapa pengertian sehat dari berbagai sudut pandang,
diantaranya adalah:
1. Pengertian Sehat menurut WHO (World Health Organizations)
Pengertian sehat menurut WHO atau organisasi kesehatan dunia adalah suatu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan. Definisi sehat menurut WHO ini adalah sehat secara keseluruhan, baik
jasmani, rohani, lingkungan berikut faktor-faktor serta komponen-komponen yang
berperan di dalamnya. Sehat menurut WHO terdiri dari suatu kesatuan penting dari 4
komponen dasar yang membentuk ‘positif health’, yaitu:
 Sehat Jasmani
 Sehat Mental
 Sehat Spiritual
 Kesejahteraan sosial
2. Pengertian sehat menurut UU No.23 / 1992
Pengertian sehat menurut UU No. 23/1992 adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Artinya seseorang di katakan sehat jika tubuh, jiwa dan kehidupan sosialnya berjalan
dengan normal dan sebagaimana mestinya. Jika salah satu komponen tersebut
terganggu, maka kehidupannya akan menjadi tidak sehat.
3. Pengertian sehat menurut MUI
MUI dalam MUNAS Ulama 1983 mendefinisikan sehat sebagai ketahanan
“jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang
wajib disyukuri, dijaga, di pelihara, di kembangkan serta diamalkan sesuai dengan
tuntunan-Nya.
4. Pengertian sehat menurut Paune (1983)
Menurut Paune (1983), sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber
perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan perawatan diri ( self care
actions). Sumber perawatan diri (Self care Resouces) mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Sedangkan Self care Actions merupakan perilaku yang sesuai
dengan tujuan yang diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.

B. Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat. Secar sederhana, sakit merupakan
suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah
untuk menentukan kondisi sakit adalah jika terjadi perubahan dari rata-rata nilai normal
yang telah ditetapkan. Ada beberapa definisi mengenai sakit yang dapat dijadikan acuan
yaitu:
1. Menurut Parson. Ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk
jumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian.
2. Menurut Bauman. Ada tiga kriteria keadaan sakit yaitu adanya gejala, presepsi
tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan kemampuan beraktifitas sehari-hari yang
menurun.
3. Menurut Batasan Medis. Ada dua bukti adanya sakit yaitu adanya tanda dan gejala
4. Menurut Perkins. Suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani
maupun sosial.

Penyakit jasmani seringkali diikuti oleh gangguan rohani. Misalnya, penyakit infeksi dapat
menyerang pada otak penderita, sehingga timbul gangguan kesadaran seperti membuat rebut,
ataupun sebaliknya menjadi pendiam. Mungkin pula penderita penyakit jiwa, kemudian menderita
penyakit jasmani, misalnya, karena tidak mau makan. Hubungan erat antara jiwa dan raga terdapat
pada berbagai penyakit psikomatis. Pengetahuan ini agak dan berdasarkan pandangan bahwa ada
unity of psycho dan soma, of mind and body yakni adanya kesatuan antara rohani (psike) dan
jasmani (soma) yang tidak dapat dipisahkan. Kesatuan ini, misalnya, agak tampak pada penyakit
asthma bronchiale, karena timbulnya serangan asthma sering mempunyai latar belakang rohani.
Pengetahuan tentang kesatuan psikosomatis menganjurkan supaya dalam pengobatan seorang
pasiaen selalu diperhatikan latar belakang rohaninya. (R. Admiral Surasetja, 1989 : 4)

Usaha pemberantasan penyakit terdiri dari beberapa usaha pokok seperti berikut ini :

