Anda di halaman 1dari 3

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi IDI – 3 SKP

Anemia pada Kehamilan dan Permasalahannya


Sri Sukmaniah, Nurul Ratna Mutu Manikam
Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia, Berbagai risiko kehamilan dengan anemia, terutama anemia
defisiensi besi, telah banyak dilaporkan, baik pada ibu maupun janin. Anemia pada kehamilan yang tidak berespons baik dengan suplementasi
zat besi harus dipikirkan terjadi oleh sebab lain, antara lain talasemia, atau anemia megaloblastik karena defisiensi folat, vitamin B6, dan B12.
Selain mengonsumsi secara adekuat bahan makanan yang berperan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah, suplementasi zat
gizi—khususnya zat besi, folat, B6, dan B12—mempunyai peranan penting dalam mencegah atau mengobati anemia.

Kata kunci: anemia, kehamilan, risiko anemia pada kehamilan, suplementasi zat gizi

ABSTRACT
Anemia in pregnancy, especially iron deficiency anemia, is still a main health problem in Indonesia. The risks of anemia in pregnancy had been
widely reported either for the mother and also the fetus. Pregnant women with anemia who does not respond adequately to iron supplemen-
tation should be considered for other causes, such as thalassemia, or megaloblastic anemia due to deficiency of folate, vitamins B6, and B12.
Nutrients supplementations to pregnant women—mainly iron, folate, B6, and B12—have an important role in preventing as well as to treat
anemia, in addition to consuming adequately food important on synthesis of hemoglobin and red blood cells. Sri Sukmaniah, Nurul Ratna
Mutu Manikam. Anemia in Pregnancy.

Key words: anemia, pregnancy, risks of anemia in pregnancy, nutrient supplementation

PENDAHULUAN metabolisme norepinefrin, neurotransmiter askorbat); asam askorbat (vitamin C) dapat


Anemia merupakan keadaan kadar hemo- penting pada kontrol motorik, siklus tidur, meningkatkan absorpsi besi non-heme di
globin di bawah normal, pada perempuan aktivitas fisik, proses belajar, dan daya ingat. usus halus; dan (3) musin. Beberapa faktor
dewasa tidak hamil rentang kadar hemoglo- Selain itu, gangguan degradasi asam gama- yang menghambat absorpsi zat besi adalah
bin normal di atas 12 g/dL, sedangkan pada aminobutirat (GABA) dapat terjadi akibat de- (1) polifenol, misalnya tanin yang terkandung
perempuan hamil kadar hemoglobin normal fisiensi zat besi.3 dalam teh dan kopi; konsumsi bahan makanan
di atas 11 g/dL.1 Anemia pada perempuan sumber besi bersamaan dengan minum teh/
umumnya terjadi pada usia reproduktif, baik BIOAVAILABILITAS ZAT BESI kopi dapat menurunkan absorpsi besi hingga
disebabkan oleh perdarahan (hemoragik) Zat besi banyak terdapat di berbagai bahan 60%; jika kopi diminum setelah mengonsumsi
maupun bukan (non-hemoragik). Anemia makanan, secara umum dibagi menjadi dua makanan sumber besi, absorpsi besi turun se-
hemoragik biasanya terjadi pada perempuan bagian, yaitu besi heme dan non-heme. Besi banyak 40%; (2) fosvitin, misalnya yang terda-
yang kehilangan darah berlebihan dari mens- heme memiliki struktur cincin porfirin, be- pat pada kuning telur; (3) mineral bervalensi
truasi (lebih dari 80 mL/bulan), terutama pada rasal dari hemoglobin dan mioglobin produk dua, misalnya kalsium, seng, mangan, dan
mereka yang menggunakan alat kontrasepsi hewani, sedangkan besi non-heme berasal nikel; absorpsi besi turun sebanyak 70% jika
dalam rahim (intrauterine device, IUD). Semen- dari sumber nabati dan produk olahan susu. dikonsumsi bersama dengan makanan sum-
tara itu, anemia non-hemoragik terjadi karena Besi non-heme secara umum bentuknya ter- ber kalsium, misalnya konsumsi tablet besi
beberapa faktor, terutama akibat kekurangan ikat dengan komponen dalam makanan, se- bersama dengan susu; (4) beberapa asam,
zat gizi tertentu.2 hingga terlebih dulu akan mengalami proses misalnya asam oksalat (yang terkandung di
hidrolisis dan digesti sebelum diabsorpsi oleh dalam cokelat, berry, bayam) dan asam fitat.4
Zat besi merupakan mineral yang juga esensi- sel usus halus.4
al untuk proses neurogenesis, mielinisasi saraf, Zat besi harus mengalami oksidasi terlebih
dan diferensiasi sel otak janin selama masa ke- Absorpsi zat besi dipengaruhi oleh beberapa dahulu agar dapat terikat dengan transferin,
hamilan. Defisiensi zat besi akan menganggu faktor. Faktor yang meningkatkan absorpsi untuk kemudian diangkut ke dalam darah.
homeostasis glukosa di otak, juga menyebab- zat besi adalah (1) gula, terutama fruktosa Proses oksidasi tersebut mengubah ferro (Fe2+)
kan perubahan dopamin dan peningkatan dan sorbitol; (2) asam (sitrat, laktat, tartrat, menjadi ferri (Fe3+), yang memerlukan katalisa-

