Anda di halaman 1dari 2

CARA BERPUASA YANG BENAR

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang lima perkara. Menurut hadits dari Ibnu
‘Umar r.a., bahwa Rasulullah Saw., bersabda:

‫ وإيتاء‬,‫ وإقام الصالة‬,‫ شهادة أن الإله إالّ هللا و أن محمدا رسول هللا‬,‫بني اإلسالم على خمس‬
)‫ (رواه البخاري و مسلم‬.‫ وحج البيت‬,‫ وصيام رمضان‬,‫الزكاة‬
Artinya: “Didirikan Islam itu atas lima dasar: meyakini bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah, bahwa Muhammad itu utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Defenisi puasa yang paling praktis adalah: “meninggalkan makan, minum,
berhubungan seksual, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai matahari
terbenam. (Minhajul muslim: 302).
Adapaun pengertian ibadah yang benar (sah) menurut syara’ (hukum fiqh) adalah:
ibadah yang telah memenuhi syarat dan rukunnya. Jika ibadah dilaksanakan sesuai ajaran
syari’at Islam yaitu sesudah memenuhi syarat dan rukunnya maka hukumnya sah (benar), jika
ibadah itu dilaksanakan tidak sesuai dengan tuntutan ajaran Islam dalam arti ada kekurangan
dan kesalahan dalam syarat dan rukunnya maka hukumnya tidak sah (tidak benar/batal). (Ilmu
Ushul Fiqh, Abdul Wahhab Khallaf: 125).
Maka puasa (sah) adalah puasa yang memenuhi syarat-syarat wajib dan rukun-
rukunnya.
Syarat-syarat wajib puasa: 1) Beragama Islam, 2) Baligh (sudah dewasa), anak-anak
belumlah diwajibkan berpuasa, tetapi apabila kuat mengerjakannya, sebaiknya diajak berpuasa
sebagai latihan, 3) Berakal sehat, 4) Kuasa (mampu) mengerjakan puasa, 5) Suci dari haidh
dan nifas.
Syarat-syarat sahnya puasa: 1) Islam, 2) Tamyiz, artinya anak/orang yang dapat
membedakan antara baik dan uruk, tegasnya bukan anak yang terlalu kecil dan bukan orang
gila, 3) Suci dari haid dan nifas, 4) tidak di hari-hari yang dilarang berpuasa.
Rukun puasa: 1) Niat, yaitu menyengaja puasa Ramashan setelah terbenam matahari
hingga sebelum fajar shodiq. Puasa sunnah boleh niatnya dilakukan pada pagi hari, 2)
Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar shodiq sampai terbenam
matahari.
Adapaun hal-hal yang membatalkan puasa: 1) Memuaskan suatu benda ke dalam
lobang rongga badan dengan sengaja, seperti makan, minum, merokok, dan memasukkan
benda ke dalam telinga, hidung, dubur, dan kemaluan, 2) Muntah sengan sengaja, 3) Jima’
dengan sengaja, 4) Gila walaupun sebentar, 5) Mabuk atau pingsan sepanjang hari, 6) Haid dan
nifas, 7) Murtad (keluar dari agama Islam), 8) Istimnak sengaja mengeluarkan mani/unani, 9)
Berbuka sebelum nyata-nyata matahari tenggelam, 10) Melahirkan anak yang disertai dengan
basah.
Akan tetapi puasa yang sempurna ialah puasa yang memenuhi syarat-syarat dan rukun-
rukunnya dan disertai dengan memenuhi adab-adab atau tata tertibnya.
Imam Ash Shan’aniy dalam kitab Subulus Salam 11:151 menjelaskan defenisi puasa
yang jamik (menghimpun) antara Ilmu fiqh dan Akhlaq Tashawwuf ialah “menahan diri dari
makan, minu, jima’, dan lain-lain yang telah datang perintah (untuk menahan diri dari padanya)
pada siang hari menurut cara yang disyariatkan. Disertai pula menahan diri dari perbuatan-
perbuatan yang tidak berfaedah dan perkataan keji dan perkataan-perkataan yang diharamkan
dan yang di makruhkan pada waktu tertentu dengan syarat-syarat tertentu.”
Dan di antara adab-adab puasa, makan sahur, melambatkan sahur hingga terbit fajar,
menyegerakan berbuka, dengan makan kurma segar, tamar, atau air, membaca do’a setelah
berbuka, mandi (bagi yang junub) sebelum fajar, menahan diri dari melakukan sesuatu karena
syahwat walaupun tidak haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak membaca Al-Qur’an,
memperbanyak sholat tahajud, Qiyamul lail, terawih, I;tikaf, Umroh, memperbanyak ibadah
sunnah dan lain-lain.
Setelah memperhatikan beberapa ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara
puasa yang benar dan sempurna ialah puasa yang memenuhi syarat-syarat wajibnya, rukun-
rukunnya, memenuhi adab-adab puasa yang bisa menyemournakan puasa, dan menjauhi hal-
hal yang dilarang oleh syri’at Islam, baik yang makruh atau yang haram.
Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai