Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja Putri
1. Pengertian
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi
dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara
fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan
kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu
fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung
setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).

2. Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Sarwono (2002) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri
dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada
lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang
bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan
yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali
terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit
dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri
sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat

8
9

yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi


kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis
atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri
dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa
kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari
lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (the public).

3. Ciri Perkembangan Remaja Putri


Ciri-ciri perkembangan remaja putri menurut Hurlock (2001), antara lain :
a. Perubahan Tubuh Pada Masa Puber
1) Perubahan Ukuran Tubuh
Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubauan ukuran
tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak
perempuan, rata-rata peningkatan per tahun dalam tahun sebelum
haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5
sampai 6 inci. Dua tahun sebelum haid peningkatan rata-rata
adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama dua tahun
sebelum haid adalah 5,5 inci. Setelah haid, tingkat pertumbuhan
10

menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti sekitar


delapan belas tahun.
2) Perubahan Proporsi Tubuh
Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi
tubuh. Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil,
sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai
lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain. Badan yang kurus
dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran
pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi lebih panjang dari
badan.
3) Ciri-ciri Seks Primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber,
meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak
usia sebelah atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram; pada usia
enam belas tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tuba faloppi, telur-
telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama
bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang
adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian
pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus
secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan
hari sampai mencapai menopause. Periode haid umumnya terjadi
pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan lamanya berbeda-
beda pada tahun-tahun pertama.
4) Ciri-ciri seks sekunder
a) Pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat
membesarnyya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
bawah kulit.
b) Payudara
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga
berkembang. Puting susu membesar dan menonjol, dan dengan
11

berkembangnya kelenjarr susu, payudara menjadi lebih besar


dan lebih bulat.
c) Rambut
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai
berkembangg. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai
tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah
mulai lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih
subur, lebir kasar, lebih gelap dan agak keriting.
d) Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang
pori-pori bertambah besar.
e) Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar
keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya
menusuk sebelum dan selama masa haid.
f) Otot
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada
pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga
memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
g) Suara
Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara
serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak
perempuan.
b. Akibat Perubahan Remaja Putri Pada Masa Puber
1) Akibat terhadap keadaan fisik
Pertumbuhan yang pesat dan perubahan-perubahan tubuh
cenderung disertai kelelahan, kelesuan dan gejala-gejala buruk
lainnya. Sering terjadi gangguan pencernaann dan nafsu makan
kurang baik. Anak prapuber sering terganggu oleh perubahan-
perubahan kelenjar, besarnya, dan posisi organ-organ internal.
12

Perubahan-perubahan ini menganggu fungsi pencernaan yang


normal. Anemia sering terjadi pada masa ini, bukan karena adanya
perubahan dalam kimiawi darah tetapi kebiasaan makan yang tidak
menentu yang semakin menambah kelelahan dan kelesuan.
2) Akibat pada sikap dan perilaku
Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada
keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada
umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak
perempuan daripada anak laki-laki, sebagian disebabkan karena
anak perempuan biasanya lebih cepat matang daripada anak laki-
laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan sosial mulai
ditekankan pada perilaku anak perempuan justru pada saat anak
perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai
pembatasan. Karena mencapai masa puber lebih dulu, anak
perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku yang
menganggu daripada anak laki-laki. Tetapi perilaku anak
perempuan lebih cepat stabil daripada anak laki-laki, dan anak
perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.
c. Akibat kematangan yang menyimpang
1) Matang lebih awal versus matang terlambat
Matang lebih awal kurang menguntungkan bagi anak perempuan
daripada anak laki-laki. Anak perempuan yang matang lebih awal
berrperilaku lebih dewasa dan lebih berpengalaman, namun
penampilan dan tindakannnnya dapat menimbulkan reputasi
“kegenitan seksual”. Di samping itu, anak perempuan yang matang
lebih awal banyak mengalamis alah langkah dengan teman-
temannya dibandingkan dengan anak laki-laki yang matang lebih
awal. Anak peerempuan yang matang tidak mengalami gangguan
psikologis sebanyak anak laki-laki yang matang terlambat.
13

2) Cepat matang versus lamban matang


Tingkat kecepatan dari kematangan seksual memberi pengaruh
buruk terutama pada anak yang lamban matangnya. Meskipun anak
yang cepat matang kadang-kadang secara emosional terganggu
oleh ketakutan dan kejanggalannya dan walaupun periode
meningginya emosi lebih sering terjadi dengan intensitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang lamban matang, tetapi
anak tidak pernah merasa khawatir apakah ia akan menjadi dewasa.

