Anda di halaman 1dari 12

SISTEM KOMPENASASI,KONSEP BALANCE

SCORECARD DAN BPM ( BUSINESS PROCESS MANAGEMENT )

I. Sistem Kompensasi

A. Pengertian
Kompensasi adalah merupakan kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga
atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja.Kompensasi merupakan jumlah
paket yang ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas
penggunaan tenaga kerjanya.(Wibowo, 2007) Sedangkan Werther dan Davis
(1996) menyatakan kompensasi sebagai apa yang diterima pekerja sebagai
tukaran atas kontribusinya kepada organisasi. Selanjutnya Werther dan Davis
menyatakan bahwa di dalam kompensasi terdapat sistem insentif yang
menghubungkan kompensasi dengan kinerja.

Jadi Secara sederhana, Kompensasi (compensation) dapat kita definisi


sebagai segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa atas hasil
kerja mereka. Kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawannya dapat
berupa Uang maupun pemberian materil (benda)/Fasilitas ataupun kesempatan
berkarir yang lebih baik. Pemberian uang dapat berupa Gaji, pemberian Bonus,
pembagian laba, upah lembur kerja, komisi penjualan, Insentif dan tunjangan,
sedangkan pemberian Materil (benda) dan Fasilitas dapat berupa menyediakan
Tempat tinggal, Transportasi atau mobil, dan Saham perusahaan.

B. Macam-macam Kompensasi
Dilihat dari cara pemberiannya, kompensasi dibagi menjadi kompensasi
langsung dan kompensasi tidak langsung. Kompensasi langsung merupakan
kompensasi manajemen seperti upah, gaji dan insentif. Kompensasi tidak
langsung dapat berupa tunjangan atau jaminan keamanan dan kesehatan.
Pemberian kompensasi dapat terjadi tanpa ada kaitannya dengan prestasi,
seperti upah dan gaji. Upah adalah kompensasi dalam bentuk uang dibayarkan
atas waktu yang telah dipergunakan, sedangkan gaji adalah kompensasi dalam
bentuk uang yang dibayarkan atas pelepasan tanggungjawab atas pekerjaan.
Namun, kompensasi dapat pula diberikan dalam bentuk insentif, yang
merupakan kontra prestasi di luar upah atau gaji, dan mempunyai hubungan
dengan prestasi sehingga dinamakan sebagai pay for performance atau
pembayaran atas prestasi.
Sedangkan bentuk kompensasi lain berupa tunjangan umumnya tidak
dikaitkan dengan prestasi kerja. Tunjangan lebih banyak dikaitkan kepada
pemberian kesejahteraan dan penciptaan kondisi kerja sehingga pekerja lebih
merasa nyaman dan merasa mendapat perhatian atasan.

C. Tujuan Manajemen Kompensasi


Tujuan manajemen kompensasi adalah untuk membantu organisasi
mencapai keberhasilan strategis sambil memastikan internal equity dan external
equity.Internal equity (keadilan internal) memastikan bahwa jabatan yang lebih
menantang atau orang yang mempunyai kualifikasi lebih baik dalam organisasi
dibayar lebih tinggi. Sedangkan external equity (keadilan eksternal) menjamin
bahwa pekerjaan mendapatkan kompensasi secara adil dalam perbandingan
dengan pekerjaan yang sama di pasar tenaga kerja.

Menurut Werther and Davis dalam Wibowo (2007) menyatakan tujuan manajemen
kompensasi adalah:

