Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PROTEKSI DAN KESELAMATAN

RADIASI
UJI KEBOCORAN RADIASI PESAWAT SINAR-X

Nama : Elta Agustina


NIM : 011500406
Prodi : Teknokimia Nuklir
Semester : IV
Kelompok : J
Asisten Praktikum : Tasih Mulyono, S.ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
UJI KEBOCORAN RADIASI PESAWAT SINAR-X

I. Tujuan Instruksional Umum:


Dapat memahami dan melakukan pengujian kebocoran radiasi pesawat Sinar-X.

II. Tujuan Instruksional Khusus:


1. Dapat menyebutkan definisi kebocoran pesawat sinar-X
2. Dapat menyebutkan batas yang diperbolehkan untuk kebocoran pesawat sinar-X
3. Dapat menjelaskan metoda pengujian kebocoran radiasi sinar-X
4. Dapat melaksanakan pengukuran kebocoran pesawat sinar-X

III. TEORI DASAR


3.1. Pesawat Sinar-X
Pesawat sinar-x terdiri dari sistem dan subsistem sinar-x atau komponen. Sistem
sinar-x adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan cara terkendali.
Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-
x. Pesawat sinar-x diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator
tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-x, kolimator, dan tiang penyanggah tabung.
Apabila ditinjau dari segi bentuk fisik dan penginstalasiannya, maka pesawat sinar-
x dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) jenis, meliputi:
1. Pesawat Sinar-x Dapat Dijinjing/Portabel (Portable)
2. Pesawat Sinar-x Mudah Dipindahkan (Mobile)
3. Pesawat Sinar-x Terpasang Tetap (Stationery)
Adapun spesifikasi dan parameter dari pesawat sinar-x diagnostik untuk radiografi maupun
fluoroskopi harus dipasang secara lengkap meliputi, yakni :
1. Spesifikasi Radiografi
1) Wadah Tabung
- Setiap wadah tabung pesawat sinar-x diagnostik harus dibuat sedemikian rupa
sehingga kebocoran radiasi yang keluar dari berbagai arah tabung, dengan luas tidak
lebih besar 100 cm, paparan di udara 1 mGy dalam 1 jam pada jarak 1 m dari sumber
radiasi sinar-x pada saat dioperasikan tiap tingkat yang dispesifikasi oleh pabrik.
- Harus nampak dengan jelas setiap tanda wadah tabung untuk menunjukkan letak
fokus.
2) Diafragma
- Wadah tabung pesawat sinar-x stationery harus dilengkapi dengan kolimator yang
ada lampunya.

1
- Sedangkan untuk pesawat sinar-x mobile, lampu kolimatornya lebih baik yang
berbentuk konus jika mungkin.
- Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus harus dilengkapi dengan
persyaratan tingkat kebocoran radiasi yang menjelaskan wadah tabung.
- Setiap diafragma harus diberi tanda yang tidak mudah hapus dengan luas lapangan
yang menunjukkan jarak fokus ke film.
3) Filter
- Tabung pesawat sinar-x dengan kemampuan rata-rata di atas 100 kV harus
mengggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm Al filter permanen atau
bawaan.
- Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2, 0 mm Al
(dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat sinar-x yang pengoperasiannya di
atas 100 kV kecuali untuk pesawat mammografi atau dental.
- Mammografi harus mempunyai filter permanen ekivalen 0,5 mm Al atau 0,03
molybdenum (Mo) dalam berkas guna.
- Total filter permanen dalam radiografi Dental konvensional dengan tegangan tabung
sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5 mm Al.
- Sedangkan untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan Chepalometri) tegangan
tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), total filter harus ekivalen 2,5 mm Al.
- Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan juga harus diberi
tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.
4) Konus Khusus
- Konus dental radiografi atau mammografi harus dibuat sedemikian sehingga jarak
fokus dengan kulit paling tidak 20 cm untuk pesawat yang beroperasi di atas 60 kV
dan sekurang-kurangnya 10 cm untuk pesawat hingga 60 kV.
- Konus dental radiografi harus membatasi luas lapangan pada jarak kurang dari 7,5
cm pada bagian ujung konus.
- Untuk Tomografi Panoramic, ukuran berkas pada holder kaset tidak boleh melebihi
ukuran 10 mm x 150 mm.
- Luas berkas total tersebut hendaknya tidak melebihi dari luas celah penerimaan
pemegang (holder) kaset, artinya kelebihan luas tidak boleh lebih dari 20 %.
- Sedangkan untuk Chepalometri harus dilengkapi dengan diafragma atau kolimasi.
- Tempat kedudukan fokus dalam arah sumbu berkas sinar-x harus mudah terlihat.

2. Spesifikasi Fluoroskopi
1) Tabung dan Filter Fluoroskopi
- Wadah tabung harus sesuai dengan tingkat kebocoran radiasi yang telah dijelaskan
padapesawat radiografi.

2
- Berkas guna harus menggunakan total filter tidak kurang dari 2,0 mm Al untuk
fluorokopi umum dan tidak kurang dari 2,5 mm Al untuk pemeriksaan
kardiovaskuler.
2) Kaca Timah Hitam Penahan Radiasi
- Kaca timah hitam yang ada pada screen fluoroskopi harus setara dengan 2,0 mm Pb
untuk operasi hingga 100 kV.
- Untuk peralatan hingga ribuan volt maka timah hitam ekivalensinya 0,01 mm per kV.
3) Penutup Karet Timah Hitam
- Meja & penyangga pesawat sinar-x harus disediakan dengan perlengkapan proteksi
radiasi Dokter Spesialis Radiologi (DSR) dan petugas lainnya.
- Tabir timah hitam ini tebalnya tidak kurang dari 0,5 mm.
- Bucky slot harus disediakan dengan timah hitam setebal 0,5 mm pada bagian
samping DSR.

3.2. Prinsip Kerja Pesawat Sinar-x


Sinar-x bisa dihasilkan oleh seperangkat alat yang desebut pesawat sinar-x.
Pesawat sinar-x banyak digunakan di bidang kesehatan untuk keperluan diagnostik dan
terapi dan di bidang industri, antara lain untuk radiografi. Sinar-x ditemukan pertama
kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm Conrad Roentgen pada tanggal 8
November 1895. Saat itu Roentgen bekerja menggunakan tabung Crookes di
laboratoriumnya di Universitas Wurzburg.

Gambar 1. Skematis tampang-lintang sebuah tabung sinar-x

Proses pembuatan gambar anatomi tubuh manusia dengan sinar-x dapat


dilakukan pada permukaan film fotografi. Gambar terbentuk karena adanya perbedaan
intensitas sinar- X yang mengenai permukaan film setelah terjadinya penyerapan
sebagian sinar-x oleh bagain tubuh manusia.

3
Daya serap tubuh terhadap sinar-x sangat bergantung pada kandungan unsur-
unsur yang ada di dalam organ. Tulang manusia yang didominasi oleh unsur Ca
mempunyai kemampuan menyerap yang tinggi terhadap sinar-x. Karena penyerapan itu
maka sinar-x yang melewati tulang akan memberikan bayangan gambar pada film yang
berbeda dibandingkan bayangan gambar dari organ tubuh yang hanya berisi udara
seperti paru-paru ato air seperti jaringan lunak pada umumnya.
Pada aplikasinya, penciptaan sinar-x tak lagi mengandalkan mekanisme tabung
crookes, melakinkan dengan menggunakan pesawat sinar-x modern. Pesawat sinar-x
modern pada dasarnya membangkitkan sinar-x dengan mem’bombardir’ target logam
dengan elektron berkecepatan tinggi. Elektron yang berkecepatan tinggi tentunya
memiliki energi yang tinggi, dan karenanya mampu menembus elektron-elektron orbital
luar pada materi target hingga menumbuk elektron orbital pada kulit k (terdekat dengan
inti).
Elektron yang tertumbuk akan terpental dari orbitnya, meninggalkan hole pada
tempatnya semula. Hole yang ditinggalkannya itu akan diisi oleh elektron dari kulit luar
dan proses itu melibatkan pelepasan foton (cahaya elektromagnetik) dari elektron
pengisi tersebut. Foton yang keluar itulah yang kemudian disebut sinar-x, dan
keseluruhan proses terbentuknya sinar-x melalui mekanisme tersebut disebut
mekanisme sinar-x karakteristik.
Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah emisi foton yang dialami
oleh elektron cepat yang dibelokkan oleh inti atom target atas konsekuensi dari interaksi
coulomb antara inti atom target dengan elektron cepat. Proses pembelokkan ini
melibatkan perlambatan dan karenanya memerlukan emisi energi berupa foton.
Mekanisme ini disebut bremsstrahlung (bahasa jerman dari ‘radiasi pengereman’).

Gambar 2. Mekanisme bremsstrahlung

4
Selanjutnya, pesawat sinar-x modern memanfaatkan kedua kemungkinan di
atas untuk memungkinkan produksi sinar-x. Seperti terlihat pada gambar ilustrasi, beda
potensial antara anoda dan katoda dibuat sedemikian rupa sehingga mencapai angka
yang cukup untuk membuat elektron melompat dengan kecepatan tinggi setelah katoda
diberi energy (biasanya 1000 volt). Setelah elektron pada katoda melompat dan
menghantam filamen pada anoda, terjadilah sinar-x yang terjadi dengan mekanisme
sinar-x karakteristik ataupun bremsstrahlung.
Karena filamen pada anoda dimiringkan ke bawah, foton sinar-x akan menuju
ke bawah, keluar dari pesawat sinar-x lalu melewati jaringan yang dipotret.
Bayangan/citrapun terbentuk pada film yang diletakkan di bawahnya.

3.3. Kebocoran Pesawat Sinar-X


Kebocoran rumah tabung pesawat sinar-X adalah laju dosis radiasi pada jarak
1 meter dari focal spot pada kondisi tegangan kerja dan arus tabung maksimum. Kriteria
kebocoran rumah tabung berdasarkan NCRP dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
untuk kelompok medis dan kelompok non-medis. Radiografi industri termasuk
kelompok non-medis.
Berdasarkan kriteria ini, radiasi bocor rumah tabung pada jarak 1 meter dari
focal spot tidak lebih dari 1 R/jam bila tabung dioperasikan pada tiap mA dan tegangan
kerja yang telah dispesifikasikan atau kondisi maksimum.
Penentuan tingkat kebocoran radiasi dari rumah tabung berdasarkan
pengukuran laju dosis radiasi pada jarak 1 meter dari focal spot. Pada saat pengukuran,
jendela tabung ditutup dengan bahan yang jenis dan tebalnya sama dengan rumah
tabung. Diambil harga rata-rata pada daerah seluas 100 cm2. Laju paparan radiasinya
diukur dengan menggunakan surveimeter, sebaiknya yang bisa mengukur paparan
radiasi secara kumulatif dalam selang waktu tertentu. Pengukuran dilakukan pada
kondisi tegangan kerja dan arus maksimum, serta biasanya memakan waktu yang cukup
lama, oleh karena itu, lama pengoperasian pesawat sinar-X harus diperhatikan
berdasarkan kemampuan system pendinginnya supaya tidak mengakibatkan rusaknya
tabung sinar-x.
Pengukuran dilakukan dengan memasang peralatan dosimeter pada jarak 1
meter melingkar berdimensi bola dari focal spot. Pengukuran awal dilakukan dengan
parameter perbedaan posisi 90o, apabila hasil pengukuran menunjukkan kecenderungan
tingkat kebocoran tabung pesawat yang tidak melebihi nilai ambang yang ditentukan,
maka pengukuran dengan perbedaan arah 90o dianggap cukup. Tetapi apabila hasil
pengukuran pada titik tertentu menunjukkan kecenderungan tingkat kebocoran tabung
pesawat yang melebihi nilai ambang yang ditentukan, maka dilakukan pengukuran
tambahan sekitar titik tersebut.

5
Gambar 1. Skema pengukuran uji kebocoran tabung pesawat sinar-X

Dosimeter yang digunakan adalah dosimeter digital dengan kepekaan


terhadap sinar-X dengan energy antara 40 keV s/d 1,3 MeV. Kemampuan rekam dosis
yang terdeteksi adalah antara 0,00 – 99 mR atau 0,0000 – 0,0099 mGy. Kemampuan
dosimeter ini jauh dibawah angka 0,1 (mGy/jam) namun tidak ada pengaruhnya, karena
waktu maksimum penyinaran untuk pesawat sinat-X diagnostik sangat singkat.
Dosimeter ditempatkan pada peralatan pengatur posisi, selanjutnya pengatur posisi
ditempatkan pengelilingi focal spot tabung pesawat sinar-X diagnostik..

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Monitor perorangan (dosimeter saku).
2. Pesawat sinar-X.
3. Surveimeter digital / mini dosimeter.
4. Surveimeter analog.
5. Penutup jendela rumah tabung pesawat sinar-x.
6. Timbal.
7. Tanda radiasi.

6
V. LANGKAH KERJA
1. Dosimeter saku digunakan dan dibaca penunjukkan awal dosimeter tersebut.
2. Surveimeter analog dan digital yang akan digunakan diperiksa (baterai, sertfikat
kalibrasi, respon dan skalanya)
3. Surveimeter digital (mini dosimeter) yang akan digunakan untuk mengukur
kebocoran rumah tabung pesawat sinar-x, diatur pada mode “dose” kemudian
diletakkan 1 meter dari focal spot.
4. Jendela sinar-x di tutup dan pesawat sinar-x diatur pada jendela menghadap ke atas.
5. Lampu tanda radiasi dinyalakan..
6. Pesawat sinar-X dinyalakan dan dilakukan aging/pengkondisian untuk
mengkondisikan HV yang tepat.
7. Arus dan tegangan pesawat sinar-x diatur pada kedudukan 120 V.
8. Waktu penyinaran diatur selama 2 menit.
9. Pesawat sinar-x dioperasikan.
10. Praktikan selain operator mengukur dan mencatat laju dosis dengan surveimeter
analog dan digital di beberapa titik di luar ruangan.
11. Setelah penyinaran selesai, surveimeter (minidosimeter) diambil dan dibaca
penunjukkannya, kemudian dicatat sebagai data.
12. Langkah 9 sampai 11 tersebut diulang untuk tiap-tiap perubahan posisi jendela pada
pesawat sinar-x.
13. Pesawat sinar-X dimatikan.
14. Matikan tanda radiasi
15. Penunjukan dosimeter saku dibaca dan dicatat.
16. Surveimeter dimatikan.

7
VI. DATA PENGAMATAN
- Dimensi Pengukuran Kebocoran Sinar-x

Atas

1m

1m
Kiri Kanan
1m

1m

Bawah

Keterangan :
Pesawat Sinar-X

- Denah dan lokasi titik pengukuran di luar ruangan

8
Keterangan :

Pesawat Sinar-X

- Di dalam Ruangan:
Hasil Pengukuran :
Dosis Jarak Waktu
No Posisi
(mSv) (m) ( menit )
1 Atas 0,002 1 2
2 Bawah 0,003 1 2
3 Kanan 0,008 1 2
4 Kiri 0,011 1 2

Faktor Kalibrasi :
- Surveimeter (Mini Dosimeter) 1 (Atas/bawah) : 1.08
- Surveimeter (Mini Dosimeter) 2 (Kiri/Kanan) : 1.12

- Di luar ruangan:
Hasil Pengukuran :
Laju Dosis Rata-Rata
No Titik
(µsv/Jam) (µsv/Jam)
1 A 0.4 0.5 0.45
2 B 1.595 1.324 1.4595
3 C 0.15 0.18 0.165
4 D 1 0.6 0.8

Faktor Kalibrasi :
- Surveimeter 1 (µsv/Jam) : 1.01
- Surveimeter 2 (µsv/Jam) : 1.00
-

9
VII. PERHITUNGAN
- Penentuan Hasil Uji Kebocoran Radiasi Pesawat Sinar-X pada jarak 1 m dari focal
spot :

Laju Dosis Sebenarnya = Laju Dosis Pengukuran × Faktor Kalibrasi


Dosis Pengukuran
Laju Dosis Sebenarnya = × Faktor Kalibrasi
Waktu Pengukuran

- Atas
0,002 mSv
Laju Dosis Sebenarnya = × 1,08
1 jam
2 menit × 60 menit
mSv
Laju Dosis Sebenarnya = 0,0648
jam
mSv 1R
Laju Dosis Sebenarnya = 0,0648 ×
jam 8.77 mSv
R
Laju Dosis Sebenarnya = 0,0074
jam

- Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :

No Posisi Laju Paparan (R/jam)


1 Atas 0.0074
2 Bawah 0.0111
3 Kanan 0.0306
4 Kiri 0.0421

- Pengukuran di luar ruangan:


Laju Dosis Sebenarnya = Laju Dosis Pengukuran × Faktor Kalibrasi

Laju Dosis Faktor Kalibrasi Laju Dosisi


No Titik Pengukuran Sebenarnya
(µsv/jam) (µsv/jam)
1 A 0.45 1,01 0,4545
2 B 1.4595 1 1,4595
3 C 0.165 1 0,165

10
4 D 0.8 1,01 0,808

VIII. PEMBAHASAN

11

Anda mungkin juga menyukai