1. Pendidikan kesehatan.
Dengan jalan memberikan penerangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kesehatan yang terkandung dalam ilmu hidup sehat (hygiene) dengan maksud dapat
membantu perorangan dan masyarakat dalam mencapai nilai kesehatan yang wajar melalui
usaha sendiri.
2. Member perlindungan khusus terhadap penyakit-penyakit, misalnya :
a. Dengan mempertinggi daya tangkais sebelum sakit, dengan jalan imunisasi.
b. Mengisolasikan yang menderita penyakit menular, dan menyehatkan lingkungan
hidup.
3. Penyelidikan penyakit dalam masa permulaan dengan saksama, diikuti pengobatan dan
pencegahan yang tepat.
4. Pembatasan terjadinya cacat dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna.
5. Usaha rehabilitasi yakni orang-orang yang baru sembuh diberi perawatan sedemikian rupa
sehingga ia menjadi sehat kembali, selanjutnya dijaga agar penyakit itu tidak kambuh lagi.
(Prof. Leavell, dalam R. Admiral Surasetja, 1989)

C. Faktor Penyebab Sakit dan Penyakit


Menurut Hendrik L. Bloom ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan
masyakarat, yaitu herediter (keturunan), layanan kesehatan, lingkungan, dan perilaku. Dari
keempat faktor tersebut dapat dilihat bahwa faktor yang paling mempengaruhi derajat
kesehatan adalah faktor lingkungan, kemudian disusul oleh faktor perilaku, pelayanan
kesehatan dan terakhir keturunan. Uraian faktor – faktor tersebut adalah :
1. Keturunan. Secara sederhana, penyakit pada manusia dapat dibagi kedalam beberapa
kategori, salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor gen. Penyakit ini
juga disebut sebagai penyakit herediter atau keturunan. Contoh penyakit ini antara lain
diabetes mellitus, albino, dan penyakit Wilson.
2. Layanan Kesehatan. Layanan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan
seseorang. Beberapa aspek layanan kesehatan yang dapat mempengaruhi status
kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Tempat layanan kesehatan. Letak geografis tempat layanan kesehatan sangat
mempengaruhi keterjangkauan seseorang terhadap layanan kesehatan. Jika letak
layanan kesehatan terlalu jauh dari pemukiman masyarakat, apalagi jika
transportasi tidak memadai akan menghambat pertolongan-segera saat seseorang
menderita sakit. Akibatnya, kondisi seseorang akan bertambah parah.
b. Kualitas petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang tidak memiliki kompetensi
yang berkualitas, akan membahayakan pasien, karena seorang pasien akan pasrah
terhadap tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
c. Biaya kesehatan. Tingginya biaya pengobatan akan menyebabkan seseorang
enggan untuk memanfaatkan layanan kesehatan, karena keadaan ekonomi yang
rendah tidak memungkinkan mereka untuk menjangkau layanan kesehatan.
d. Sistem layanan kesehatan. Layanan kesehatan terdepan bukan hanya focus pada
pengobatan, tetapi juga pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, untuk itu
layanan kesehatan juga harus berorientasi pada peningkatan kualitas hidup
masyarakat.
3. Lingkungan. Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap status kesehatan
seseorang.

4. Perilaku. Sehat atau sakitnya seseorang dipengaruhi oleh perilakunya.jika perilaku


sehat dapat dipastikan akan akan sehat hidupnya. Begitu juga sebaliknya. Perilaku
manusia buka sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh banyak factor,
seperti pendidikan, adat istiadat, kepercayaan, dan sosial ekonomi.

2.4.1 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Menurut Becker (1979)

Sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997) bahwa klasifikasi perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan adalah :
1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu perilaku individu yang ada kaitannya dengan
health promotion, health prevention, personal hygiene, memilih makanan, dan sanitasi.
2. Perilaku sakit (illness behavior), yaitu semua aktivitas yang dilakukan oleh individu yang
merasa sakit untuk mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakitnya, pengetahuan dan
kemampuan individu untuk mengenal penyakit, pengetahuan, dan kemampuan individu
tentang penyebab penyakit, dan usuah-usaha untuk mencegah penyakit.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas individu yang sedang
menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh
terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama
pada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggungjawab terhadap
kesehatannya.

2.4.1 Penyebab Perilaku Sakit

Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa perilaku sakit
adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh
kesembuhan ada beberapa penyebab perilaku sakit sebagai berikut.

1. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan normal.
2. Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan dengan
keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
4. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat dilihat.
5. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
6. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.
7. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
8. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
9. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas, tenaga, obat-obatan,
biaya, dan transportasi.

2.5 Peranan Sakit

Ada beberapa hal tentang peranan sakit, yaitu:

1. Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behavior)

Dalam klasifikasi perilaku kesehatan Becker (1979) ada tiga perilaku, yaitu perilaku kesehatan
(health behavior), perilaku sakit (illness behavior), dan perilaku peran sakit (the sick role
behavior) perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas individu yang sedang
menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh terhadap
kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama pada anak-anak
yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

2. Peranan Orang Sakit (The Sick Role)


Orang yang berpenyakit (having a diseases) dan orang yang sakit (having an illness) adalah dua
hal yang berbeda. Berpenyakit adalah suatu kondisi patologis yang obyektif, sedangkan sakit
adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat-sakit. Dua orang atau lebih secara
patologis menderita suatu jenis penyakit tertentu yang sama, bisa jadi orang yang satu akan merasa
lebih sakit dari yang lain, dan bahkan orang yang satu lagi tidak merasa sakit. Hal ini disebabkan
evaluasi atau persepsi mereka berbeda seorang dengan yang lain. Orang yang berpenyakit belum
tentu akan mengakibatkan berubahnya peranan orang tersebut dalam masyarakat. Sedangkan
orang yang sakit akan menyebabkan perubahan peranannya di dalam masyarakat maupun di dalam
lingkungan keluarganya dan memasuki posisi baru. Posisi baru ini menurut peranan yang baru
pula. Peranan baru dari orang sakit (pasien) harus mendapatkan suatu pengakuan dan dukungan
dari anggota keluarga, masyarakat yang sehat dan secara wajar.

3. Hak-Hak Orang Sakit

Hak orang sedang sakit yang pertama dan utama adalah bebas dari segala tanggungjawab sosial
yang normal. Artinya orang yang baru sakit mempunyai hak untuk melakukan perkerjaan sehari-
hari yang biasanya ia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidak mutlak, maksudnya, tergantung
dari tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakitnya tersebut. Apabila tingkat
keparahannya masih rendah orang tersebut mungkin tidak perlu menuntut haknya. Dan seandainya
mau menuntut harus tidak secara penuh, maksudnya ia tetap berada di dalam posisinya, tetapi
peranannya dikurangi, dalam arti volume dan frekuensi kerjanya dikurangi.

4. Kewajiban-Kewajiban Orang Sakit

Disamping haknya yang dapat dituntut, orang yang sedang sakit juga mempunyai kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi. Pertama, orang yang sedang sakit mempunyai kewajiban untuk
sembuh dari penyakitnya. Memperoleh kesembuhan bukanlah hak penderita, tetapi kewajiban
penderita. Mengapa? Karena kita manusia diberi kesempurnaan dan kesehatan oleh Tuhan. Secara
alamiah manusia itu sehat, adapun menjadi jatuh sakit sebenarnaya kesalahan manusia sendiri.
Oleh karena itu, bila ia jatuh sakit ia berkewajiaban untuk mengembalikan posisinya keadaan
sehat. Manusia berkewajiban untuk selalu sehat.

Daftar Pustaka

Notoatmodjo, Soekidjo.1990. Pengantar Perilaku Kesehatan. Depok : Jurusan Pendidikan


Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Surasetja, R. Admiral. 1983. Ilmu Penyakit Dasar. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Azizah, Nurlela. 2008. Pengertian dan Definisi Sehat. (online)
(http://www.kamusq.com/2013/08/sehat-adalah-pengertian-dan-
definisi.html#sthash.iHECjVBh.dpuf) diakses 5 Desember 2013.

Anda mungkin juga menyukai