Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi, perdagangan bebas, dan perkembangan teknologi menimbulkan berbagai

dampak hampir di dalam semua bidang kehidupan. Persaingan ketat antara berbagai bidang

usaha terjadi. Demikian halnya dalam bidang perbankan, tak luput dari kompetisi antara bank-

bank dan lembaga keuangan lainnya. Industri perbankan di indonesia sendiri pun mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah bank yang ada.

Menurut data OJK (Otoritas jasa Keuangan) pada tahun 2017 tercatat sebanyak 116 Bank yang

terdiri dari bank swasta, lokal maupun asing. Dengan jumlah perbankan yang semakin

meningkat menunjukan persaingan di dunia perbankan semakin ketat.

Salah satu bank yang ada di Indonesia adalah Bank Nagari. Bank Nagari adalah satu-

satunya bank milik pemerintah daerah Sumatera Barat yang berguna untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat khususnya di Sumatera Barat. Bank Nagari berpusat di kota Padang.

Bank Nagari didirikan pada tanggal 12 Maret 1962 dengan nama PT Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Barat (PT BPD Sumbar). Pendirian tersebut dipelopori oleh Pemerintah

Daerah beserta tokoh masyarakat dan tokoh pengusaha swasta di Sumatera Barat atas dasar

pemikiran perlunya suatu lembaga keuangan yang berbentuk Bank, yang secara khusus

membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di daerah. Sampai saat sekarang ini

Bank Nagari telah tersebar di 19 kabupaten dan kota dan memiliki 34 kantor cabang serta

diperkuat dengan 46 unit kantor cabang pembantu.

Salah satu Kantor Cabang Pembantu Bank Nagari adalah kantor Cabang Pembantu

Tanjung Ampalu di Sijunjung. Produk perbankan yang ditawarkan pun sangat beragam seperti

1
tabungan, deposito, giro, pinjaman (kredit), safe deposit box dan lain- lain. Salah satu produk

perbankan utama di Bank Nagari adalah produk pinjaman (kredit). Berikut Jumlah Nasabah

Kredit per Maret 2018 dan target tahun 2018 pada Capem Tanjung Ampalu :

Tabel 1.1
Jumlah Nasabah Kredit Capem Tanjung Ampalu per Maret 2018

No Jenis Kredit Jumlah Nasabah Persentase

1 KMK- Multi Guna 13 8.33%

2 KI-Multi Guna 1 0.64%

3 KMK-KPUM 59 37.82

4 KI-KPUM 7 4.49%

5 KUR- Mikro Modal Kerja 39 25.00%

6 KUR- Mikro Investasi 9 5.77%

7 KUR- Ritel Modal Kerja 16 10.26%

8 KUR- Ritel Investasi 12 7.69%

Jumlah 156 100.00%

Tabel 1.2
Target kredit Capem Tanjung Ampalu Tahun 2018

2
Dari Tabel diatas terlihat bahwa Kantor Cabang Pembantu Tanjung Ampalu perlu

untuk meningkatkan jumlah kreditnya agar dapat merealisasikan target kredit tahun 2018.

Namun permasalahan yang terjadi di Capem Tanjung Ampalu ini adalah ketatnya persaingan

dengan Bank pesaing, yaitu Bank BRI dan BPR setempat. Bank Nagari Capem Tanjung

Ampalu pada realitanya masing dianggap “kalah pamor” dengan bank pesaing yaitu Bank BRI.

Masyarakat lebih condong dan lebih ingat kepada bank BRI jika terkait produk pemberian

pinjaman (kredit). Bank Nagari sering dianggap masyarakat hanya merupakan Bank yang

memberikan kredit untuk pegawai.

Persaingan yang sangat ketat inilah yang menuntut bank-bank dan lembaga keuangan

tersebut untuk senantiasa berinovasi, mengembangkan produknya agar dapat tetap bertahan

dalam industri perbankan. Untuk bisa tetap bertahan di tengah persaingan yang ada, suatu bank

harus membangun Brand Awereness dan membentuk Brand Image masing- masing kepada

masyarakat sehingga masyarakat dapat mengenali identitas merek bank dan mempunyai

presepsi tertentu mengenai bank tersebut.

Brand awareness dapat diartikan sebagai kemampuan pelanggan untuk mengenali atau

mengingat kembali sebuah merek dan mengaitkannya dengan satu kategori produk tertentu

(Suciningtyas, 2012). Menurut Ferrina (2008) brand awareness dapat diartikan sebagai

kesadaran konsumen akan keberadaan nama merek dalam benaknya ketika konsumen

memikirkan sesuatu kategori produk (recognition) dan merupakan nama yang paling di

ingatnya untuk kategori tersebut (recall).

Sedangkan brand image menurut Keller (2013) “brand image is concumer’ perception

about a brand, as reflectedby the brand associations held inconsumer memory” yang artinya

brand image adalah persepsi nasabah tentang suatu merek yang ada pada pikiran nasabah.

Persepsi itu sendiri merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasi, dan memberikan

3
penilaian pada objek – objek fisik maupun objek sosial dan pengideraan tersebut tergantung

pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada dilingkungan.