B. Anemia pada Remaja Putri


1. Pengertian Anemia
Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin. Kadar Hb normal pada remaja perempuan adalah 12 gr/dl.
Remaja dikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl (Proverawati & Asfuah,
2009).

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), anemia adalah istilah yang


menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan pencerminaan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis,
anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangku oksigen ke jaringan.

Perempuan lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki


Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar daripada
pada laki-laki. Perempuan setiap bulan mengalami menstruasi yang secara
otomatis mengeluarkan darah. Itulah sebabnya perempuan membutuhkan
zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula. Hal
tersebut tidak terjadi pada laki-laki. Demikian pula pada waktu kehamilan,
kebutuhan akan zat besi meningkat 3 kali dibanding dengan pada waktu
14

sebelum kehamilan. Ini berkaitan dengan kebutuhan perkembangan janin


yang dikandungnya.

2. Tanda-tanda Anemia
Menurut Proverawati & Asfuah (2009), tanda-tanda anemia pada remaja
putri adalah :
a. Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.

3. Penyebab Anemia
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena
gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein,
piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis
hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi
absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan
vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah (Almatsier,
2009).

Anemia terjadi karena produksi sel-sel darah merah tidak mencukupi, yang
disebabkan oleh faktor konsumsi zat gizi, khususnya zat besi. Pada daerah-
daerah tertentu, anemia dapat dipengaruhi oleh investasi cacing tambang.
Cacing tambang yang menempel pada dinding usus dan memakan
makanan membuat zat gizi tidak dapat diserap dengan sempurna.
Akibatnya, seseorang menderita kurang gizi, khususnya zat besi. Gigitan
cacing tambang pada dinding usus juga menyebabkan terjadinya
pendarahan sehingga akan kehilangan banyak sel darah merah. Pendarahan
dapat terjadi pada kondisi eksternal maupun internal, misalnya pada waktu
15

kecelakaan atau menstruasi yang banyak bagi perempuan remaja


(Supariasa, 2001).

Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah karena pola
konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai
sumber zat besi (non heme iron). Sedangkan daging dan protein hewani
lain (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik
(heme iron), jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan
sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat
besi (Sediaoetama, 2003).

Selain itu penyebab anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh kebutuhan


tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, kehilangan
darah karena menstruasi dan infeksi parasit(cacing). Di Indonesia
penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk
kasus anemia defisiensi besi, karena diperkirakan cacing menghisap
darah 2-100 cc setiap harinya (Proverawati & Asfuah (2009).

4. Dampak Anemia Bagi Remaja Putri


Menurut Sediaoetama (2003), dampak anemia bagi remaja putri adalah :
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahraga.
d. Mengakibatkan muka pucat.

5. Pencegahan Anemia
Menurut Almatzier (2009), cara mencegah dan mengobati anemia adalah :
a. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.
1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan
16

makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,


tempe).
2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk
dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat
besi dalam usus.
b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD).
Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet
mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat.

Wanita dan Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah Darah karena
wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk
mengganti darah yang hilang. Wanita mengalami hamil, menyusui,
sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan
sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu
mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia,
meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas
sumber daya manusia serta generasi penerus. Meningkatkan status gizi
dan kesehatan remaja putri dan wanita.

Anjuran minum yaitu minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah


seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama
haid. Minumlah Tablet Tambah Darah dengan air putih, jangan minum
dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat
besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia
seperti: kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
17

6. Kebutuhan zat besi pada remaja putri


Kebutuhan zat besi pada remaja putri dipengaruhi oleh :
a. Pertumbuhan Fisik
Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan
akan berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti faktor gizi pada
usia ini tidak memerlukan perhatian lagi. Selain itu keterlambatan
tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya akan dikejar pada usia
ini. Ini berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh
kembang tubuh berlangsung dengan sempurna. Taraf gizi seseorang,
dimana makin tinggi kebutuhan akan zat besi, misalnya pada masa
pertumbuhan, kehamilan dan penderita anemia (Moeji, 2003).
b. Aktivitas Fisik
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas tubuh
meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat (Moeji,
2003).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Anemia


