Disusun Oleh:
Anisa Kusuma Astuti
G99162109
Periode: 26 Maret – 8 April 2018
Pembimbing:
Christianie, drg., Sp.Perio
2. Penyakit Periodontal
1. Definisi
c. Defisiensi Nutrisi
Defisiensi vitamin C yang berat dapat menginduksi kerusakan jaringan
periodontal secara nyata pada manusia.Perubahan awal dapat
bermanifestasi sebagai ginggivitis ringan hingga sedang, yang diikuti oleh
pembesaran ginggiva yang terinflamasi akut, edematous dan
hemoragik.Gejala oral ini disertai perubahan fisiologik menyeluruh seperti
kelesuan, lemah, malaise, nyeri sendi, ekimosis, dan turunnya berat badan.
Jika tidak terdeteksi pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan jaringan
periodontal yang hebat.6
Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis yang
bermanifestasi sebagai riketsia pada anak atau osteomalasia pada orang
dewasa. Kedua kondisi ini dapat dikaitkan dengan kerusakan jaringan ikat
periodontal dan penyerapan tulang alveolar.7
d. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menekan respon imun inang dan
menyebabkan penyembuhan luka yang tidak baik serta infeksi kambuhan
Manifestasi dalam rongga mulut dapat berupa abses periodontal multipel
atau kambuhan dan selulitis. Pasien penderita diabetes mellitus yang tidak
terkontrol atau tidak terdiagnosa, lebih rentan terhadap gingivitis,
hyperplasia ginggiva, dan periodontitis. 7
C. Periodontitis
1. Definisi
Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan
penyangga gigi yang melibatkan gingival, ligament periodontal,
sementum, dan tulang alveolar. Periodontitis dapat berkembang dari
gingivitis (peradangan atau infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi
akan meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga menyebabkan
kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal.8
2. Etiologi
Penyebab utama periodontitis adalah plak. Plak gigi adalah suatu
lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Lokasi dan laju pembentukan plak bervariasi diantara
individu. Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:
1. Pembentukan pelikel dental
2. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
3. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Selain plak gigi sebagai penyebab utama periodontitis, ada beberapa
faktor yang menjadi faktor resiko periodontitis. Faktor ini bisa berada di
dalam mulut atau lebih sebagai faktor sistemik terhadap host. Secara
umum faktor resiko penyakit periodontal adalah oral hygiene yang buruk,
penyaki sistemik, umur, jenis kelamin, taraf pendidikan dan penghasilan.9
3. Patofisiologi
Periodontitis dimulai dengan gingivitis. Gingivitis yang tidak dirawat
akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut
periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan
menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan
mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva
menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket
periodontal) yang akan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang
dan jaringan pendukung yang rusak.9,10
Poket periodontal digolongkan dalam 2 tipe, didasarkan pada
hubungan antara epitelium junction dengan tulang alveolar:10
a. Poket periodontal suprabony yaitu dasar poket merupakan bagian koronal
dari puncak tulang alveolar
b. Poket periodontal infrabony yaitu dasar poket merupakan bagian apikal
dari puncak tulang alveolar.
’
Gambar 2.2 Perbedaan gigi sehat dan periodontitis
5. Terapi
Perawatan periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:10
a. Fase I : fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan
beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan
tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan
prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada
fase I:
1) Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak
2) Scaling dan root planning
3) Perawatan karies dan lesi endodontic
4) Menghilangkan restorasi gigi yang over contour dan over hanging
5) Penyesuaian oklusal (occlusal adjustment)
6) Splinting temporer pada gigi yang goyah
7) Perawatan ortodontik
8) Analisis diet dan evaluasinya
9) Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut di atas
b. Fase II : fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas
anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni
oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya
dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit
periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun
pada fase ini
1) Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara
lain: kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap
periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur
regenerasi periodontal (bone and tissue graft)
2) Penyesuaian oklusi
3) Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi
yang hilang
c. Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah
beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini
1) Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
2) Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat
skor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan
mobilitas gigi
3) Melakukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal
dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali
4) Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari
efektivitas kontrol plak pasien dan pada kecenderungan
pembentukan calculus
5) Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies
D. OSTEOPOROSIS
1. Definisi
Penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas
tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah patah.
A. Simpulan
Baik osteoporosis dan penyakit periodontal sama-sama penyakit
pengeroposan tulang. Periodontitis adalah inflamasi yang ditandai dengan
resorpsi tulang alveolar dan ikatan jaringan lunak ke gigi yang merupakan
penyebab gigi tanggal pada orang dewasa. Karena kehilangan tulang alveolar
adalah penyebab paling utama pada penyakit periodontal, osteoporosis yang
parah dapat menjadi salah satu penyebab peningkatan kejadian destruksi
periodontal.
B. Saran
Dokter gigi harus memberikan beberapa anjuran pada pasien yang
mengalami osteoporosis dan periodontitis. Pertama, dokter gigi harus
menegaskan kebiasaan membersihkan rongga mulut setiap hari dengan tepat.
Kedua, menginstruksikan pada pasien untuk memperbaiki gaya hidup dengan
berhenti merokok serta mengkonsumsi alkohol dan kafein yang terlalu
banyak. Terakhir, dokter gigi harus menginformasikan manifestasi
osteoporosis di rongga mulut sehingga memudahkan evaluasi medis dan
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
4. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biology 5th ed vol.3. Jakarta:
Erlangga
6. Brenner BM, Lazarus JM. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume
3 Edisi 13. Jakarta: EGC
7. DeRossi SS, Cohen DL. Renal Disease. 2008. In: Greenberg MS, Glick M,
Ship JA, editors. Burket‟s Oral Medicine. 11th ed. Hamilton: BC Decker
8. Rose LF, Mealey BL. 2004. Periodontics: medicine, surgery, and implants.
Saint Louis: Elsevier Mosby; 2004.
9. Suwitra K. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI