Anda di halaman 1dari 24

Bed Site Teaching

VAGINITIS

Oleh :

Intan Kartika Sari 1740312253

Preseptor:

dr. Adriswan, SpOG

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUD PADANG PANJANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organ reproduksi merupakan alat dalam tubuh yang berfungsi untuk

suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi

kelestarian hidupnya atau reproduksi. Agar dapat menghasilkan keturunan

yang sehat dibutuhkan pula kesehatan dari organ reproduksi.1

Homeostasis dari alat genitalia wanita dihasilkan dari interaksi

antara host dan mikroorganisme yang tumbuh pada mukosa vagina.

Lingkungan pada alat genitalia dapat mengalami perubahan struktur maupun

komposisi, tergantung dari usia, menarche, siklus menstruasi, kehamilan,

infeksi, persalinan, aktivitas seksual, penggunaan obat-obatan serta hiegene.2

Pada wanita usia premenopause, vagina didominasi oleh

Lactobacillus spp. Mikroorganisme yang dapat menjadi patogen diantaranya

adalah jamur Candida albicans, Candida tropicalis, Candida krusei, bakteri

anaerob Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, Atopobium vaginae,

uropatogen seperti Escherichia coli, Proteus spp, Klebsiella sp, dan virus

yang dimediasi aktivitas seksual seperti HIV serta virus Herpes.2

Lactobacillus tumbuh secara normal di vagina sebagai mikroflora

yang mencegah tumbuhnya patogen secara berlebihan. Flora normal ini

memiliki fungsi diantaranya adalah menstimulasi sistem imun, berkompetisi

dengan mikroorganisme lain untuk mendapatkan nutrisi dan menempel pada

epitel vagina, mereduksi pH vagina dengan cara memproduksi asam laktat,


serta menghasilkan substans antimikroba (bakteriosin dan hidrogen

peroksida).3

Vaginitis merupakan peradangan pada saluran reproduksi luar yanag

sering terjadi, ditandai dengan pengeluaran cairan abnormal yang sering

disertai rasa ketidaknyamanan di daerah vulvovagina. Setiap perubahan

jumlah, warna, dan bau disertai dengan rasa terbakar serta iritasi merupakan

akibat dari ketidakseimbangan flora normal vagina yang menyebabkan

vaginitis. Penyebab vaginitis yang menimbulkan gejala diantaranya adalah

bakterial vaginosis (40-45%), Candida (20-25%), dan Trichomonas (15-

20%).2

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas mengenai vaginitis dan dihubungkan dengan

literatur yang menjelaskan mengenai definisi, etiologi, faktor resiko,

epidemiologi, patogenesis, patofisiologi, pencegahan, dan penatalaksanaan.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,

etiologi, faktor resiko, epidemiologi, patogenesis, patofisiologi,

pencegahan, dan penatalaksanaan pada vaginitis

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah tinjauan kepustakaan dengan

merujuk pada berbagai literatur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vagina

Vagina adalah rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai

dari tepi serviks uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian

kaudal ventral. Vagina berfungsi untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada

haid, untuk jalan lahir, dan untuk kopulasi (persetubuhan). Batas dalam secara

klinis yaitu forniks anterior, posterior, dan lateralis di sekitar serviks uteri.

Vagina menghubungkan genitalia interna dan eksterna. Panjang ukuran

anterior vagina adalah 6,5 cm dan posterior vagina 9 cm. Sumbu vagina

berjalan sejajar dengan arah pinggir bawah simfisis ke promontorium. Secara

embriologi, 2/3 bagian atas vagina berasal dari sinus urogenitalis (lipatan-

lipatan ektoderm).3

Epitel vagina terdiri dari epitel skuamosa, terdiri dari beberapa lapis

epitel gepeng tidak bertanduk dan tidak mengandung kelenjar, tapi dapat

terjadi transudasi. Mukosa vagina berlipat-lipat secara horizontal (rugae), di

tengah dan bagian belakang mengeras, disebut dengan kolumna rugarum.

