Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kesinambungan Usaha (Going Concern).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini:

1. Ibu Dhini Suryandari M.Si., Ak., Ca., Qia selaku dosen pengampu mata kuliah Auditing di
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan Penulis kesempatan
serta motivasi untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Bapak dan ibu yang telah memberikan doa serta dukungan motivasi kepada Penulis.
3. Teman kelompok yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah yang telah disusun masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan makalah
ini. Penulis selalu berharap, makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
serta informasi kepada pembaca.

Semarang, 26 November 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Usaha

Setiap entitas bisnis memiliki tujuannya masing-masing. Untuk mencapai tujuan itu,
perusahaan harus mengusahakan usahanya terus berlanjut atau yang sering disebut
kesinambungan usaha atau going concern. Manajemen dalam membuat laporan
keuangan berasumsi bahwa usahanya akan tetap berlanjut dimasa mendatang.
Manajemen juga membutuhkan audit untuk memeriksa apakah perusahaan akan tetap
berlanjut bukan hanya dengan melihat laporan keuangan, tapi juga dengan peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi di perusahaan. International Federation of Accountants
(IFAC) telah mengeluarkan International standart auditing sebagai pedoman dalam
melakukan tugasnya.

Dalam menilai kesinambungan usaha, auditor perpedoman kepada ISA No.


507 yang menerangkan tentang tahap-tahap dalam melakukan auditing suatu
perusahaan. Auditor harus memberikan penilaian yang objektif apakah perusahaan itu
dapat berlanjut atau tidak. Sehingga data tersebut dapat digunakan oleh pihak internal
ataupun pihak eksternal dalam mengambil keputusan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa filosofi kesinambungan usaha?
1.2.2 Apa tanggung jawab auditor dalam menilai kesinambungan usaha?
1.2.3 Bagaimana prosedur audit kesinambungan usaha?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui filosofi kesinambungan usaha.
1.3.2 Untuk mengetahui tanggung jawab auditor dalam menilai kesinambungan usaha.
1.3.3 Untuk mengetahui prosedur audit kesinambungan usaha.

1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filosofi Dasar Kesinambungan Usaha


Dalam ISA 570 menjelaskan kelangsungan usaha diasumsikan bahwa entitas
memandang usahanya akan terus berlajalan di masa mendatang. Tujuan umum laporan
keuangan disusun atas dasar kelangsungan usaha, kecuali manajemen mempunyai maksud
untuk melikuidasi entitas, menghentikan operasi, atau tidak memiliki alternatif yang realistis
untuk melangsungkan usahanya lagi. Jika tidak ada asumsi ini, berarti tidak akan ada
penyusutan atas asset tetap karena asset tetap yang dibeli tidak akan dicatat sebesar harga
perolehannya, melainkan dicatat sebesar nilai pada saat perusahaan dilikuidasi (Hery,2016).

Lebih lanjut ISA 570 menjelaskan beberapa laporan keuangan mengandung ketentuan
eksplisit bagi manajemen untuk menilai secara spesifik kemampuan entitas melanjutkan
usahanya, standar-standar yang dipetimbangkan dan pengungkapan yang harus dilakukan
sehubungan dengan kesinambungan usaha. Asumsi kesinambungan usaha diperlukan dalam
pembuatan laporan keuangan karena kesinambungan usaha merupakan prinsip dasar
pembuatan laporan keuangan. Menurut John a, dan Philip Kolter entitas mengakui atas faktor-
faktos sosial, ekonomi, lingkungan dan etislah yang berpengaruh langsung terhadap strategi
bisnis. Faktor-faktor tersebut antara lain bagaimana cara menarik dan mempertahankan
karyawan, serta cara perusahaan mengelola risiko dan menciptakan peluang dari perubahan
iklim. Kesinambungan usaha terdiri atas sejumlah komponen, termasuk strategi yang benar-
benar responsif, kokok, dan tahan banting. Menjaga asset tetap terpelihara dengan baik,
menghasilkan produk, dan jasa yang inovatif secara terus menerus, serta membangun reputasi
yang bagus di mata konsumen, karyawan, distributor, dan pemasok, pemerintah, serta
pemangku kepentingan lain yang menanamkan modal dalam perusahaan mutlak penting untuk
menciptakan strategi semacam itu.

Memahami Tanggung Jawab Auditor Dalam Menilai Kesinambungan Usaha.

