Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kesinambungan Usaha (Going Concern).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini:
1. Ibu Dhini Suryandari M.Si., Ak., Ca., Qia selaku dosen pengampu mata kuliah Auditing di
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan Penulis kesempatan
serta motivasi untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Bapak dan ibu yang telah memberikan doa serta dukungan motivasi kepada Penulis.
3. Teman kelompok yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah yang telah disusun masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan makalah
ini. Penulis selalu berharap, makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
serta informasi kepada pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap entitas bisnis memiliki tujuannya masing-masing. Untuk mencapai tujuan itu,
perusahaan harus mengusahakan usahanya terus berlanjut atau yang sering disebut
kesinambungan usaha atau going concern. Manajemen dalam membuat laporan
keuangan berasumsi bahwa usahanya akan tetap berlanjut dimasa mendatang.
Manajemen juga membutuhkan audit untuk memeriksa apakah perusahaan akan tetap
berlanjut bukan hanya dengan melihat laporan keuangan, tapi juga dengan peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi di perusahaan. International Federation of Accountants
(IFAC) telah mengeluarkan International standart auditing sebagai pedoman dalam
melakukan tugasnya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui filosofi kesinambungan usaha.
1.3.2 Untuk mengetahui tanggung jawab auditor dalam menilai kesinambungan usaha.
1.3.3 Untuk mengetahui prosedur audit kesinambungan usaha.
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Lebih lanjut ISA 570 menjelaskan beberapa laporan keuangan mengandung ketentuan
eksplisit bagi manajemen untuk menilai secara spesifik kemampuan entitas melanjutkan
usahanya, standar-standar yang dipetimbangkan dan pengungkapan yang harus dilakukan
sehubungan dengan kesinambungan usaha. Asumsi kesinambungan usaha diperlukan dalam
pembuatan laporan keuangan karena kesinambungan usaha merupakan prinsip dasar
pembuatan laporan keuangan. Menurut John a, dan Philip Kolter entitas mengakui atas faktor-
faktos sosial, ekonomi, lingkungan dan etislah yang berpengaruh langsung terhadap strategi
bisnis. Faktor-faktor tersebut antara lain bagaimana cara menarik dan mempertahankan
karyawan, serta cara perusahaan mengelola risiko dan menciptakan peluang dari perubahan
iklim. Kesinambungan usaha terdiri atas sejumlah komponen, termasuk strategi yang benar-
benar responsif, kokok, dan tahan banting. Menjaga asset tetap terpelihara dengan baik,
menghasilkan produk, dan jasa yang inovatif secara terus menerus, serta membangun reputasi
yang bagus di mata konsumen, karyawan, distributor, dan pemasok, pemerintah, serta
pemangku kepentingan lain yang menanamkan modal dalam perusahaan mutlak penting untuk
menciptakan strategi semacam itu.
Prosedur Audit adalah tindakan, mateode, atau teknik yang dilakukan auditor untuk
mendapatkan informasi serta mengevaluasi kinerja entitas agar tercapainya kesinambungan
usaha.
Berdasarkan terjemahan beberapa alinea di atas dapat disusun alur proses penilaian
risiko secara ringkas, sebagai berikut:
Mempertimb
Penilaian Membahas
angkan Ya
pendahuluan penilaian dengan
kondisi usaha
manajemen,
atas
identifikasi, dan
kesinambung
menyusun
an usaha
rencana
Tidak
Menanyakan
kondisi
Membahas dengan sesudah
manajemen dasar penilaian
rencana kepada
penggunaan manajemen
asumsi usaha
berkesinambungan
Auditor harus selalu waspada selama proses audit mengenai kondisi yang memungkinkan
munculnya keraguan yang mengancam kesinambungan usahanya.
2. Risk Response ( Menanggapi Risiko )
Setelah melakukan penilaian terhadap risiko, auditor berkewajiban memberikan
tanggapan terhadap peristiwa atau kondisi yang muncul yang memungkinkan akan
menimbulkan keraguan terhadap kesinambungan usaha. Berikut merupakan langkah-
langkah yang dilakukan dalam menanggapi risiko:
a. Apabila manajemen belum melakukan penilaian mengenai kemampuan entitas
dalam melanjutkan usahanya secara berkesinambungan, maka auditor meminta
manajemen untuk melakukan penilaian.
b. Mengevaluasi rencana manajemen untuk masa yang akan datang sehubungan
dengan kemampuan entitas untuk mengetahui apakah rencana tersebut masih
dapat memperbaiki kondisi.
c. Apabila entitas sudah menyiapkan prakiraan arus kas, dan analisis prakiraan itu
merupakan faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan dampak
dikemudian hari (Future Outcome) dari peristiwa atau kondisi dalam
mengevaluasi rencana manajemen untuk tindakan dimasa mendatang.
d. Pertimbangan apakah fakta atau informasi tambahan tersedia, sejak tanggal
manajemen melaksanakan penilaian.
e. Auditor meminta representatif tertulis dari manajemen mengenai rencana untuk
tindakan dimasa mendatang dan tentang feasibility dari rencana tersebut.