Dibawah epitel vagina terdapat jaringan ikat yang banyak mengandung

pembuluh darah. Dibawah jaringan ikat terdapat otot-otot yang susunannya

serupa dengan otot-otot usus. Bagian luar otot terdapat fasia (jaringan ikat)

yang elastis dan akan berkurang keelastisannya sesuai dengan pertambahan

usia. Sebelah depan vagina terdapat uretra sepanjang 2,5-4 cm. Bagian atas

vagina berbatasan dengan vesika urinaria sampai ke forniks anterior vagina.3


Gambar 2.1: Anatomi sistem reproduksi wanita

2.2 Definisi Vaginitis

Vaginitis adalah peradangan pada mukosa vagina yang dapat

disebabkan oleh mekanisme infeksi maupun noninfeksi. Vaginitis ditandai

dengan pengeluaran cairan abnormal yang sering disertai rasa

ketidaknyamanan pada vulvovagina.4

Vaginitis merupakan peradangan pada saluran reproduksi luar yang

sering terjadi. Peradangan ini dapat disebabkan oleh infeksi, ataupun dari

perubahan hormonal yang terjadi di dalam tubuh.5

2.3 Epidemiologi

Vaginitis merupakan masalah ginekologis yang paling sering terjadi

pada 90% wanita remaja di dunia, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis

bakterial (50%), kandidiasis vulvovaginal (25%), trikomoniasis (25%).


Penelitian-penelitian sebelumnya telah melaporkan angka kejadian vaginitis

di beberapa negara, diantaranya Thailand 33 %, Afrika-Amerika 22,7%,

London 21%, Indonesia 17%, Jepang 14%, Swedia 14%, dan Helsinki 12%.4

Vaginosis bakterial menyerang lebih dari 30% populasi. Dari

penelitian pada wanita berusia 14-49 tahun, 29% diantaranya didiagnosis

mengalami vaginosis bakterial. Wanita dengan riwayat aktivitas seksual

beresiko lebih besar mengalami penyakit ini. Prevalensi meningkat pada

wanita perokok, karena diketahui bahwa kandungan rokok dapat

menghambat produksi hidrogen peroksida oleh Lactobacillus.3

Lactobacillus tumbuh secara normal di vagina sebagai mikroflora

yang mencegah tumbuhnya patogen secara berlebihan. Flora normal ini

memiliki fungsi diantaranya adalah menstimulasi sistem imun,

berkompetisi dengan mikroorganisme lain untuk mendapatkan nutrisi dan

menempel pada epitel vagina, mereduksi pH vagina dengan cara

memproduksi asam laktat, serta menghasilkan substans antimikroba

(bakteriosin dan hidrogen peroksida).3

2.4 Klasifikasi

2.4.1 Vaginosis Bakterial (Vaginitis Non Spesifik)

2.4.1.1 Definisi

Bakterial vaginosis merupakan penyebab tersering dari vaginitis

(40-45%). Penyakit ini ditandai dengan perubahan secara kompleks baik

jumlah dan fungsi dari flora normal. Jumlah dan konsentrasi hidrogen

peroksida akan menurun sedangkan pertumbuhan dari mikroorganisme


patogen (Gardnerella vaginalis, Mobiluncus sp, Mycoplasma hominis,

Atopobium vaginae, dll) meningkat.4

Vaginosis Bakterialis (BV) sebelumnya telah disebut sebagai

vaginitis nonspesifik atau vaginitis Gardnella. Ini adalah perubahan flora

bakteri vagina normal yang mengakibatkan hilangnya hidrogen peroksida

sehingga memproduksi Lactobacilli dan pertumbuhan berlebih dari bakteri

anaerob yang dominan.4

2.4.1.2 Epidemiologi

Bentuk paling umum dari vaginitis di Amerika Serikat adalah BV.

Bakteri anaerob dapat ditemukan di kurang dari 1% flora wanita normal. Pada

wanita dengan BV, konsentrasi anaerob, serta G. vaginalis dan Mycoplasma

hominis, 100 sampai 1.000 kali lebih tinggi daripada wanita normal.

Lactobacilli biasanya tidak ada.5

2.4.1.3 Etiologi

Infeksi ini disebabkan oleh Gardnerella vaginalis, Mobiluncus

spesies, Mycoplasma hominis, dan Peptostreptococcus spesies. Meskipun

begitu, tidak ada penyebab infeksi tunggal tetapi lebih merupakan pergeseran

komposisi flora vagina normal. Pada literatur lain, vaginosis bakterialis

terjadi akibat adanya gardanela vaginosis dan infeksi bakteri anaerob pada

vagina. Faktor risiko vaginosis bakteria adalah pemakaian IUD. Vaginosis

bakteri merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah

dini, kelahiran prematur, dan PID (radang panggul).6,7


2.4.1.4 Manifestasi Klinik6

1. Dapat asimptomatis.

2. Rasa tidak nyaman sekitar vulvavagina (rasa terbakar, gatal), biasanya

lebih ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan

Candida albicans.

3. Dispareunia.

4. Keputihan berbau amis “fishy odor” yang semakin parah setelah

berhubungan seksual dan menstruasi (vagina dalam keadaan basa).

Cairan vagina yang basa menimbulkan terlepasnya amin dari

perlekatannya pada protein dan amin yang menguap tersebut

menimbulkan bau amis.

5. Keputihan tipis homogen warna putih abu-abu berbau amis.

6. Pruritus dan iritasi vulva.

2.4.1.5 Diagnosis

BV didiagnosis berdasarkan temuan berikut:

1. Bau vagina yang mencurigakan, yang terutama terlihat setelah koitus, dan

keluarnya cairan vagina.1,5

2. Sekret vagina berwarna abu-abu dan tipis melapisi dinding vagina.


3.
pH sekret lebih tinggi dari 4,5 (biasanya 4,7 sampai 5,7).1.5

4. Mikroskopi sekret vagina memperlihatkan banyak sel clue, dan leukosit

tidak ada. Pada kasus lanjut BV, lebih dari 20% sel epitel adalah sel clue.1,5

5. Penambahan KOH ke sekret vagina ("tes whiff") menimbulkan bau

amis.1,5
6. Kultur G. vaginais tidak direkomendasikan sebagai alat diagnostik karena

kurangnya spesifisitasnya.1,5

7. Pewarnaan gram ditemukan penurunan jumlah Lactobacillus dan

peningkatan jumlah bakteri anaerob.6

2.4.1.6 Terapi

Idealnya pengobatan BV harus menghambat bakteri anaerob tapi

bukan Lactobacilli vagina. Tatalaksana berikut ini efektif:1,5

1. Metronidazol, antibiotik dengan aktivitas yang sangat baik melawan

anaerob namun aktivitas buruk melawan Lactobacilli, adalah obat pilihan

untuk pengobatan BV. Dosis 500 mg yang diberikan secara oral 2x/hari

selama 7 hari harus digunakan.

2. Metronidazol gel 0,75% satu kali aplikasi (5 gram) intravaginal 1-2x/hari

selama 5 hari. Tingkat kesembuhan keseluruhan berkisar antara 75-84%.

3. Klindamisin dalam regimen berikut juga efektif dalam mengobati BV:

a. Klindamisin krim 2%, satu aplikasi penuh (5 gram) intravaginal pada

waktu tidur selama 7 hari.

b. Klindamisin 300 mg oral 2x/hari selama 7 hari.

2.4.1.7 Komplikasi1,5

1. Wanita dengan BV berisiko tinggi mengalami penyakit radang panggul

(PID), postportal PID, infeksi manset pasca operasi setelah histerektomi,

dan sitologi serviks abnormal.


2. Wanita hamil dengan BV berisiko mengalami ketuban ruptur dini,

persalinan prematur, korioamnionitis, dan endometritis.

3. Pada wanita dengan BV yang menjalani histerektomi, pengobatan

perioperatif dengan metronidazol menghilangkan peningkatan risiko ini.

2.4.2 Trikomoniasis

2.4.2.1 Definisi dan Etiologi

Infeksi yang disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis yang

ditularkan secara seksual. Trikomonas merupakan penyebab 25% infeksi

vagina. Trikomonas adalah organisme yang tahan dan mampu hidup dalam

handuk basah atau permukaan lain. Masa inkubasi berkisar 4 sampai 28 hari.6

2.4.2.2 Epidemiologi

Tingkat transmisi tinggi, terjadi 25% pada semua kasus vaginitis

infeksi.1 70% pria mengidap penyakit ini setelah terpapar dengan wanita yang

terinfeksi, yang menunjukkan bahwa tingkat transmisi antar laki-laki bahkan

lebih tinggi.5

Trikomoniasis sering ditemukan pada usia remaja dan dewasa yang

aktif secara seksual. Pada remaja perempuan, trikomoniasis lebih sering

ditemukan dibandingkan dengan gonore.8 Trikomoniasis simptomatik lebih

sering terjadi pada wanita diabandingkan pria. Namun, wanita juga dapat

menjadi pembawa trikomoniasis asimptomatik. Menurut penelitian

NHANES 2001-2004 yang dilakukan pada perempuan usia 14-49 tahun


menemukan bahwa 85% wanita yang mengalami trikomoniasis melaporkan

tidak memimiliki gejala.9

2.4.2.3 Etiologi

Parasit, yang hanya ada dalam bentuk trophozoit, adalah anaerob

yang memiliki kemampuan menghasilkan hidrogen untuk digabungkan

dengan oksigen untuk menciptakan lingkungan anaerobik. Hal ini sering

menyertai BV, yang dapat didiagnosis pada 60% pasien dengan trichomonas

vaginitis.5 Trikomonas mampu hidup dalam handuk basah atau permukaan

yang lain. Masa inkubas trikomonas biasanya 4 sampai 28 hari.1

2.4.2.4 Manifestasi Klinik

Keluhan dan gejala bisa sangat bervariasi. Gatal-gatal atau rasa

panas pada vagina, rasa sakit dan perdarahan sewaktu berhubungan seksual.

Jika terjadi urethritis maka gejala yang timbul adalah disuria dan frekuensi

berkemih meningkat.6

Cairan vagina biasanya berbuih, tipis, berbau tidak enak, dan

banyak. Warnanya bisa abu-abu, putih, atau kuning kehijauan. Kadang

terdapat eritema atau udem pada vulva dan vagina dan dapat mengenai

serviks sehinggan tampak eritem dan rapuh.6

Pada pemeriksaan dengan menggunakan speculum ditemukan:6

1. Colpitis macularis atau strawberry cervix, yaitu merupakan lesi berupa

bintik makula eritematosa yang difus pada serviks. Namun, lesi ini hanya
terlihat pada 1-2% kasus tanpa menggunakan kolposkopi. Dengan

menggunakan kolposkopi lesi ini terdeteksi sampai dengan 45% kasus.

2. Discharge purulen berwarna kuning kehijauan berbuih, berbau busuk

berjumlah banyak. Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa

bersama-sama memiliki spesifisitas 99% dan secara sendiri-sendiri

memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90% dan 62%.

3. Erithema pada vagina, dan serviks. Serviks terkadang rapuh.

2.4.2.5 Diagnosis

Faktor imun lokal dan ukuran inokulum mempengaruhi munculnya

gejala. Gejala dan tanda mungkin jauh lebih ringan pada pasien dengan

inokulum kecil trikomonad, dan vaginitis trikomonas sering asimtomatik.5

Gejala yang sering muncul adalah:1,5

1. Cairan vagina yang banyak, purulen, berbuih, dan berbau busuk yang

mungkin disertai dengan pruritus vulva.

2. Cairan berwarna abu-abu, putih, atau kuning kehijauan.

3. Sekret dapt memancar dari vagina.

4. Pada pasien dengan konsentrasi organisme tinggi, eritema vagina dan

colpitis macularis (“strawberry” cervix).

5. pH sekret vagina biasanya lebih tinggi dari 5,0.

6. Mikroskopik sekret vagina mempeerlihatkan trichomonad motil dan

peningkatan jumlah leukosit.

7. Sel induk mungkin ada karena adanya hubungan dengan BV.


2.4.2.6 Tatalaksana

Pengobatan vaginitis trikomonas dapat diringkas sebagai berikut:5

1. Metronidazol adalah obat pilihan untuk pengobatan trikomoniasis vagina.

Regimen dosis tunggal (2 g oral), memiliki tingkat kesembuhan sekitar

95%.

2. Pasangan seksual juga harus diobati.

3. Metronidazol gel, meski sangat efektif untuk pengobatan BV, sebaiknya

tidak digunakan untuk pengobatan trikomoniasis vagina.

4. Wanita yang tidak respon dengan terapi awal harus diobati lagi dengan

metronidazol, 500 mg, dua kali sehari selama 7 hari. Jika pengobatan

berulang tidak efektif, pasien harus diobati dengan dosis metronidazol 2-g

satu kali sehari selama 5 hari atau tinidazol, 2 g, dalam dosis tunggal

selama 5 hari.

5. Pasien yang tidak menanggapi pengobatan berulang dengan metronidazol

atau tinidazol dan untuk siapa kemungkinan reinfeksi telah dikeluarkan

harus dirujuk untuk konsultasi ahli. Dalam kasus refraktori yang tidak

umum ini, bagian penting dari manajemen adalah untuk mendapatkan

kultur parasit untuk menentukan kerentanannya terhadap metronidazol dan

tinidazol.

Terapi dengan metronidazole 2 g per oral (dosis tunggal). Pasangan

seks pasien juga harus diobati.6


2.4.2.7 Komplikasi

Morbiditas yang terkait dengan vaginitis trikomonas mungkin terkait

dengan BV. Pasien dengan trichomonas vaginitis berisiko tinggi mengalami

selulitis pasca operasi setelah histerektomi. Wanita hamil dengan vaginitis

trikomonas berisiko tinggi mengalami ketuban pecah dini dan persalinan

prematur. Karena sifat trichomonas vaginitis yang ditransmisikan secara

seksual, wanita dengan infeksi ini harus diuji untuk penyakit menular seksual

lainnya (PMS), terutama Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.

Uji serologis untuk infeksi sifilis dan infeksi human immunodeficiency virus

(HIV) juga harus dipertimbangkan.5

2.4.3 Kandida

2.4.3.1 Definisi

Kandidosis vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi mukosa vagina dan

vulva (epitel tidak berkeratin) yang disebabkan oleh spesies Candida.