576 CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012

CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 576 8/6/2012 3:14:41 PM


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

tor hephaestin dan seruloplasmin. Hephaestin Ibu dengan anemia tidak memiliki cadangan terutama seng. Karena itu, dosis zat besi yang
terdapat di sel intestin, dan ceruloplasmin ter- besi yang cukup selama proses melahirkan, dikonsumsi sebaiknya tidak melebihi 30 mg.8
dapat di seluruh tubuh; keduanya merupakan masa nifas, dan masa menyusui. Bayi yang
ikatan protein dengan tembaga (Cu) yang lahir dari ibu pengidap anemia juga akan ANEMIA KARENA SEBAB LAIN
digunakan untuk aktivitas enzim feroksidase cenderung memiliki cadangan besi yang ren- Pada umumnya, ibu hamil dengan anemia di
(Gambar 1). Defisiensi Cu menyebabkan aku- dah. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya daerah Asia Tenggara diterapi dengan suple-
mulasi besi di beberapa organ, misalnya di konsentrasi feritin serum tali pusat—prediktor mentasi besi-folat, padahal anemia juga dapat
usus halus dan hepar, karena besi tidak dapat status besi bayi hingga usia dua tahun.7 disebabkan oleh penyakit lain, misalnya ane-
diangkut dengan baik ke jaringan.4 mia pada talasemia. Pada ibu homozigot gen
Secara fisiologis, kadar hemoglobin dan he- HbE yang hamil, suplementasi zat besi tidak
INTERAKSI ZAT BESI DENGAN ZAT GIZI matokrit mengalami penurunan pada ke- memberikan banyak manfaat, malah dapat
LAIN hamilan trimester pertama dan kedua, kadar menyebabkan kelebihan cadangan besi.9
Rendahnya status vitamin A menurunkan paling rendah terjadi pada trimester ketiga,
kadar besi dalam plasma, kadar hemoglobin dan akan meningkat kembali saat mendekati Anemia lain adalah anemia megaloblastik.
dan hematokrit, serta berkaitan dengan pe- aterm. Oleh sebab itu, waktu yang tepat un- Pada keadaan kadar folat, vitamin B6, dan B12
rubahan morfologi sel darah merah. Zat besi tuk mendeteksi anemia adalah pada kehamil- rendah dalam empat hingga lima bulan, sum-
dan vitamin A saling berinteraksi dalam pros- an trimester awal, mengingat pada trimester sum tulang dan beberapa sel yang turnover-
es eritropoiesis. Asam retinoat dalam vitamin ketiga akan sulit membedakan anemia karena nya cepat akan tampak megaloblastik; pada
A berikatan dengan elemen yang merespons defisiensi besi atau anemia fisiologis karena gambaran darah tepi, sel darah merah tampak
gen eritropoietin dan menstimulasi sintesis peningkatan volume plasma.6 muda dan lebih besar dari normal. Selain itu,
eritropoietin. Karena itu, kadar vitamin A yang terjadi peningkatan mean cell volume (MCV)
tidak optimal mengakibatkan gen eritropoi- Karena pentingnya peranan zat besi pada ibu dan hipersegmentasi sel darah putih.7 Kon-
etin tidak dapat ditranskripsi secara adekuat. hamil dan adanya peningkatan kebutuhan zat sumsi asam folat yang tidak adekuat selama
Suplementasi vitamin A pada individu de- besi semasa kehamilan, suplementasi zat besi tiga hingga empat bulan dihubungkan de-
ngan kadar vitamin A dan zat besi rendah da- sebaiknya diberikan sejak trimester pertama, ngan menurunnya konsentrasi folat di sel darah