Mempertimbang
Representatif
kan informasi
tertulis
tambahan
3. Reporting ( Pelaporan )
Langkah terakhir yang dilakukan oleh auditor dalam proses audit adalah melaporkan
kesimpulan. Kesimpulan auditor dan kewajiban pelaporannya mengenai
kesinambungan usaha berdasarkan ISA 570 alinea 17 sampai dengan 24 yang dikutip
dalam Theodorus M. Tuanakotta (2015) sebagai berikut:
ISA 570.17 : berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor wajib menyimpulkan
apakah, menurut pendapat auditor, ada ketidakpastian material terkait
peristiwa atau kondisi yang sendiri-sendiri atau bersama, dapat
menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk
melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Ketidakpastian
material ada/terjadi jika besaran dari dampak potensial dan
kemungkinan terjadinya sedemikian rupa sehingga menurut auditor
harus ada pengungkapan yang tepat mengenai sifat dan implikasi dari
ketidakpastian tersebut, untuk:
a. Dalam hal kerangka pelaporan keuangan dengan penyajian wajar,
tercapainya penyajian yang wajar (fair representatif) dari laporan
keuangan; atau
b. Dalam hal kerangka pelaporan keuangan dengan kepatuhan, agar
laporan keuangan tidak menyesatkan.
ISA 570.18 : Jika auditor menyimpulkan asumsi kesinambungan usaha memang tepat
dalam situasi tersebut, namun ada ketidakpastian material, auditor wajib
menentukan apakah laporan keuangan:
a. Menjelaskan dengan cukup peristiwa atau kondisi yang
menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk
melanjutkan usahanya secara berkesinambungan dan rencana
manajemen untuk menyelesaikan peristiwa atau kondisi tersebut;
dan
b. Mengungkapkan dengan jelas adanya ketidakpastian material
berkaitan dengan peristiwa atau kondisi yang menimbulkan
keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan
usahanya secara berkesinambungan dan, karenanya, entitas
mungkin tidak mampu merealisasi aset dan menyelesaikan
kewajibannyadalam kegiatan bisnisnya yang normal.
ISA 570.19 : Jika pengungkapan yang sudah cukup dibuat dalam laporan keuangan,
auditor wajib memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi (pendapat
wajar tanpa pengecualian) dan mencantumkan alinea penekanan
mengenai suatu hal ( Emphasis of Matter paragraph ) dalam laporan
auditor untuk:
a. Menekankan adanya ketidakpastian material berkaitan dengan
peristiwa atau kondisi yang menimbulkan keraguan besar mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya secara
berkesinambungan; dan
b. Menarik perhatian ( pembaca ) pada catatan atas laporan keuangan
yang mengungkapkan hal-hal yang disyaratkan dalam alinea 18.
ISA 570.20 : Jika pengungkapan tidak cukup dibuat dalam laporan keuangan, auditor
wajib memberikan pendapat Wajar Dengan Pengecualian ( WDP ) atau
pendapat Tidak Wajar ( TW ), tergantung mana yang tepat, sesuai
dengan ISA 705. Auditor wajib menyatakan dalam laporan auditor
adanya ketidakpastian material yang berkaitan dengan peristiwa atau
kondisi yang menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan
entitas untuk melanjutkan usahanya secara berkesinambungan.
ISA 570.21 : Jika laporan keuangan dibuat dengan dasar kesinambungan usaha, yang
menurut auditor, penggunaan asumsi kesinambungan usaha oleh
manajemen adalah tidak tepat, wajib memberikan pendapat Tidak Wajar
( TW ).
ISA 570.22 : Jika manajemen tidak bersedia membuat atau memperluas penilaiannya
ketika diminta oleh auditor, auditor wajib mempertimbangkan
implikasinya terhadap laporan auditor.
ISA 570.23 : Kecuali jika semua TWCG ( Those Charged with Governance ) terlibat
dalam pengelolaan entitas, auditor wajib mengomunikasikan dengan
TWCG peristiwa atau kondisi yang diidentifikasikan menimbulkan
keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan
usahanya secara berkesinambungan. Komunikasi dengan TCWG itu
akan meliputi:
a. Apakah peristiwa atau kondisi tersebut merupakan ketidakpastian
material
b. Apakah asumsi kesinambungan usaha sudah tepat dalam membuat
dan menyajikan laporan keuangan; dan
c. Kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan.
ISA 570.24 : Jika ada penundaan dalam persetujuan mengenai laporan keuangan oleh
manajemen atau TCWG ( Those Charged with Governance ) sesudah
tanggal laporan keuangan, auditor wajib menanyakan alasan untuk
penundaan tersebut. Jika auditor percaya bahwa penundaan tersebut
berkaitan dengan peristiwa atau kondisi dalam penilaian mengenai
kesinambungan usaha, auditor wajib melakukan prosedur audit lanjutan,
seperti dijelaskan dalam alinea 16, dan juga mempertimbangkan
dampaknya terhadap kesimpulan auditor mengenai adanya
ketidakpastian material, seperti dijelaskan dalam alinea 17.
Tidak
Pendapat WDP
atau TW dan
menyatakan
adanya
ketidakpastian
material
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik kami
butuhkan untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
http://www.ifac.org/system/files/downloads/a031-2010-iaasb-handbook-isa-570.pdf