Merupakan infeksi jamur oportunistik yang dapat terjadi secara primer atau

sekunder dan dapat bersifat akut, subakut maupun kronis episodik. Infeksi

kronis bila berlangsung lebih dari 3 tahun.6

Kandidosis Vulvovaginalis Rekuren (KVVR) didefinisikan sebagai

infeksi yang mengalami kekambuhan 4 kali atau lebih dalam setahun. Pada

umumnya infeksi disebabkan adanya kolonisasi yang berlebihan dari spesies

Candida yang sebelumnya bersifat saprofit pada vulva dan vagina, dan jarang

disebabkan karena mendapat sumber infeksi dari luar (sumber infeksi dari

tanaman, lingkungan, udara dan tanah).2


2.4.3.2 Epidemiologi

Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia. Pada beberapa negara

kandidosis vulvovaginalis tetap merupakan terbanyak di antara infeksi vagina

terutama di daerah iklim subtropis dan iklim tropis.1

Kandidosis vulvovaginalis umumnya lebih banyak pada perempuan

dengan status sosial ekonomi rendah dan masa kehamilan. Kandidiasis

vulvovaginalis terjadi pada banyak perempuan selama hidupnya, dengan

persentase sekitar 70-75% wanita mendapatkan setidaknya sekali infeksi

KVV selama masa hidupnya, sekitar 40-50% cenderung berulang mengalami

kekambuhan atau serangan infeksi kedua.1

2.4.3.3 Etiologi

Penyebab terbanyak (80-90%) adalah Candida albicans, sedangkan

penyebab terbanyak kedua dan ketiga adalah Candida glabrata

(Torulopsisglabrata) dan Candida tropicalis. Merupakan infeksi jamur

oportunistik yang dapat terjadi secara primer atau sekunder dan dapat bersifat

akut, subakut maupun kronis episodik. Infeksi kronis bila berlangsung lebih

dari 3 tahun.penyakit ini bukan merupakan penyakit IMS, karena kandida

merupakan flora normal yang terdapat dalam vagina. Faktor risiko terjadinya

vaginitis vagina adalah imunodefisiensi atau imunosupresi, diabetes mellitus,

perubahan hormonal (seperti dalam kehamilan), terapi antibiotika spektrum

luas jangka panjang dan obesitas.1


2.4.3.4 Patogenesis

Candida terdapat dalam 2 bentuk yaitu bentuk sel (spora) dan bentuk

miselia (hifa). Koloni jamur tumbuh secara aktif menjadi miselia dan

umumnya ditemukan dalam keadaan patogenik. Jika kondisi memungkinkan,

proses penyakti diduga dimulai dari perlekatan sel Candida pada epitel vagina

dan selanjutnya menjadi bentuk miselia. Hifa Candida kemudian tumbuh dan

berkolonisasi pada permukaan vagina. Percobaan in vitro menunjukkan

proses perlekatan ini, hifa yang tumbuh dan berkolonisasi lebih tinggi oleh

adanya perubahan estrogen. Penemuan ini dapat memberi penjelasan bahwa

kandidosis vulvovaginalis simptomatis lebih sering terjadi pada perempuan

yang berada pada periode antara menarche dan menopause.1,10

Selain itu Candida albicans dapat memproduksi enzim protease

yang bekerja optimal pada pH normal vagina. Hal ini dapat mendukung

pertumbuhan jamur yang dapat menghasilkan beberapa faktor yang dapat

merusak epitel vagina sehingga menyebabkan vaginitis. Mekanisme lainnya

termasuk reaksi alergi terhadap jamur.1,10

Sejumlah kecil dari kelompok penderita kandidosis vulvovaginalis

ini mengalami episode kronis atau rekuren. Hal ini disebabkan oleh infeksi

berulang pada vagina, fase interseluler yang menetap dari organisme

Candida, serta faktor imunitas dari penderita.1,10

Manifestasi klinis KVV merupakan hasil interaksi antara patogenitas

spesies Candida dengan mekanisme pertahanan hospes (host), yang berkaitan

dan dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi. Menurunnya daya tahan

tubuh penderita, adanya perubahan lingkungan daerah vagina yang


menyebabkan menurunnya pertahanan lokal dan reaksi hipersensitivitas

disertai kemampuan spesies Candida untuk menghasilkan faktor virulensi

memegang peranan penting pada patogenitas infeksi. Walaupun pada

sebagian besar kasus perubahan/transformasi kolonisasi spesies Candida dari

bentuk komensal menjadi patogen bersifat spontan dan tidak dapat ditemukan

faktor presipitasinya.1,10

2.4.3.5 Gambaran klinis

Gejala klinis yang sering mucul pada vaginitis kandida adalah:1

1. Pruritus akut dan keputihan (fluor albus) merupakan keluhan awal, gejala

yang lebih sering adalah pruritus vulva. Keputihan tidak selalu ada dan

seringkali hanya sedikit.

2. Iritasi vagina.

3. Disuria.

4. Cairan vagina berwarna putih seperti susu, kental dan tidak berbau.

Keluhan subjektif penderita dapat bervariasi dari ringan hingga

berat. Gejala yang ringan didapatkan pada infeksi karena Candida albicans,

sedangkan Candida nonalbicans, terutama Candida glabrata memberikan

gejala yang lebih berat, relatif lebih resisten terhadap pengobatan dan sering

terjadi rekurensi (KWR).6,7,11

Pruritus akut dan keputihan (fluor albus) merupakan keluhan awal,

gejala yang lebih sering adalah pruritus vulva. Keputihan tidak selalu ada dan

seringkali hanya sedikit. Pada pemeriksaan tampak mukosa vagina

kemerahan dan pembengkakan labia dan vulva sering disertai pustulopapular


di sekeliling lesi. Kadang-kadang dijumpai gambaran khas berupa vaginal

trush yaitu bercak putih terdiri atas gumpalan jamur, jaringan nekrosis sel

epitel yang menempel pada dinding vagina. Rasa sakit di daerah vagina,

iritasi, rasa panas, dispareuni dan sakit bila buang air kecil adalah gejala

sering yang biasa ditemukan. Sekret berwarna putih seperti krim susu/keju

atau kuning tebalm, tetapi dapat juga cair seperti air atau tebal homogen, bau

minimal dan tidak mengganggu, ekskoriasi atau ulkus, serviks biasanya

normal, dapat sedikit eritema disertai sekret putih yang menempel pada

dindingnya.6,7,11

2.4.3.6 Diagnosa

1. Sesuai gejala klinis.

2. Pada pemeriksaan tampak mukosa vagina kemerahan dan pembengkakan

labia dan vulva sering disertai pustulopapular di sekeliling lesi. Kadang-

kadang dijumpai gambaran khas berupa vaginal trush yaitu bercak putih

terdiri atas gumpalan jamur, jaringan nekrosis sel epitel yang menempel

pada dinding vagina. Rasa sakit di daerah vagina, iritasi, rasa panas,

dispareuni dan sakit bila buang air kecil adalah gejala sering yang biasa

ditemukan. Sekret berwarna putih seperti krim susu/keju atau kuning

tebalm, tetapi dapat juga cair seperti air atau tebal homogen, bau minimal

dan tidak mengganggu, ekskoriasi atau ulkus, serviks biasanya normal,

dapat sedikit eritema disertai sekret putih yang menempel pada

dindingnya.1

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Mikroskopis : Deteksi sel-sel ragi atau hifa dengan pewarnaan gram