pat meningkatkan sintesis eritropoietin dan zat terutama pada ibu hamil yang anemia. Apa- merah. Ibu hamil yang anemis secara klinis,
besi pada proses eritropoiesis.4 Suplementasi bila pemberian suplementasi pada trimester tetapi tidak mengalami perbaikan setelah
kombinasi zat besi dan vitamin A dapat lebih pertama tidak mungkin (misalnya karena diberi suplementasi zat besi, perlu dipikirkan
memperbaiki konsentrasi hemoglobin, hema- mual), zat besi dapat diberikan pada trimes- kemungkinan mengidap anemia megaloblas-
tokrit, dan feritin, dibandingkan pemberian ter kedua. Suplementasi pada trimester ketiga tik atau talasemia.
terpisah. Pada ibu hamil, juga terjadi penu- tidak akan mengurangi risiko kelahiran pre-
runan kadar retinol serum akibat hemodilusi.5 matur dan bayi BBLR.6 SUMBER ZAT GIZI YANG BERPERAN
DALAM MENCEGAH ANEMIA
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI Namun, suplementasi zat besi juga perlu Zat besi banyak terdapat di berbagai bahan
Masalah anemia pada kehamilan di Indonesia dicermati. Peningkatan kadar zat besi dapat makanan, dan secara umum dibagi menjadi
saat ini terutama berupa anemia mikrositik terjadi pada seseorang yang kadar hemoglo- dua bagian, yaitu besi heme dan non-heme.
hipokrom, yang menjangkiti 59% dari total binnya normal, tetapi mengonsumsi suple- Besi heme banyak terdapat dalam produk
ibu hamil dengan anemia; salah satu pe- men zat besi. Keadaan ini meningkatkan ke- hewani yang mengandung hemoglobin dan
nyebabnya adalah defisiensi zat besi. Risiko kentalan darah yang akan mengganggu aliran mioglobin, misalnya pada daging merah, hati,
kelahiran prematur dan bayi dengan berat uteroplasenta dan menyebabkan berbagai ikan, dan unggas. Sementara itu, besi non-
badan lahir rendah (BBLR) meningkat dua kali reaksi akibat peningkatan radikal bebas dari heme banyak terdapat dalam bahan makanan
lipat pada ibu dengan anemia defisiensi besi reaksi Fenton; radikal bebas berpotensi meru- sumber nabati, misalnya kacang-kacangan,
dibandingkan anemia karena sebab lain; risiko sak sel, organ, dan berbagai jaringan. Pening- buah, sayur, gandum, produk kedelai, dan
lain anemia adalah kematian janin dalam katan cadangan besi juga dapat meningkat- produk olahan susu. Besi non-heme secara
kandungan. Risiko tersebut meningkat seiring kan risiko diabetes melitus tipe 2, dan kadar umum bentuknya terikat dengan matriks
dengan makin beratnya derajat anemia, tetapi feritin tinggi merupakan salah satu faktor makanan sehingga sebelum diserap oleh sel
anemia pada kehamilan trimester ketiga tidak risiko diabetes melitus gestasional.6 Konsumsi usus halus, bahan makanan tersebut meng-
me-ningkatkan risiko kelahiran prematur dan suplemen zat besi yang berlebihan juga da- alami proses hidrolisis agar zat besi terlepas
bayi BBLR.6 pat menurunkan penyerapan mineral lain, dari matriksnya.

Vitamin C banyak terdapat dalam berbagai


Fe2+ Fe3+ buah dan sayuran segar. Vitamin A di alam
terdapat dalam dua bentuk, yaitu (1) provi-
seruloplasmin-Cu2+ ceruloplasmin-Cu1+
tamin A (β-karoten) yang didapat dari buah
dan sayuran berwarna hijau dan kuning, dan
Gambar 1 Proses oksidasi besi (2) retinil-ester yang didapat dari sumber he-

CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012 577

CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 577 8/6/2012 3:14:41 PM


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

wani, antara lain hati, daging, minyak ikan, te- dari mikroorganisme, sehingga sumber nabati cara adekuat.
lur, susu dan produk olahannya. Folat banyak yang difermentasi oleh mikroorganisme ter-
terdapat dalam sayuran (bayam, kecambah, tentu dapat mengandung vitamin B12, misal- SIMPULAN
brokoli, asparagus), kacang-kacangan (kacang nya tempe. Sayur dan buah segar yang tidak Anemia pada kehamilan sampai saat ini masih
tanah, kacang kedelai, kacang polong), buah diolah memiliki kandungan vitamin-mineral menjadi masalah kesehatan di Indonesia,
(terutama strawberry dan jeruk), serta bahan lebih tinggi dibandingkan makanan yang te- khususnya anemia defisiensi besi. Anemia
makanan sumber hewani (seperti hati). lah diolah/dimasak karena sebagian zat gizi yang tidak memberi respons baik dengan
tersebut hilang pada proses pengolahan.6,7,10 suplementasi zat besi harus dipikirkan ter-
Vitamin B6 banyak terdapat pada daging ber- jadi oleh sebab lain. Berbagai risiko komplikasi
warna merah, ayam, dan ikan salmon, serta Dalam upaya mencegah anemia akibat de- anemia pada kehamilan, baik pada ibu mau-
gandum dan produk olahannya, sayur, buah fisiensi zat gizi pada ibu hamil, kebutuhan pun janin, dapat terjadi jika tidak ditangani
(terutama pisang), dan kacang-kacangan. Vita- energi dan zat-zat gizi makro (seperti karbo- dengan baik. Suplementasi besi dan zat gizi
min B12 hanya terdapat pada produk hewani, hidrat, protein, dan lemak) harus dipenuhi da- lain pada ibu hamil dengan anemia dianjur-
seperti daging merah dan produk olahannya, lam porsi seimbang, di samping memenuhi kan sejak awal kehamilan, disertai pola makan
unggas, ikan, tiram, kerang, dan kuning telur. kebutuhan zat-zat gizi mikro dengan me- adekuat dengan mengonsumsi berbagai ba-
Sumber kobalamin alami terutama berasal ngonsumsi bahan makanan sumbernya se- han makanan sumber zat gizi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
2. Scholl TO. Iron status during pregnancy: setting the stage for mother and infant. Am J Clin Nutr [serial on the internet]. 2005 May [Cited 2011 March 31];81(suppl):1218S-22S. Available
from: www.ajcn.org/content/81/5/1218S.full.pdf+html.
3. Beard, JL. Why iron deficiency is important in infant development. J Nutr [serial on the internet]. 2008 December [Cited 2011 April 5];138(12):2534-36. Available from: www.jn.nutrition.
org/content/138/12/2534.full.pdf+html.
4. Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Advanced nutrition and human metabolism. 5th ed. California: Wadsworth; 2009. p. 470-87.
5. Tanumihardjo SA. Vitamin A and iron status are improved by vitamin A and iron supplementation in pregnant Indonesian women. J Nutr [serial on the internet]. 2002 July [Cited 2011
September 7];132:1909-12. Available from: www.jn.nutrition.org/content/132/7/1909.full.pdf+html.
6. Lee JI, Lee J, Sook LH. Effect of time of initiation and dose of prenatal iron and folic acid supplementation on iron and folate nutriture of Korean women during pregnancy. Am J Clin Nutr
[serial on the internet]. 2005 October [Cited 2011 April 1];82(4):843-9. Available from: www.ajcn.org/content/82/4/843.full.pdf+html.
7. Hay G, Refsum H, Whitelaw A, Melbye EL, Haus E, Borch-Lahsesen B. Predictor of serum feritin and serum soluble transferin receptor in newborns and their associations with iron status
during the first 2 year of life. Am J Clin Nutr [serial on the internet]. 2007 July [Cited 2011 April 1];86(1):64-73. Available from: www.ajcn.org/content/86/1/64.full.pdf+html.
8. Brown JE. Nutrition during pregnancy. In: Nutrition through the life cycle. Belmont: Thomson Wadsworth; 2008. p. 113-5.
9. Sanchaisuriya K, Fucharoen S, Ratanasiri T, Sanchaisuriya P, Fucharoen G, Dietz E, et al. Effect of the maternal βE-globin gene on hematologic responses to iron supplementation during
pregnancy. Am J Clin Nutr [serial on the internet]. 2007 February [Cited 2011 September 13];85:474-9. Available from: www.ajcn.org/content/85/2/474/full.pdf+html.
10. Cetin I, Berti C, Calabrese S. Role of micronutrients in the periconceptal period. Hum Reprod Update. 2010;16:80-95.

578 CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012

CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 578 8/6/2012 3:14:42 PM

Anda mungkin juga menyukai