Menurut Almatsier (2009), faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja
putri adalah :
1. Pengetahuan Gizi
a. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yaknik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun


orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan setiap
orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang
18

akan memiliki gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi
memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan
pemberian bahan makanan yang baik sehingga dapat mencapai
keadaan gizi yang seimbang. Tingkat pengetahuan seseorang
berhubungan dengan latar pendidikannya. Tingkat pendidikan turut
pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap pengetahuan
gizi yang diperoleh (Supariasa, 2001).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan
seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang
mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik
menafsirkan sesuatu.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dibagi menjadi enam


domain yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat itu
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang ketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap suatu objek atau materi haus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya, terhadap objek yang dipelajari.
19

3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Syntetis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun farmasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2003) faktor–faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor –
faktor sebagai berikut :
20

1) Faktor internal
a) Jasmani
Faktor jasmani di antaranya adalah keadaan indera seseorang.
b) Rohani
Faktor rohani di antaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor serta kondisi efektif dan kognitif individu.
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut.
b) Paparan Media Massa
Melalui berbagai media cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang
yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah,
pamphlet, dll) akan memperoleh informasi media ini, berarti
paparan media massa mempunyai tingkat pengetahuan yang
dimiliki seseorang.
c) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah
tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah.
Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang
termasuk kebutuhan sekunder.
d) Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal bisa
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
perkembangannya, misal sering mengikuti kegiatan yang
21

mendidik, misalnya seminar. Organisasi dapat memperluas


jangkuan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan
tersebut informasi tentang satu hal dapat diperoleh.
d. Pengukuran pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu
kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan sebagai
berikut (Wawan & Dewi, 2010) :
1) Pengetahuan baik (76-100%)
2) Pengetahuan cukup (56-75%)
3) Pengetahuan kurang (< 56%)

2. Sikap
a. Pengertian
Menurut Azwar (2009) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang
dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi
dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus
yang menghendaki adanya respons.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari


seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003).
22

b. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah :
1) Menerima (receiving) : diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding) : memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa
orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing) : mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible) : bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara
berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut
Azwar (2009) adalah :
1) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita
anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi
setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin
kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita.
23

3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita
hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi
pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai
sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan
heteroseksual.
4) Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dll mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu.
6) Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
d. Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (2009), salah satu aspek yang sangat penting guna
memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan
(assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Sesungguhnya
sikap dapat dipahami lebih daripada sekedar favorabel atau seberapa
tidak favorabelnya perasaan seseorang, lebih daridapa sekedar positif
atau seberapa negatifnya. Sikap dapat diungkap dan dipahami dari
dimensinya yang lain.
24

Beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu :


1) Arah
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah
kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah
mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak
memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orangg
yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap
berarti memiliki sikap yang arahnya positif sebaliknya mereka
yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai
memiliki sikap yang arahnya negatif.
2) Intensitas
Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap
terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin
tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap
sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif
belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang
pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat
tidak setuju. Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda
kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari aspek agak setuju
sampai pada kesetujuan yang ekstrim.
3) Keluasan
Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya
aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula
mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
Seseorang dapat mempunyai sikap favorabel terhadap program
keluarga berencana secara menyeluruh, yaitu pada semua aspek
dan kegiatan keluarga berencana sedangkan orang lain mungkin
mempunyai sikap positif yang lebih terbatas (sempit) dengan hanya
setuju pada aspek-aspek tertentu saja kegiatan program keluarga
berencana tersebut.
25