1. Memperoleh personil berkualitas; Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk


menarik pelamar. Tingkat pembayaran harus tanggap terhadap permintaan dan
penawaran tenaga kerja di pasar kerja karena harus bersaing untuk mendapatkan
tenaga kerja.
2. Mempertahankan karyawan yang ada; Pekerja dapat keluar jika kompensasi tidak
kompetitif dibanding perusahaan lain, akibatnya tingkat perputaran tenaga kerja
(labour turn over) tinggi. Dengan demikian perlu dipertimbangkan mana yang lebih
baik dan menguntungkan antara meningkatkan kompensasi dengan mencari pekerja
baru dengan konsekuensi harus melatih kembali pekerja baru.
3. Memastikan keadilan; Manajemen kompensasi berusaha keras menjaga keadilan
internal dan eksternal. Keadilan internal memerlukan bahwa pembayaran
dihubungkan dengan nilai relatif pekerjaan sehingga pekerja mendapatkan
pembayaran yang sama. Keadilan eksternal berarti membayar pekerja sebesar apa
yang diterima pekerja yang setingkat di perusahaan lain.
4. Menghargai perilaku yang diinginkan; Pembayaran harus memperkuat perilaku yang
diinginkan dan bertindak sebagai insentif untuk perilaku di masa depan. Rencana
kompensasi yang efektiff menghargai kinerja, loyalitas, keahlian dan tanggung
jawab.
5. Mengawasi biaya; Sistem kompensasi yang rasional membantu organisasi
memelihara dan mempertahankan pekerja pada biaya yang wajar. Tanpa manajemen
kompensasi yang efektif pekerja dapat dibayar terlalu tinggi atau terlalu rendah.
6. Mematuhi peraturan; Sistem upah dan gaji yang baik mempertimbangkan perraturan
pemerintah dan memastikan pemenuhan kebutuhan pekerja.
7. Memfasilitasi saling pengertian; Sistem manajamen kompensasi harus mudah
dipahami oleh manajer dan pekerja. Dengan demikian, harus bersifat terbuka
sehingga akan terjalin saling pengertian dan menghindari kesalahan persepsi.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian kompensasi


Pemberian kompensasi dipengaruhi berbagai macam faktor-faktor, yaitu:

 Kinerja dan produktifitas kerja, pemberian kompensasi sejalan dengan


hasil kerja yang diberikan oleh tenaga kerja yang dimilikinya. Kinerja
yang baik serta produktivitas kerja dapat memberi keuntungan yang
besar untuk organisasi.
 Kemampuan membayar, pemberian kompensasi tergantung dari
kemampuan membayar oleh organisasi tersebut. Pemberian kompensasi
sejalan dengan kemampuan organisasi tersebut, karena pemberian
kompensasi juga didasari oleh perhitungan rasio oleh internal organisasi.
 Kesediaan membayar, kesediaan membayar mempengaruhi pemberian
kompensasi. Banyak organisasi mampu untuk memberikan kompensasi,
akan tetapi tidak semua organisasi bersedia untuk mebayar kompensansi
tersebut karena menganggap mempengaruhi pendapatannya.
 Suplay dan permintaan tenaga kerja, banyak sedikitnya tenaga kerja
dipasar, maka akan mempengaruhi nilai pemberian kompenasasi. Nilai
kompensasi tergantung oleh tenaga kerja yang tersedia berdasarkan
kemampuannya.
 Serikat pekerja, pemberian kompensasi juga dipengaruhi oleh serikat
pekerja. Serikat pekerja tentunya akan memperjuangkan anggotanya
untuk mendapatkan kompensasi yang layak.
 Undang-undang dan peraturan yang berlaku, pemberian kompensasi juga
dipengaruhi oleh undang-undang. Organisasi yang tidak membayar
kompensasi secara layak akan diperhadapkan dengan hukum.

E. Pengertian punishment
Punishment adalah sanksi yang diterima oleh tenaga kerja akibat ketidak
mapuan dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Punishment
berarti sebauah kosekwensi negative yang hadir dari hasil kerja yang diberikan
oleh tenaga kerja oleh organisasi. Sanksi tersebut tergantung dari internal
organisasi tersebut.

F. Mekanisme pemberian sanksi (punishment)


Setiap sanksi yang diberikan oleh organisasi berdasarkan oleh tingkat
kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kerja. Pemberian sanksi harus sesuai
dengan mekanismenya, yang meliputi:
 Pemberian punishment langsung berpengaruh pada financial/reward
tenaga kerja tersebut, seperti pemotongan gaji, bonus, dan sebagainya.
 Pemberian punishment tidak langsung berpengaruh pada
financial/reward tenaga kerja tersebut namun membawa dampak
psikologis kepada tenaga kerja yang bersangkutan seperti penundaan
promosi jabatan, pembatasan wewenang, dan sebagainya.
G. Hubungan reward dan punishment
Reward dan punishment dianggap dua kata yang paling melekat dalam
membangun suatu organisasi baik dilihat dari segi perspektif manajemen SDM
maupun disiplin ilmu lainnya. Hubungan antara reward dan punishment dapat
dilitah dari gambar berikut:
II. Balanced Scorecard

