DISUSUN OLEH :
TIS’A KOMALA (332015001)
NOVIA WIDIATI (332015009)
VIVI FEBRIYATI (332015027)
DOSEN PENGAMPU :
DR. H. RUSDY A. SIROJ, M.PD
HERU, S.PD., M.PD
C. KESIMPULAN THORNDIKE
Thorndike menggunakan 'kurva waktu belajar' tersebut untuk membuktikan bahwa
hewan tersebut bukan menggunakan nalurinya untuk dapat lolos dan mendapatkan
hadiah dari kotak, namun melalui proses trial and error (mencoba-salah-mencoba lagi
sampai benar). Thorndike menjelaskan ada perbedaan yang jelas apakah hewan dalam
eksperimen tersebut agar dapat lolos dari kotak menggunakan naluri atau tidak.
Caranya yaitu dengan mencatat waktu yang digunakan hewan untuk dapat lolos.
Logikanya, jika hewan menggunakan naluri maka ia akan dapat langsung lolos begitu
saja, sehingga catatan waktunya tidak menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu
secara gradual yang signifikan. Kenyataannya, hewan menggunakan cara yang biasa
disebut trial and error dengan bukti kurva waktu yang menurun secara gradual. Hal ini
menunjukkan hewan dapat 'belajar' secara gradual dan konsisten. Didasarkan atas
eksperimennya, Thorndike mengemukakan prinsip yang ia sebut hukum efek. Hukum
ini menyatakan bahwa perilaku yang diikuti kejadian yang menyenangkan, lebih
cenderung akan terjadi lagi di masa mendatang. Sebaliknya, perilaku yang diikuti
kejadian yang tidak menyenangkan akan memperlemah, sehingga cenderung tidak
terjadi lagi di masa mendatang. Thorndike menginterpretasikan temuannya sebagai
keterkaiatan. Ia menjelaskan bahwa keterkaitan antara kotak dan gerakan yang
digunakan hewan percobaan untuklolos 'diperkuat' setiap kali berhasil. Karena adanya
keterkaitan ini, banyak yang menyebut hukum efek Thorndike menjadi teori
koneksionisme, yang oleh Skinner dikembangkan lagi menjadi operant conditioning
(pengkondisian yang disadari).
Belajar adalah Inkremental, Bukan Langsung ke Pengertin Mendalam (Insightful).
Dengan mencatat penurunan gradual dala watu untuk mendapatkan solusi sebagai
fungsi percoban suksetif, Thorndike menyimpukan bahwa belajar bersifat incremental
(inkremental/berthap) buka insightful (langsung ke pengertian). Dengan kata lain,
belajar dilakukan daam langkah-langkah kecil yang sistematis, bukan langsung
melompat ke pengertian mendalam. Dia mencatat bahwa jika belajar l insightfutl,
grafik akan menunjukkan waktu unuk mencapai solusi tampak relatif stabil dan tinggi
pada saat hewan dalam keadaan belum belajar. pada saat hewan mendapatkan
pengertian mendalam untuk memecahkan masalah ,grafiknya akan langsung turun
dengan cepat dan akan tetapdi titik itu selama durasi percobaan.
Hukum Kesiapan
Law of readiness(hukum kesiapan) yang dikemukakan dalam bukunya yang berjudul
The Origional Nature of Man (Thorndike,1913b), mengandung tiga bagian,yang
diringkas sebagai berikut :
1. Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan (to conduct),maka penyaluran
dengannya akan memuaskan.
2. Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan ,maka tidak menyalurkannya akan
menjengkelkannya.
3. Apabila satu unit konduksi belum siap untuk penyaluran dan dipaksa untuk
menyalurkan,maka penyaluran dengannya akan menjengkelkan.
Secara umum kita bisa mengatakan bahwa mengintervensi perilaku yang bertujuan
akan menyebabkan frustasi,dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang tidak
ingin mereka lakukan juuga akan membuat mereka frustasi.