4) Konsistensi
Sikap juga konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara
pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap
objek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh
kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus
berubah, yang labil, tidak dapat bertahan lama dikatakan sebagai
sikap yang inkonsisten. Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak
adanya kebimbangan dalam bersikap. Konsistensi dalam bersikap
tdiak sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek
sikap. Sikap yang tidak konsisten, yang tidak menunjukkan
kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya, atau yang
mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu akan sulit
diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta
memprediksi perilaku individu yang bersangkutan. Harus
dibedakan antara pengertian sikap yang tidak konsisten dan
pengertian sikap yang tidak memihak. Sikap yang tidak memihak
atau netral tetap disebut sikap juga walaupun arahnya tidak positif
dan tidak negatif. Orangg dapat saja bersikap netral secara
konsisten.
5) Spontanitas
Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitas, yaittu
menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan
sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas
yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus
melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu
mengemukakannya. Hal ini tampak dari pengamatan terhadap
indikator sikap atau perilaku sewaktu individu berkesempatan
untuk mengemukakan sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala
sikap yang umumnya harus dijawab dengan ”setuju” atau ”tidak
setuju”, spontanitas sikap ini pada umumnya tidak dapat terlihat.
26

e. Pembagian sikap
Pembagian sikap menurut Azwar (2009) antara lain :
1) Sikap positif (> 50%)
2) Sikap negatif (≤ 50%)

3. Praktek pencegahan
a. Pengertian Praktek
Praktek otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan praktek menjadi nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung
(support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003).
b. Tingkatan praktek
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkatan praktek antara lain:
1) Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat
pertama.
2) Respon Terpimpin (guided respon)
Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh
merupakan indikator praktek tingkat kedua.
3) Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai praktek tingkat ketiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut.
27

c. Faktor yang Mempengaruhi Praktek


Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003)
menganalisis perilaku manusia tersebut dalam perilaku manusia pada
tingkat kesehatan. Sedangkan kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor
diluar perilaku, selanjutnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh:
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors)
Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.
2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, sumber daya/dana,
keterampilan, dan keterjangkauan.
3) Faktor-faktor penguat
Faktor-faktor ini meliputi dukungan keluarga, faktor sikap dan
perilaku tokoh masyarakat, agama, sikap dan perilaku para petugas
kesehatan termasuk juga disini undang-undang, peraturan-
peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk
berperilaku sehat masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh.

4. Pendapatan Orang tua


Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan
uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk
pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting
untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka pendapatan erat
hubungannya dengan gizi. Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga.
28

a. Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan


pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.
b. Pendapatan orang-orang miskin yang meningkat otomatis membawa
peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan


kuantitas makanan dan ada hubungannya yang erat antara pendapatan
dengan gizi. Pendapatan keluarga yang rendah akan mempengaruhi
permintaan pangan sehingga menentukan hidangan dalam keluarga
tersebut baik dari segi kualitas makanan, jumlah makan dan variasi
hidangan (Supariasa, 2001).

Kebutuhan energi dan nutrisi remaja dipengaruhi oleh uusia reproduksi,


tingkat aktivitas dan status nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan sedikit lebih
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan remaja tersebut. Remaja
yang berasal dari sosial ekonomi rendah, risiko defisiensi zat besi sebelum
hamil. Pemberian tambahan energi diberikan kepada remaja dengan berat
badan rendah. Penambahan energi didapatkan biasanya dengan
meningkatkan nafsu makan, akan tetapi seorang remaja sering terlalu
memperhatikan penambahan berat badannya. Seorang remaja dapat
mengalami peningkatan risiko defisiensi zat besi, karena kebutuhan yang
meningkat sehubungan dengan pertumbuhan (Sediaoetama, 2003).

5. Pendidikan orang tua


Tingkat pendidikan gizi merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi
masalah gizi masyarakat. Faktor masalah gizi adalah kurangnya
ketersediaan pangan, rendahnya daya beli dan rendahnya pendidikan atau
pengetahuan. Dengan adanya pendidikan diharapkan terjadinya perubahan
perilaku ke arah perbaikan konsumsi pangan dan status gizi
(Sukmadinata, 2003).
29

6. Asupan Makan
Untuk memproduksi sel darah merah, diperlukan serangkaian zat gizi.
Yang paling penting adalah zat besi, vitamin Bc (asam folat), dan vitamin
B12 (cyanocobalamine). Bahan lain yang perlu tersedia : protein,
piridoksin (vitamin B6), asam askorbat (ascorbic acid, bahan dasar
vitamin C), vitamin E, dan tembaga (Proverawati & Asfuah, 2009).

Dalam mengkonsumsi makanan, jangan hanya memperhatikan faktor yang


dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Konsumsi makanan sehari-hari
yang mengandung zat besi, tetapi juga mengandung zat penghambat yang
tinggi, dapat menyebabkan terjadinya kekurangan zat besi. Beberapa
faktor tersebut adalah tannin dalam teh, fitat, oksalat dalam sayur hijau,
polifenon dalam kedelai dan serat makanan. Zat besi dengan senyawa
tersebut akan membentuk senyawa kompleks yang sulit untuk diserap
usus (Arisman, 2004).