1. Asumsi Dalam Kesinambungan Usaha


Pada setiap Entitas dianggap mempunyai usaha yang kesinambungan dalam waktu
dekat di masa yang akan datang. Laporan Keuangan memliki tujuan umum dibuat
dengan kesinambngan usaha, kecuali dari pihak manajemen mempunyai rencana untuk
melikuidasi entitas atau berhenti operasi. Laporan keuangan yang mempunyai tujuan
khusus dapat atau tidak dapat dibuat dengan kerangka pelaporan keuangan dimana
pasar kesinambungan usaha itu relavan, seperti dasar kesinambungan usaha tidak
relevan dengan laporan keuangan yang telah dibuat atas dasar basis pajak di sebuah
negara.

2. Tujuan Auditor Dalam Kesinambungan Usaha


a. Memperoleh bukti audit yang cukup dan relevan mengenai tepat tidaknya
penggunaan kesinambungan usaha oleh pihak manajemen dalam membuat laporan
keuangan.
b. Menghasilkan Kesimpulan berdasarkan bukti audit yang telah diperoleh, apakah
ada ketidakpastian material tentang peristiwa yang memungkinan dapat
menimbulkan keraguan tentang kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya
sebagai usaha yang berkesinambungan.
c. Mampu Menentukan Implikasinya terhadap laporan audit.

3. Keraguan besar dalam asumsi Kesinambungan usaha.


a. Indikator Keuangan
- Posisi Utang Lancar Bersih
- Peminjaman yang telah mendekati tanggal jatuh tempo tanpa adanya prospek
yang realistis untuk perpanjangan untuk membelanjai asset tetap.
- Indikasi penarikan dukungan dari para kreditur
- Arus kas operasional yang negatif
- Rasio keuangan utama yang buruk
- Kerugiaan operasional yang besar
- Penurunan nilai asset agar menghasilkan arus kas
- Menunggak pembayaran deviden
- Ketidakmampuan membayar para kreditur pada jatuh tempo
- Ketidakmampuan memenuhi syarat-syarat pinjaman
b. Indikator Operasional
- Recana manajemen untuk melikuidasi entitas atau berhenti operasi.
- Hilangnya anggota manajemen tanpa adanya penggani.
- Kehilangan pasar, pelanggan utama, license, atau pemasok utama.
- Kurangnya jumlah pemasok untuk bahan baku dan mesin yang sangat penting.
- Kesulitan dalam SDM, mogok kerja, bentrok internal.
- Munculnya pesaing baru yang lebih sukses.
- Ketidaktaatan mengenai kewajiban permodalan
- Keidakpatuhan terhadap perundangan – undangan tentang anggaran dasar.
- Kebijakan pemerintah yang berdampak buruk terhadap operasional bagi entitas.

Bencana besar yang tidak diasuransikan.

Prosedur Audit atas Kesinambungan Usaha ( Going Concern )

Prosedur Audit adalah tindakan, mateode, atau teknik yang dilakukan auditor untuk
mendapatkan informasi serta mengevaluasi kinerja entitas agar tercapainya kesinambungan
usaha.

Terdapat tiga tahap dalam proses audit atas kesinambungan usaha:

1. Risk Assessment ( Penilaian Risiko )


Dalam melaksanakan proses audit yang pertama kali harus dilakukan oleh auditor
adalah melakukan penilaian risiko terhadap usaha yang diharapkan akan menjadi usaha
yang berkesinambungan. Dalam melakukan penilaian risiko auditor dapat melakukan
penilaian berdasarkan hal-hal yang diwajibkan dalam ISA 570.10 dan ISA 570.11.
Berikut merupakan terjemahan beberapa alinea ISA 570.10 dan ISA 570.11 yang
dikutip dalam Theodorus M. Tuanakotta (2015):
ISA 570.10 : Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko sesuai ISA 315, auditor
wajib mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang
mungkin menimbulkan keraguan mengenai kemampuan entitas untuk
melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan. Dalam
melakukan hal itu, auditor wajib menentukan apakah manajemen sudah
melaksanakan penilaian pendahuluan tentang kemampuan entitas untuk
melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan, dan:
a. Jika penilaian (pendahuluan) itu sudah dilaksanakan, auditor wajib
membahas penilaian itu dengan manajemen dan menentukan apakah
manajemen sudah mengidentifikasi peristiwa atau kondisi, yang
masing-masing atau secara bersamaan, usahanya sebagai usaha
yang berkesinambungan dan, jika demikian, rencana manajemen
untuk mengenai masalah itu; atau
b. Jika penilain (pendahuluan) itu belum dilaksanakan, auditor wajib
membahas dengan manajemen dasar untuk rencana penggunaan
asumsi usaha berkesinambungan, dan bertanya kepada manajemen
apakah peristiwa atau kondisi, yang masing-masing atau secara
bersama, mungkin menimbulkan keraguan mengenai kemampuan
entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan.
ISA 570.11 : Auditor wajib senantiasa waspada, terhadap bukti audit mengenai
peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan.