Wilson (2012) menyatakan bahwa brand memainkan peranan penting dalam dalam

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen untuk suatu produk. Selama proses

pengambilan keputusan, konsumen memilih produk-produk dan merek yang mereka sadari

atau ingat. Ini merupakan setting pertimbangan yang penting, karena sebuah merek yang bukan

bagian dari pertimbangan tidak akan dipilih. Dengan kata lain, merek yang memiliki top of

mind yang tinggi memiliki kemungkinan paling tinggi untuk dipilih oleh konsumen sehingga

konsumen melakukan pembelian produk.

Wicaksono (2014) mengemukakan pentingnya pengembangan brand awareness dalam

keputusan pembelian. Brand yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang

positif. Penciptakan kesan menjadi salah satu karateristik dasar dalam orientasi pemasaran

modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari

hal tersebut menjadikan merek suatu produk menciptakan kesadaran dari produk itu sendiri di

benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu

produk.

Keputusan pembelian dilakukan oleh konsumen disebabkan oleh adanya brand

awareness yang dimiliki oleh konsumen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lukman (2014) bahwa brand awareness dan brand image berpengaruh positif terhadap

keputusan pembelian dan kepuasan konsumen. Hal yang sama juga dikemukakan Chi,dkk

(2009) bahwa hubungan antara brand awareness, persepsi kualitas dan loyalitas merek untuk

niat beli yang berpengaruh signifikan dan positif.

Selain brand awareness, brand image juga dapat mempengaruhi konsumen untuk

mengambil keputusan pembelian untuk memilih suatu produk. Keller (2008) berpendapat

4
bahwa melalui brand image, konsumen dapat mengenali produk, mengevaluasi kualitas,

mengurangi risiko pembelian dan memperoleh pengalaman tertentu serta mendapatkan

kepuasan tertentu dari suatu produk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rizan (2012) mengenai variabel brand image terhadap loyalitas merek menunjukkan bahwa

brand image memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas.. Brand image

produk sangat penting sekali diperhatikan dan dikembangkan oleh pihak perusahaan guna

untuk mendapatkan dan mempertahankan nasabah maupun calon nasabah

Dari hal-hal yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dilihat bahwa brand awareness

dan brand image adalah salah satu aspek yang penting untuk bertahan dalam ketatnya

persaingan saat ini. Oleh karna itu perlu dilakukan pembahasan yang mendalam mengenai

brand awareness dan brand image agar diperoleh pemahaman yang menyeluruh. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas topik berjudul “Analisis Brand

Awareness dan Brand Image pada Produk Pemberian Pinjaman (Kredit) pada Bank Nagari

Capem Tanjung Ampalu”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan

yang dikembangkan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Brand Awareness produk Kredit Bank Nagari Capem Tanjung Ampalu

pada masyarakat Sijunjung

2. Bagaimana Brand Image produk Kredit Bank Nagari Capem Tanjung Ampalu pada

masyarakat Sijunjung

3. Bagaimana membangun Brand Awareness produk Kredit Bank Nagari Capem

Tanjung Ampalu pada masyarakat Sijunjung

5
4. Bagaimana membentuk Brand Image produk Kredit Bank Nagari Capem Tanjung

Ampalu pada masyarakat Sijunjung

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini dapat mencapai tujuan

sebagai berikut:

1. Mengetahui Brand Awareness produk Kredit Bank Nagari Capem Tanjung Ampalu

pada masyarakat Sijunjung

2. Mengetahui Brand Image produk Kredit Bank Nagari Capem Tanjung Ampalu pada

masyarakat Sijunjung

3. Mengetahui cara membangun Brand Awareness produk Kredit Bank Nagari Capem

Tanjung Ampalu pada masyarakat Sijunjung

4. Mengetahui cara membentuk Brand Image produk Kredit Bank Nagari Capem Tanjung

Ampalu pada masyarakat Sijunjung

1.4 Manfaat Penelitian

 Bagi Perusahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi bank nagari untuk

mendukung pengembangan usaha produk kredit Bank Nagari

 Bagi Penulis.

Untuk menambah pengetahuan dan sarana penerapan ilmu yang diterima dari

eksternal dan dilapangan ke dalam dunia nyata, serta sebagai bahan pertimbangan

untuk peneliti lainnya.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Merek

Merek (brand) menurut American Marketing Association (Kotler & Keller, 2012)

adalah nama, istilah, tanda, simbol rancangan, atau kombinasi yang dapat mengidentifikasikan

barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual agar dapat membedakan produk tersebut

dari produk pesaing. Merek memberi sejumlah keuntungan pada produsen maupun konsumen.

Menurut Laksana (2008), brand adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain,

atau gabungan semua yang diharapkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang,

penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari

produk pesaing.

Simamora (2002) menyebutkan dengan adanya merek, masyarakat mendapat jaminan

tentang mutu suatu produk yaitu dengan memperoleh informasi yang berkaitan dengan merek

tersebut. Dikenalnya merek oleh masyarakat membuat pihak perusahaan meningkatkan inovasi

produk untuk menghadapi persaingan. Sedangkan bagi produsen merek tentunya bermanfaat

untuk melakukan segmentasi pasar, menarik konsumen untuk membeli produk dari merek

tersebut serta memberikan perlindungan terhadap produk yang dihasilkan.

Sebuah brand yang baik adalah mampu membedakan diri dari pesaing. Menurut Kotler

& Keller (2012) makna brand dapat dibedakan menjadi enam tingkatan yaitu:

1. Atribut

Brand akan mengingatkan orang pada atribut-atribut tertentu. Memberikan suatu

gambaran tentang sifat produk dari merek itu sendiri.

7
2. Manfaat

Suatu merek lebih dari serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli atribut tetapi

membeli manfaat dan atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan

emosional. Sebagai contoh, atribut “tahan lama“ bisa diterjemahkan ke dalam manfaat

fungsional, “saya tidak akan membeli mobil baru dalam beberapa tahun.“

3. Nilai

Brand mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Produsen harus mengenali

secara spesifik kelompok pembeli dengan nilainya sesuai dengan manfaat yang

diberikan oleh brand tersebut. Nilai perusahaan tersebut lah yang membedakan

perusahaan dengan pesaingnya.

4. Budaya

Brand mewakili budaya tertentu, pencerminan dari himpunan simbol, nilai, perilaku

perusahaan tertentu. Secara internal, budaya merek menjadi penuntun semua perilaku

dan tindakan karyawan (mitra internal) perusahaan harus cocok dengan budaya merek

yang tercermin dari merek itu sendiri. Secara eksternal, budaya merek ini akan menjadi

pertimbangan utama bagi konsumen untuk membeli merek produk yang memiliki

simbol, nilai-nilai dan perilaku yang sesuai dengan budaya, nilai-nilai, dan perilaku

mereka sendiri.

5. Kepribadian

Brand akan menarik bagi orang yang memiliki keseuaian antara gambaran dirinya

dengan brand image. Merek memproyeksikan kepribadian tertentu, konsumen

mungkin memvisualisasikan sebuah mobil mahal sebagai sebuah sosok eksekutif muda

yang kaya. Merek akan menarik orang-orang yang diinginkan sesuai dengan image

merek.

8
6. Pemakai

Brand juga menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk

tersebut. Merek memberi kesan mengenai jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk. Saat kita membayangkan suatu produk, kita dapat menebak jenis

konsumen apa yang ungkin bisa menjadi konsumen produk tersebut.

Menurut Kotler dan Keller (2012), merek memiliki manfaat bagi perusahaan yaitu sebagai

berikut :

1. Menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk.

2. Membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi.

3. Menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik

produk. Bagi perusahaan, merek mempresentasikan bagian properti hukum yang sangat

berharga, dapat mempengaruhi konsumen, dapat dibeli dan dijual, serta memberikan

keamanan pendapatan masa depan yang langgeng.

2.2 Brand Awareness

Aaker (2010), mendefinisikan kesadaran merek (brand awareness) adalah kemampuan

dari konsumen potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek termasuk ke

dalam kategori produk tertentu. Brand awareness berarti kemampuan konsumen dapat

mengenali dan mengingat merek dalam situasi yang berbeda. Kesadaran merek terdiri dari

brand recall dan brand recognition. Brand recall berarti ketika konsumen melihat kategori

produk, mereka dapat mengingat nama merek persis, dan pengakuan merek berarti konsumen

memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi merek ketika ada isyarat merek (Aaker, 2009).

Selain itu, Kottler & Keller (2012) menunjukkan bahwa kesadaran merek dapat

dibedakan dari kedalaman dan keluasan. Kedalaman berarti bagaimana membuat konsumen

9
untuk mengingat atau mengidentifikasi merek dengan mudah, dan keluasan mengungkapkan

menyimpulkan ketika konsumen membeli produk, nama merek akan datang ke pikiran mereka

sekaligus.

Brand Awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai dengan

kategori produk, merek, maupun keduanya. Dalam melakukan pengulangan untuk

meningkatkan pengingatan, karena membentuk ingatan lebih sulit dibanding membentuk

pengenalan. Peter (2000) menyatakan bahwa: “Brand Awareness adalah sebuah tujuan umum

komunikasi untuk semua strategi promosi”. Sedangkan menurut Rochaety dan Tresnati (2005)

Brand Awareness merupakan kemampuan seseorang pelanggan untuk mengingat suatu merek

tertentu atau iklan tertentu secara spontan atau setelah dirancang dengan kata-kata kunci”.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek (brand

awareness) adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

Kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat merek suatu produk berbeda

tergantung tingkat komunikasi merek atau persepsi pelanggan terhadap merek produk yang

ditawarkan.

Gambar 2.1

Piramida brand awareness

10
Gambar tersebut diatas menunjukkan adanya empat tingkatan kesadaran merek yang berbeda,

yaitu :

1. Brand Unaware

Adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek di mana konsumen tidak

menyadari adanya suatu merek atau merek yang tetap tidak dikenal walaupun sudah dilakukan

pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall)

2. Brand Recognition

Adalah tingkat minimal kesadaran merek, di mana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah

dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

3. Brand Recall

Adalah pengingatan kembali merek tanpa bantuan. Kategori ini meliputi merek dalam kategori

suatu produk yang disebutkan atau diingat konsumen tanpa harus dilakukan pengingatan

kembali, yang diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan (unaided recall).

4. Top of Mind

Adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul

dalam benak konsumen, atau merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek

yang ada dalam benak konsumen.

Peran Brand Awareness dapat dipahami dengan membahas bagaimana Brand

Awareness menciptakan suatu nilai. Kesadaran merek (Brand Awareness) dapat menciptakan

nilai sedikitnya dalam empat cara, yaitu (Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak, 2001):

11
1. Anchor to which other association can be attached, artinya suatu merek dapat digambarkan

seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi dan merek

tersebut.

2. Familiarity-Liking, artinya mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk

produk- produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah) seperti pasta gigi, tissue,

dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang

dapat menjadi pendorong dalam membuat keputusan.

3. Substance/Commitment, kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen,

dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena

beberapa alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi

yang luas, ekesistensi yang sudah lama dalam industri. Jika kualitas kedua merek sama, Brand

Awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.

4. Brand to consider, langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi dari

suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek mana yang akan

diputuskan dibeli. Merek yang memiliki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi.

Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di

benak konsumen. Biasanya merek-merek yang tersimpan dalam ingatan konsumen adalah

merek yang disukai atau merek yang dibenci.

Beberapa cara yang harus dilakukan perusahaan agar dapat mencapai Brand Awareness

(Aaker, 2010), antara lain :

1. Pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan kepada konsumennya harus mudah diingat

dan berbeda dari produk yang lain, selain itu harus ada hubungan antara merek dengan kategori

produknya.

12
2. Apabila produknya memiliki simbol, hendaknya simbol yang digunakan dapat dihubungkan

dengan mereknya.

3. Perluasan merek (Brand Extensions) dapat digunakan agar merek semakin banyak diingat

atau dikenal oleh konsumen.

4. Event Sponsorship dan Publicity dapat digunakan untuk mencapai Brand Awareness.

5. Perusahaan harus terus melakukan pengulangan-pengulangan terhadap pesan yang

disampaikan, hal ini dilakukan karena membentuk ingatan konsumen terhadap suatu merek

lebih sulit dibandingkan dengan mengenalkan suatu merek kepada konsumen.

2.3 Brand Image

Menurut Keller (2013), citra merek atau brand image dapat didefinisikan sebagai

pencitraaan dari sebuah merek yang dibawa masuk ke dalam benak konsumen.

Menurut Hsieh & Pan, (2011) citra merek atau brand image membantu konsumen

dalam mengenali kebutuhan mereka dan kepuasan mengenai merek, juga membedakan merek

dari saingan lainnya memotivasi pelanggan untuk membeli produk dari suatu merek dagang.

Menurut penelitian yang dijalankan oleh Low dan Lamb (2008) dijelaskan bahwa

semakin dekat dan semakin baik sebuah citra merek, semakin tinggi pula nilai merek dalam

pandangan konsumen.

Kotler & Keller (2012) mendefinisikan brand image sebagai ̋The perceptions and

beliefs held by consumers, as reflected in the associations held in consumer memory. ̋ Hal ini

dapat diartikan sebagai persepsi dan kepercayaan yang dipegang oleh konsumen, yang

13
tercermin atau melekat dalam benak dan memori dari seorang konsumen sendiri. Persepsi ini

dapat terbentuk dari informasi atau pengalaman masa lalu konsumen terhadap merek tersebut.

Kotler & Keller (2012) berkata bahwa ̋All companies strive to build a brand image with

as many strong, favorable, and unique brand associations as possible. ̋ Jika melihat perkataan

ini, semua perusahaan berusaha menciptakan citra merek yang baik dan kuat dengan

menciptakan suatu merek seunik mungkin yang dapat menguntungkan.

Faktor – faktor pendukung terbentuknya brand image menurut Keller (2009) adalah :

1). Favorability of brand association / Keunggulan asosiasi merek.

Salah satu faktor pembentuk brand image adalah keunggulan produk, dimana produk tersebut

unggul dalam persaingan. Contoh: Oliver Footwear merupakan penghasil alas kaki terbesar di

Australia. Produknya adalah sepatu bot tinggi untuk tempur, sepatu tinggi untuk pemadam

kebakaran. Sepatu bot yang diproduksi awal tahun 1990-an ini sekarang menjadi salah satu

model sepatu terbaik di Australia. Kelebihan sepatu ini adalah kualitas yang unggul baik dalam

hal model maupun kenyamanan pada saat di pakai. Sepatu ini berusaha untuk terus

mempertahankan “gaya gagah dan watak sederhana“. Karena keunggulan kualitas (model dan

kenyamanan) dan ciri khas itulah yang menyebabkan sepatu ini mempunyai daya tarik

tersendiri bagi kalangan orang muda, usahawan Barat kaya serta para wanita.

2). Strength of brand association/familiarity of brand association / Kekuatan asosiasi merek

Contoh membangun kepopuleran merek dengan strategi komunikasi melalui periklanan: Hotel

Shangri-la sebagai hotel bintang lima yang berhasil menampilkan diri sebagai merek hotel yang

berkualitas di wilayahnya pada tahun 1990-an. Strategi yang digunakan adalah dengan

melakukan kampanye iklan dengan slogan “Kemana lagi kecuali ke Shangri-La ?”. Kewajiban

14
mendasar bagi pemilik merek untuk dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/

kepribadian tersebut dalam satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran

lainnya. Hal itulah yang akan terus menerus menjadi penghubung antara produk/merek dengan

konsumen. Dengan demikian merek tersebut akan cepat dikenal dan akan tetap terjaga

ditengah–tengah maraknya persaingan.Membangun popularitas sebuah merek menjadi merek

yang terkenal tidaklah mudah.