Bahkan istilah seperti memuaskan dan menjengkelkan didefinisikan agar bisa diterima
oleh kebanyakan behavioris (Thorndike ,1911) : yang dimaksud dengan keadaan
memuaskan adalah keadaan di mana bintang tidak melakukan apapun untuk
menghindarinya,sering melakukan sesatu untuk mendapatkan keadaan itu dan
mempertahankannya. Yang dimaksud dengan keadaan tk nyman atau menjengkelkan
adalah keadaan yang umumnya dijauhi atau dihindari binatang “(h.245).Definisi
kepuasan dan kejengkelan ini harus selalu diingat selama membahas thorndike.
•HUKUM LATIHAN
Sebelum 1930, teori Thorndike mncakup hukum law of exercise (hukum latihan) , yang
terdiri dari dua bagian :
1. Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya dipakai.
Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang
menstimulasi dengan sesuatu respons akan memperkuat koneksi diantara
keduanya. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of use (hukum
penggunan).
2. Koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila praktik hubungan
dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan
ini law of disuse (hukum ketidakgunaan).
Apa yang dimaksud Thorndike dengan mengkuatkan dan melemahkan koneksi? Disini
sekali lagi pemikirannya lebih maju menguat, zamannya .Dia mendefinisikan
penguatan sebagai peningkatan probabilitas terjadinyarespons ketika stimulus terjadi.
Jika ikatan antara stimulus dan respons menguat, maka saat stimulus berikutnya terjadi
akan ada peningkatan probabilitas terjadinya respons tersebut. Jika ikatannya melemah
akan ada penurunan probailitas respons saat stimulus berikutnya terjadi. Ringkasannya,
hukum latihan menyatakan bahwa kita belajar dengan berbuat dan lupa karena tidak
berbuat.
•HUKUM EFEK
Law of effect (hukum efek), yang digagasnya sebelum tahun 1930, adalah penguatan
atau pelemahan dari suatu koeksi antara stimulus dan respons sebagai akibat dari
konsekuensi dari respons. Jika suatu respons diikuti dengan satisfying state of affairs
(keadaan yang memuakan), kekuatan koneksi itu akan bertambah. Jika respons diikuti
dengan annoying state of affairs (keadaan yang menjengkelkan), kekuatan koneksi itu
menurun. Dalam terminologi modern, jika suatu stimulus menimbulkan suatu respons,
yang pda gilirannya menimbulkan penguatan (reinforcement), maka koneksi S-R akan
menguat. Jika, dilain pihak, timulus menimbulkn respons yang pada gilirannya
menimbulkan hukuman, koneksi S-R akan melemah.
Menurut hukum efek, jika suatu respons menhasilkan situasi yang memuaskan, koneksi
S-R akan menguat. Jika unit konduksi sudah tidak buang sebelum keadaan
mmemuaskan terjadi ? Thorndike menjawab “dengan mempostulatkan adanya
confirming reaction (reaksi yang mengonfirmasi), yang dimunculkan didalam sistem
syarat jika suatu respons menimbulkan kedaan yang memuaskan.
Sebelum 1930, teori Thorndike mencangkup sejumlah ide yang kurang penting
ketimbang hukum kesiapan, hukum efek, dan hukum latihan. Konsep sekunder ini antar
lain respons berganda set tau sikap, potensi elemen, respo dengan analogi, dan
pergesern sosiatif.
•RESPON BERGANDA
Respon ganda atau multi reson menurutt Thorndike adalah langkah ertama dalam satu
lngkah proses belajar. Respn ini mengacu pda fakta bahwa jika respon pertma kita
tidak memecahkan problem maka kita akan mencoba respon lain. Tentu saja proses
belajar trial-and-eror ini bergntung pada upya respon pertama dan kemudian pada
respon selanjutnya hingga ditemukan respon sehinga memecahkan masalah. Ketika ini
terjadi, pribabilitas pemunculan respon itu lagi diwakt yang akan dtang akan
meningkat. Degan kata lain, menurut Thorndike banyak proses belajar bergantung paa
fakta bahwa organisme cenderung tetap aktif sampai tercipta satu reson yang
memecahkan problem yang dihadapinya
Apa yang oleh Thorndike (1913 a ) dinamakan disposisi, prapenyesuaian, atau sets
(attitut) (sikap) , merupakan pengakuannya akan pentingny apa-apa yang dibawa oleh
pembelajaran kedalam situasi belajar.