7. Perdarahan
Anemia yang paling umum ditemui di Indonesia adalah anemia yang
terjadi karena produksi sel-sel darah merah tidak mencukupi, yang
disebabkan oleh faktor konsumsi zat gizi, khususnya zat besi. Pada daerah-
daerah tertentu, anemia dapat dipengaruhi oleh investasi cacing tambang.
Cacing tambang yang menempel pada dinding usus dan memakan
makanan zat gizi tidak dapat diserap secara sempurna. Akibatnya,
seseorang menderita kurang gizi, khususnya zat besi. Gigitan cacing
tambang pada dinding usus juga menyebabkan terjadinya perdarahan
sehingga tubuh akan kehilangan banyak sel darah merah. Perdarahan dapat
terjadi pada kondisi internal maupun eksternal, misalnya pada waktu
kecelakaan atau menstruasi yang banyak bagi perempuan remaja.
Perdarahan dapat pula terjadi karena perdarahan kronis, yaitu perdarahan
yang terjadisedikit-sedikit akibat kanker pada saluran pencernaan, wasir,
30

dan lainnya. Perdarahan yang terjadi secara terus-menerus itulah yang


menyebabkan anemia (Arisman, 2004).

8. Konsumsi Zat Besi


Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%) dan besi
non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam
makanan. Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau,
kacang-kacangan, kentang dan serealia serta beberapa jenis buah-buahan.
Sedangkan besi hem hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara
lain daging, ikan, ayam, hati dan organ – organ lain (Almatsier, 2001).

Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar akan
bentuk tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi
makanannya. Bahkan banyak yang berdiit tanpa nasehat atau pengawasan
seorang ahli kesehatan dan gizi, sehingga pola konsumsinya sangat
menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak pantang atau tabu yang
ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran dari kawannya yang tidak
kompeten dalam soal gizi dan kesehatan, sehingga terjadi berbagai gejala
dan keluhan yang sebenarnya merupakan gejala kelainan gizi Banyak
remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan dan lebih
memilih kudapan. Padahal sebagian besar kudapan bukan hanya hampa
kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat
mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. Selain itu remaja khususnya
remaja putri semakin menggemari junk food yang sangat sedikit (bahkan
ada yang tidak ada sama sekali) kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam
folat, vitamin A dan vitamin (Djaeni, 2000).

9. Penyerapan Zat Besi


Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang
terdapat dalam daging hewan dapat diserap oleh tubuh dua kali lipat
31

daripada besi-nonhem Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor


yaitu :
a. Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang
dibutuhkan.
b. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
c. Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat
menurunkan penyerapan. Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi
Fe 2+ yang lebih mudah diserap oleh mukosa usus.
d. Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat
meningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri
menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari
makanan melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi
200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan
penyerapan besi sebesar 25-50 %.
e. Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya
kompleks besi, fosfat yang tidak dapat diserap.
f. Adanya fitat dan oksalat dalam sayuran, serta tanin dalam teh juga
akan menurunkan ketersediaan Fe.
g. Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe.
h. Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan
penyerapan Fe.
i. Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe.
32

D. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :
a. Faktor Intern :
1. Jasmani
2. Rohani
b. Faktor Ekstern :
1. Pendidikan
2. Paparan Media Massa
3. Ekonomi
4. Hubungan Sosial
5. Pengalamn

Faktor yang mempengaruhi


pembentukan sikap :
b. Pengalaman pribadi
c. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
d. Pengaruh kebudayaan Anemia pada
e. Media massa remaja putri
f. Lembaga pendidikan dan
lembaga agama
g. Pengaruh faktor emosional

Faktor yang mempengaruhi


praktek :
a. Factor predisposisi
(presdiposising factors)
b. Factor pemungkin (enabling
factors)
c. Faktor penguat

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Sukmadinata (2003), Azwar (2009),
Notoatmodjo (2003)
33

E. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini tidak ada kerangka konsep, karena jenis penelitiannya
deskriptif.

F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan, sikap
dan praktek remaja putri dalam pencegahan anemia.

Anda mungkin juga menyukai