A. Definisi Balanced Scorecard


BSC ( Balanced Scorecard ) adalah pendekatan terhadap strategi manajemen
yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and
David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced
(berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya
keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance
jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang
bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard
(kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance
seseorang.
Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja
eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi
keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu empat perspektif, yang
kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat
perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu
menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan.
BSC adalah salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah membantu
banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya.

B. Keunggulan Balanced Scorecard


Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan untuk
sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak
dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional
hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik
beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan
bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga
berperan dalam kemajuan organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut
melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat
perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran
dan pertumbuhan.
Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis (Mulyadi,
2001, p.18) adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (1) komprehensif, (2) koheren, (3)seimbang dan (4)
terukur.

C. Perspektif dalam Balanced Scorecard


Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

1. Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI,
karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk
mengetahui laba. Tolak ukur keuangan saja tidak dapat menggambarkan
penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan
atau organisasi (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000).

2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu
menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi
atau badan usaha. Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik
untuk mengukur kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya mencapai target
finansialnya. Selanjutnya apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja
keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan
menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan
mereka (Kaplan, dan Norton, 1996).

3. Perspektif Proses Bisnis Internal


Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang
memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu
menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan
dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui financial retums (Simon,
1999).
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif
sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka
panjang.
III. BPM ( Business Process Management )

A. Definsi Business process management


Business process management disingkat BPM, adalah suatu metode
penyelarasan secara efisien suatu organisasi dengan keinginan dan kebutuhan
organisasi tersebut. Manajemen Proses Bisnis (BPM) adalah sebuah
pendekatan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui
pembangunan otomatisasi proses dan ketangkasan untuk mengelola
perubahan. BPM merupakan suatu pendekatan manajemen holistik untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis seiring upaya untuk mencapai
inovasi, fleksibilitas dan integrasi dengan teknologi. BPM berupaya untuk
melakukan perbaikan proses secara berkelanjutan atau bisa juga disebut
sebagai suatu proses 'optimalisasi proses'.
Untuk membuat proses bisnis yang terintegrasi diperlukan sebuah
BPM (Business Process Management) yang merupakan pendekatan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui pembangunan otomatisasi
proses dan ketangkasan untuk mengelola perubahan. Menurut Jeston( 2008,
p18 ) .
BPM membantu perusahaan dalam mengawasi dan mengontrol
seluruh elemen pada proses bisnis, seperti karyawan, pelanggan, pemasok,
dan workflow. BPM meningkatkan kualitas proses bisnis melalui penyediaan
mekanisme feedback yang lebih baik. Review yang berkesinambungan dan
real-time akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasi masalah dan
kemudian mengatasinya secara lebih cepat sebelum masalah tersebut
berkembang menjadi lebih besar.
Manajemen Proses Bisnis yang efektif dan efisien dapat
menghasilkan nilai-nilai kompetitif bagi perusahaan. Proses bisnis yang
dikelola dengan baik akan mampu menumbuhkan peluang. Namun
perusahaan terkadang kurang memahami dan tidak mampu mengontrol
proses bisnis yang dimilikinya. Pihak manajemen mungkin telah berhasil
membuat prosedur yang ideal untuk menjalankan proses bisnisnya, tapi pada
kenyataannya, implementasi di lapangan dapat sangat berbeda dari apa yang
telah dirancang sebelumnya.
Pada pelaksanaan suatu proses bisnis kadang terjadi redundansi,
ketidakefisienan, stagnasi, dan berbagi kesalahan-kesalahan lainnya yang
tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Bisnis yang tidak tangkas dalam
mengontrol proses bisnis yang dimilikinya cenderung akan menghalangi
usaha perusahaan dalam mencapai sasaran yang diinginkan.

Beberapa faktor yang mendorong sebuah proses bisnis membutuhkan BPM adalah:
 Ketika adanya tugas dan tanggung jawab yang kurang jelas dari segi proses
 Terlalu banyaknya proses yang tidak tertangani atau justru terlalu tertangani
dalam suatu proses
 Tidak adanya proses yang terstandarisasi
 Tidak adanya kejelasan mengenai tujuan dalam sebuah proses

Untuk memperbaiki sebuah proses bisnis BPM bukan merupakan konsep yang bisa
dikategorikan sederhana, namun BPM memang tidak selalu membutuhkan teknologi
untuk mencapai keberhasilannya. Tolak ukur yang paling penting dalam BPM adalah
bagaimana membuat proses bisnis yang proporsional sebelum menerapkan dalam
teknologi

B. Komponen Utama BPM


Setiap solusi Manajemen Proses Bisnis (BPM) memiliki empat
komponen utama, yaitu :

1. Pemodelan
Pengguna dapat mendefinisikan dan mendesain struktur dari setiap
proses bisnis secara grafis. Manajer Proses dapat mendesain sebuah proses
beserta seluruh elemen, aturan, sub-proses, parallel proses, penanganan
exception, penangan error, dan workflow dengan mudah tanpa perlu memiliki
kemampuan programming khusus dan tanpa membutuhkan bantuan dari staf IT.
2. Pengintegrasian
BPM dapat menghubungkan setiap elemen dalam proses sehingga
elemen-elemen tersebut dapat saling berkolaborasi dan bertukar informasi
untuk menyelesaikan tujuannya. Pada level aplikasi, hal ini bisa diartikan
sebagai penggunaan Application Programming Interface (API) dan
messaging. Bagi pengguna, hal ini berarti tersedianya sebuah workspace
pada komputernya ataupun perangkat wireless-nya untuk mengerjakan tugas
sesuai dengan perannya pada suatu proses bisnis.

3. Pengawasan
Pengguna dapat mengawasi dan mengontrol performansi dari proses
bisnis yang sedang berjalan dan performansi dari setiap personil yang terlibat
dalam proses bisnis tersebut. Pengguna juga dapat memperoleh informasi
mengenai proses yang tengah berjalan, maupun yang telah selesai, beserta
data-data yang ada di dalamnya.

4. Optimalisasi
Pengguna dapat menganalisa dan memonitor suatu proses bisnis,
melihat ketidakefisienan, dan juga memungkinkan pengguna untuk
mengambil tindakan dengan cepat dan merubah proses tersebut untuk
meningkatkan efisiensinya.

C. Kelebihan Business Process Management


Apa sebenarnya yang akan diperoleh perusahaan yang
memanfaatkan solusi BPM dalam mengelola dan mengoptimisasi proses
bisnis yang dimilikinya? Keuntungan dari pemanfaatan solusi Manajemen
Proses Bisnis (BPM) antara lain:

1. Solusi BPM akan memfasilitasi perusahaan dalam memodelkan proses


bisnis yang dimiliki, mengotomatisasi jalannya proses bisnis tersebut,
memonitor jalannya proses, serta memberikan cara yang mudah dan
cepat ketika perusahaan akan melakukan perubahaan proses bisnis untuk
meningkatkan performansinya.
2. Software BPM membantu perusahaan untuk mengotomatisasi tugas-
tugas yang selama ini masih dilakukan secara manual. Solusi BPM dapat
mengotomatisasi proses persetujuan serta penolakan, notifikasi dan
laporan status.
3. Dengan BPM, integrasi antar proses bisnis dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat.
4. BPM membantu perusahaan dalam membuat exception handling dan
proses alternatif yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangi masalah
pada bisnis yang bersifat sangat dinamis seperti sekarang ini.
5. BPM dapat meningkatkan daya respon bisnis melalui kemampuan untuk
mendapatkan informasi dengan cepat dan real-time.
6. BPM mengurangi waktu yang dibutuhkan pada pelaksanaan suatu proses
bisnis.
7. BPM meningkatkan produktivitas setiap karyawan.
8. Umumnya proses bisnis tentunya membutuhkan banyak orang dan
sumber daya. Sebuah solusi BPM yang baik dapat mengurangi jumlah
sumber daya yang dibutuhkan pada sebuah proses.

Anda mungkin juga menyukai