RADIASI
UJI KEBOCORAN RADIASI PESAWAT SINAR-X
1
- Sedangkan untuk pesawat sinar-x mobile, lampu kolimatornya lebih baik yang
berbentuk konus jika mungkin.
- Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus harus dilengkapi dengan
persyaratan tingkat kebocoran radiasi yang menjelaskan wadah tabung.
- Setiap diafragma harus diberi tanda yang tidak mudah hapus dengan luas lapangan
yang menunjukkan jarak fokus ke film.
3) Filter
- Tabung pesawat sinar-x dengan kemampuan rata-rata di atas 100 kV harus
mengggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm Al filter permanen atau
bawaan.
- Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2, 0 mm Al
(dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat sinar-x yang pengoperasiannya di
atas 100 kV kecuali untuk pesawat mammografi atau dental.
- Mammografi harus mempunyai filter permanen ekivalen 0,5 mm Al atau 0,03
molybdenum (Mo) dalam berkas guna.
- Total filter permanen dalam radiografi Dental konvensional dengan tegangan tabung
sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5 mm Al.
- Sedangkan untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan Chepalometri) tegangan
tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), total filter harus ekivalen 2,5 mm Al.
- Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan juga harus diberi
tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.
4) Konus Khusus
- Konus dental radiografi atau mammografi harus dibuat sedemikian sehingga jarak
fokus dengan kulit paling tidak 20 cm untuk pesawat yang beroperasi di atas 60 kV
dan sekurang-kurangnya 10 cm untuk pesawat hingga 60 kV.
- Konus dental radiografi harus membatasi luas lapangan pada jarak kurang dari 7,5
cm pada bagian ujung konus.
- Untuk Tomografi Panoramic, ukuran berkas pada holder kaset tidak boleh melebihi
ukuran 10 mm x 150 mm.
- Luas berkas total tersebut hendaknya tidak melebihi dari luas celah penerimaan
pemegang (holder) kaset, artinya kelebihan luas tidak boleh lebih dari 20 %.
- Sedangkan untuk Chepalometri harus dilengkapi dengan diafragma atau kolimasi.
- Tempat kedudukan fokus dalam arah sumbu berkas sinar-x harus mudah terlihat.
2. Spesifikasi Fluoroskopi
1) Tabung dan Filter Fluoroskopi
- Wadah tabung harus sesuai dengan tingkat kebocoran radiasi yang telah dijelaskan
padapesawat radiografi.
2
- Berkas guna harus menggunakan total filter tidak kurang dari 2,0 mm Al untuk
fluorokopi umum dan tidak kurang dari 2,5 mm Al untuk pemeriksaan
kardiovaskuler.
2) Kaca Timah Hitam Penahan Radiasi
- Kaca timah hitam yang ada pada screen fluoroskopi harus setara dengan 2,0 mm Pb
untuk operasi hingga 100 kV.
- Untuk peralatan hingga ribuan volt maka timah hitam ekivalensinya 0,01 mm per kV.
3) Penutup Karet Timah Hitam
- Meja & penyangga pesawat sinar-x harus disediakan dengan perlengkapan proteksi
radiasi Dokter Spesialis Radiologi (DSR) dan petugas lainnya.
- Tabir timah hitam ini tebalnya tidak kurang dari 0,5 mm.
- Bucky slot harus disediakan dengan timah hitam setebal 0,5 mm pada bagian
samping DSR.
3
Daya serap tubuh terhadap sinar-x sangat bergantung pada kandungan unsur-
unsur yang ada di dalam organ. Tulang manusia yang didominasi oleh unsur Ca
mempunyai kemampuan menyerap yang tinggi terhadap sinar-x. Karena penyerapan itu
maka sinar-x yang melewati tulang akan memberikan bayangan gambar pada film yang
berbeda dibandingkan bayangan gambar dari organ tubuh yang hanya berisi udara
seperti paru-paru ato air seperti jaringan lunak pada umumnya.
Pada aplikasinya, penciptaan sinar-x tak lagi mengandalkan mekanisme tabung
crookes, melakinkan dengan menggunakan pesawat sinar-x modern. Pesawat sinar-x
modern pada dasarnya membangkitkan sinar-x dengan mem’bombardir’ target logam
dengan elektron berkecepatan tinggi. Elektron yang berkecepatan tinggi tentunya
memiliki energi yang tinggi, dan karenanya mampu menembus elektron-elektron orbital
luar pada materi target hingga menumbuk elektron orbital pada kulit k (terdekat dengan
inti).
Elektron yang tertumbuk akan terpental dari orbitnya, meninggalkan hole pada
tempatnya semula. Hole yang ditinggalkannya itu akan diisi oleh elektron dari kulit luar
dan proses itu melibatkan pelepasan foton (cahaya elektromagnetik) dari elektron
pengisi tersebut. Foton yang keluar itulah yang kemudian disebut sinar-x, dan
keseluruhan proses terbentuknya sinar-x melalui mekanisme tersebut disebut
mekanisme sinar-x karakteristik.
Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah emisi foton yang dialami
oleh elektron cepat yang dibelokkan oleh inti atom target atas konsekuensi dari interaksi
coulomb antara inti atom target dengan elektron cepat. Proses pembelokkan ini
melibatkan perlambatan dan karenanya memerlukan emisi energi berupa foton.
Mekanisme ini disebut bremsstrahlung (bahasa jerman dari ‘radiasi pengereman’).
4
Selanjutnya, pesawat sinar-x modern memanfaatkan kedua kemungkinan di
atas untuk memungkinkan produksi sinar-x. Seperti terlihat pada gambar ilustrasi, beda
potensial antara anoda dan katoda dibuat sedemikian rupa sehingga mencapai angka
yang cukup untuk membuat elektron melompat dengan kecepatan tinggi setelah katoda
diberi energy (biasanya 1000 volt). Setelah elektron pada katoda melompat dan
menghantam filamen pada anoda, terjadilah sinar-x yang terjadi dengan mekanisme
sinar-x karakteristik ataupun bremsstrahlung.
Karena filamen pada anoda dimiringkan ke bawah, foton sinar-x akan menuju
ke bawah, keluar dari pesawat sinar-x lalu melewati jaringan yang dipotret.
Bayangan/citrapun terbentuk pada film yang diletakkan di bawahnya.
5
Gambar 1. Skema pengukuran uji kebocoran tabung pesawat sinar-X
6
V. LANGKAH KERJA
1. Dosimeter saku digunakan dan dibaca penunjukkan awal dosimeter tersebut.
2. Surveimeter analog dan digital yang akan digunakan diperiksa (baterai, sertfikat
kalibrasi, respon dan skalanya)
3. Surveimeter digital (mini dosimeter) yang akan digunakan untuk mengukur
kebocoran rumah tabung pesawat sinar-x, diatur pada mode “dose” kemudian
diletakkan 1 meter dari focal spot.
4. Jendela sinar-x di tutup dan pesawat sinar-x diatur pada jendela menghadap ke atas.
5. Lampu tanda radiasi dinyalakan..
6. Pesawat sinar-X dinyalakan dan dilakukan aging/pengkondisian untuk
mengkondisikan HV yang tepat.
7. Arus dan tegangan pesawat sinar-x diatur pada kedudukan 120 V.
8. Waktu penyinaran diatur selama 2 menit.
9. Pesawat sinar-x dioperasikan.
10. Praktikan selain operator mengukur dan mencatat laju dosis dengan surveimeter
analog dan digital di beberapa titik di luar ruangan.
11. Setelah penyinaran selesai, surveimeter (minidosimeter) diambil dan dibaca
penunjukkannya, kemudian dicatat sebagai data.
12. Langkah 9 sampai 11 tersebut diulang untuk tiap-tiap perubahan posisi jendela pada
pesawat sinar-x.
13. Pesawat sinar-X dimatikan.
14. Matikan tanda radiasi
15. Penunjukan dosimeter saku dibaca dan dicatat.
16. Surveimeter dimatikan.
7
VI. DATA PENGAMATAN
- Dimensi Pengukuran Kebocoran Sinar-x
Atas
1m
1m
Kiri Kanan
1m
1m
Bawah
Keterangan :
Pesawat Sinar-X
8
Keterangan :
Pesawat Sinar-X
- Di dalam Ruangan:
Hasil Pengukuran :
Dosis Jarak Waktu
No Posisi
(mSv) (m) ( menit )
1 Atas 0,002 1 2
2 Bawah 0,003 1 2
3 Kanan 0,008 1 2
4 Kiri 0,011 1 2
Faktor Kalibrasi :
- Surveimeter (Mini Dosimeter) 1 (Atas/bawah) : 1.08
- Surveimeter (Mini Dosimeter) 2 (Kiri/Kanan) : 1.12
- Di luar ruangan:
Hasil Pengukuran :
Laju Dosis Rata-Rata
No Titik
(µsv/Jam) (µsv/Jam)
1 A 0.4 0.5 0.45
2 B 1.595 1.324 1.4595
3 C 0.15 0.18 0.165
4 D 1 0.6 0.8
Faktor Kalibrasi :
- Surveimeter 1 (µsv/Jam) : 1.01
- Surveimeter 2 (µsv/Jam) : 1.00
-
9
VII. PERHITUNGAN
- Penentuan Hasil Uji Kebocoran Radiasi Pesawat Sinar-X pada jarak 1 m dari focal
spot :
- Atas
0,002 mSv
Laju Dosis Sebenarnya = × 1,08
1 jam
2 menit × 60 menit
mSv
Laju Dosis Sebenarnya = 0,0648
jam
mSv 1R
Laju Dosis Sebenarnya = 0,0648 ×
jam 8.77 mSv
R
Laju Dosis Sebenarnya = 0,0074
jam
- Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :
10
4 D 0.8 1,01 0,808
VIII. PEMBAHASAN
11