dari hapusan vagina dan hapusan serviks papaniculau juga sensitif

untuk mendeteksi adanya infeksi pada vagina. Hapusan vagina yang

diambil diberi larutan KOH 10-20% dan dipulas dengan pewarnaan

Gram. Dengan pemeriksaan langsung terlihat sel budding yang khas,

pseudohifa dan kadang-kadang hifa sejati.1,10

b. Pembiakan dapat dilakukan dengan media kultur Sabouraud Dextrose

Agar (SDA) tanpa sikloheksimid, dengan antibiotika kloramphenikol

ditambahkan pada media. Kolonisasi jamur akan tumbuh dalam 24-48

jam pada suhu 20-35oC. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, tepi

seperti lensa bikonveks, basah dan berwarna krem. Dengan media

Cornmeal-Tween 80 atau Nickerson Polysacharide Trypan Blue pada

suhu 25oC, biakan akan tumbuh dalam 3 hari.1,10

2.4.3.7 Diagnosis Banding1

Fisiologis Kandidiasis Trikomoniasis Vaginosis Bakterialis

Vulvovaginalis

Gejala - Pruritus, Iritasi Duh banyak, iritasi, Sedikit duh. Berbau amis

bau busuk, Berbusa

Tampilan Sedikit Sedikit, putih& Banyak, hijau/ abu- Putih/abu-abu, homogen,

sekret kental abu encer

“cheese-like” “ Strawberry

appearance”

pH ±4.5 < 4.5 >5.0 >4.5

Whiff test - - + ++++


Keluhan Tidak ada Gatal/kepanasan, Keputihan berbuih, Keputihan, bau busuk

Utama keputihan bau busuk, pruritus (tidak enak setelah

vulva, disuria senggama), kadang gatal

Pemeriksaan Normal Vulva yang Edema, eritema, Peradangan minimal

Fisik meradang peradanagn vulva

Mikroskopis Sel epitel Leukosit 80% Dari forniks Sedikit leukosit, clue cell +

normal, ditemukan posterior:

Lactobacillus pseudohifa dan Trikomonas 70-80%

+ blastospora

Kultur - Agar Sabaraud Media Feinberg/ Tidak begitu mendukung

dekstrosa Kupferberg

Terapi - Flukonazol 150mg Metronidazol Metronidazol 2x500mg

(PO) 2x500mg (7hari) (7hari)

Single dose Atau Atau

Metronidazol 2gr Metronidazol 2gr dosis

dosis tunggal tunggal

Tabel 2.4.3: Diagnosis Banding

2.4.3.8 Tatalaksana

Berikut ini adalah yang penting dilakukan dalam pengobatan

kandidosis vulvovaginitis.12

1. Eliminasi faktor predisposisi sebagai penyebab.

2. Pemilihan regimen antijamur yang tepat hingga keluhan menghilang dan

pemeriksaan mikroskopis dan kultur negatif.

3. Untuk infeksi rekuren sebaiknya selalu dilakukan kultur dan uji

sensitivitas antijamur.
Macam obat antijamur yang digunakan untuk terapi kandidosis

vulvovaginitis:12

Nama obat Formulasi Dosis

Ketokonazole 200mg oral tablet 2 x 1 tab, selama 5-7 hari

Flukonazole 150 mg oral tablet Dosis tunggal

50 mg oral tablet 1 x 1 tab, selama 7 hari

Itrakonazole 100 mg oral kapsul 2 x 1 cap, selama 2 hari

2 x 2 cap, 1 hariselang 8 jam

Klotrimazole 1%krim intravagina 5 g, selama 7-14 hari

2% krim intravagina 5 g, selama 3 hari

100 mg tab vag 1 tab vag, selama 7 hari

2 tab vag/hari, selama 3 hari

200 mg tab vag 1 tab vag, selama 3 hari

500 mg tab vag 1 tab vag, 1 hari

Mikonazole 2% krim 5 g, selama 1-7 hari

100 mg vag supp 1 tab vag, selama 7 hari

200 mg vag supp 1 tab vag, selama 1-7 hari

1200 mg vag supp 1 tab vag, selama 1 hari

Nystatin 100.000 u tab vag 1 x 1 tab, selama 12 hari

Amphoterisin B 50 mg tab vag 1 x 1 tab, selama 7-12 hari

100 mg cap
BAB III

KESIMPULAN

1. Vaginitis adalah peradangan pada mukosa vagina yang dapat disebabkan oleh

mekanisme infeksi maupun noninfeksi, ditandai dengan pengeluaran cairan

abnormal yang sering disertai rasa ketidaknyamanan pada vulvovagina.

Peradangan ini dapat disebabkan oleh infeksi, ataupun dari perubahan hormonal

yang terjadi di dalam tubuh.

2. Klasifikasi vaginitis antara lain vaginosis bakterialis, trikomoniasis, dan

kandidosis vulvovaginalis.

3. Terapi bakterial vaginosis dapat digunakan terapi metronidazol dan klindamisin

baik oral maupun topikal, untuk trikomoniasis dapat diberikan metronidazol dan

antijamur untuk kandidosis vulvovaginalis.


DAFTAR PUSTAKA

1. Hakimi M. 2011. Radang dan Beberapa Penyakit Lain Pada Alat Genital dalam

Ilmu Kandungan Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal

218-237.

2. Srinivasan S dan Fredricks DN. 2008. The Human Vaginal Bacterial Biota And

Bacterial Vaginosis. Interdiscip. Perspect. Infect. Dis: 750.

3. Gunardi ER dan Wiknjosastro H. 2011. Anatomi Panggul dan Anatomi Isi

Rongga Panggul dalam Ilmu Kandungan Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Hal 1-32.

4. Lamont RF, Akins JD, Hassan SS, Chaiworapongsat, dan Romero. 2011. The

Vaginal Microbiome: New Information About Genital Tract Flora Using

Molecular Based Technique. BJOG. Vol. 118: 533-549.

5. Berek JS. 2007. Berek & Novak's Gynecology, 14th Edition. Lippincott

Williams & Wilkins.

6. Wiknjosastro H, Saifuddin B, Rachimhadi, dan Trijatmo. 2011. Radang Dan

Beberapa Penyakit Lain Pada Alat Genital Wanita dalam Ilmu Kandungan.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo: Jakarta

7. Hakim L. 2009. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. In: Daili, S.F., et al.,
th
Infeksi Menular Seksual. 4 ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 3-16.

8. Huppert JS. 2009. Trichomoniasis In Teens: An Update. Curr Opin Obstet

Gynecol. Vol.21(5):371-8.

9. Sutton M, Sternberg M, Koumans EH, McQuillan G, Berman S, dan Markowitz

L. 2007. The Prevalence Of Trichomonas Vaginalis Infection Among


Reproductive-Age Women In The United States, 2001-2004. Clin Infect Dis. Vol.

45(10):1319-26.

10. Wahyuni Y. 2002. Kejadian Infeksi Klamidia Trachomatis Pada Servisitis

Dengan Skor Vaginosis Bakterialis Lebih Dari 7 (Modifikasi Criteria Nugent).

Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Tesis.

11. Anderson DJ. 2008. Genitourinary Immune Defense. Dalam: Holmes KK,

Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, Watts DH,

editor: Sexually Transmitted Diseases, 4rded. New York; McGraw-Hill. Hal:

271-286.

12. Lacey C, Woodhall S, Wikstrom A, dan Ross J. 2011. European Guideline For

The Management Of Anogenital Warts. IUSTI GW Guidelines. Hal: 2-11.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tonsilitis
    Tonsilitis
    Dokumen3 halaman
    Tonsilitis
    vivid adilyasena putri
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi
    Klasifikasi
    Dokumen2 halaman
    Klasifikasi
    vivid adilyasena putri
    Belum ada peringkat
  • Dis Tosia
    Dis Tosia
    Dokumen35 halaman
    Dis Tosia
    vivid adilyasena putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    vivid adilyasena putri
    Belum ada peringkat
  • Chorionic Villus Sampling
    Chorionic Villus Sampling
    Dokumen13 halaman
    Chorionic Villus Sampling
    vivid adilyasena putri
    Belum ada peringkat
  • Inversio Uteri
    Inversio Uteri
    Dokumen19 halaman
    Inversio Uteri
    vivid adilyasena putri
    Belum ada peringkat