Berdasarkan terjemahan beberapa alinea di atas dapat disusun alur proses penilaian
risiko secara ringkas, sebagai berikut:

Mempertimb
Penilaian Membahas
angkan Ya
pendahuluan penilaian dengan
kondisi usaha
manajemen,
atas
identifikasi, dan
kesinambung
menyusun
an usaha
rencana
Tidak

Menanyakan
kondisi
Membahas dengan sesudah
manajemen dasar penilaian
rencana kepada
penggunaan manajemen
asumsi usaha
berkesinambungan

Auditor harus selalu waspada selama proses audit mengenai kondisi yang memungkinkan
munculnya keraguan yang mengancam kesinambungan usahanya.
2. Risk Response ( Menanggapi Risiko )
Setelah melakukan penilaian terhadap risiko, auditor berkewajiban memberikan
tanggapan terhadap peristiwa atau kondisi yang muncul yang memungkinkan akan
menimbulkan keraguan terhadap kesinambungan usaha. Berikut merupakan langkah-
langkah yang dilakukan dalam menanggapi risiko:
a. Apabila manajemen belum melakukan penilaian mengenai kemampuan entitas
dalam melanjutkan usahanya secara berkesinambungan, maka auditor meminta
manajemen untuk melakukan penilaian.
b. Mengevaluasi rencana manajemen untuk masa yang akan datang sehubungan
dengan kemampuan entitas untuk mengetahui apakah rencana tersebut masih
dapat memperbaiki kondisi.
c. Apabila entitas sudah menyiapkan prakiraan arus kas, dan analisis prakiraan itu
merupakan faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan dampak
dikemudian hari (Future Outcome) dari peristiwa atau kondisi dalam
mengevaluasi rencana manajemen untuk tindakan dimasa mendatang.
d. Pertimbangan apakah fakta atau informasi tambahan tersedia, sejak tanggal
manajemen melaksanakan penilaian.
e. Auditor meminta representatif tertulis dari manajemen mengenai rencana untuk
tindakan dimasa mendatang dan tentang feasibility dari rencana tersebut.

Berdasarkan terjemahan beberapa alinea di atas dapat disusun alur proses


menanggapi risiko secara ringkas, sebagai berikut:

Penilaian Risiko Evaluasi Analisis


Prakiraan arus
kas,

Mempertimbang
Representatif
kan informasi
tertulis
tambahan
3. Reporting ( Pelaporan )
Langkah terakhir yang dilakukan oleh auditor dalam proses audit adalah melaporkan
kesimpulan. Kesimpulan auditor dan kewajiban pelaporannya mengenai
kesinambungan usaha berdasarkan ISA 570 alinea 17 sampai dengan 24 yang dikutip
dalam Theodorus M. Tuanakotta (2015) sebagai berikut:
ISA 570.17 : berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor wajib menyimpulkan
apakah, menurut pendapat auditor, ada ketidakpastian material terkait
peristiwa atau kondisi yang sendiri-sendiri atau bersama, dapat
menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk
melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Ketidakpastian
material ada/terjadi jika besaran dari dampak potensial dan
kemungkinan terjadinya sedemikian rupa sehingga menurut auditor
harus ada pengungkapan yang tepat mengenai sifat dan implikasi dari
ketidakpastian tersebut, untuk:
a. Dalam hal kerangka pelaporan keuangan dengan penyajian wajar,
tercapainya penyajian yang wajar (fair representatif) dari laporan
keuangan; atau
b. Dalam hal kerangka pelaporan keuangan dengan kepatuhan, agar
laporan keuangan tidak menyesatkan.
ISA 570.18 : Jika auditor menyimpulkan asumsi kesinambungan usaha memang tepat
dalam situasi tersebut, namun ada ketidakpastian material, auditor wajib
menentukan apakah laporan keuangan:
a. Menjelaskan dengan cukup peristiwa atau kondisi yang
menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk
melanjutkan usahanya secara berkesinambungan dan rencana
manajemen untuk menyelesaikan peristiwa atau kondisi tersebut;
dan
b. Mengungkapkan dengan jelas adanya ketidakpastian material
berkaitan dengan peristiwa atau kondisi yang menimbulkan
keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan
usahanya secara berkesinambungan dan, karenanya, entitas
mungkin tidak mampu merealisasi aset dan menyelesaikan
kewajibannyadalam kegiatan bisnisnya yang normal.
ISA 570.19 : Jika pengungkapan yang sudah cukup dibuat dalam laporan keuangan,
auditor wajib memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi (pendapat
wajar tanpa pengecualian) dan mencantumkan alinea penekanan
mengenai suatu hal ( Emphasis of Matter paragraph ) dalam laporan
auditor untuk:
a. Menekankan adanya ketidakpastian material berkaitan dengan
peristiwa atau kondisi yang menimbulkan keraguan besar mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya secara
berkesinambungan; dan
b. Menarik perhatian ( pembaca ) pada catatan atas laporan keuangan
yang mengungkapkan hal-hal yang disyaratkan dalam alinea 18.
ISA 570.20 : Jika pengungkapan tidak cukup dibuat dalam laporan keuangan, auditor
wajib memberikan pendapat Wajar Dengan Pengecualian ( WDP ) atau
pendapat Tidak Wajar ( TW ), tergantung mana yang tepat, sesuai
dengan ISA 705. Auditor wajib menyatakan dalam laporan auditor
adanya ketidakpastian material yang berkaitan dengan peristiwa atau
kondisi yang menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan
entitas untuk melanjutkan usahanya secara berkesinambungan.
ISA 570.21 : Jika laporan keuangan dibuat dengan dasar kesinambungan usaha, yang
menurut auditor, penggunaan asumsi kesinambungan usaha oleh
manajemen adalah tidak tepat, wajib memberikan pendapat Tidak Wajar
( TW ).
ISA 570.22 : Jika manajemen tidak bersedia membuat atau memperluas penilaiannya
ketika diminta oleh auditor, auditor wajib mempertimbangkan
implikasinya terhadap laporan auditor.
ISA 570.23 : Kecuali jika semua TWCG ( Those Charged with Governance ) terlibat
dalam pengelolaan entitas, auditor wajib mengomunikasikan dengan
TWCG peristiwa atau kondisi yang diidentifikasikan menimbulkan
keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan
usahanya secara berkesinambungan. Komunikasi dengan TCWG itu
akan meliputi:
a. Apakah peristiwa atau kondisi tersebut merupakan ketidakpastian
material
b. Apakah asumsi kesinambungan usaha sudah tepat dalam membuat
dan menyajikan laporan keuangan; dan
c. Kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan.
ISA 570.24 : Jika ada penundaan dalam persetujuan mengenai laporan keuangan oleh
manajemen atau TCWG ( Those Charged with Governance ) sesudah
tanggal laporan keuangan, auditor wajib menanyakan alasan untuk
penundaan tersebut. Jika auditor percaya bahwa penundaan tersebut
berkaitan dengan peristiwa atau kondisi dalam penilaian mengenai
kesinambungan usaha, auditor wajib melakukan prosedur audit lanjutan,
seperti dijelaskan dalam alinea 16, dan juga mempertimbangkan
dampaknya terhadap kesimpulan auditor mengenai adanya
ketidakpastian material, seperti dijelaskan dalam alinea 17.

Berdasarkan terjemahan beberapa alinea di atas dapat disusun alur proses


pelaporan secara ringkas, sebagai berikut:

Menyimpulkan Laporan Pendapat


ada/tidaknya keuangan WTP dengan
Ya
ketidakpastian diungkapkan penekanan
material secara penuh mengenai
suatu hal

Tidak

Pendapat WDP
atau TW dan
menyatakan
adanya
ketidakpastian
material

Apabali terjadi kekeliruan dalam menggunakan asumsi usaha kesinambungan


maka diberikan pendapat TW
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya tidak hanya untuk menghasilkan


keuntungan, tetapi juga bertujuan untuk menjaga kesinambungan usahanya. Kesinambungan
usaha merupakan suatu asumsi yang memandang suatu entitas sebagai suatu usaha yang
berkesinambungan di masa mendatang di depan mata tanpa adanya niatan untuk melikuidasi
entitas, berhenti beroperasi, atau meminta perlindungan kepada kreditur sesuai dengan
ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Terdapat tiga tahapan dalam
prosedur audit atas kesinambungan usaha, yaitu Risk Assessment ( Penilaian Risiko ), Risk
Response ( Menanggapi Risiko ), dan Reporting ( Pelaporan ). Para auditor bertanggung jawab
atas kesinambungan usaha untuk memeriksa serta mengevaluasi kinerja usahanya agar dapat
menjaga kelangsungan hidup usahanya.

Saran

Setiap perusahaan hendaknya melaksanakan prosedur audit, serta bertanggung jawab


penuh untuk dapat menjaga kesinambungan usahanya. Dengan melaksanakan tiga tahap audit
di atas, diharapkan dapat memudahkan para auditor dalam mengevaluasi kinerja usahanya.
Selain itu, auditor juga harus bertanggung jawab penuh dalam menjaga kelangsungan hidup
usahanya yang dianggap sebagai usaha yang berkesinambungan.

Makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik kami
butuhkan untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
http://www.ifac.org/system/files/downloads/a031-2010-iaasb-handbook-isa-570.pdf

Anda mungkin juga menyukai