•PRAPOTESI ELEMEN
Prepotency of elements (prapotesi elemen) adalah aopa yang oleh Thorndike (1913
dinamakan “aktivitas parsial dari suatu situasi.” Ini mengacu pada fakta bahwa hanya
beberapa elemen dari situasi yang akan mengatur perilaku.
Dengan gagasan prapotesi eleme ini Thrnndike mengakui kompleksitas lingkungan dan
menyimpulkan bahwa kta merespons beberapa elemen dalam situasi namun tidak
merespon situasi lainnya. Karenanya, cara kita meresponts terhadap suatu situasi akan
bergantung pada apa yang kita perhatikan dan responts apa yang kita berikan untuk
apa-apa yang kita perhatikan itu.
Menurut Thorndike cara kita merespont suatu situasi yang belum pernah kita jumpai
adalah reponse by analogi (respons dengan analogi, yaitu kita merespons denggan cara
situasi yang terkait (mirip) yang pernah kita jumpai. Jumlah transfer of training
(transfer training) antara situasi yang kita kenal dan yang tak kita kenal ditentukan
dengan jumlah elemen yang sama di dalam kedua situasi itu. Ini lah identical elements
theory transfer of training (teori elemen identik dari transfer trainng) dari Thorrndike
yang terkenal itu.
Dengan teori transfer ini thorndike menentang pandangan lama mengenai transfer yang
didasarkan pada doktrin formal discipline (disiplin formal ) seperti kita lihat
berdasarkan pesikologi fakultas (fakulty psychology), yang menyatakan bahwa fikiran
manusia terdiri dari beberapa daya seperti penalaran, perhatian, penilaian, dan memori.
•PERGESERAN ASOSIATIF
Associative shifting (pergesern asosiatif) terkait erat dengan teori Thorndike tentang
elemen identik dalam training transer. Menurut teori elemen identik thorndike,
sepanjang ada cukup elemen dari situasi awal di dalam situasi baru, respon yang sama
akan diberikan.
Contoh dari pergeseran asosiatif ini di jumpai dalam karya Terrace(1963) tentang
proses belajar membedakan. Terrace pertama–tama mengajari burung dara untuk
membedakan warna merah-hijau dengan memperkuatnya dengan memberi mereka
butiran padi setiap kali mereka mematuk kunci merahh tetapi tidak memberi butiran
padi jika mereka mematuk kunci hijau. Kemudin Terrace menutupi sebagian bidang
kunci merah dengan papan vertikal dan menutup sebagian kunci hijau dengan papan
horizontal. Assosiasi bergeser dari satu stimulis (warna merah) ke stimulus lain (papan
vertikal) karena prosedur itu memberi cukup elemen dari situasi sebelumnya untuk
menjamin munculnya responts yang sama terhadap stimulus yang baru. Tentu saja,hal
ini menuunjukkan transfer training sesuai dengan teori elemen identik Thorndike.
Setelah 1930, hukum efek ternyata hanya separuh benar. Separuh dari yang benar itu
bahwa sebuah respon yang diikuti oleh keadaan yang memuaskan akan diperkuat.
Sedangkan untuk separuh lainnya, Thorndike menemukan bahwa hukum suatu respon
ternyata tidak ada efeknya terhadap kekuatan koneksi. Revisi hukum efek menyatakan
bahwa penguatan akan meningkatkan strength of conection (kekutan koneksi),
sedangkan hukum tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap kekuatan konesi. Pemuan
ini masih banyak memberi iplikasi sampai saat ini. Kesimpuln thorndike mengenai
efektifitas hukuman ni bertentangan dengan pemahaman umum setelah ribuan tahun
dan banyak mempengruhi pengasuh anak, dan modifikasi prilaku pada umumnya.
•BELONGINGES
Thorndike mengamati bahwa dalam proses belajar asosiasi ada faktor selain hukum
efek. Jika elemen-elemen dari asosiasi dimiliki bersama, asosias diantara mereka akan
dipelajari dan dipertahnkan dengan lebih mudah ketimbang ja elemen itu bukan milik
bersama.