3). Uniqueness of brand association / Keunikan asosiasi merek

Merupakan keunikan–keunikan yang di miliki oleh produk tersebut. Sebagai salah satu contoh

adalah usaha Negara Singapura yang dimulai pada tahun 1970-an, di mana Negara ini berusaha

serius terlibat dalam dunia pariwisata. Pada tahun itu, Singapura sadar akan keberadaannya

yang tidak memiliki kekuatan besar untuk meningkatkan pertumbuhan sektor pariwisata.

Menurut Joseph Plummer (2007), citra merek terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. Product attribute (atribut produk)

Merupakan hal-hal yang berkaitan dengan merek tersebut sendiri, seperti kemasan,

rasa, harga dan lain-lain.

2. Consumer benefits (keuntungan konsumen)

Merupakan kegunaan produk dari merek tersebut.

3. Brand personality (kepribadian merek)

Merupakan asosiasi yang mengenai kepribadian sebuah merek apabila merek tersebut

adalah manusia.

15
Berikut adalah Beberapa manfaat brand image pada perusahaan :

1. Memberikan daya tarik tersendiri bagi para konsumen.

2. Lebih mudah mendapatkan loyalitas pelanggan.

3. Membuka peluang untuk menetapkan harga jual yang lebih tinggi.

4. Peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan diferensiasi produk.

5. Menjadi ciri tertentu yang membedakan produk dengan produk pesaing.

Menurut Janita Dewi (2005), pada dasarnya brand image dibangun dengan tiga cara yaitu :

1. Feature-based

Suatu brand dapat dinilai lebih tinggi dengan menambahkan fitur produk yang bisa menjadi

pembangkit citra atau asosiasi dengan cara membangkitkan dan menjalin ikatan emosional

dengan konsumen.

2. User-imagery

User-imagery digunakan jira sebuah brand menciptakan citra dengan memfokuskan pada siapa

yang menggunakan brand tersebut. Karakteristik pengguna brand tersebut menjadi nilai dari

brand itu di mata konsumen.

3. Iklan

Kampanye iklan yang efektif bisa membentuk citra produk misalnya dengan mengasosiasikan

suatu brand dengan golongan konsumen tertentu atau dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi

dalam masyarakat, bahkan iklan suatu brand tertentu bisa jadi pembeda utama yang membuat

suatu produk berbeda dari produk-produk sejenis.

16
Setelah brand image tersebut dibangun, maka perlu strategi untuk mempertahankannya

agar menjadi kuat. Brand image yang kuat dapat diperoleh dengan cara:

1. Being different, yaitu produk harus memiliki pembeda atau keistimewaan sehingga mudah

diingat dan dikenal.

2. Melibatkan slogan atau jingle sehingga mudah diingat dalam aktivitas promosi.

3. Symbol exposure, adalah tanda, logo, atau simbol, yang memudahkan perusahaan untuk

mengenalkan produknya sehingga dapat mengenalkan brand pada konsumen.

4. Mempertimbangkan brand extensión untuk membuat brand lebih menonjol.

5. Menggunakan tanda pengenal atau identifikasi pada produk, seperti menciptakan kemasan

yang unik, atau penggunaan warna yang menarik.

6. Recall requaries untuk mencapai tingkat brand image yang diinginkan.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi

kasus, sehingga peneliti berupaya memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam

mengenai subyek yang diteliti. Oleh karena itu, data yang terkumpul adalah data deskriptif

yang diperoleh dari kata-kata dan juga perilaku yang berkaitan dengan tingkat brand awareness

dan brand image terhadap produk kredit Bank Nagari di wilayah kerja Capem Tanjung

Ampalu.

Menurut Sukmadinata (2011) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi,pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Selanjutnya menurut Moleong (2010) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Bogdan dan Taylor (2007) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal

menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide,

18
persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur

dengan angka.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Adapun yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja Bank Nagari Capem Tanjung Ampalu.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang

juga memilki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang mewakili populasi. Pengambilan

sampel dalam penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa populasi sangat besar

sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh data yang ada karena memerlukan

banyak biaya, waktu, dan tenaga. Oleh sebab itu, penelitian ini hanya menggunakan sebagian

dari keseluruhan objek penelitian yang disebut sampel (Sugiyono, 2013). Jumlah responden

dalam penelitian ini adalah 30 orang masyarakat di wilayah kerja Bank Nagari Capem Tanjung

Ampalu.

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pengambilan sample non-probabilitas (non-probabilty sampling) dengan menggunakan teknik

Purposive Sampling. Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik Purposive Sampling ini dilakukan

agar responden yang didapat memang tepat untuk menjadi sumber informasi dan sesuai dengan

19
kriteria penelitian. Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di

wilayah kerja Bank Nagari Capem Tanjung Ampalu yang sudah berumur diatas 20 tahun.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara

khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Sugiyono, 2013). Jenis

data ini diperoleh secara langsung dari sumbernya, yaitu dengan cara melakukan wawancara

kepada responden yang terpilih.

3.3.2 Data Sekunder

Sekaran (2009) menyatakan bahwa data sekunder merupakan data primer yang telah

diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain,

misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini didapat melalui berbagai

sumber yaitu buku, jurnal ilmiah, literatur artikel, serta situs diinternet yang berkenaan dengan

penelitian yang dilakukan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran

dan keberhasilan suatu penelitian. Dijelaskan oleh Sugiyono (2009) bahwa pengumpulan data

dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.

Dalam penelitian ini studi lapangan dilakukan dengan cara pengambilan data secara langsung

dengan metode lapangan (field research) yaitu melakukan wawancara kepada responden yang

terpilih.

20
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (nara sumber) (Arikunto, 2006). Pendapat di atas

sejalan dengan Ratna, (2010) dalam bukunya yang berjudul Metodelogi Penelitian Kajian

Budaya dan Ilmu-Ilmu Humaniora Pada Umumnya yang menyatakan bahwa: “Wawancara

(interview) adalah cara-cara untuk memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-

cakap, baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok. Wawancara

melibatkan dua komponen, pewawancara yaitu peneliti itu sendiri dan orang yang

diwawancarai”.

Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan wawancara,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda, taksa, atau pun

yang bersifat ambiguitas.

2. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak pertanyaan

khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi beberapa pertanyaan

baru.

3. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan acuan waktu

dan tempat yang jelas.

4. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka pengalaman konkrit

si responden.

5. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada atau sama sekali tidak

menyebutkan alternatif.

6. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat responden marah ,malu atau

canggung, gunakan kata atau kalimat yang dapat memperhalus.

21
3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (2010), adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang

lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data

adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian

mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain.

McDrury ( Collaborative Group Analysis of Data, 1999 ) seperti yang dikutip Moleong

(2007) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam

data,

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari

data.

3. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.

4. Koding yang telah dilakukan.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan

kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi obyek penelitian.

Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil

wawancara. Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya

peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan reduksi data. Peneliti

membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat

informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-

22
kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja. Abstraksi yang sudah dibuat

selanjutnya dirangkum dalam bentuk domain penelitian yaitu gambaran yang umum dan

menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial.

23
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Demi memacu gerak pembangunan didaerah khususnya Sumatera Barat, diperlukan

adanya suatu lembaga keuangan yang secara khusus membantu pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan. Atas dasar pemikiran tersebut pemerintah daerah dan beberapa

tokoh pengusaha pada tanggal 12 maret 1962 telah menghadap kepada Notaris Hasan Qalby di

Padang, Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat di wakili oleh Soelamat Dipowardojo dan

pihak swasta diwakili oleh Hadis Didong untuk mengukuhkan pendirian ‘PT. Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Barat’.

Berdasarkan Akta NO. 9 tahun 1962 oleh Notaris Hasan Qalby maka didirikan Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Barat berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ). Perusahaan ini

dikuatkan lagi dengan Surat Keputusan Wakil Mentri I Bidang Keuangan Republik Indonesia

Nomor BUM / 9-44 / II tanggal 15 April 1962 tentang pemberian izin usaha Bank pada PT.

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat yang berkedudukan di Padang.

Dengan adanya Perda No. 4 tahun 1973 tentang Bank Pembangunan Daerah Sumatera

Barat, maka ditetapkan perubahan status Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dari

Perseroan Terbatas (PT) menjadi Milik Pemerintah Daerah Sumatera Barat dengan ketentuan

kepemilikan modal terdiri dari Pemda Tk I, Pemda Tk II dan pihak Swasta.

Pada tahun 1967 keluar Undang-undang No. 14 tahun1967 tentang pokok perbankan

dengan demikian UU No. 13 tahun 1962 yang diundang terlebih dahulu dari UU No. 14 tahun

1967 harus tunduk kepada UU No. 14 tahun 1967 sebagai ketentuan pokok-pokok perbankan

di Indonesia. Kemudian dalam perkembangannya, peraturan daerah No. 4 tahun 1973 berikut

dengan perubahan-perubahannya dirasakan tidak sesuai lagi, sehingga akhirnya dicabut dan

24
diganti dengan peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Sumatera Barat No. 10 Tahun 1985 tanggal

31 Desember 1985 tentang Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dengan pengesahan

Mentri Dalam Negeri No. 584-432 tanggal 19 April 1986 dan telah diundang dalam lembaran

Daerah Provinsi daerah Tingkat I Sumatera Barat No. 6 tanggal 19 April 1986.

Berdasarkan Perda No. 15 tahun 1992 tersebut, penyertaan modal bank dari pihak

ketiga dimungkinkan sekurang-kurangnya 51 % modal disetor merupakan penyertaan modal

dari Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II.

Dalam rangka mengantisipasi era globalisasi dan perdagangan bebas, Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Barat sebagai alat otonomi daerah dirasa perlu meningkatkan

kemampuan berkompetitif antar sesama Bank Umum dengan cara memperluan daerah operasi

keluar daerah Sumatera Barat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan menerbitkan

Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Barat No. 2 tahun 1996 yang isisnya antara lain tentang

perubahan penyebutan/ panggilan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dari BPD

Sumatera Barat menjadi Bank Nagari.

Dalam rangka memperluas daerah operasi, dilakukan pembukaan kantor-kantor

cabang, yang salah satunya adalah kantor Cabang Sijunjung. Saat ini, Bank Nagari Cabang

Sijunjung sudah memliki 3 Cabang Pembantu yaitu Capem Sei Tambang dan Capem Pasar

Sijunjung, dan Capem Tanjung Ampalu, Bank Nagari Cabang Sijunjung juga memiliki Kantor

Khas yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sijunjung dan memiliki satu mobil

unit.

25
4.2 Karakteristik Responden

20

15
20
10
10
5

0
PRIA WANITA

Series1

Gambar 4.1
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

50>
13% 21-30
27%
41-50
20%

31-40
40%

Gambar 4.2
Karakteristik Responden berdasarkan Usia

26
INDUSTRI

JASA

Series1

PETANI

PEDAGANG

0 5 10 15

Gambar 4.3
Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

Chart Title

17% 23%
SD

27% SMP

33% SMA
SARJANA

Gambar 4.4
Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.3 Brand awareness dan brand image pada produk kredit Bank Nagari Capem Tanjung

Ampalu

Aaker, et al (2010), mendefinisikan kesadaran merek (brand awareness) adalah

kemampuan dari konsumen potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek

termasuk ke dalam kategori produk tertentu. Brand awareness berarti kemampuan konsumen

dapat mengenali dan mengingat merek dalam situasi yang berbeda.

27
Berdasarkan hasil interview kepada 30 responden di wilayah kerja Capem Tanjung

Ampalu terkait tingkat brand awareness produk kredit Bank Nagari, didapatkan hasilebagai

berikut :

14
12
10
8
6
4
Series1
2
0

Gambar 4.4
Hasil Interview Responden

Berdasarkan hasi interview kepada responden yang terpilih, didapat kesimpulan bahwa

saat ini mayoritas tingkat kesadaran masyarakat Tanjung Ampalu akan produk kredit pada

Bank Nagari adalah hanya sampai pada level Brand Recall. Dimana konsumen dapat

mengingat Bank Nagari ketika disebutkan mengenai produk kredit perbankan.

Namun pencapaian ini masih dianggap kurang maksimal dikarenakan tidak sedikit

masyarakat yang masih berada pada level brand unaware terhadap produk tersebut. Brand

Unaware adalah kondisi dimana masyarakat tidak mengetahui tentang adanya suatu produk

atau merek tertentu. Pada kasus ini masyarakat sama sekali tidak mengetahui bahwa Bank

Nagari menyediakan produk perbankan berupa pemberian pinjaman/kredit.

Bukti lainnya yang menunjukkan bahwa pencapaian Bank Nagari Capem Tanjung

Ampalu masih dianggap belum maksimal adalah karena berdasarkan hasil interview, level Top

28
of Mind pada kategori produk kredit perbankan masih dikuasai oleh Bank pesaing, yaitu Bank

BRI. Ketika responden ditanya mengenai satu bank yang mewakili produk kredit perbankan,

sebagian besar masyarakat menjawab Bank BRI, Bukan Bank Nagari. Hal tersebutlah yang

perlu untuk diantisipasi oleh Bank Nagari Capem Tanjung Ampalu guna meningkatkan pangsa

pasar dengan cara meningkatkan level Brand Awareness masyarakat terhadap produk yang

ditawarkan.

Sedangkan untuk brand image, masih banyak masayarakat yang “salah” membangun

brand image terkait produk kredit yang ditawarkan Bank Nagari. Masih banyak masyarakat

wilayah kerja Capem tanjung Ampalu yang berasumsi bahwa Bank Nagari hanyalah Bank yang

memberikan kredit khusus pegawai. Brand Image yang sudah terbentuk di benak masyarakat

ini harus dibenahi agar tercapainya tujuan perusahaan.

3.3 Strategi membangun brand awareness dan brand image pada produk kredit Bank

Nagari Capem Tanjung Ampalu

Terdapat beberapa strategi dalam membangun brand awareness konsumen antara lain :

melalui social media, content marketing, video marketing, influencer marketing, event

marketing, sponsorship dan merchandise. Namun strategi tersebut harus disesuaikan dengan

target pasar dari produk yang kita tawarkan.

Dengan memahami target pasar / konsumen yang diinginkan, perusahaan akan menjadi

lebih mudah dalam menilai cara seperti apa yang tepat dilakukan pada calon konsumen agar

tercipta brand awareness yang tinggi pada produk tersebut. Pada masyarakat wilayah kerja

Capem Tanjung Ampalu, strategi dalam membangun brand awareness yang dianggap tepat

adalah dengan mengadakan event marketing, sponsorship dan pemberian merchandise. Social

media, video marketing, content marketing dan influencer marketing dianggap bukan

29
merupakan cara yang tepat untuk melakukan pendekatan pada masyarakat wilayah kerja

Capem Tanjung Ampalu.

Event marketing disini dapat dicontohkan seperti mengadakan event atau bazaar yang

mengikut-sertakan seluruh nasabah kredit Bank Nagari dengan berbagai latar belakang usaha,

sehingga para calon nasabah atau masyarakat dapat mengetahui jenis usaha apa saja yang bisa

dibiayai oleh Bank Nagari.

Sponsorhip sangat membantu mendukung untuk terciptanya brand awareness,

contohnya event-event yang diadakan oleh pemerintah setempat dapat berikan sponsorship

dengan menyisipkan Brand Bank Nagari di setiap media promosi event nya, sehingga tanpa

sadar masyarakat telah mengingat Bank Nagari menjadi bagian dari mereka.

Sedangkan untuk merchandise, cara ini termasuk efektif dalam membangun Brand

Bank Nagari itu sendiri, mulai dari topi, mug, payung, pin atau pun stiker dengan kata-kata

menarik yang diberikan kepada nasabah maupun calon nasabah dapat menjadi suatu kebanggan

bagi yang menggunakannya. Seperti yang diketahui tidak semua masyarakat di wilayah kerja

Capem Tanjung Ampalu terjangkau informasi, Sehingga pembangunan karakter brand itu

menjadi lebih dekat dengan masyarakat.