Thondike juga mengatakan gagasan tentang reaksi yang mengnirmasi, yang telah
dibahas dimuka, dengan konsep belongines. Dia berpendapat bahwa jika ada hubungan
natural antra keadaan yang dibutuhkan organisme dengan efek yang ditimbulkan suatu
resopon, maka proses akan lebih efektif ketimbang jika hubungan itu tidak ilmiah.
Misalnya, ita mengatakan bahwa hewan yang lapar akan merasakan makanan dann
hewan yanghaus akan ersakan air sebaga memuaskan. Keduan macam hewan itu akan
merasa puas saat bisa melepaskan diri darikurungan dan lepas adanya dorongan
ytuhkankang kuat menciptakan suatu jenis kedaan atau semacam peristtiwa yang
dirasakan salig memuaskan Throndike berpenda pat bahwa efek yang temasuk dan
kebutuhan organisme menimbukan reaksi konviras yang lebih kuat ketimbang efek
yanng tidak termasuk dalam kebutuhan.
•PENYEBARAN EFEK
Sesudah tahun 1930, Thorndike menambahkan konsep yang ia sebut sebgai spread of
effec (penebran effec). Selama ekspeimennya, Thorndike secara tidak sengaja
menemakan keadaan memuaskan tidak hanya menambah priobabilitas terulangnya
respon yag meghasilkan keadaan yang memuskan tersebut tetapi juga meningkatkan
priobabilitas terulagnya respon yang mengitari respon yang terkuat.
Kesejahteraan umat manusia bergantung pada ilmu pengetahuan tenttang manusia. Ilmu
pengetahuan akan terus maju, kecuali jika peradaban ambruk, dan ilmu pengetahuan
akan memperluaskan kontrol manusia atas alam dan mengembangkan
teknologi,pertanian,pengobatan,dan seni secara lebih efektif. Ilmu pengetahuan akan
melindungi manusia dari bahaya dan bencana kecuali manusia itu sendiri yang menjadi
penyebabnya. Pengetahuan psikologi dan aplikasinya untuk kesejaht eraan akan
mencegah,atau setidaknya menghilangkan, beberapa kesalahan dan bencanaa. Ilmu
pengetahuan ini akan mengurangi bahaya yang dilakukan oleh orang bodoh dan jahat.
a. Guru dalam proses pembelajaran harus tahu apayang hendak diberikan kepada
siswa.
b. Dalam proses pembelajaran, tujuan yang akandicapai harus dirumuskan dengan
jelas, masihdalam jangkauan kemampuan siswa.
c. Motivasi dalam belajar tidak begitu penting, yanglebih penting ialah adanya respon-
respons yangbenar terhadap stimuli.
d. Ulangan yang teratur perlu sebagai umpan balikbagi guru, apakah proses
pembelajaran sudahsesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum.
e. Siswa yang sudah belajar dengan baik segeradiarahkan.
f. Situasi belajar dibuat mirip dengan kehidupan nyata,sehingga terjadi transfer dari
kelas ke lingkunganluar.
g. Materi pembelajaran yang diberikan harus dapatditerapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
h. Tugas yang melebihi kemampuan peserta didiktidak akan meningkatkan
kemampuan siswa dalammemecahkan permasalahannya
Implikasi Hukum Kesiapan dalam Pendidikan
a. Sebelum gurudalam kelas mulai mengajar, maka anak – anak disiapkan mentalnya
terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
b. Penggunaan tes bakat sangat membantu untuk menyalurkan bakat anak. Sebab
mendidik sesuai dengan bakatnya akan lebih lancar dibandingkan dengan bila tidak
berbakat.
Penggunaan hukum latihan dalam proses belajar mengajar adalah prinsip ulangan,
misalnya :
a. Memberi keterampilan kepada para siswa agar sering atau makin banyak
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
b. Diadakan latihan resitasi dari bahan – bahan yang dipelajari.
c. Diadakan ulangan – ulangan yang teratur dan bahkan dengan ulangan yang ketat
atau system drill, ini akan memperkuat hubungan S-R.