Sedangkan strategi untuk membangun brand image yang kuat, antara lain : dengan

meningkatkan brand awareness masyarakat, membangun karakter yang otentik, membangun

persepsi, serta menyajikan hal yang unik.

Komunikasi yang dilakukan untuk membangun brand image bisa dilakukan dengan

cara membangun persepsi. Cara ini bisa dilakukan terutama supaya orang-orang menjadi lebih

mengerti nilai dan kelebihan produk. Salah satu jenis komunikasi yang bisa digunakan di sini

adalah komunikasi pemasaran yang sifatnya adalah persuasif. Jenis komunikasi yang

digunakan bisa disamakan dengan komunikasi yang dilakukan dalam membentuk brand

awareness yaitu dengan mengadakan event, sponsorship, maupun pemberian merchandise.

30
Menyajikan hal yang unik juga merupakan salah satu hal yang dapat memperkuat brand

image. Adanya kelebihan produk kita dibanding produk pesaing akan membentuk brand image

yang kuat terhadap produk. Beberapa inovasi yang bisa diterapkan perusahaan agar berbeda

dari pesaingnya antara lain dengan memberikan kredit dengan plafon pembiayaan kecil yang

dapat membantu perekonomian daerah terutama daerah Sijunjung yang dominan masih

didominasi petani. Dalam pemberian kredit pada proposal usaha memang sangat rentan dan

beresiko bagi dana bank karena kerugian atau kegagalan usaha lebih tinggi dari keberhasilan

dan dana yang diberikan akan sia-sia atau hilang lebih tinggi dari usaha yang telah berjalan,

tapi tidak semua proposal usaha akan gagal, dengan lebih cermat dan lebih memahami peluang

usaha yang dituangkan pada proposal usaha, kemungkinan usaha yang diberi kredit berhasil

dan berlanjut dalam pengambilan kredit akan lebih tinggi sehingga untuk kedepannya akan

lebih baik dan menguntungkan bank.

Keunikan yang lain yang bisa diciptakan adalah dengan memberikan pembinaan

kepada nasabah yang berniat untuk memulai usaha tapi tidak mengetahui usaha apa yang cocok

dan menguntungkan untuk saat ini, dimana tidak semua nasabah terjangkau informasi. Selain

membuka usaha lain didaerah tersebut dalam upaya peningkatan pendapatan daerah juga dapat

meningkatkan loyalitas nasabah pada Bank Nagari terutama Cabang Ampalu, Sijunjung. Dan

manfaat yang diperoleh oleh Bank Nagari sendiri selain loyalitas nasabah juga menumbuhkan

brand image yang baik yang diperoleh dari masyarakat. Hal terakir yang bisa dilakukan untuk

memberikan keunikan adalah dengan promosi yang ditawarkan bukan hanya sekedar hadiah

langsung atau suku bunga yang kompetitif tapi juga penawaran promosi usaha dan akomodasi

yang dapat diberikan kepada nasabah yang sudah memiliki usaha tapi terbentur pada wilayah

jual hanya pada lingkup kecil, seperti yang diketahui tidak semua masyarakat didaerah Ampalu

Sijunjung yang terjangkau informasi. Dengan diberikan fasilitas dalam memperluas usaha

31
nasabah, akan meningkatkan usaha nasabah tersebut dan bagi Bank Nagari akan memberikan

nilai lebih, dari peningkatan kredit juga tabungan dari nasabah tersebut.

32
BAB V

KESIMPULAN

Persaingan yang sangat ketat menuntut bank-bank dan lembaga keuangan tersebut

untuk senantiasa berinovasi, mengembangkan produknya agar dapat tetap bertahan dalam

industri perbankan. Untuk bisa tetap bertahan di tengah persaingan yang ada, suatu bank harus

membangun Brand Awereness dan membentuk Brand Image masing- masing kepada

masyarakat sehingga masyarakat dapat mengenali identitas merek bank dan mempunyai

presepsi tertentu mengenai bank tersebut.

Brand awareness dari produk kredit pada Bank Nagari Capem Tanjung Ampalu yang

saat ini dianggap belum mencapai level Top of Mind dapat ditingkatkan dengan menggunakan

media promosi seperti mengadakan event, sponsorship maupun pemberian merchandise.

Sedangkan untuk memperkuat brand image produk itu sendiri, perusahaan bisa menampilkan

suatu yang unik yang berbeda dengan pesaingnya seperti memberikan kredit dengan plafon

pembiayaan kecil , memberikan pembinaan kepada nasabah yang berniat untuk memulai usaha

tapi tidak mengetahui usaha apa yang cocok dan menguntungkan untuk saat ini maupun

memberikan penawaran promosi usaha dan akomodasi yang dapat diberikan kepada nasabah

yang sudah memiliki usaha tapi terbentur pada wilayah jual hanya pada lingkup kecil.

Dengan terciptanya brand awareness dan brand image yang kuat nantinya akan

memainkan peranan penting dalam dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

untuk suatu produk dalam keputusan pembelian. Brand yang dikelola dengan baik akan

menghasilkan konsekuensi yang positif. Penciptakan kesan menjadi salah satu karateristik

dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta

penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk

33
menciptakan kesadaran dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan

motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk.

34

Anda mungkin juga menyukai